MELIHAT MASALAH l (HARGA DIRI )

Diposting oleh Asri Bintoro on Minggu, 08 April 2012

AGGRA INSTITUTE TAMAN BELAJAR TENTANG PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME MELIHAT MASALAH 1 (HARGA DIRI) Kadang kadang kita melupakan sesuatu yang kita anggap bukan merupakan permasalahan besar . Misalnya apa sih yang dapat kita banggakan hingga kita menuntut harga diri . Apa yang kita perlukan hingga kita harus menuntut harga diri . Untuk apa harga diri ,toh harga diri tak bikin orang kenyang . Mengapa orang sanggup mengorbankan diri hanya untuk membela harga diri . Memang harga diri bukan kebutuhan primer seperti sandang adang harga diri menjadi yang dikehendaki orang , sama dan seurgen dan bersama sama dengpangan dan papan , tetapi dicari orang sesudah kebutuhan primer tercukupi . Bahkan kadang kan kebutuhan primer , masalahnya bukan masalah rasional tetapi irrasional .
Dalam kondisi dan budaya pluralisme dan multikulturalisme , di nusantara ini , tiap orang , kelompok orang , etnis ,komunistas budaya , semua hidup berusaha mempertahankan harga diri , memperatahankan eksistensi , yang tampak secara visual adanya identitas yang sangat dipelihara . Sebagian orang tak peduli dengan identitas itu , tak peduli dengan pluralisme dan multikulturalisme .Mereka kira hidup seperti bersenang senang saja di bulam purnama .  Yang penting dapat  hidup enak , makan enak , anak anak gemuk. Itu selama tak ada masalah..Baru setelah ada masalah mejadi bingung dan sibuk , karena disulitkan  masalah itu . Hidup bersama dalam pluralisme dan kulturalisme seperti bermacam macam ikan yang harus  hidup dalam satu kolam  , lama lama ikan besar makan ikan kecil , ikan piranha makan ikan lain dengan ganasnya .Yang kalahan bisa ancur ancuran .
Seperti sudah dikatakan diatas kadang kita melupakan sesuatu yang kita anggap bukan merupakan permasalahan yang besar .
Negara pun demikian . Barangkali menganggap perasaan harga diri dari tiap satuan orang atau kelompok bukan masalah yang penting .Semua sudah masuk dan diatur dalam UUD 45 dan Bhineka Tunggal Ika , diatur berdasarkan hukum , karena negara kita adalah negara hukum .

Pemerintah percaya bahwa dengan kalimat "negara berdasarkan hukum "semua masalah akan dapat ditangani dan diatasi . Negara seperti setengah memaksa warga patuh dan menghormati upaya negara dalam mencukupi sandang, pangan dan papan . Dan betul saja , kebutuhan primer telah mendekati kecukupan. Kini masalah primer itu hampir selesai . Timbul masalah baru yang irrasioanl , perasan harga diri .
Namun dalam negara RI berdasarkan UUD 45 dan Bhineka Tunggal Ika ternyata selalu terasa
ada yang tak beres . Selalu timbul masalah baru yang kebanyakan justru datang dari sisi irrasional ,
Unjuk rasa terjadi setiap waktu . Demonstrasi tak boleh hanya perlu dipandang sebagai tuntutan perbaikan ekonomi , perbaikan kebutuhan primer , tetapi banyak yang menyinggung masalah keadilan dan harga diri . Dari semua perlawanan atau pergolakan banyak desebabkan upaya membela harga diri terhadap adanya kekuasaan yang lebih kuat yang dianggap berbuat sewiyah wiyah , kurang adil dan kurang bijak dan belum tentu benar . Lalu ada perlawanan baik dari orang orang yang dianggap jahat atau malah dari orang baik didaerah terhadaap Pusat yang biasanya selalu diatasi dengan kekuatan represif yang mestinya tak boleh hanya dipandang seperti adanya krimilnal biasa
Karena mungkin ada rasa keadilan terluka dan yang tak dapat diterima , karena menyinggung harga diri .

PUSAT DAN DAERAH

Kekuasaan Pusat yang selalu menganggap diri benar , paling baik , paling adil dan paling bijak dan sebetulnya masuk akal juga .Bukankah di Pusat lebih banyak berkumpul orang orang pintar cerdik pandai , cendekiawan ? Bukankah Pusat merupakan tempat kekuasaan yang lebih besar  . Karena berasal dari orang orang yang mengaku lebih pintar dan berkekuasaan lebih besr ,  biasanya selalu memaksakan kehendak  untuk diikuti oleh orang daerah , seperti halnya menganggap orang daerah bodoh dan tak mengerti apa apa dan harus taat dan tunduk dengan atasannya .

Kejadian ini kadang menyebabkan  rasa harga diri terluka .

Ada hukum yang meminta dalam  negara hukum ,daerah harus selalu tunduk kepada instruksi  dari Pusat , karena Pusat adalah dianggap atau menganggap diri sebagai sumber kebenaran , kebaikan , kebijakan . Ketentuan ini tetap valid , meskipun   orang tahu justru di Pusat sendiri sedang dirundung banyak masalah .Orang tahu di Pusat sedang banyak perkara .Perkara korupsi , bermacam macam mafia yang tak terselesaikan dan selalu ada yang bermain main dengan politik , sementara didaerah selalu menunggu dawuh dengan taat dari Pusat yang dianggap sebagai panutan yang sakral . Daerah selalu men sakralkan Pusat dan Pusat selalu ingin dipandang sebagai Pusat yang sakral .
Sedapat mungkin daerah harus bilang yes , meskipun  ada pembagian pendapatan yang kurang adil , pada hal itu  kadang dapat dilihat orang dengan mata telanjang . Dapat melihat sumber sumber alam dikuras . Pusat mendapat paling banyak justru yang punya ladang kebagian sedikit . Jeleknya apa yang terkumpul , lalu untuk bancakan , tanpa memikirkan prioritas dan effisiensi , sementara di daerah masih banyak penduduk dibawah garis kemiskinan membutuhkan . Penghancuran budaya daerah warisan nenek moyang yang sangat dihormati , dikorbankan demi pertumbuhan ekonomi demi kepentingan kaum pemodal , sungguh menyinggung harga diri masyarakat yang pluralistis dan multikulturalistis . Sebetulnya   Indonesia bukan negara kesrakat yang harus mengorbankan segalanya untuk memberi makan rakyatnya .Pemodal merampas kemapnan yang sudah ada . Budaya daerah bukanlah suatu identitas keterbelakangan , keterasingan ,yang perlu digusur dan diganti dengan budaya modern yang konyol .Padahal  budaya daerah sesuatu yang pantas dihormati dan disejahterakan .Ada undang undngnya ,bahkan terpasang sebagai pasal dalam UUD . Siapa tahu bahwa arwah nenek moyang , yang mbau rekso ikut marah , karena ketenangannya terganggu . Lalu pegawai penguasa banyak datang dari Pusat , mungkin dapat dirasakan sebagai mendesak kesempatan putra daerah , disamping pendatang dari luar yang arrogan belum tentu mau mengerti dan menghargai adat adat daerah .   Ini kadang dirasakan sebagai adanya  penjajahan baru ,imperialis baru bagi daerah .

Dari semua itu pergolakan di daerah oleh orang daerah biasanya Pusat menghadapinya dengan represif sebagaimana menghadapi kriminal , pembelotan atau separatis .
Hal mana bukan hal yang aneh karena perlakuan seperti juga sudah dilakukan sejak  Prabu Kertanegara  bertahta di kerajaan Daha . Raja ini pernah   mengirimkan ekspedisinya yang terdiri dari 40.000 orang pasukannya  untuk menggebuk negara jajahannya  Pamelayu ,Tumasik ,Kelantan dll .Pernah dilakukan ekspedisi oleh Majapahit , oleh Raja Demak ke Aceh dan Malaka , oleh Sultan Agung Mataram oleh APRIS dan oleh TNI dalam menumpas pemberontakan daerah daerah tahun 1957 .Semua  daerah yang membangkan digebug .

Dalam jaman yang sudah modern ,diharap dari para yang menganggap diri ahli perlu mengakaji lagi masalah daerah , mengapa orang daerah cepat menjadi tersinggung dan  berang .Dari pimpinan pimpinan pusat perlu instropeksi , benarlah tak pernah ada tata tentrem , masalahnya mengapa orang melawan .Orang memilih kadang kadang keliru , karena yang dipilih kucing dalam karung . Jangan terlalu bangga dengan hasil pemilihan umum , siapa tahu sekali orang insyaf akan kesalahan dalam memilih  akan segera  memperbaiki kesalahannya dan akan diusahakan tanpa henti . Menggebuk adalah mudah , yang jelas tidak menyelesaikan masalah , sementara makin banyak putra putra kita baik dari pihak sana atau pihak sisi menjadi korban yang tak perlu .

Untuk itu perlu adanya keberanian .Ternyata keberanian memegang peranan sangat penting dalam menyuarakan nurani . Timur Leste keluar sebagai propinsi ke 27 NKRI . Aceh berani menyuarakan perbedaan , lain dari yang lain . Sulawesi melampiaskan kemarahannya lewat masalah BBM , rakyat Jogya juga marah , ini bisa berbuntut panjang , misalnya sekali lagi misalnya orang Jogya nekat mencabut kembali Maklumat Sultan tahun 1945 dan menjadi Negeri Ngayogyakarta yang merdeka , dan kini Papua bergolak . Hantam terus ," kita bisa dan mumpung bisa ". Orang Jawa biasanya sendika dawuh , orang Sunda Semuhun dawuh , sementara DPR terus menerus mencari lobang bocor  kantong negara .

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar