Budaya Puralisme Dan Multikulturalisme sambung an dari No.1 s/d no 12 ISI No.13 s/d no. 20 an 12 Gmail

Diposting oleh Asri Bintoro on Kamis, 17 Mei 2012



AGGRA INSTITUTE
TAMAN BELAJAR TENTANG PLURALISME DAN MULTIPLURALISME
.
Alamat : E mail aggrainstitute@gmail.com


(sambungan dari No 12 . bintorosri@ yahoo co.id . )
13 .BUDAYA PURALISME DAN MULTI KULTURALISME I

Nomor ini sebenarnya sudah dibuat ketika penulis menyiapkan tulisan dengan gaya yang lama yang terus menerus . Ketika penulis merubah cara penyajian menjadi bernomor nomor maka tulisan ini mestinya diganti . Tetapi sayang dibuang lalu dimasukkan kembali dengan mendapat nomor baru .

Kalau dibaca ,seperti kita mengulangi hal hal yang telah kita ketahui sebelumnya , konon karena diulang ulang jadi membosankan . Tetapi penulis kira tak masalah , karena tujuannya antara lain untuk lebih mendekatkan pikiran kita kepada masalah ke daerahan , pluralisme dan multikulturalisme , Bhineka Tunggal Ika . Dibolan baleni malah marakake ben dadi apal . Witing trisno jalaran dikulinakake .

Adapun nama AGGRA INSTITUTE dimaksud sebagai ajang tukar pikiran mengenai Budaya Jawa Yang Adiluhung . Kepanjangan dari AGGRA yang ditulis dalam bahasa Jawa sesuai dengan para pecintanya adalah ;
yaitu Angesti Gapuraning Nugraha Gung , yang dapat diartikan Menggapai Gerbang Anugerah Gusti Allah Yang Maha Agung .
Mengenang Budaya Jawa Yang Adiluhung bukan berarti ingin mendirikan arogansi berdasar cerita masa lalu , ketika bangsa Jawa menjadi bangsa besar , melainkan ingin mengenal dan mengenang kembali Budaya Jawa Yang Adi Luhung .Adi Luhung tidak sama dengan uber allesnya bangsa Jerman . Yaitu budaya adi luhung yang telah mampu mengantar bangsa Jawa menjadi bangsa yang terhormat .
Kami sadar bahwa kami sebagai warga negara tentu saja juga seperti warga negara yang lain, ikut berada di atas perahu Indonesia menuju suatu tujuan yang dalam UUD 45 disebut Negara Indonesia yang merdeka , bersatu , berdaulat , adil dan makmur ,yang dalam versi dalang Jawa disebut tata tentrem kerta raharjo .
(Sungguh disayangkan jika tujuan luhur kita kadang kadang dimainin sebagai guyonan Pak Dalang ,pada hal apa yang tertera sebagai TATA TENTREM GEMAH RIPAH KARTO RAHARJO suatu hal yang serius , luhur ,trawaca bagi bangsa dan Negara kita ini ).
Sang nakhoda yang mengomandani perahu ini telah berganti ganti , dengan berbagai gaya dan kepiawian masing masing untuk menuju adil makmur.
Dalam perjalanan yang panjang dulu kita pernah punya patok patok (mile stone ) yang dapat digunakan untuk checking point ,sudah sampai dimanakah perjalanan kita , tak kesasarkah arah perjalanan kita ini .Dulu check point itu dinamakan GBHN .
Karana yang jelas selalu akan ada pertanyaan sudah sampai dimana perjalanan kita , apakah tak kesasarkah perjalanan kita ini , Kita sudah lama menempuh perjalanan dalam alam merdeka ,selama paling tidak 60 tahun ,sudah sampaikah atau kapan kita akan mencapai tujuan adil makmur itu , atau sebetulnya paling tidak kita perlu mengoreksi apakah perjalanan kita masih tetap pada arah pedoman yang benar atau melenceng ? Apa yang telah kita capai kerja kita selama ini . Nahkoda yang piawaipun tentu tiap kali akan melakukan barring terhadap kompas yang menuntun perjalanan kapal .

Itulah yang selalu menjadi pemikiran kita , apakah arah kapal kita itu masih benar atau tidak , sebab arah yang kita tuju daratan yang adil makmur ,atau tata tentrem karto raharjo , suatu cita cita impian atau katakanlah lamunan bangsa yang telah tumbuh sejak sebelum kita merdeka dan kita perjuangkan bersama , ternyata hingga kini daratan adil makmur belum nampak .

Bahkan sepanjang perjalanan yang nampak tanda tanda yang menunjukkan arah yang bebeda dengan arah yang kita tuju . Jangan jangan kita malah sudah terlanjur kesasar terlalu jauh menyusuri jalur yang beda bahkan semakin menjauh dari tujuan semula , tujuan adil makmur apa lagi adil makmur bersama .Mungkin banyak yang sudah adil makmur tetapi bersamanya yang belum .
Demikian pula kalau kita mengenangkan ,mengapa kita membentuk bangsa ini ?

Yang semula ubaya atau prasetya kita bertujuan untuk mempersatukan kekuatan agar benar benar ampuh untuk bersama sama berjuang atau berjuang bersama sama membebaskan diri dari penjajahan untuk mencapai kemakmuran bersama , ternyata diujung perjalanan apa yang menjadi niat bersama berjuang , bersama makmur sepertinya tak ada lagi .
Reformasi sebagai upaya yang paling akhir pada saat ini, juga sebagai upaya yang ingin mengadakan pembaruan yang berarti perubahan dan perbaikan , tampaknya juga makin mempertajam kesenjangan , menjauhi tujuan adil makmur .
Ada yang mengatakan keberhasilan reformasi
adalah tuntutan untuk mengamandemen konstitusi /UUD 45 , peninjauan Dwi Fungsi ABRI ,
pelaksanaan otonomi di daerah propinsi , kota/ kabupaten

Rakyat menikmati kebebasan berpolitik dengan memunculkan 200 partai politik ,
kebebasan pers dan kebebasan berunjuk rasa .
Sedangkan yang belum dapat diselesaikan adalah
penegakan hukum dan pemberantasan korupsi ,kolusi dan nepotisme pemberasan kemiskinan dan pengangguran .
Dan dari semua itu puncak keberhasilan reformasi adalah rakyat menikmati kebebasan berpolitik dalam arti munculnya 200 partai politik dan kebebasan pers dan kebebasan berunjuk rasa dengan segala dampaknya . Tujuan akhir yaitu adil makmur tak diketahui .
Ada dua pertanyaan apakah masih ada orang yang paham tentang matra adil makmur .Apakah masih ada orang yang memikirkan adil dan makmur . Itulah masalahnya , jika kedua pertanyaan itu tak terjawab lalu siapa yang ngurusi rakyat ?
Kebanyaan kita sulit mengerti bahasa para pemimpin dan cerdik pandai atau pembicaraan ilmiah tingkat tinggi yang ruwet , yang kita perlukan adalah jawaban dalam bahasa sederhana yang mudah dimengerti .
Lalu kapan kita akan sampai pada daratan adil mkmur . Masalahnya banyak diantar kita yang sudah tampak bersenang senang di daratan kemakmuran itu , meskipun lebih banyak yang masih dengan sabar menunggu untuk mendaapat giliran menikmati kemakmuran bersama itu .

Orang pintar berkata , kemajuan sudah demikian pesat , BUMN BUMN yang merugikan telah dijual , dan penanaman modal asing sangat diminati sudah didatangkan . pasar bebas sudah diberlakukan , kemerdekaan iduvidu sangat dihormati , itulah kemajuan .
Artinya yang belum kebagian harus menunggu , menunggu , menunggu apa ?
Menunggu kebersaman yang sudah diganti idvidualisme , kebersamaan yang sudah diganti persaingan bebas .
Ada juga orang mengatakan semua hasil besar reformasi ini tak sesuai dengan cita cita kemerdekaan .
Kembali lagi pada cita cita kemerdekaan , berjuang bersama , makmur bersama , masih sangat jauh atau malah tak ada .
Tampak sebagian masyarakat Indonesia mulai melupakan cita cita bersama bersama berjuang , bersama makmur .
Sudah biasa arogansi dapat mengalahkan kebenaran .Kalau kita sebenarnya salah arah , belum tentu arogansi bisa menerima pendapat itu .Bagaimanapun arogansi akan bertahan , mempertahankan apa yang sudah dikerjakan , tak peduli akan banyak pengorbanan yang sebenarnya tak perlu . Sebetulnya mengapa mempertahankan hal yang nyata nyata keliru hanya membela arogansi dan gensi ? Disitulah keperibadian kita yang mengajarkan banyak toleransi , wani ngalah luhur wekasane , perlu dipelihara dimanfaatkan untuk menyelesaikan yang crusial . Bahkan toleransi untuk mentolerir hal yang kurang pada tempatnya . Lebih mengutamakan kedamaian dari pada ribut ribut terus .Tetapi kesalahannya kesemrawutan kadang kadang hanya karena arogansi dan gensi , tak ada sangkut pautnya pada substasi yang sebenarnya .
Pancasila diakui hanya sebagai lambang persatuan . Retorika yang yang harus diulang setiap waktu tanpa penghayatan .
Dalam kancah perpolitikan , masyrakat terlihat adanya keresahan , kerisauan , selalu usreg , udreg udregan terus . Mengapa ? Tentu itu tanda tanda bahwa ada yang tak beres , yang tak pas dengan yang dimaksud .
Mengapa kita tak berguru pada orang bengkel , meneliti satu persatu komponen mobil bila terasa ada yang kurang pas , hingga dapat diketemukan komponen mana yang kurang pas . Sehingga dapat dipakai dengan tenang , aman .dan tak brisik .
Orang orang pintar di Yogyakarta mengadakan dialog tentang jati diri bangsa yang berlangsung Saptu , yang melahirkan komunike yang intinya berisi keprihatinan terhadap nasib bangsa yang disebabkan berlarutnya krisis moral yang berakar pada lunturnya jati diri bangsa .
Sri Sultan Hamengku Buwono ke X berbicara sebagai pembicara kunci menilai reformasi malah telah tercabut dari akar hakekatnya , yaitu komitmen terhadap perubahan dan perbaikan , karena digantikan oleh ketidak pastian tersebut.
Kompas 16-2-2004 .

Pakar politik pemerintahan dari UGM Yogyakarta IGN Ari Dwipayana mengatakan di Jogya Kamis (31/5-07 )
"Indonesia memiliki ideologi Pancasila ,tetapi idee yang diambil pemerintah bersumber dari nilai liberalisme .Kebijakan pemerintah yang berseberangan dengan ideologi Pancasila dapat dilihat dari UndangUndang Penanaman Modal yang sangat bepihak ada investor asing .Selain itu privatisasi terhadap air dan sunber daya alam yang dilakukan pemerintah sangat diwarnai idee liberalisme ."


Lanjutnya , Pancasila seharusnya menjadi spirit yang menjiwai kebijaksanaan dan Politik
Indonesia "kini Pancasila hanya dimaknai sebagai simbol atau slogan yang dianggap sakral . Benarkah politik Indonesia sudah salah arah ?
Memang dari awal kita berjalan pada dua rel yang berbeda , yang satu pada rel budaya yang pluralisme dan multikulturalisme dan yang ke dua pemerintahan yang mengaku modern sentralistik rasionalisme dan pragmatis .
Pada saat kita bekonsentrasi terhadap nasionalisme , barang kali akan terlalu mengaggetkan jika kami menulis dengan bertumpu pada budaya Jawa , khususnya budaya Jawa yang adiluhung .
Kadang kadang orang salah mengartikan budaya nasional .
Pasal 32 UUD45 (ayat 1 ) Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia ditengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai nilai budayanya .
Apakah kebudayaan nasional ? Adalah jaminan negara bagi masyarakat dalam memelihara budayanya . Masyarakatnya masyarakat daerah , budayanya budaya daerah yang Bhineka Tunggal Ika . Tak ada budaya nasional baru yang tumbuh seperti dipaksakan .Dalam kontek ini , kami menyebut sebut Budaya Jawa , sebenarnya secara illegal ingin mewakili budaya kalangan luas yaitu budaya budaya daerah yang beragam ragam yang tergabung dalam budaya pluralisme dan multikuturalisme atau yang ada dalam tiap etnis. Yang kami maksud membicarakan budaya Jawa juga membicarakan budaya daerah lain .
Betulkah budaya kita sangat plural dan multikutural , beragam ragam ?
Berbicara Bapak Profesor Dr .Ayip Rosidi , bapaknya budayawan dan ahli ahli Sundaisme , dalam Visi Konferensi Internasional Budaya Sunda Kompas 24 Agustus 2001

" Diantara negara dan bangsa di dunia , Indonesia adalah salah satu yang mempunyai budaya sangat beragam .Keberagaman itu dilembagakan dalam lambang negara "Bhineka Tunggal Ika " beragam macm namun satu jua . Namun keberagaman itu , walaupun sering dibangga banggakan secara verbal , tidakpernah secara konseptual dan berencana dijaga dan dipelihara bahkan dikalahkan oleh jargon "perstuan dan kesatuan "yang bersifat monolitis , tetapi yang juga tak pernah diuraikan secara konseptual ."

Redaksi Kompas dalam pengantarnya , pada halaman yang sama "Yayasan kebudayaan Rancage didukung Toyota Foundation dan Pemerintah propinsi Jawa Barat menyelenggarakan Konferensi Internasional Budaya Sunda I (KIBS) di gedung Merdeka Bandung 22-25 Agustus 2001.
Konferensi ini diharapkan membersitkan pencerahaan kultur Ki Sunda yang universal ,namun sering " dilupakan " oleh urang Sunda sorangan . "


Untuk sementara waktu, AGGRA barangkali belum dapat masuk dalam kancah Budaya Jawa pada umumnya , karena menurut AGGRA masih ada hal yang lebih urgen untuk dibicarakan .
Yaitu kenyataan bahwa Budaya Jawa semakin lama tampak semakin menghilang , dan AGGRA perlu kiranya alok alok , elik elik sebelum semua itu hilang sama sekali .

Phenomenanya ialah sekitar lingkungan kita , apa lagi di Jakarta tak pernah lagi orang Jawa bertegur sapa dengan orang Jawa lain menggunakan bahasa Jawa . Bahkan sampai di pelosok gunung baik di Jawa Tengah maupun Jawa Timur atau di yang disebut daerah berbahasa Jawa pun, orang berbahasa Jawa sudah sangat jarang . Bahkan di kraton kraton sebagai mercu suar dan sumber budaya Jawa , benteng terachir penjaga budaya Jawa , orang selalu berbahasa Indonesia yang bukan budaya Jawa .
Sungguh aneh jika dari Pegelaran berkumandang dengan keras suara Celine Dion , yang dapat didengar dari warung sate diseberang alun alun lor .Mengapa tak dibiasakan memutar gending gending Jawa .Bosan .Bagamana jika penjaga budaya Jawa sendiri sudah bosan dengan gendingnya sendiri .
Orang orang berbusana Jawa boleh dikatakan sudah tak kelihatan lagi .
Gending gending Jawa, klenengan atau suara uyon uyon yang halus dan anggun yang dulu terdengar dimana mana di daerah Jawa dan di rumah rumah orang Jawa di mana saja ,dan menjadi ciri khas ke Jawaan sudah tak terdengar lagi .
Penulis kurang faham apakah instansi resmi , perguruan tinggi , institute institute , yayasan pengkajian terutama yang berkaitan dengan budaya utamanya budaya Jawa sudah memiliki data data tentang akan menghilangnya budaya Jawa di masyarakat ini dan sudahkah ada upaya untuk mengantisipasi gejala yang akan terjadi dengan budaya Jawa dan masyarakat Jawa .
Tampaknya sekarang jika ada orang yang berbahasa Jawa biasanya umurnya sudah lanjut , menurut perhitungan tentu mereka akan meninggal . Apakah mereka sudah meninggalkan kepinteran berbahasa berbudaya Jawa pada anak keturunannya . Jika tidak, pasti punahlah bahasa Jawa dalam tempo sesingkat singkatnya . Demikian pula dengan eksistensi budaya Sunda .

" Orang Sunda yang hanya mau menggunakan bahasa Indonesia bahkan dirumahnya sendiri sebagian diantaranya menilai menggunakan bahasa Indonesia merupakan wujud nasionalisme . Padahal orang yang menggunakan bahasa Indonesia dirumahnya belum tentu mempunyai kebangsaan yang tebal . Orang yang dirumahnya menggunakan bahasa daerah bukan berarti nasionalismenya tipis " .
Kata Pak Ayip Rosidi pada diskusi simpai peguyuban guar Sunda di UI Depok . ( Suara Pembaruan Selasa 11 Juli 2006 . Susahnya Berbahasa Sunda di Universitas Indonesia dan di Indomesia . )

Orang yang mengerti hal itu , biasanya hanya mengelus dada , tak dapat berbuat apa apa , apa yang dapat dibuat wong modalnya cuma ada pengetahuan dan kemauan , tetapi tak punya kuasa tak punya dana atau kemampuan ?
Selain kita menghadapi kehilangan besar yaitu Bahasa Jawa atau bahasa daerah , kita juga akan menghadapi dampak dampak yang ditinggalkannya .


Sabda Sinuwun Kanjeng Gusti Sultan Hamengkubuwono X dalam menyambut HUT ke 2 nya majalah " Kabare Jogya

" Menurut guru besar antropologi-sosiologi FISIP-Unpad, Dr.Kusnaka Adimihardja krisis penggunaan bahasa ibu berdampak negatif terhadap kelestarian alam .Karena marginalisasi bahasa daerah , ternyata ikut meminggirkan kearifan lokal yang termuat dalam idiom -idiom lokal yang berkaitan erat dengan pengetahuan sosial , ekologi, dan kelestarian lingkungan .Warna warna lokal yang bermuatan kearifan lokal semacam itulah , menurut hemat saya , yang perlu digali ,untuk diangkat dan dikembangkan dengan lebih dalam dan tajam sebagai wahana pembelajaran bagi generasi muda untuk memahami nilai -nilai budayanya .
"Dari kutipan pendapat Bapak Dr.Kusnaka Adimihardja dapat kita cocokan dengan apa yang telah terjadi dengan alam ini . Betulkah sesudah orang Jawa melupakan bahasanya, alam Jawa menjadi berubah .Ketika orang Jawa memarginalisasikan bahasa ibunya lalu banyak kearifan lokal terpinggir .

Sebelum Bapak Dr.Kusnaka Adimihardja menuangkan karyanya yang banyak dibaca orang lain , tentunya beliau telah begitu lama mengamati kehidupan masyarakat Parahyangan umumnya dan Bandung khususnya . Masih banyakkah orang Bandung yang masih berbahasa Sunda yang halus , lembut dan bagaimanakah ketika bahasa Sunda sudah termarginalisasikan ?
Masih adakah terdengar suara suara kecapi suling yang melengking tinggi mendayu dayu dan lalu merendah lagi yang terdengar seperti sebuah sendu , masih terdengarkah gending gending dan degung Cianjuran yang sangat sahdu . Bagaimana alam waktu semua masih ada dan bagaimana alam dan manusia setelah semua itu termarginalisasikan .
Lalu bukankah alam Bandung menjadi gersang dan panas . Penggundulan bukit terjadi dimana mana , tinggal menunggu longsornya aja . Orangnya yang dulu mempunyai perangai lembut , ramah , someah lalu berubah menjadi tak pedulian terhadap sasama . Pendek kata sangat banyak perubahan Bandung dulu yang ramah , adem dan indah dengan Bandung sekarang .
Raja Jawa itu begitu terkesan pendapat Pak Dr.Kusnaka Adimihardja dan menukil pendapat pak Dr. Kusnaka Amidihardja dan malah menjadikannya sebagai sabda raja . Sabda raja tentunya bukan hal main mainan , tetapi merupakan tengara dari sang Hyang Widi tentang apa yang terjadi dan apa mesti kita buat . Banyak opsi .

Opsi I . Menyerah , biarlah bahasa Jawa punah, toh ada bahasa nasional ? Budaya Jawa kita hilang, toh ada budaya globalisasi ? Kearifan kearifan lokal digusur oleh kearifan bukan lokal ? Biarlah unggah ungguh , tata krama hilang , toh ada tata pergaulan modern .
Bahkan Eyang Drs Marbangun Hardjowirogo dalam kepasrahannya mengatakan

"Sukar diramalkan sampai kapan masih akan terdapat cukup banyak apresiasi pada khalayak penonton pertunjukan wayang kulit terhadap wejangan wejangan yang diberikan seorang dalang .Yang terang saja dari hari kehari apresiasi bukan bertambah , melainkan berkurang .
Termasuk didalamnya apresiasi terhadap bahasa dan budaya Jawa yang sukar bisa bertahan terhadap saingannya bahasa dan budaya Indonesia sebagai bahasa dan budaya nasional, yang tambah hari tambah kuat kedudukannya selagi bahasa dan budaya Jawa lambat tapi pasti sedang menuju ajalnya " (Dari buku Manusia Jawa oleh Drs .Marbangun Hardjowirogo .Indayu Pres 1984 .

Namun kalau diteliti , sebenarnya Eyang Marbangun Hardjowirogo bukan pasrah secara total . Banyak kalimat kalimat beliau yang sebetulnya tak rela (ngoweli = owel ) melihat yang beliau ceritakan itu akan terjadi .Namun mungkin karena kitidak tahuannya dan ketidak berdayaannya membuahkan gerutuan gerutuannya yang panjang .

"Semenjak tanggal 28 Oktober 1928 diikrarkan Sumpah Pemuda yang menghendaki adanya satu bangsa : bangsa Indonesia ; tanah air Indonesia , satu bahasa :bahasa Indonesia , maka diucapkannya sumpah itu berarti berarti dibunyikannya lonceng mati bagi bahasa dan budaya Jawa atau katakankanlah budaya plural multikulturalisme yang tak berkemungkinan lebih lama untuk berkembang .
( Baik orde lama maupun orde baru lupa hakekat Bhineka Tunggal Ika , mengira untuk menciptakan persatuan atau persatuan Indonesia yang solid perlu menciptakan uniformitas segala kehidupan bahkan menciptakan manusia Indonesia baru seutuhnya . Orde orde tersebut melupakan amanat leluhur dalam Bhineka Tuinggal Ika , sesungguhnya nasionalisme itu kumpulan budaya daerah , bukan menciptakan sesuatu yang baru yang asing .
Bagaimana wawasan orde selajutnya ?
Sebaliknya bahasa Melayu dengan pengguna bahasa yang kecil , dengan kecerdikannya , mengajak , suku suku lainnya yang ada untuk mengikutinya , menjadilah bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia .
Betulkah ada sifat mengalah yang diambil oleh pemimpin pemimpin politik Jawa seperti Dr.Soetomo , Ki Hadjar Dewantara ,dan Bung karno , untuk memberikan tempat kepada bahasa Melayu sebagai bahasa nasional , atau suatu keterpaksaan atau suatu kekeliruan .
Kita tak mengungkit ungkit hal yang sudah lama terjadi , hanya ingin menyampaikan uneg uneg pada wakil wakil kita .Apakah wakil wail kita waktu itu memang dengan sadar dan mengalah untuk menciptakan persatuan dengan memberi kesempatan dan kehormatan kepada bahasa Melayu unuk menjadi bahasa persatuan .Sedangkan bahasa dan budaya orang Jawa di Indonesia meski berdasarkan bilangannya tergolong mayoritas dan masih digunakan , kenapa orang menyerah . Masalahnya bukan soal menang atau kalah tetapi dampak dampak yang ditimbulkan masalah ini besar sekali . Ada perubahan besar besaran pada diri orang Jawa ,melupakan bahasanya , melupakan adat kebiasaanya , merubah pikiran dan wataknya dan lain lain .
Pertanyaannya masihkah orang orang Jawa masih menjadi mayoritas di dalam masyarakat Indonesia baik dahulu maupun sekarang .Tapi sungguhpun menjadi suatu mayoritas , tetapi jika mayoritasnya , lemah dan tak berdaya , tak punya pengaruh tak punya greget selain hanya sendiko dawuh , kados pundi saenipun , mangga wae kumaha saena ,kelak dalam posisi barunya sajege urip tidak pernah menguntungkan bagi perkembangan bangsanya , selain menjadi bangsa sendiko dawuh dan menjadi batur yang lain .

Opsi 2 . Diam , adalah perbuatan yang telah kita lakukan selama ini . Kita melihat bahasa kita yang dijungkir balikkan dikeluarkan dari kurikulum , budaya kita terobrak abrik , dilecehkan dijadikan poyokan dan mainan , mungkin oleh orang kita sendiri . Kita ngalah , kita takut melawan , kita kekes ,miris atau kalah tak berdaya . Kita diam dalam kesadaran , tetapi diam kita sebetulnya karena ketidak percayaan diri kita yang hilang , harga diri kita yang memang sudah sakit yang diakibatkan penjajahan . Kita diam menjadi clila clili , clola clolo dan ingah ingih takut melawan ,takut dikatakan kuno , tidak modern , premordialistis , Jawa sentris , pemecah belah persatuan , tidak nasionalistis , jargon jargon yang dipasang kaum yang ingin mende Jawanisasikan kekuatan Jawa .Para pujangga ,ahli ahli bahasa Jawa , mereka yang tahu persis dan mungkin dapat menjawabnya , kalau tak kekes .

Berkata Pak Ayip Rosidi " Jika tidak ada keseriusan bersama untuk mengembangkan bahasa daerah ,kita harus siap menyaksikan punahnya bahasa daerah termasuk bahasa Sunda . Kita tahu pemerintah sulit diharapkan .Di tangan kita bersama masa depan bahasa daerah berada . "


Lanjut Pak Ayip "Pamarentah laen wae teu ngarti soal budaya daerah .Pemerentah teu daek ngarti soal pentingna budaya daerah kaasup bahasa daerahna .Pertimbangan ekonomi merupakan faktor yang mempecepat hancurnya bahasa Sunda ."
Komentar penulis ,sabarlah Pak Ayip , orang sabar disayang Tuhan . Sungguh besar kesanggupan Pak Ayip ini , beliau berkata di tangan kita bersama masa depan bahasa daerah berada .
Kita , siapa kita ?.

Wong semua lebih mengapriciate bahasa nasional ,malah bahasa globalisasi .


Opsi 3 .Yang belum pernah dilakukan adalah berusaha untuk survive . Berusaha agar Budaya Jawa ( atau budaya daerah ) kita tak mati , sukur dapat berjaya lagi . Survive agar budaya kita benar benar adiluhung dan menjadi tuwan di negeri sendiri . Agar bahasa kita dihargai oleh minimal kita sendiri . Agar kearifan lokal , idiom lokal dapat mempunyai arti lagi .
Penjajah dulu dapat menghargai pluralisme dan multikulturalisme . Apakah belum pernah, kita berusaha ke sana?
Sudah , tetapi seperti hujan di musim ketiga .
Setitik setitik , terpencar pencar , tak mempunyai pengaruh apa , seperti titiktitik embun diatas daun talas .

Kita bukan tak menghargai usaha Yayasan Javanologi , Sundanologi , Sundalana . semua budayawan daerah yang telah secara rotin mengadakan sarasean sarasean , tetapi ternyata tidak atau belum berpengaruh terhadap operasi penggusuran bahasa dan budaya Jawa (budaya plural ,multikultural ) .

SENAWANGI (Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia ) dahulu secara rotine mengadakan mengadakan Pekan Wayang 5 tahun sekali .Tujuanya melestarikan ,mengembangkan dan mengagungkan wayang dan menyiapkannya untuk memasuki PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG TAHAP II DAN ABAD 21 (Sambutan Pak Soehartoyo Panitian Peka Wayang Indonesia VI 1993 dalam Buku Panduan Pameran Seni Rupa Wayang Indonesia . ) Sudah tentu yang dimaksud dengan wayang adalah budaya dan bahasa Jawa keseluruhannya karena semua itu tak terpisahkan , sama halnya meneyebutkan budaya dan bahasa Jawa tentu wayang sudah masuk ke dalamnya .

Bahkan Bapak Damardjati Supajar dan Romo Setiono sampai sampai menggelar kirab Patok Negara di Sala yang dimaksud agar orang Jawa kembali dan tidak melupakan Jawanya . Sebenarnya banyak sekali tunas tunas budaya Jawa, budaya Sunda kecil kecil yang tumbuh dimana mana , yang sayang tak terkordinasikan hingga menjadi suatu yang signifikan . Right or wrong penulis mengagumi ulah Bupati Purworejo dulu (Pak Marsaid ) yang sambil goyon parikena mengajak bawahannya untuk nonton wayang ( yang diselenggarakan di pendapa kabupaten, dengan katanya "Yang tidak nonton wayang SK nya ditinjau ), suatu semangat yang berapi api dalam melestarikan budaya Jawa .

Dalam buku Ilmu Masayarakat oleh Prof .P.J.Bouman

"Mannheim mengemukakan teori , bahwa kemunduran kebudayaan secara massal itu hanya dapat diberantas dengan mempergunakan cara cara massal yang baru pula. Dan alat alat ada pada kita :pers , film dan radio , yang sebagai semua alat tehnik pada asasnya tidaklah baik atau buruk .Yang menentukan baik buruknya adalah untuk apa kita pergunakan alat alat itu .
Seandainya kita ingin mengembalikan bahasa dan budaya budaya daerah sebetulnya tidak sesulit itu .

Baik dengan menggunakan alat canggih atau tidak yang jelas adanya pemahaman dan semangat.
Kita ulangi lagi contohnya Bapak Walikota Sala Bapak Ir.Joko Widodo atau Pak Jakowi kecuali mempunyai pemahaman yang besar terhadap budaya Jawa dan kehidupannya , mempunyai kecintaan dan semangat yang tinggi untuk melestarikan budaya Jawa dan suatu kelebihan yang tak dipunyai pemda lain adalah pemahaman ,kemauan , kemampuan dan wewenang untuk berbuat . Banyak gebragan yang beliau kerjakan . Dari membangun kembali wajah kota Sala dan lingkungannya , lalu banyak sekali memunculkan budaya budaya Jawa dipermukaan, yang tadinya dianggap alergi . . Masyarakat kota Sala baik kawan maupun lawan akan selalu terkenang dan berkenan dengan gebragan Pak Jakowi , yang tidak mengagendakan kepemimpinannya pada soal uang melulu, seperti perangainya orang yang mau cepet jadi konglomerat .Tidak , itu tak terjadi beliau tak tampak guru aleman ,tak tampak kemaruk dengan kedudukan ,tak tampak serakah . tak tampak umuk , seperti itulah orang Jawa yang tulen , samadya ,anoraga berbudi lujur . Kalau ada undang undangnya pasti masyarakat minta Pak Jakowi memegang jabatannya selamanya . Jika tidak , patut digadang gadang untuk memegang jabatan yang lebih tinggi .Siapapun kelak yang mengganti Pak Jakowi kiranya dapat nulada pimpinan pendahulunya .
Kita harus ber sukur barang kali sekalipun beliau bukan darah biru yang dikelilingi segala jimat , seperti halnya Ken Arok beliau memang diturunkan Tuhan untuk ngopeni budaya daerah apakah sebagai penjaga , pelindung atau pengayom . Tak usah pakai songsong jene . tak usah pakai pisowanan agung , tak usah jumenengan juga tak apa apa .
Semoga .
Turning point akan terjadi jika keberhasilannya akan membuat hal hal yang berlawanan dengan yang kami ceritakan , misalnya membusung busungkan dada .

Bapak Dr. Sahid Gitosardjono menerbitkan Solopos yang membuat budaya Jawa bisa lebih semarak .
Mudah mudahan kelak Bapak Gubernur Jateng Bapak Bibit Waluyo -Ibu Rustriningsih , dengan kewenangannya yang lebih luwas dapat lebih luwes dapat menata budaya daerah .Mudah mudah pemimpin ini kalis sambe kala , dijauhkan dari sialaunya uang yang mengundang beliau masuk bui . Meperlancar siar budaya daerah sesuai kewenangan otonominya .
Bersenang senanglah mengurus budaya lahir batin masyarakat daerah dan mudah mudahan tak mata duitan , ketipu kejeblos serta kena trik trik yang lain . Biarlah orang Semarang mengagungkan Laksamana Cheng Ho , tak apa wong Cheng Ho orangnya baik , malah dianggap pemimpin orang disana .
Ibu Rina Iriani Ratnaningsih , bupati Karanganyar , begitu cintanya ngopeni budaya daerah , pemimpin ini yang tidak selalu nguplek upleg masalah duit thok seperti halnya orang yang pernah kesrakat atau orang yang memburu waktu mengejar untuk mensejajarkan diri dalam barisannya orang yang sugih sugih konglomerat .
Mudah mudahan dapat diharapkan memperbanyak barisan pemimpin orang yang menyemarakkan budaya Jawa di bumi Jawa sendiri , pasti akan disengkuyung orang banyak dalam segala urusannya , dijembarkan rejekinya , diberi jalan lebar untuk memim[im massyarakat Bhineka Tunggal Ika .
Terserahlah pada pemilik hadiah/penghargaan RANCAGE kepada siapa akan diberikan semua yang kami sebut pemimpin Bhineka Tunggal Ika yang pantas diberi penghormatan hadiah RANCAGE .
Barangkali itulah sebabnya untuk sementara AGGRA belum memasuki alam budaya yang sesungguhnya , karena akan berkonsentrasi pada upaya untuk survivenya budaya yang adiluhung .
Dalam buku Seri Kejawen 2002 terbitan AGGRA, juga sudah disebutkan , " Membaca buku Seri Kejawen 2002 Jilidan 2 ini, mungkin pembaca akan kecewa , jika yang ditemui di dalamnya ternyata hanya cerita poleksosbud biasa ( soal politik ,ekonomi , sosial ,budaya . Tidak akan ditemukan cerita tentang Jangka Jayabaya ,cerita tentang kehebatan pusaka Naga Sasra Sabuk Inten , tumbak Kyai Baru Klinting yang dapat mlesat ing ngawiyat katon mencorong kaya lintang alihan dari satu kraton ke kraton lainnya .Tak akan ada cerita kerajaan lelembut , sesajen , ilmu ilmu kebatinan .Juga tak akan ada cerita jimat , aji aji atau rapalan rapalan , mantra mantra yang membuat orang sakti mandra guna atau tak akan dijumpai peternakan tuyul atau babi daden daden , atau babi ngepet atau siluman yang mampu menguras kekayaan orang kaya yang punya hobi tidur atau bahkan tak akan dijumpai cerita wayang purwo yang membuat orang tidak tidur semalaman .Tak ada primbon, petung yang dapat membaca peruntungan orang .Yang seperti itulah kelaziman yang disebut Kejawen .
" Pak Muji Sutrisno Sj Pengajar di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkoro Jakarta , ngendikane " Kebudayaan adalah hidup sehari hari yang dimaknai dan diberi arti . " Jadi yaitu , kita bicarakan yang perlu dibicarakan lebih dulu , yang agak emergency . baru nanti kita lanjutkan bicara hal hal seperti halnya membicarakan Serat Darmogandul , Gatoloco . Atau yang dilakukan oleh para warkaban ( warga kabupaten Bantul ) uro uro mengupas Babad Tanah Jawa saben Rebo legi .
Kita sekarang baru sibuk atau perlu atau harus menyibukkkan diri dengan urusan mengapa bahasa Jawa termarginalisasikan dan dampak dampaknya ?

Kalau kita telusuri tampaknya ada pergulatan yang sangat seru tapi tak kentara diantara penganut paham paham poleksosbud yang berbeda beda yang berkuasa di negeri ini .
Antara lain , perbedaan seperti ini .
Paham yang satu berpendapat bahwa dalam satu negara seharusnya hanya ada satu budaya yang sama . Berbagai budaya sebaiknya dilebur , diciptakan budaya Indonesia baru , agar menjadi satu bangsa yang solid . Perjalanan sejarah kita yang melewati pemberontakan pemberontakan selalu curiga terhadap keragaman yang selalu dicurigai akan menimbulkan terpecahan . Sebetulnya pendapat tersebut terlalu naif , yaitu memandang berbagai pikiran yang berkembang yang beragam ragam selalu dengan kecurigaan . Masalahnya bukankah tahapnya memang masih seperti itu . Dalam tahap konsolidasi memang masyarakat akan selalu usreg dalam mencari pijakan pijakan masing masing .Itu adalah tahap konsolidasi , tahap mencari bentuk kemapanan yang paling pas . Kelompok yang satu itu terkenal sebagai kelompok keras sesuai dengan jamannya . Kelompok pendobrak , kelompoknya orang yang tak sabar yang menginginkan negara merdeka sekarang juga . Tak sudi menunggu menerima kemerdekaan yang direncanakan akan diberikan penjajah . Kelompok ini boleh disebut kelompoknya orang orang non ( maksudnya non koperatif dengan penjajah yang akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia ) . Akhirnya kelompok ini dengan bantuan pemimpin pemimpin tentara Jepang ternyata berhasil menggolkan kemerdekaan. Keberhasilan kelompok ini telah menumbuhkan sifat terlalu percaya diri yang melahirkan watak unitaris dengan tujuan dan kesanggupan menguasai semuanya . Akhirnya semua urusan terkonsentrasi pada suatu kelompok dan dikuasai oleh kelompok yang terkonsentrasi pada suatu tempat . Segala sesuatu tersentralisir dan jadilah negara ini negara sentralistik.

Paham yang lain berpendapat biarlah dalam negara ada keragaman budaya , toh keragamanpun dapat dipersatukan . Keberagaman budaya merupakan pernik pernik yang menambahi keindahan negara . Sungguh keliru untuk menilai keberagaman , identik dengan perpecahan . Golongan ini golongan penyabar atau lebih penyabar dari yang pertama . Kita mau berjalan maju haruslah menyiapkan segala sesuatu untuk kemudahan kemudahan di perjalanan , apa lagi kita akan merdeka mengelola negara besar dengan sebaik baiknya , sebaiknya memang harus menyiapkan segala sesuatu secermat mungkin lebih dahulu . Minimal perlu menyiapkan pimpinan pimpinan yang terdidik . Pemimpin negara janganlah pemimpin dadakan atau asal asalan .Untuk itu diperlukan kerja sama dengan penguasa penguasa yang berjalan (kolonial ) yang akan memberikan bimbingan , agar dikemudian negara dapat berjalan baik . Golongan ini disebut golongan co ( artinya golongan yang masih ingin bekerja sama dengan pemerintah Belanda untuk memepersiapkan kemerdekaan ) . Golongan ini tampak sangat hati hati dalam menuangkan pikirannya , karena menurut akal sehat mengelola negara seluas ini yang bukan sekedar Jakarta dan sekitarnya perlu tenaga trampil yang sangat mengenal daerah itu , dapat menyelamatkan manusia dan budayanya , adat istiadat , kepercayaan daerah setempat atau bahasa dan budaya setempat dengan systim yang dapat dipergunakan untuk menguasai wilayah itu dengan baik (golongan ini desebut golongan federalis ) .
Lalu ada pergolakan antar kaum unitaris dan federalis .
Seperti pada pergolakan di tempat lain biasanya golongan radikal ( contohnya dalam gerakan reformasi ) biasanya dapat menguasai medan ketimbang yang kurang radikal . Demikian pula dalam pembentukan Republik kita dimasa lalu .

Sesudah berakhirnya perang Dunia II dan Belanda ingin meneruskan kembali menguasai negara jajahannya Hindia Belanda , ternyata jajahannya sudah tak ada , sudah menjadi negara Indonesia . Hal ini membuat berang pemerintah Belanda sehingga dengan bantuan sekutunya berusaha mendapatkan kembali Hindia Belanda yang telah menjadi Indonesia . Pemerintah Belanda masih ingat pada mereka, orang orang Indonesia bekas anak didik yang masuk dalam golongan co dan dengan bantuannya mencoba ingin menguasi Hindia Belanda kembali . Sebetulnya keinginan pemerintah Belanda ingin menguasai kembali negeri ini hampir terkabul, karena sebenarnya dalam KMB (perundingan antara pemerintah Belanda dan Indonesia ternyata secara de fakto dan de jure Republik Indonesia hanya merupakan negara Republik Indonesia yang berpusat di Jogyakarta yang mempunyai wilayah RI dan Aceh , dan hanya merupakan bagian dari R.I.S di dalam uni kerajaan Belanda-Indonesia dibawah Ratu Belanda . Ini berarti kemenangan bagi golongan co atau golongan federalis yang penyabar .

Namun ternyata banyak sekali orang federalis yang tak tahan gempuran dari orang orang unitaris dan telah berubah atau pura pura menjadi unitaris, sehingga keputusan KMB dibatalkan , Negara federal bubar , bersatu lagi dalam negara kesatuan . Kemenangan kali ini berpihak pada kaum unitaris pendukung NKRI . NKRI menjadi idola bahkan menjadi sakral karena setiap sosok warga negara secara emosional mengiyakan .

Kalau kita kaji lebih dalam , apa arti NKRI ?
Menurut UUD nya NKRI adalah negara kesatuan ,dengan presidennya Sukarno-Hatta .

Apakah R.I.S .?

R.I.S adalah negara federal , presidennya juga Sukarno -Hatta . Perbedaannya mungkin kalau dalam NKRI Kepala Daerahnya Gubenur dalam RIS adalah Presiden Kecil atau raja kecil . Mungkin Sukarno tak begitu suka bawahannya terdiri bukan dari kroninya .Beliau akan merasa dosa meninggakan kawan seperjuangannya .Lalu RIS dibubarkan kembali ke NKRI dimana beliau dapat mendudukan kroni kroninya dalam pemerintahan baru . Begitukah ?

Contoh keragaman budaya bhineka tunggal ika .
Dalam kurun pemerintahan R.I di Jogyakarta (jaman pengungsian ) seluruh pegawai , tentara dan polisi RI harus keluar dari daerah bukan RI pindah ke daerah RI . Manusia dari berbagai suku bangsa ,berbagai budaya dan agama , tumplek blek dalam suatu daerah yang sempit yaitu Jogya dan sekitarnya . Orang Jogya sangat baik ,selalu menawarkan kepada pengungsi yang kesusahan yang perlu bantuan dan penampungan " mari tak apa apa kita mangan ora mangan asal kumpul .Di daerah sangat sempit ini pluralisme dan multikulturalisme berkembang tak ada masalah , jika ada masalah adalah masalah perebutan kekuasaan " . Belanda belum puas sebelum RI bubar , maka daerah yang sempit itupun diserbu , terkenal dengan clash ke 2 . Pemerintah R.I . bubar , yang tak sempat lari ditahan .

Inilah contoh pluralisme yang hidup dalam NKRI tak ada masalah .Semua berjalan lancar .


Ngarso Dalem Sultan Hamengkubuwono IX tenang tenang saja . Dalam kedudukannya sebagai raja Ngayogyakarta Hadiningrat yang diakui kerajaan Belanda , beliau tak punya urusan dengan sengketa R.I dan Belanda .
Dalam daerah daerah pendudukan , inilah terbentuk model masyarakat bhineka tunggal ika , multi etnis , multikultural , masyarakat pluralis yang nyata , dimana orang tersebut dapat hidup dalam kebersamaan , gotong royong , berbagi nasib , ringan sama dijinjing berat sama dipikul , saling menghargai satu sama lain , tenggang rasa tetapi masih miskin dan lugu .
Ini contoh pluralisme yang hidup dalam NKRI . Tak ada masalah .Semua berjalan dengan lancar .Timbul petanyaan apakah masyarakat yang demikian itu hanya dapat berkembang dalam keterpaksaan atau dapat berkembang menjadi dasar masyarakat yang lebih luas dan maju .

Persaingan antar kelompok lainnya yang ingin membawa negara ini maju ke depan , bahkan sudah dimulai sejak lama .
Bermula dari adanya penjajahan negara Jawa ( baik Singasari , Majapahit maupun Mataram atas kerajaan di sekitarnya yang dikenal sebagai adanya Jawanisasi (pengaruh kekuasan Jawa terhadap negara sekitarnya ) . Bagi orang yang bukan orang Jawa ada kecenderungan untuk melakukan perlawanan terhadap perlakuan yang tak adil yang dikenal sebagai men de Javanisasi , bahkan secara kafah mengalir disetiap nadi kehidupan berbangsa besar , bangsa Indonesia .
Ada lagi persaingan kelompok intelektualis Eropa di satu sisi, kelompok Amerika di sisi lain . Lulusan dari Amerikapun ada grup grup dari Universitas masing masing , malah ada yang sangat terkenal yang disebut Mafia Berkeley, Harvard . Seperti halnya di Indonesia sendiri ada grup Gajahmada dan grup Universitas Indonesia .

Namun mengingat negara kita adalah bekas negara jajahan yang miskin lalu timbul paham yang berkeinginan untuk memberikan hak kemerdekaan sebesar besarnya kepada tiap warganya untuk segera maju dan merdeka berusaha dengan maksud memenuhi kebutuhan sehingga warganya menjadi kaya dengan sandang papan pangan dan uang yang melimpah . Maksudnya menebus ketertinggalan yang lalu . Faham ini dapat menjadi lebih menonjol karena faham ini warisan dari penjajah atau westernisasi , modernisasi yang selalu mengandalkan cara berpikir yang rasionalistis, disebut aliran liberalistis atau neo liberalistis .Dalam kenyatannya karena manusia mempunyai kemampuan dan kecerdasan yang berlain lain maka dengan tidak adanya kebersamaan terjadi pergumulan dan sudah jelas yang lemah , yang bodoh tak akan mendapat bagian seperti yang didapatkan oleh yang kuat , yang menangan yang pinter dan cerdik . Lalu terjadi golongan yang berhasil menjadi kaya , dan ada yang masih tetap tinggal dalam kemiskinan . Karena yang kuat bertambah kuat maka yang kaya akan tambah kaya , yang tak kuat semakin tak berdaya menghadapi yang kuat karena itu akan semakin miskin . Hukum alamnya memang begitu .Paham ini disebut paham liberal atau neoliberal . Tujuannya negara harus menghormati kemerdekan orang secara individuil dan orang bebas berusaha sekuat mungkin . Aturannya adalah hukum yang rasional .

Paham yang lain disebut paham kebersamaan ,paham yang menjunjung tinggi nilai budaya asli yaitu yang menginginkan adanya masyarakat yang men cita citakan terciptanya tata tentrem karto raharjo , guyup rukun , gotong royong , budi pekerti , hidup yang selalu dibatasi pengendalian diri dan kebersamaan dan yang tak semata mata disandarkan pada kebutuhan phisik sandang papan pangan dan uang saja . Memang kenyataannya banyak orang atau sebagian besar orang memburu duit yang menjadikan dirinya tak puas puasnya nguber duit untuk menjadikan dirinya kaya raya tanpa batas dan tanpa perlu memikirkan yang lain lagi , dan itulah kenyataan yang ada dinegeri ini ,yaitu upaya ingin segera bebas dari akibat sejarahnya yang lewat . Begitulah kaprahnya orang sekarang . Pada hal banyak contoh , dulu banyak orang Jawa yang dapat hidup tanpa mengejar kejar duit , samadya saja , bahkan kadang kadang masih sibuk memikirkan kebersamaan , hal hal kebatinan .

Memang lalu tak menjadi kaya raya karena bukan itu tujuannya . Tujuannya umumnya mempebesar kekayaan batin , hidup tata tentrem , adem ayem , aturannya budi pekerti , budi luhur .
Untuk jaman sekarang dengan kemenangan westernisasi , modernisasi dan cara berpikir yang rasionalistis dan semua perhatian terfokus pada kebutuhan phisik yang nyata , maka semua perhatian diarahkan kepada uang .Perhatian kepada kebutuhan non phisik misalnya budaya adat istiadat berkurang , pada hal budaya itu yang mestinya akan mengolah perilaku manusia menuju kebersamaan dan keserasian atau tata tata tentrem .

Cara berpikir orang barat yang dikatakan modern dan rasionalistis ini dicontohkan para pendatang pejajah . Orang paham bahwa sebenarnya ada misi orang penjajah menguras sumber alam sebanyak banyaknya .Yaitu mengeruk kekayaan kita untuk dibawa ke negeri asal untuk kemakmuran warganya . Mereka tak perlu tahu sumber alam akan lekas habis , mereka tak perlu tahu dampak dampak yang akan terjadi , toh orang pribumi yang akan merasakan .Atau jika ada pengendalian pengurasan sumber sumber daya , sekedar managemen eksploitasi agar pengiriman bahan bahn dapat berlangsung secara terus mnerus dan teratur .

Aneh , ternyata orang pribumi mengapriciate dan bersorak senang .

Pekerjaan ini harus cepat karena belum tentu penjajahan ini akan betahan lama , karena banyaknya pesaing penjajah , atau apa yang meraka cari sangat dibutuhkan dinegara asal dan segera .

Golongan apapun yang memegang pemerintahan dinegeri ini akan seperti itu , karena basis atau asal pendidikan dan teorinya memang seperti itu .

Adapun golongan yang menganut paham kebersamaan yang biasanya orang kuno ,tradisionalis ,irrasionalis , lebih mengutamakan pengendalian diri dan mengedepankan utuhnya kebersamaan yang selalu disetai kelembutan dan kesantunan .Harus pandai mengendalikan diri supaya sumber sumber alam yang ada tak cepat terkuras .Mengendalikan diri agar lingkungan tak rusak . Pengendalian diri agar pergaulan dengan sesama tidak rusak .Pendeknya beraktivitas bersama , untuk kepentingan bersama menjaga kelestarian alam bersama untuk melindungi kelangsungan hidup bersama . Golongan ini biasanya orang kuno ,tradisionalis , irrasionalis spiritualis . Golongan irrasionalistis yang sangat rasional , alon alon waton klakon , patitis , penuh perhitungan , gemi , nastiti ,ngati ati , punya duga prayoga lan empan papan ,suatu model kehidupan yang gotong royong , justru golongan irrasionalistis ini yang punya pikiran yang lebih rasional .
Karenanya golongan ini sulit diterima oleh golongan westernisasi , modernisasi dan rasionalis dalam organisasi pemerintahan karena bukan saguru sailmu . Yang dalam lingkungan pemerintahan kolonialis hanya diberi kasta rendah . Memang golongan ini tak punya pendidikan ( maksudnya pendidikan barat ) . tak punya pendidikan modern (maksudnya pendididkan liberal ) dan bukan golongan rasional (artinya tak mau menguras sumber sumber alam setuntas tuntasnya ) , namun golongan tradisional ini adalah menjadi pesaing yang tangguh bagi golongan wersternisasi , moderisasi dan rasional .

Dengan kurangnya mendapat perhatian untuk disertakan duduk dalam pemerintahan maka semakin jauhlah masyarakat dari pengertian budaya , makin jauhnya pemerintahan dari kebijaksnan yang berbau budaya .Dan karena budaya Jawa membawahi bahasa Jawa , bahasa Jawa atau bahasa daerah semakin jauh lagi dari pergaulan ( termarginalisasikan ) .

Yang manakah sebenarnya paham yang lebih baik dan dapat diterima dan bemanfaat bagi orang banyak .

Hukum alam mengatakan yang menanglah yang terbaik . Dalam hukum negara demokrasi juga mengatakan yang menang yang terbaik , yang berkuasa . Vox populi vox dei , itu kata pengagum demokrasi . Demokrasi adalah suatu sistim untuk menciptakan pemerintahan . Sebetulnya seperti senjata . The man behind the gun . Apa jenis senjatanya , siapa yang menggunakan , untuk siapa barulah nanti akan keluar penilaiannya , baik atau tidak . Demokrasi adalah senjata , sangat tergantung pemakainya , pintar atau tidak memainkannya . "Sudah lima presiden memimpin Indonesia .Tidak satupun yang mampu mengantarkan negeri ini bermartabat baik secara ekonomi maupun politik
" Begitu yang terbaca dalam Media Indonesia 29 Maret 2008 mengomentari buku Pak Ishak Rafick yang berjudul Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia ."
Ada dua kebijakan yang disabdakan oleh Kanjeng Sinuwun Sultan hamengku Buwono X .
1.Setelah menyaksikan termarginalisasikannya bahasa ibu seperti dikemukakan Bapak Dr.Kusnaka Adimihardja seperti diatas selanjutnya beliau membuat himbauan atau pesan "warna warna lokal yang memuat kerifan lokal sumcam itulah , menurut hemat saya ,yang perlu digali dan diangkat dan dikembangkan dengan lebih dalam dan tajam sebagai wahana pembelajaran bagi generasi muda untuk memahami nilai nilai budayanya "
Dari pernyataan Sampean dalem tersebut yang kami dapat tangkap intinya ,marilah bergiat untuk kembali dan meningkatkan budaya Jawa , untuk mengembalikan idiom idiom lokal , kearifan kearifan lokal yang sangat diperlukan untuk kembalinya alam agar bersahabat kembali dan pergaulan manusia yang berbudaya .

2. Dalam menyikapi Komunike Jogyakarta Kompas 16 -2-2004 bahwa reformasi telah tercabut dari akar hakekatnya yaitu komitmen terhadap perubahan dan perbaikan karena digantikan oleh ketidak pastian yang sengaja diciptakan oleh mereka yang diuntungkan dari ketidak pastian tersebut ,
Menyikapi hal tersebut tentunya kita harus kembali ke pada akar hakekat tujuan reformasi yaitu komitmen terhadap perubahan dan perbaikan , kembali kepada kepastian . Kepastian yang bagaimana yang dimaksud , kepastian yang mana yang digantikan ketidak adanya kepastian yang menguntungkan orang yang membuat ketidak pastian itu . Demkian pula yang dimaksud dengan tujuan reformasi yang adalah komitmen terhadp perubahan dan perbaikan apa dan bagaimana .

Kados pundi para budayawan Jawa , Javanolog , penjaga budaya Jawa . Jauh dari tempat penulis lamat lamat sepertinya terdengar jawaban serempak "kados pundi kemawon saenipun . "

BAHASA IBU YANG TERPINGGIRKAN .

Bahasa ibu orang Jawa adalah bahasa Jawa . Bahasa ibu orang Sunda adalah bahasa Sunda dan seterusnya .

Mengapa hanya masalah bahasa dijadikan masalah yang akan menjadi masalah yang mempengaruhi kebijaksaan pengelolaan bangsa atau negara .Begitu pentingkah masalah bahasa .
Mengapa kita tak mengambil masalah managemen , clean government atau economy to day yang lebih bermanfaat untuk kelangsungan hidup negara ?
Dari bahasa dapat terlihat gambaran suatu bangsa , watak bangsa itu , kebiasaan , budaya bangsa itu . Tetapi bahasa juga dapat merubah watak , kebiasaan dan budaya bangsa .Bahkan sesuai dengan pendapat Bapak Dr.Kusnaka Adimihardja , krisis penggunaan bahasa ibu , berdampak terhadap kelestarian alam .Karena memarginalisasi bahasa daerah , ternyata telah ikut meminggirkn kearifan lokal yang termuat dalam idiom idiom lokal yang berkaitan dengan pengetahuan sosial , ekologi dan kelestarian lingkungan .

Mengapa bahasa ibu tergeser ?

Kita kembali ke tahun 1700 ketika penjajah menjejakkan kakinya di nusantara ini . Sejak penjajahan dimulai ada berbagai alasan dan upaya yang bertujuan untuk meminggirkan bahasa ibu orang Jawa yaitu bahasa Jawa dan budaya Jawa . Terutama mengganti bahasa Jawa dengan bahasa Belanda atau bahasa Melayu untuk dapat melaksanakan penjajahannya di Hindia Belanda . Namun jika kemudin pemerintah Belanda ragu ragu untuk meminggirkan bahasa dan budaya Jawa , yang dipandang masih dapat dipertahankan untuk mempertahankan pemerintahan Hindia Belanda . Orang orang bukan penjajah yang ingin mendeJavanisasi pengaruh Jawa ternyata makin kuat .

Karena itu nyata sekali eksistensi budaya Jawa pada jaman pemerintahan Hindia Belanda yang masih dilindungi pemerintah penjajahan ,dan sesudah ada Sumpah Pemuda tahun 1928 , dan sesudah kita merdeka .

Bahasa Melayu yang menjadi bahasa Indonesia dan bahasa nasional mendapat dukungan penuh dari pepemerintah karena termasuk didalam UUD 45 Pasal 36 dan 36 c "Bahasa negara ialah bahasa Indonesia .

Sebetulnya para founding fathers kita tidak hanya memikirkan eksistensinya bahasa nasional Indonesia saja .

Dalam UUD 45 jelas sekali termuat bahwa eksistensi bahasa dan budaya Jawa atau daerah , tak dilarang bahkan didorong untuk mengembangkan budayanya masing masing .
Pasal 32 .( 1) Negara memajukan kebudayan nasional Indonesia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai nilai budayanya .

(2) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional .

Barangkali kami terlalu sombong jika mengatakan banyak orang yang belum tersentuh perhatiannya dengan yang disebut dalam Pasal 36 A dari UUD 45 yang sudah diamendemen ,

"Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika " , sehingga urusan yang termasuk dalam semboyan keragaman budaya , tak menyentuh kekuasaan yang ada .

Barangkali pasal pasal ini tak menarik untuk dipelajari orang karena tak bersangkutan dengan uang dan kekuasaan sehingga membosankan .

Barangkali kami terlalu sombong jika mengatakan banyak orang sebetulnya belum tersentuh perhatiannya , belum meminati dengan yang disebut dalam Pasal pasal yang dapat menjadi pancatan bagi budaya misalnya ;

Pasal 36 A dari UUD45 "Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika " .

Pasal 18 ayat (5) Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas luasnya , kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat .

Pasal 18 A Ayat (1) Hubungan wewenang anara Pemerintah pusat dan pemerintahan daerah propinsi , kabupaten dan kota ata antara propinsi dan kabupaten dan kota , diatur dengan undang undang dengan memperhatikan dengan memperhatikan kekhususan dan dan keragaman daerah .

Pasal 18 B Ayat (1) Negara menagakui dan menghormati satuan satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang undang .

Ayat (2)Negara mengakui dan menghormati kesatuan kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan ssuai dengan perkembangan masyarakat dan Prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang undang .

Pasal 32 Ayat (1) Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia ditengah peradaban dengan menjamin kebebasab masyarakat dalam memelihara dan mengembngkan nilai nilai budayanya

Ayat (2) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan
budaya bangsa .

Bagaimana pemerintah daerah akan mengkaji bahasa dan budaya berhubung dengan pasal
18 Ayat (5) , semua belum tahu .

Yang jelas apa yang dikatakan memajukan budaya dan bahasa daerah malah belum nyata dengan belum jelas .

Di kota Solo , Pak Walikota banyak mengadakan kegiatan budaya yang selain menghidupkan kegiatan budaya Jawa , tetapi juga karena terkait dengan memajukan pariwisata atau sebaliknya .

Menurut pengalaman kami , pembelajaran Bahasa Sunda di daerah Jawa Barat sekitar Jagotabek seperti air di daun tales . mungkin demikin pula untuk daerah lain ,tetapi bukan maksud kami mengecilkan jasa para guru .

Kami percaya kesungguhan para guru .Tetapi perlu dicari sebab mengapa demikian , dan perlu langkah baru yang lebih baik . Pembelajaran dan pengajaran bahasa daerah tak boleh sekedar ila -ila (asal ada ) . Bagaimana mengatasi lingkungan yang sudah multi etnis .

Misalnya kalau Pemda menetapkan tekad agar para warga kembali menghayati budaya daerahnya , perlu menoleh ke belakang . Rasa nasionalisme kita sebenarnya memang mengharamkan segala sesuatu yang berbau kolonial . Tetapi karena tampaknya pemerintah kolonial lebih piawai memelihara keragaman . mengapa kita tak mau belajar dari masa yang sudah itu . Apakah kita memang harus mengharamkan kepiawian pemerintah kolonial atau malah harus belajar banyak dari situ , sehingga makna tunggal ika yang dahulu untuk mendukung kepentingan pemerintah Hindia Belanda , lalu sekarang untuk kepentingan negara kita yang merdeka .

Mungkin bukan orang Jawa saja yang makin jauh dari bahasanya , tetapi seluruh bangsa bangsa di Indonesia melihat gejala seperti yang beritahukan Eyang Marbangun Harjowirogo seperti diatas . Taruhlah kita tak usah peduli dengan kematian bahasa dan budaya daerah , karena semua orang telah sepakat memperkuat nasionalisme , tetapi jika dampak dampak hal ini membuat kita kecut , sebenarnya kita harus berhitung lagi . "dengan terpinggirkannya bahasa dan budaya Sunda menyebabkan pembangunan phisik yang hebat yang tak terkendali atau dibalik pembangunan yang hebat tak terkendali menyebabkan terpinggirkannya bahasa dan budaya Sunda " .
Tata alam bumi Parahyangan dan Bandung sudah sulit dikendalikan . Bermanfaatkah bagi orang orang Sunda pengorbanan yang sudah diberikan orang Sunda ? Adakah orang Sunda kebanyakan atau kebanyakan orang Sunda mendapat manfaatnya . Tentu ada , menjual jagung, sayuran , buah buahan sepanjang jalan , kuli kuli ,buruh pabrik modal asing, sementara yang berada digedung gedung indah , restoran yang besar besar , mal yang ramai , yang naik sedan sedan baru yang mahal bukan orang Sunda . Tanah , rumah rumah , balong , kebon , sawah , yang akan diwariskan ke anak incu telah terjual .

Sungguh sayang belum ada proteksi bangsa Sunda . Meminggirkan bahasa dan budaya ibu , menyebabkan hilangnya idiom idiom , kearifan lokal Sunda . Alampun kaget mendapat perlakuan aneh yang tak seperti biasanya . Yang biasanya dilakukan dengan lemah lembut, sehalus bahasa dan gending gending Sunda , sekarang semua perilaku yang mengandung kehalusan tergusur dan itu sudah tak terdengar .
Tak usah berbahasa tinggi yang tak bisa dipahami ,untuk mengatakan kemajuan bagi orang Sunda , jika yang tadinya tak punya sawah , tak punya rumah , berasnya sedikit , tak pernah menyantap makanan enak dan bergisi , seharusnya kini punya tanah , punya rumah , anak anak bisa sekolah , bisa berobat , berasnya untuk tiap bulan cukup , bepergian gampang dan aman . Kenyataannya orang tiap saat kebingungan dan kedandapan . Karen tak ada uang , tak ada segalanya .
Ustad Zainudin MZ secara pendek ( karena dipendekkan) berkata " Alam selalu merespon ulah manusia, Kalau manusia ramah dengan alam , maka alam akan ramah dengan manusia , jika manusia tak ramah dengan alam , alam akan membalas dengan kejam ."Daftarnya :
1. Dengan ganasnya manusia menghajar alam .
Alamnya digunduli untuk perumahan, pabrik, kebon , akibatnya alam menjadi panas . Lalu banjir dan tanah longsor mengikuti . Dimusim kering kekeringan . Lalu gagal panen , kebakaran hutan . Orang kurang gisi .Tetapi ratusan ribu insinyur tak satupun yang dapat menaikkan air dari sungai atau tempat rendah ketempat yang lebih atas . Rakyat kecil tatap saja harus mengambil air dari tempat jauh dengan memikul , menggendong , padahal ada slang , ada mesin air, atau ada angin untuk kincir dan ada dana yang bisa diminta . Rakyat yang pintar tak mengandalkan insinyur , membuat kincir tradisional sendiri yang umurnya sudah ratusan tahun .
Mengapa begitu ?
Jika hujan turun Bandung Selatan banjir besar , sekalipun Bandung gudang dan pabriknya insyinyur dan padahal Bandung terletak diketinggian ,yang logikanya air akan cepat turun ke bawah mencari tempat yang rendah . Juga tempat tempat lain di Jawa juga demikian .

2. Manusia berjejal, perumahan berjejal , mobil berjejal tumpah ruah sepanjang jalan raya bahkan di jalan jalan tikus dipenuhi mobil , suara yang bercampur aduk masih diperkeras dengan jutaan pengeras suara . Suara kecapi suling dan gending gending dan degung Sunda yang gemulai terdengar dari radio radio sudah tak ada .Demikian pula suara gamelan , klenengan , uyon uyon Jawa diganti dengan berbagai suara musik yang hingar bingar .

3. Lumpur Lapindo dan lumpur yang lain memberi syarat akan mengikuti Lapindo .

ALAM TRADISIONAL ,YANG DIKATAKAN KUNO, IRASIONALISTIS .

Ini adalah alamnya para nenek moyang dahulu . yaitu ketika nenek moyang mempunyai jati diri dan kepribadian yang masih utuh .
Orang Jawa dulu sangat menggemari wayang kulit , karena dalam wayang kulit yang benar (sebagai lawan wayang kulit instan yang tak punya arti apa apa dipandang dari sudut budaya ) wayang kulit yang benar adalah tempatnya falsafah hidup pandangan hidup ,pedoman hidup orang Jawa , atau dunianya orang Jawa yang indah .
Di tempat wayang kulit orang bisa bersilaturachim sambil mengingat dan menyerap ajaran leluhur yang diberikan sang dalang . Dulu Presiden , menteri menteri , jendral jendral , penjabat pejabat tinggi masih pada suka sama sama nanggap dan nonton wayang , dalam wayang kita dapat mendngar kearifan kearifan lokal . Siapapun orang Jawa yang masih nJawani dalam hati mengagumi kepintaran sang dalang . Pak Frans Seda ketika menjadi Menteri Perhubungan suka menanggap wayang bagi para bawahannya , meskipun beliau orang Timor menghormati budaya bawahannya .

Dalang yang benar adalah guru sejatinya orang Jawa , kedudukan tinggi setingkat pendeta dan raja . Memahami betul pakem Barata Yuda dan Ramayana dengan segala isinya . Bahkan wejangan wejangan para wali para nabi dipelajarinya .Ngerti marang gending gending ,titi laras lan sabetane . Dalang setingkat Pak Manteb Soedarsono , Anom Suroto dan Pak Ekocipto ( dan yang semacam itu ) sebenarnyalah orang yang pantas di gugu ditiru , yang pantes jadi guru besar yang seharusnya diangkat menjadi guru besar dengan gelar gelar diatas Doktor dan diberi pangkat diatas pangkat Gol . IV/b bergaji setingkat dengan gaji Anggota Makamah Agung atau pangkat tituler Jendral bintang dua , mendapat rumah dinas atau padepokan yang lus , agar tidak susah susah mencari uang diluar bidangnya .
Namun kenyataan mengatakan lain , karena dunia sedang menjadi lain , tak memihak aturan dunia timur . Sekarang aturannya aturan barat . banyak orang Jawa yang sudah menjadi Landa Ireng , tak suka wayangan , tak suka slametan . Yang yakin sebagai orang modern harus memakai adat modern .
Tak ada aturan pemerintah yang mengatur kepintaran model timur ,budaya sendiri . Masyarakatlah yang akan memberikan penghargaan . Penghargaan kepada para dalang , penghargaan kepada para dukun yang ampuh dan lainnya , penghargaan kepada kepala padepokan , sinden , niyaga .

Jika orang timur mendapatkan mendapat penghargaan lembaga ilmu barat mestilah yang nyata nyata ilmuny dapat menambah kekuath pemeritan kolonial . Contoh Bapak R.Ng. Purbocaroko , ilmunya ilmu Jawa , tetapi berkaitan dengan ilmunya orang barat , beliau diakui sebagai ahli Jawa , bergelar Doktor dan bergaji besar . Dr. Kusein Jayadiningrat , ilmunya budaya budaya timur tetapi yang dapat memperkuat kekuatan pemerintah kolonial .
Dalam dunia sekarangpun tak beda , banyak sekali orang yang mencelupkan keahliannya yang spiritualistis dan religius timur ke universitas di Amerika , lalu syah diakui pemerintah dan begaji besar .

Ibu Savitri Prastiti Scherer membuat tesis untuk gelarnya dengan judul Keselarasan dan Kejanggalan Pemikiran pemikiran Priyayi Nasionalis Jawa awal Abad XX dengan judul asli Harmony and Dissonance ;Early Nationalist Thought in Jawa Cornell University 1975)

Yang masih tradisional tetap kleleran .

Yang sungguh lebih kejam jika masyarakatpun terbujuk untuk tak menghargai budaya sendiri .
Sungguh sangat aneh jaman sekarang , keberuntungan selalu berpihak pada orang yang memang mendewakan uang . Uang tak suka pada orang yang tak mendewakan dirinya . Atau memang begitulah adanya , jalannya lakon , Tuhan Maha Tahu .
Masyarakat yang tradisional , yang mendapatkan predikat kuno serta irrasional , yang selalu berlaku nastiti , ngati ati , alon alon waton klakon , sabar sareh , nrimo ing pandum , yang menunjukkan kemantapan dan kemapanan tingkat tinggi , dicurigai sebagai masyarakat yang lamban , fatalis dan irrasional .
Tetapi orang kuno malah mengherani orang modern , mengapa orang hidup sekali saja kok ngongso ongso , sing di goleki apa to .Orang kno kok malah memperbesar keprihatinan ,turu longan , mangan longan lan kebiasan ngalars

Kehidupan orang Jawa dahulu sepenuh dibaktikan untuk mecapai masyarakat yang Gemah Ripah ,Tata Tentrem ,Kerto Raharjo . Untuk mencapai tujuan itu disusun Yang disebut Budi luhur , seni yang halus dan kebiasaan halus .

Budaya apa ini .
Kalau kita menyaksikan orang dimana mana rebutan , dalam hati timbul panguda rasa ? Apakah model rebutan yang beginian yang diajarkan dan membawa orang Jawa menuju budi luhur .

Contohnya dimulai dari kraton sebagai mercu suarnya budaya Jawa . Di depan kraton atau regol (gerbang) peribadatan , orang rebutan gunungan yaitu tumpeng besar dengan lauknya , sayur sayuran dan buah buahan . Semua itu memang disediakan agar orang dapat berebut .Orang rebutan karena takut tak mendapat bagian dari tumpeng yang sakral itu . Orang rebutan air bekas mencuci kereta pusaka . Orang berebut takut tak mendapat bagian air bekas cucian kereta yang sakral itu.

Orang rebutan apem yang disediakan oleh masyarakat untuk selamatan yang tujuannya untuk keselamatan rakyat . Orang rebutan karena takut tak mendapat bagian apem tersebut .

Orang rebutan uang receh yang dicampur beras kuning untuk upacara penganten atau orang mati .

Rebutan dan serba berebut , seperti satu ajaran dan latihan untuk cakap mendapat yang paling banyak . Seperti ajarane liberalisme , sapa sing kuwat , sing rosa , sing licik , bisa oleh akeh , sing ora kuat , jompo , anak anak , wong cacad ora kebagian apa apa . Pada hal dari sikap rebutan ini banyak yang muspro , mubazir terinjak injak , sementara dipinggiran banyak orang tak kebagian . Suatu sikap dan perbuatan yang malah jauh dari watak perwiro dan budi luhur . Pada hal budaya kita kan mengajarkan sabar sareh , nrimo ing pandum . Kados pundi para budayawan menggah pamanggih kula punika ? Apa budaya yang tak sabar sareh , tak nrimo ing pandum , ngurmati sapada pada tidak kita kembalikan pada yang seharusnya , mbiasaake budaya antri sing melindungi wong cacad jompo lan bocah bocah , apa wis bene wae ngambra ambra . Kita lihat di jalan atau dimana saja budaya berebut nganggo sakepenake dewe juga sudah menjadi adat padinaning masyarakat umumnya . Malah ing bab apa wae rebutan wis dadi kultur sing tanpa kendali .

Menurut Eyang Marbangun Hardjowirogo " Semua orang Jawa itu berbudaya satu .Mereka berpikiran dan berperasaan seperti moyang mereka di Jawa Tengah dengan kota kota Yogya ,Sala , sebagai pusat pusat kebudayaan , baik mereka yang masih tinggal di pulau Jawa maupun mereka yang sudah menjadi warga negara Suriname ataupun mereka yang telah menemukan tempat tinggal baru di daerah daerah transmigtasi di luar Jawa , mereka berkiblat pada Yogya dan Sala dalam menghayati hidup budaya mereka .Mereka inilah yang mewakili manusia Jawa dengan ciri ciri lambannya yang begitu khas dan yang sering dianggap tak sesuai lagi dengan kehidupan masa kini yang lebih banyak menuntut kecepatan dalam berpikir dan berbuat selagi orang Jawa umumnya karena mengutamakan kebahagiaan dan keselarasan kurang menyukai ketergesaan dalam hidup ." ( Manusia Jawa - Marbangun Hardjowirogo ) .

ALAM WESTERNISASI ,MODERNISASI , RASIONALIS .

Pikiran westerinissi ,modernisasi dan rasionalis dibawa oleh penjajah

Berbeda dengan alamnya orang tradisional , orang yang mengaku didikan westernisasi , modernisasi yang pikirannya serba rasional , sudah diajari , diajar berpikiran kesusu , ngongso ongso . dan prakis , pragmatis . Kesusu ( harus serba cepat ) tentu masuk akal saja wong penjajah itu harus kerja seefisien mungkin , mereka datang ,lalu mengambil dan harus segera kembali mengantarkan jarahan untuk memburu keuntungan dan memenuhi kebutuhan rakyat di negerinya . Ngongso ongso artinya harus dapat sebanyak banyak , ini dapat dimengerti , wong datang dari jauh jauh tentu harus dapat perolehan yang seimbang . Praktis pragmatis , tegese perkara kerusakan lingkungan dan lain lain ora perlu dipikir wong yang akan mengalami kerugian penduduk pribumi .
Tetapi untuk kita mestinya ya tidak cocok , wong kita tak akan kemana mana . Kita pribumi dengan kekayaan yang melimpah di kanan kiri , tak perlu bingung kekurangan . Hasil padi , sayuran ternak, ikan , kayu unuk buah dan bangunan tak kekurangan . Kenapa kita ikut ngongso ongso ? Ikut rebutan . Sebetulnya budaya rebutan harus masuk grup sini . Agar kumpul sesama orang yang suka kesusu dan ngongso ongso . Adanya orang didikan westernisasi , modernisme dan serba rasional diawali oleh kedatangan orang barat yang datang menjajah negeri kita , mereka datang untuk mencari kekayaan mengurasnya dan membawa pulang kenegerinya . Tentu saja harus dilakukan cepat cepat karena diperlukan menolong rakyat di negara asal yang susah .Tidak peduli semua sumber alam habis dan tak peduli meninggalkan dampak pada lingkungan yang merugikan orang pribumi .
Kedatangan penjajah atau pendatang asing pencari rejeki ibarat orang jahat masuk dalam rumah kita mengambil semuanya lalu cepat cepat berlalu memanggul jarahannya . Kelakuan seperti inilah yang diajarkan kepada kader kader kaum westernisasi , modernisme dan rasionalis dan ditiru orang jaman sekarang ini . Dan ternyata kader kader ini yang kini dapat menguasai medan .Dengan segala variasinya intinya para kader telah terprogram harus berbuat seperti itu . Tetapi kalau kader itu ternyata orang pribumi dan berhasil mengambil segala sesuatu sebanyak banyaknya buat apa wong tak akan kembali kemana mana , maka jadilah pekerti yang dikatakan pekerti orang rasional yang tak rasional . Kenapa kesusu susu dan ngongso ongso , menguras segala galanya sampai tuntas , yang sebenarnya sumber daya dapat di dicadangkan untuk kebutuhan yang lebih lama , apakah keturunan dibelakang hari tak perlu diberi sisa ? Kalau kita pikir rasionalkah pikiran demikian . Tak apa apa sekedar memenuhi hasrat kesrakahannya menumpuk numpuk harta , menguasai harta di mana mana yang tak satupun dapat dinikmatinya .

Bukan tak mungkin dalam kurun waktu nusantara jaya sampai jatuhnya Mataram II orang kita tak pernah mengalami super mewah sesuai dengan jamannya, justru dari keadaan seperti itu mereka dapat menimba pengalaman . Dari sana orang dahulu dapat melahirkan kearifan lokal kearifan lokal yang menutun kearah tata tentrem .

ALAM HONGKONG ATAU CINA .

Orang Jawa belajar budaya budi luhur di Hongkong .
Kini anak buah atau anggauta warga negara yang menjadi TKI/TKW di Hongkong tengah mendalami penghayatan budaya modern . Budaya westernisasi , modernisme dan rasionlisme Hongkong jenis lain dengan yang kita adopsi . Dulu dulunya kami tak tahu , yang kami tak tahu kaya apa Hongkong itu , yang kami tahu Hongkong sekarang . Medernisme Hongkong secara phisik memang hebat sekali , barang kali malah di dunia manapun tak akan ada yang menyamai Hongkong , selain US . Gambarannya adalah , tak usah menceritakan bagaimana kemewahan tuannya , para pembantunya saja yang berasal dari Indonesia atau Philipina rata rata mendapatkan gaji kira kira HK $ 5000,- atau Lima juta rupiah sebulan utuh .Ada tempat tinggal sederhana , dan kesehatan dan makan dijamin secukupnya , dengan jaminan perlindungan hukum yang mantap (tidak kacau ) . Di Hongkong jarang terjadi perbuatan pelecean terhadap TKI/TKW .

Siapapun tak salah kalau ngiri terhadap kehidupan di Hong Kong . Dari yang semula kepulauan yang amat buruk , tempat orang orang jahat berubah menjadi wilayah tertib dan makmur Ketertiban , keamanan sangat dijaga . Orang tak boleh dan tak akan berebut dimana saja . Di kereta , di bis , di tempat tempat umum lainnya . Budaya antri sudah menjadi budaya umum di Hongkong , orang harus sabar sareh dan menerima gilirannya . Ini adalah yang dalam budaya Jawa dilambangkan dengan kata nrimo ing pandum . Hidup tak usah serakah apa lagi disertai dengan melanggar hukum unuk memenuhi nafsu keserakahannya .Kebersihan sangat dijaga . Tak boleh dan tak akan ada orang membuang sampah sembarangan , meludah di mana mana , merokok ada tempat tak boleh disebarang tempat . Bukankah warga kita di Hongkong harus menggali dan mempelajari dan membiasakan berbudaya Jawa yang adiluhung kembali . Barang kali kelak sekembali di Indonesia dapat mengajarkan budaya tesebut kepada lingkungannya .

Memang kenyataannya budaya budi luhur yang mestinya penuh ketertiban , karyenak atining liyan , menghormati orang tua dan serta orang cacad , tak membuang sampah/ meludah ditempat sembarangan , tak boleh merokok ditempat yang tak ditentukan, pada praktiknya kurang mendapat appresiasi dari perintah maupun rakyat Jawa sendiri . Siapa tahu membanjirnya oarang Jawa ke Hongkong adalah suatu petunjuk dari Yang Maha Kuasa bahwa kita orang Jawa mesti meniti budaya leluhur kita kembali .
Meniti budaya Jawa yang adi luhung kembali, suatu conditio sine qua non .

Karena semua lapisan masyarakat kita lagi gandrung dengan uang dan terusirnya TKI /TKW gara gara karena mereka di tanah air tak kebagian uang , lalu harus mencari uang ke negara lain , maka ukuran keberhasilan tak lepas dari masalah uang .

Baik pemerintah maupun masyarakat umumnya menghargai TKI/TKW hanya karena mereka menghasilkan devisa negara yang besar dan bagi masyarakat lainnya karena mereka pulang membawa kemakmuran . Pemerintah yang semula cuekpun dan memandang pengiriman TKI/TKW sebagai upaya kesementaraan untuk mengatasi kemiskinan yang memalukan dan tak kunjung habis , kini meningkatkan pelayanan terhadap TKI/TKW sebagai program tetap sebagai sektor pendulang devisa .
Suatu upaya darurat yang semula hanya untuk mengatasi hal yang tak proposional , lama lama menjadi proposional. Tak satupun lahan yang tak diekploitir untuk menghasilkan, seolah olah di Inonesia ini hanya satu satunya agenda yaitu menghimpun uang , anehnya uang tak cukup cukup , utang bertambah terus . Kemana saja uang itu .

Tak satupun berpikir atau berusaha menyerap budaya Hongkong seperti diceritakan . Dan mereka (TKI/TKW) dari Hongkongpun sekembalinya ke tanah air larut kembali dalam budaya kita yang dilanda krisis . Satu hal yang mudah mudahan luput dari pembuat rencana menghimpun uang , jangan sampai angkatan bersenjata kitapun dimanfaatkan untuk menjadi tentara bayaran yang mendatangkan devisa .
Sungguh sayang ada saja Saudara kita orang Cina , yang sudah menjadi warga negara yang cinta tanah air , ternyata tak mencontoh bangsanya di Hongkong yang tertib dan baik hati terhadap TKI/TKW .Cina cina disini yang kami sayangkan tersebut , ialah Cina yang berbuat hitam menodahi bangsanya dan melukai pribumi Indonesia yang masih melarat . Sebetulnya Cina yang berbuat hitam tersebut juga tidak berbuat sendiri , banyak sekali dibantu orang pribumi .Orang pribumi yang bodoh dan melarat . Bodoh bukan berarti tak menamatkan universitasnya , tetapi bodoh karena mau menerjang aturan yang akan membelenggunya , hanya sekedar main spekulasi , melarat bukan karena tak banyak uang tetapi karena keserakahannya yang tak terkendali . Semua itu hanya terjadi di negara yang hanya mendewakan uang . Ada orang pinter yang mengritik keadaan sekarang ini , seolah olah kehidupan hanya mempunyai agenda tunggal memburu uang
.

Alamat e mail : aggrainstitute@ g-mail .com .


-------------------------------------------------------------------------------------------


AGGRA INSTITUTE
TAMAN BELAJAR PLURALISME DAN MULTIKULTURALLISME

Alamat E .mail : aggrainstitute @ gmail .com.


14. SEEKOR BURUNG GAGAK DAN SEEKOR RUBAH .
SEBUAH RENUNGAN I


Merenungkan ,memikir mikir , tentang bermacam ragam budaya di negara kita yang pluralisme dan multikulturalisme ,maka mengenai persaingan antara kekunoan dan kikinian tak pernah berhenti . Sekalipun kekunoan tak pernah secara legal ikut berperan dalam mengatur negara ,tak pernah mendapatkan peRhatian dari negara , tetapi toh sebenarnya juga tak pernah mati sama sekali dalam menyumbangkan aktivitasnya untuk memajukan atau memakmurkan bangsa .
Meski dapat dinilai kurang proposional , yaitu jika penguasa hanya ingin mengeruk untungnya tetapi telalu pelit untuk mengeluarkan ongkos ongkos untuk keperluan pariwisata .Seseorang yang ingin mengadakan upacara selamatan besar di Toraja yang mungkin bisa menghabiskn beberapa ratus juta rupiah ,biasa ditanggung sendiri . Demikian juga di Bali banyak sekali upacara upacara yang makan beaya , yang terbesar dan paling terkenal ialah ngaben . Sementara orang bersusah payah untuk menyelenggarakan upacara yang mahal
itu ,penguasa dan pengusaha sekitarnya dapat memperoleh keuntungan dari peristiwa ini .

Meski terkemas dalam program pariwisata , banyak tradisi tradisi yang tanpa sengaja terlestarikan . Masih banyak dilakukan doa doa tradisional , korban korban tradisional yang tetap dilestarikan meskipun anyak ditentang , selamatan selamatan ,yang dilakukan dalam rangka pariwisata demi suksesnya memperbesar pendapatan negara .

Demikian pula banyak peninggalan peninggalan dan punden punden yang mendapat perawatan yang terpaksa karena mendatanga kan uang .

Ada kirab kirab yang selalu dilakukan di seputar kraton dengan mengeluarkan berbagai jimat jimat ,kirab budaya , kirab grebeg .Masih banyak lagi kirab kirab setempat yang tak kalah meriahnya dengan yang diadakan di keraton . Masih banyak orang melakukan korban korban larungan yang dilakukan ditepi pantai , upacara jamasan pusaka dimana mana ,nanggap wayang untuk ruwatan ruwatan ,bersih desa , selamatan kecil atau besar ,yang semua itu sebagai upaya penyelamatan diri dari segala ancaman mara bahaya dan segala sambekala .Bahkan nanggap wayang dari yang paling sederhana sampai Sendratari Ramayana yang diadakan secara besar besaran dan mewah ,semewah kirab kirab yang diadakan diseputar kraton .

Ketika penulis sedang menulis bab ini , sambil memdengar seruan dari radio Safari Jakarta yang mengajak masyarakat untuk ikut dalam kirab budaya di Jakarta yang akan menonjolkan busana busana daerah dll.
Anehnya di Jakarta justru lebih banyak dapat kita akses siaran stasiun stasiun radio menyiarkan budaya daerah dibanding dengan di kota kota Jawa tengah dan Timur . Yang sudah lama radio P2C , sekarang ada radio Safari , radio Jakarta , radio Sam An (kedengarannya begitu ) ,radio Inyong , radio el Shinta .

Dahulu sekali sejak kuno makuno Lurah Grabag (Kutoarjo ) , adalah lurah yang paling banyak nanggap wayang , hampir tak pernah lowong selamatan dengan nanggap wayang demi keselamatan desa dan warganya . Ketika musibah serangan tikus besar besaran , diadakan upaya pemberantasan manual ,gropyokan bersama , selain itu Pak Lurah tak lupa nanggap wayang untuk ruwatan sebagai upaya spiritual . Ternyata tikusnya kabur semua . Memang ini upaya spiritual yang irrasional , nyatanya manjur . Yang percaya silahkan yang tidak silahkan . Tetapi saksi mata kejadian ini masih banyak yang hidup. (Vide. Buku Seri Kejawen 2002 Jilidan I ) .

Penjelasan ini juga dapat untuk melengkapi jawaban terhadap seruan Pak Ajip Rosidi yang sangat mengkawatirkan punahnya budaya lokal seperti tersebut diatas .juga jawaban atas pernyataan Pak Marbangun Harjowirogo alm . yang memprediksi cepat atau lambat budaya Jawa yang pasti sedang menuju kematiannya . Meskipun yang kami ceritakan sebenarnya hanya pucuk budaya yang tampak diatas banjir budaya lain . perlu diperingatkan sungguhpun pucuk pucuk yang kelihaan dapat dijadikan tanda tanda kehidupan , janganlah pucuk pucuk dijadikan kebanggaan dan kepuasan sehingga melupakan untuk mencari pokoknya pokoknya ,sehingga budaya budaya daerah menjadi adiluhung lagi . Jika lali dan terbuai untuk menikmati pucuk pucuknya saja , sebentar lagi pucuk akan terendam dan hilang dan kita akan kehilangan keseluruhannya .

Sesudah reformasi semua orang jadi modern dan rasionalistis hampir tak memikirkan wayang lagi atau budaya daerah pada umumnya ,kegemaran orangpun berubah . Itu tak dilaramg wong kita hidup dalam alam demokratis mau apapun boleh ,monggo saja . Dimana mana orang lebih suka nonton ndolalak atau bergoyang yang seronok dengan dangdut , main friseks dan narkoba , melupakan ilmu ilmu spiritual yang irrasional yang selalu mengingatkan orang pada adanya panen wohing pakarti ing akhir tembe ,kejujuran dan perilaku utomo.

Modernisasi mengganti sapta pesona dengan ciptaan ciptaan teknologinya , apa yang menarik dahulu mulai ditinggalkan .Di Bali, di Jawa mungkin dalam sekian dasa warsa lagi , pariwisatanya tak akan difokuskan pada hal hal yang spiritual , tetapi telah disediakan ciptaan teknologi canggih seperti di Hawai atau negara negara yang mengabdi pada kesejahteraan lahir . Dari penyediaan hotel hotel mewah ,segala macam permainan ketangkasan . Tampaknya memang seperti ada upaya evolusi (caranya ) tak kentaradan revolusi (dampaknya ) , yang membawa orang timur penganut kekunoan yang spiritualis ke peradaban kekinian .Ada evolusi perluasan hegenomi kekuasaan dari modernisasi barat ke dunia timur . Modernisasi barat tampaknya sudah mulai menggenggam orang timur yang tak berdaya dan penuh penyerahan .

Akibatnya masyarakat menjadi masyarakat menjadi rentan batin dan tak punya kekuatan batin lagi dalam menghadapi segala cobaan dan bujukan setan .Ada goyangan batin sedikit saja sudah collapse .Perombakan perombakan yang dilakukan oleh kekinian bukan terbatas pada ekonomi dan politik ternyata merambah kesemua lapangan kehidupan .

Sungguh menyedihkan jika pemimpin kita sengaja atau tanpa sengaja membawa bangsanya menjadi orang bodoh . Dari mainan anak anak , makanan ringan atau berat , minuman , hiburan , alat hiburan , telpon seluler yang setiap tahun memerlukan berjuta juta unit , alat digital lain ,semua kita tergantung pada produk asing .Apalagi alat alat yang canggih canggih dengan teknologi yang tinggi .
Lalu apa sebenarnya kepandaian ahli ahli kita , apa yang mereka kerjakan .Apa mereka bingung dan frustasi juga ?

Kembali pada cerita Bupati Purworejo .Kebetulan ada sambekala besar yang menimpa Pak Lurah yang sebetulnya sudah sinengkaken ing ngaluhur jadi Bupati .Padahal Bupati sebelumnya tak pernah lupa nanggap wayang .Nangap wayang , tujuan pertama adalah melestarikan budaya .lalu sebagai upaya membersihkan hal hal yang kotor, menumbuhkan jiwa gotong royong bagi semuanya .Wayang kecuali hiburan banyak sekali manfaatnya .Untuk silaturahmi warga , pendidikan umum , budi pekerti bahkan apa saja yang harus disampaikan kepada masyarakat dapat disampaikan disini .hampir tak ada pertunjukan yang mempunyai isi dan misi selengkap wayang .Wayang dengan dalang baik tak kalah manfaatnya dengan perguruan tinggi formal . Dalang yang baik adalah guru besar , budayawan , rohaniawan , kadang kadan sebagai dukun dalam arti yang bisa menyembuhkan penyakit dan mengusir roh jahat , hampir segalanya .Tentu saja dalam kekinian pak dalang merupakan profesi yang mengganggu modernisasi cara berpikir rasional dan kekinian .

Mendapat pinalti untuk dimarginalisasikan .

Bagaimana hebatnya dalang tak akan dapat penghargaan formal , berijasah formal , diangkat sebagai pegawai negeri baik tingkat rendah maupun tinggi .Tetapi masyarakatlah yang akan dn harus mengakui keberadaannya , kadang dengan penghormatan yang kadang kadang berlebihan .Tetapi mungkin cara itu yang terbaik , penghormatan yang diberikan dengan adil dihadapan mata ribuan masyarakat , ketimbang penghargaan berdasarkan atas nilai ijazah yang belum tentu tidak palsu .

Orang orang tua didaerah , masih percaya ada yang namanya kesiku , kesarik , kuwalad ,lali kepada yang mbaurekso .Untuk peringatan pejabat selanjutnya ,jangan meninggalkan tradisi leluhur , sukur bage sewu bisa ngrembakakake Artinya orang tak boleh berlaku sawiyah wiyah terhadap sesama .Berbaikan dengan sesama makluk , saling menghormat kepada sesama makluk , baik makluk yang kelihatan maupun yang tak kelihatan bukan berarti orang itu musrik .Orang pintar tak akan dengan mudah menghukum orang lain sebagai musrikin .Ada dalil dalil tentang kemusrikan . Mengapa orang berkawan dengan roh halus harus dimusuhi .Mengapa roh halus harus dimusuhi .

Banyak orang yang sengaja memberi misinformation tentang budaya daerah , dengan tujuan menjauhkan orang dari budaya seperti itu .Umumnya oleh orang orang yang tak mengerti pa bengkongnya budaya seperti itu .

Seperti kata " eling " kata "alon alon waton klakon " kata " singmbau reso " juga ada yang memberi konotasi yang melecehkan sehingga kata kata tersebut dibenci dan dijauhi orang.

mBaureso yang menurut akar katanya berarti "tenaga atau yang bertugas ,mengrekso atau mengreso " menjaga , memelihara melindungi , digambarkan sebagai setan yang menyeramkan yang akan mecekik siapapun yang tak disukainya sebuah gambaran yang jauh dari pangkalnya, bahkan tak ada kaitannya . Digmbrkn seolah olah semua makluk halus itu jahat .

Yang secara resmi bertujuan menunjang kemajuan pariwisata , toh budaya seperti tersebut diatas masih tak sedikit yang percaya dan menghayati semua itu dengan bersungguh sungguh dan percaya bahwa sebetulnya itulah ( semua itulah ) kepercayaan yang mereka percaya sebagai kepercayaan yang benar .Kepercayaan ini kadang kadang menjadi keder karena serangan dari pihak yang ingin merombaknya .Tinggal terserah bagi pemiliknya bisa dan kuat handarbeninya dan hangkrukebinya atau tidak .Yang jelas barisan rasionalisme adalah yang menjadi musuh utama dan selain itu masih ada upaya dari pihak lain lagi yang sudah lama ingin meniadakan budaya yang dianggap tahayul itu .

Setelah berhasil menyingkirkan golongan kekunoan ( Budaya budi luhur, kebersamaan , penerus budaya leluhur yang kuno kuno ) , faksi faksi dari golongn kekinian dan golongan budaya kekinian ( modernisasi , westernisasi , rasional,liberisasi ) , juga perlu bertarung dengan faksi faksi sendiri .Tak mengapa siapapun yang menang toh kenyataannya golongan kekinian juga yang berhasil meraih kesuksessan itu . Demikian dalam skala negara , negara negara modern yang satu harus bersaing , berkelai dengan negara modern lain .
Seperti cerita burung gagak yang akan kita ceritakan di bawah ini .Penggunaan alat alat perang yang canggih canggih akan mempercepat kehancuran , mudah mudahan "kono nggone kono wite " jika terjadi disana saja di tempat orang yang suka berkelahi , jangan melebar ke sini . Alat perang yang canggih banyak mudaratnya dari pada manfaatnya .

Dulu penulis punya guru bahasa Perancis bernama H.C .Horenweg orang Belanda . Dalam memberikan pelajarannya beliau selalu menampilkan cerita pendek yang lucu lucu .Kalau penulis kaitkan dengan cerita Pak Horenweg tersebut , maka pemimpin kekinian yang sedang bertengkar berebut kemenangan dan yang sudah memperoleh kemenangnya kita ibaratkan dengan burung gagak (l'oiseu noir ) yang bertengger diatas dahan yang siap menikmati dendeng kemenangannya .

Seterusnya dalam cerita itu datanglah seekor serigala (la rage ) , yang sebenarnya sejak tadi mengincar dan ingin merebutnya .
Kata serigala ,
" Wahai burung gagak sobatku yang baik .Sudah lama aku mencarimu .Aku mencarimu kemana mana dengan sengaja , karena sebenarnya aku kangen sekali mendengar suaramu yang sangat merdu .Suaramu sungguh merdu , itulah alasanku mencarimu , tak lain hanya ingin mendengarkan suaramu .Perdengarkanlah suaramu yang merdu , wahai sahabatku , untuk mengobati rinduku ."

Mendengar pujian sang serigala , hati sang gagak mengembang, berbunga bunga " Benarkah suaraku sangat baik . Lalu timbul keinginan sang burung gagak untuk memperdengarkan suaranya .

Karena begitu gembiranya mendengar pujian sang serigala , maka sang burung gagak tanpa pikir panjang membuka paruhnya dan mengeluarkan suaranya keras keras .

Dengan tangkas sang serigala yang sudah memprekdisi apa yang akan dilakukan burung gagak yang bodoh tetapi mengaku pandai itu ,dengan cekatan menyambar dendeng yang lepas dari mulut sang burung gagak dan dalam hati serigala berkata " dasar orang dungu tak tipu kowe, kapokmu kapan " , lalu sang serigala itu berlalu dengan membawa dendeng .

Pimpinan pimpinan kita yang kekunoan berantem dengan yang kekinian , ternyata yang kekinian menang mengalahkan yang kekunoan .Selanjutnya yang kekinian yang satu beratem dengan kekinian yang lain .Dan diantara keduanya yang menang itulah yang diwakili burung gagak .

Apakah benar burung gagak yang menang yang akan dapat menikmati hasil berantemnya ?

Kenyataannya tidak , karena hasil itu jatuh ke mulut serigala ?

Kita ibaratkan bahwa pemimpin kita ini berantem siang malem , menghabiskan tenaga , mengerahkan segala kemampuannya ,untuk memperbaiki ekonomi , meningkatkan pertumbuhan , menggerakan sektor riil , menyelamatkan pendapatan negara , ternyata ada golongan lain yang lebih cerdik dan pandai dari pada para cerdik cendekiawan keluaran westernisasi dan modern. "
Golongan ini dalam hati berkata , " biarlah mereka berantem mengadu ilmu yang tinggi, bertengkar, berpameran kekuatan dan kepiawian di parlemen , mengadu kecakapan ngomong pengadilan yang membuat hingar bingar seluruh kehidupan dan masyarakat , biarlah yang dieksekutip menghabiskan segala tenaga dan pikirannya .Toh yang penting uangnya dapat kita akali .Lalu diam diam kita gunakan untuk pembangunan .Pembangunan swasta bebas tak berkendala , untuk golongannya sekalipun , toh dengan liberalisasi tak terkendala lagi oleh berbagai peraturan . kalau perlu " kaum burung gagak " diberi sedikit sedikit , misalnya a Rp.2 milyar .Bagaimana , bereskan ? "

Ada kawan seorang sarjana , yang begitu membanggakan kesarjanaannya , tetapi karena kesal dengan keadaan yang semakin tak jelas , membuat lelcon , " Setinggi tinggi bangau terbang akan kembali kekubangan juga , diplesetkan menjadi setinggi tinggi ahli ekonomi yang berpendidikan hebat hebat yang berdasi , bermobil ,jangan keburu sombong dulu karena tak akan sanggup bersaing dengan orang orang lulusan Glodok ,Petak Sembilan , Mangga Dua yang bersandal jepit tetapi membawa sekarung uang dengan wadah yang butut .Ternyata bukan orang pinter saja yang kena tipuannya , bahkan orang jahatpun dapat dikelabuhi oleh mereka .

Mereka tahu banyak masalah dan rahasia .Dari yang kasat mata ,rasional sampai dengan yang gaib . Sekalipun mereka juga dapat digolongkan modern , mereka tak melupakan kekunoan mereka , rajin membakar hio lengkap dengan ajian ajiannya .Mempunyai meja meja persembahayangan buat tempat sesaji bagi leluhurnya di rumah tangganya , Hasilnya sungguh hebat , tenyata bagi mereka bukan hal yang susah untuk memanage orang lain , bahkan untuk meng-instruct orang lain termasuk pembesar, para cendekiawan yang bangga dengan gelar gelarnya .Kalau mau mereka betul betul mudah menjadi unvisible gouvernment .

Siapapun dari kita yang sudah melepas ilmu kekunoan kita ,mendapatkan serangan dari ilmu kuno mereka , akan tunduk seperti kerbau yang dicocok hidungnya, mata yang normalpun tiba tiba tak berfungsi untuk membedakan jurus tipu mereka , itu namanya kena aji sirep .Tak percaya ? Tampak semuanya seperti biasa tetapi bukankah semua luar biasa ?

Terbukti salah seorang dari mereka , yang pendidikannya entah apa, dapat membuat orang satu negara susah ,ribut dan berantem sendiri .

Mereka paham betul cara cara bagaimana berburu ular .Betapapun ganasnya ular , betapapun manjur bisanya , tangkaplah dulu kepalanya , lalu terserah mau dimasukkan karung atau dikuliti saja atau dipotong untuk obat kuat .


Alamat : E-mail : aggrainstitute@ gmail com .




---------------------------------------------------------------------------------------------




AGGRA INSTITUTE
TAMAN BELAJAR TENTANG PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME

Alamat ; E mail : aggrainstitute@ gmail com


15.SEBUAH RENUNGAN 2 .


Mengapa kita (atau penulis ) membuat golongan yang masih mengingat ingat, mengingat kembali kekunoan kita . Itu timbul karena kita melihat sekitar sudah berubah tak seperti yang dicita citakan kan orang tua kita , yaitu hidup guyub rukun , gotong royong , tata tentrem kerto raharjo , gemah ripah loh jinawi , repeh rapih .

Barang kali sekedar mengingatkan bahwa sesungguhnya soal soal pluralisme dan multikulturalisme ini sudah terpaterikan dalam UUD45 , hanya masalahnya belum pernah mendapat perhatian ,lebih lebih perhatian yang khusus dari pihak manapun .Masih untung pasal pasal ini belum terhapus oleh amandemen yang dilakukan oleh orang yang suka mengamandemen UUD 45 .
Mudah mudahan kekuatiran kita , hanya terbatas sebagai kekuatiran kosong ,misalnya jika wakil wakil kita di MPR yang tak kuat ngomong (sepi ing pamrih rame ing gawe ) lalu hanya inggih inggih kados pundi saenipun terhadap semua manuver pihaklain atau , hanya seperti padi menguning di sawah , setuju saja pada angin yang ingin membawa mereka kemanapun .

Suatu hal yang menjadi kekuatiran nyata ialah jika budaya pluralisme dan multikulturalisme (budaya daerah ) kita tinggalkan lebih jauh ,karena hal itu mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap tata nilai , tata kehidupan kita atau tata yang mengatur masyarakat kita , Dari hal itu tampak makin jelasnya tentang adanya perbedaan arah tujuan yang tak seperti tercantum dalam dasar dasar negara kita .

Ini ditandai dengan adanya masyarakat yang usreg terus terusan , tanpa ana jenjem jenjemnya , seolah olah sebagai pernyataan bahwa apa yang dberikan bukan yang mereka cari .
Masyarakat di ajak mentati budaya taat hukum karena negara ini ngara hukum .Tetapi jika dalam negara yang berdasarkan hukum ini ,kesandung mafia hukum , tentu saja masyarakat akan bosen dan menjauhi budaya berhukum yang tak benar ini , bahkan jika masyarakat sudah bosen dengan kelakuan hukum ini , kelak akan menjauhi hukum dan main hakim sendiri . Bertindak sendiri sendiri. Bahkan dulu ada pejabat yang sangat bangga dengan kehidupan berhukum , sehingga hampir semua masalah diserahkan pada hukum .Nyatanya hukunm tak pernah menyelesaikan masalah , bahan penjabat itu mengeluhkan ternyata hukum juga bisa menambah masalah , jahat dan tak berkeadilan .
Masyarakat dijanjikan kehidupan yang adil ,nyatanya mencari inti dari arti keadilan saja sudah susah atau yang berkembang sekarang ini sudah merupakan keadilan yang dicita citakan ?

Artinya biarlah memang keadaan dunia begitu ada yang kaya ada yang miskin , ada yang kaya sekali ada yang miskin sekali . Ada yang jahat ada yang tidak jahat .

Masyarakat akan diberikan kemakmuran .Tampaknya gross nasional product serta kemakmuran meningkat , sekalipun hutang kita juga meningkat banyak , dan hampir semua kekayaan sumber alam habis . Kenaikan kita tentang kesejahteraan bukan seperti samodra kang rob (yang diajarkan ASTABARATHA ) , alon alon tetapi munggah bebarengan .Rata . Memang banyak yang sudah menjadi kaya , tetapi masih banyak juga yang masih dibawah garis kemiskinan .Kalau kita telah merasa sukses dengan dengan pembangunan kesejahteraraan yang kita peroleh ,kesejahteraan seperti inikah yang mendorong kita untuk benegara ? Lalu yang belum sukses bagaimana ?

Penguasa bukannya tak mencarikan yang terbaik buat bangsanya , tetapi suatu kenyataan bahwa apa yang diupayakan penguasa sering tak cocok dengan yang dimaui oleh rakyatnya .Bolehlah penguasa dengan kekuasaanya memaksakan kehendaknya kapada rakyatnya karena mereka kuasa ,tetapi jika rakyat tetap tak bersetuju maka tentu akan menolaknya .Belum tentu semua orang mau menyedu susu yang disediakan oleh penguasa sekalipun susu itu penuh gizi dan mahal harganya , mungkin orang malah memilih tape ,getuk , gaplo , growol, kaliguci dan pecel dan besengek yang sudah dikenalnya .

Kalau saja keinginan rakyat dan pemerintah dapat klop tentu tak akan muncul masalah .Justru timbulnya masalah karena kenginan penguasa dan yang dikuasainya belum klop .

Pembangunan yang menggebu gebu perlu disesuaikan dengan keinginan masyarakat .Karena ternyata masyrakat manusia bukan seperti masyarakat kambing .Masyarakat kambing perlu kandang yang bagus , bersih , higenis , dan makanan yang bergizi .Itu menjadikan masyarakat kambing makmur gembira dan gemuk gemuk .Namun demikian toh mengatur masyarakat kambing tak mudah ,kadang kadang perlu kekerasan digebug, ditendang agar menjadikan masyarakat kambing mematuhi aturan aturan peternak . Namun peternak yang baik perlu jeli terhadap kelakuan kambing .Mengapa tiba tiba sakit mencret , gelisah , berantem tak habis habisnya tentu ada yang tak beres .
Mengatur masyarakat manusia ternyata tak semudah mengatur masyarakat kambing . Ada yang mengatakan bahwa semua itu bersumber pada banyaknya uang . Ada uang , semua beres .
Mungkin sementara ini karena gencarnya kekuatan uang , orang berpikir seperti itu , lebih lebih kita bekas negara jajahan yang miskin atau bekas orang yang dipermiskin oleh kolonial dan neokolonialis.

Tetapi kelak jika manusia sudah kapok dengan ulah uang akan berpikir lain .Manusia punya otak yang dapat membedakan yang benar dan tak benar , yang adil dan tak adil , yang jujur dan yang curang ,yang selalu ditipu dan yang selalu mau menipu ,yang mau menang sendiri maupun yang jadi kalahan . Yang kalah ,
yang ditipu , yang selalu dicurangi , yang di bodohkan ,yang dianggap lemah akan berusaha untuk , pinter ,untuk kuat untuk merebut kemenangan berikutnya .Selalu begitu .Sampai keadaan menjadi klop .
Bisakah keadaan klop ?
Barang kali leluhur kita yang sudah kenyang dengan hidup dan siklus siklusnya itu yang menyadari bahwa uang bukan segala galanya .Apa kurangnya syarat syarat kita untuk makmur mubra mubru , keceh duwit , wong semua kita punya . Dari sumber alam ,tambang , tanah subur makmur dapat kita jadikan sumber agar kita kaya raya .

Uang memang diperlukan tetapi bukan segalanya , tetapi untuk hidup ini ada kebersamaan ada hidup gotong royong , itu yang penting .Itu sebabnya leluhur kita telah memilih opsi tata tentrem kerta raharjo .Segala upaya manusia (budaya dalam arti yang luas maupun yang sempit ) harus bersumber dan diarahkan kepada tujuan TATA TENTREM KARTA RAHARJA . Tak perlu bermewah mewah tetapi juga jangan miskin miskin amat .Pengalaman menunjukkan siapapun yang dapat mengikuti paham ini hidupnya lebih tenang tak kedadanpan , siapa yang berpikir lain dari seperti diajarkan itu akan selalu gelisah dan tak akan pernah merasa telah sampai pada yang mereka cari .Kekayaan yang berlebihan selalu berakhir dengan musibah .

Alm. mBah Josonto ,begawan ( disebut mBah Kyai ) yang kenamaan di desa Patuk ,Patutrejo , Kec.Grabag biasanya mempunyai nasehat dan ajaran seperti itu .Kini kharismanya menurun ke sang putrinya .Di daerah ini siapakah pejabat yang tak mendapat restunya ? Nasehat penulis , jangan sekali kali membelakanginya .
Bolehlah sekarang para pemilik uang berbangga bangga dan yang belum jenuh berusaha sampai jungkir balik untuk memperpesar kepemilikannya , dengan membangun pengamanan berupa pagar pagar kuat , deposito bank , deposit box , dan innvestasi , jika tak ada kebersamaan dan melupakan gotong royong , semua itu maya belaka , dapat berbalik sebagai musibah yang merusak diri sendiri dan lingkungan bergenerasi .

Begitulah juga ajaran orang besar kuno sebagai tersirat dalam pelbagai kitab ,maupun dalam kumpulan kata kata mutiara orang bijak yang semua itu memberi peringatan agar nama kita semua tidak diaduk aduk sebagai penjahat setelah kita tiada .

"Hirup darma pawayangan ,hirup ngan ngakonan , hal hal anu ditangtukeun ku Pangeran .

Hirup katungkul pati , waktu teu nyaho dimangsa .Hirup ditangtukeun ku maot , anu teu nyaho waktuna .

Ulah maot manggih untung ,ulah paeh manggih bagya .Sing bener waktu keur hirup .Supaya ulah diomongkeun dimana geus maot "bintoroasri@ yahoo .co.id .


AGGRA INSTUITUTE
TAMAN BELAJAR BUDAYA PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME

Alamat E mail : aggrainstitute @ gmail.com


16. Leadership .


Ternyata mencari istilah leadership dalam budaya pluralisme dan multikulturalisme tak mudah .Tak semudah mencari istilah itu dalam texbook kekinian .BP7 dalam regime orde baru menterjemahkan leadership dengan istilah kepemimpinan .

Ada tiga syarat untuk menjadikan orang atau orang untuk menduduki kepemimpinan .

Ki Hajar Dewantoro menyebut
bahwa ada 3 syarat yang harus dipenuhi seorang pemimpin .

Ing ngarso sung tulada ,
Ing madya mangun karso ,
Ing wuri handayani .

Hal itu adalah urutan kacang yang didasarkan ngarso , madya , wuri .Namun barang kali jika dikaitkan dengan perbuatan mungkin lebih baik diurut sebagai berikut : Ing ngarso mangun karso ( karsolah yang mendahului semua pekerjaan ) , lalu ing madyo yang berati langkah kedua adalah sung tulodo (langkah kedua adalah memberi contoh bagaimana seseorang berbuat , bertindak , beraksi ) , barulah langkah ketiga ing wuri handayani ( artinya seorang pemimpin kecuali sebagai pengambil inisiatif pada setiap perencanaan kerja , lalu memberi contoh bagaimana mengatasi pekerjaan juga di belakang memeriksa barisan , memberi semangat , mengontrol apakah semua berjalan sesuai dengan derap langkah yang telah ditetapkan) .
Budaya pluralisme dan multikulturalisme , sebagaimana namanya , terdiri dari banyak sekali dalam bentuk dan jumlahnya kalau tiap satuan mempunyai pemimpin , akan banyak sekali pemimpin yang diperlukan . Banyak kesempatan kerja terbuka , meratakan rejeki , memperluas keadilan . Guru guru bahasa daerah
banyak diperlukan , juga guru guru seni budaya daerah . Apa yang kami sebut kesatuan atau sentra budaya perlu tunjangan agar hidup kembali , pedukunan , kasepuhan , satuan dalang , sanggar seni ,kraton juga perlu tunjangan . Golongan ini sebenarnya secara totalitas tan memerlukan biaya terlalu besar . Tak akan sampai sebesar anggaran untuk keperluan wakil wakil rakyat yang tak mewakili rakyat .
Kalau saja masyarakat yang berbudaya pluralisme dan multikuturalisme ,kita umpamakan dengan kehidupan masyrarakat yang lain , tampaknya lebih mendekati masyarakat gugusan trumbu karang .
Semua hidup dalam komunitasnya masing masing , tanpa mencampur tangani urusan masing masing semua hidup dengan warnanya , masing masing dengan bentuknya dan dengan damai dan membentuk suatu keindahan .
Bhineka Tunggal Ika .
Alamat e-mail : aggrainstitute@gmail.com
AGGRA INSITUTE
TAMAN BELAJAR PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME
BUDAYA PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME
17. SEBUAH RENUNGAN 3 .
Bahwa kita belajar sesuatu tanpa target , tentu tak masuk akal . Belajar tentang Pluralisme dan Multikulturalisme ,maksudnya ialah untuk mengenali berjenis jenis budaya di tanah air yang dapat dijadikan guidance untuk hidup dalam kebersamaan ditanah air yang nyatanya memang penuh dengan keadaan yang plural dan multikultural , agar ada kerukunan hidup yang tata tentrem kerto raharjo . Tata mempunyai keteraturan disegala bidang kehidupan , tentrem ialah damai ada dimana mana , tak ada gejolak , kerta raharjo adalah sehjahtera untuk semua orang dari yang atas sampai dengan bawah .
Dalam dunia nyata selalu ada dua pilihan yang digelar .
Kita selalu dipameri serba kemewahan , dan kelebihan yang memotivasi atau menyeret agar kita belajar mengambil atau memilih contoh hidup dalam dunia baru seperti diajarkan oleh orang modernisasi , yang penuh dengan glamur sanggup memenuhi ambisi dan aluamah sebesar besarnya dan itulah yang tengah melanda dan menjadi impian manusia masa kini . Kaya , sandang pangan papan berlebihan , bebas ngumbar hawa (bagi yang bisa ) , hedonistis ,.materialistis ,tak usah memikirkan orang lain .Yang penting orang bisa menikmati hidup sepuas puasnya . Kaya sekaya kayanya .Untuk mencapai tujuan tersebut orang harus bersaing tak perlu memikirkan orang lain lebih dahulu , kalau perlu baru dikerjakan kemudian . Tak usah memikikan orang lain yang lemah tak berdaya , tak mempunyai kemampuan untuk bersaing . Masing masing sajalah .
Namun masih ada diantara kita yang mengatakan tidak ,
Mengapa ?
Karena cara yang tersebut belakangan seperti itu , tak sesuai dengan adat perangai kita, itu tak cocok bagi kebiasaan kita , tak cocok dengan kebribadian kita yang masih agak utuh ,dan bila itu dipaksakan dapat merubah atau menghancurkan kultur kita yang sudah mantab . Kita tak mungkin bisa begitu mudah meninggalkan pola pola hidup kebersamaan kuno (lokal) , kita tak akan demikian mudah melupakan kebiasaan kita untuk tak peduli kepada orang lain dan mentala kepada keadaan yang bikin ngenes , kita tak akan begitu mudah untuk melupakan gaya dan kebiasaan kita untuk berlaku alon alon waton klakon , duga prayoga , samad sinamadan , yen ngongso ongso apa sing digoleki , wong yen numpuk donya brana kuwi mung bakal nyilakani , ora cilaka nang donya ya cilaka ing akirat .
Pola baru yang mengagungkan donya brana dan kesenangan dunia itu , bagi kita sebetulnya sudah usang karena kita pernah mengalami sebagai negara yang subur makmur gemah ripah loh jinawi, tetapi karena hal tersebut ternyata tak membawa berkah , mengundang banyak musibah , kemudian kita tinggalkan karena kita telah go to turning point , return to nature, ingin kembali menikmati hidup dalam pola lama saja yang penuh kedamaian dan kebersamaan tata tentrem kerta raharjo . Apa yang menjadi titik tujuan kita adalahah tata tentrem kerto raharjo .
Mengapa ?
Banyak orang western yang rasional yang sulit memahami paham kita , mengapa kita harus mengurang ngurangi , eling , memperbanyak laku prihatin , berlaku sabar , wani ngalah luhur wekasane .
Merka tak paham bahwa di sana ada kebersamaan , kedamaian , keselarsan ,pengendalian diri dan disanalah letak jalanmenuju tata tentrem lerta raharja .
Terlalu banyak dan terlalu jauh jika kita menyimak baboning kitab , disini cukupkiranya jika kita nukilkan sedikit tentang pandangan hidup budaya Jawa
Misalnya kitab atau serat “Wulang Reh ,anggitanipun Kanjeng Sinuwun Sunan pakubuwono IV “
Pada gulangen ing klbu,
Ing sasmito amrih lantip,
Aja pijer mangan nendra ,
Kaprawiran den kaeksi ,
Pesunen sariranira ,
Sudanen dahar lnguling .
Dadia lakunireku ,
cegah dahar lawan guling
lan aja sukan sukan ,
anganggowa sawatawis ,
ala wateke wong suka ,
nyuda kaprayitnaning batin .
Dari kitab yasan Dalem Sampeyan Dalem Kanjeng Sinuwun Gusti Mangkunegoro Ingkang Kaping IV “WEDATAMA “
Nulada laku utama ‘
Tumrape wong tanah Jawa ,
Wong Agung Ing Ngeksigondo ,
Panembahan Senapati .
Kapati amarsudi ,
Sudaning hawa nepsu ,
Pinesu tapa brata
Tanapi ing siang ratri ,
Amamangun karyenak tyasing sasama .
Bahwa paham memang adalah sekedar paham , anutan adalah sekedar anutan , tetapi itu adalah juga way of life , orang dapat memilih yang mana yang disenanginya dan yang paling cocok dengan dirinya sendiri .
Semua sudah terlindungi oleh dan termaktub dalam UUD 45 Pasal –pasal , 28 dan pasal 29 dan pasal pasal budaya yaitu pasal pasal 32 .
Sayangnya kadang kadang orang begitu mengagumi paham yang dianutnya , menganggap paham yang dianutnya yang paling betul , sehingga menjadikan dia fanatis dengan pahamnya . Menganggap pahamnya yang paling benar dan memaksa orang lain menjadi pengikut paham itu seperti dirinya .
Banyak golongan modernisme yang begitu fanatis , sehingga segala sesuatu yang berlawanan dengan modernisme dianggap tak perlu ada , karena akan mengganggu perjalanan saja .
Sebaliknya golongan tradisionalis kurang menyetujui sepak terjang golongan modern yang umumnya berorientasi ke westernisasi , yang induvidualistis , rasional , praktis dan pragmatis yang bukan saja membiarkan persaingan tetapi mendukung adanya persaingan yang hanya memenangkan kaum kaum yang okol dan kaya dengan akal , yang ototnya kuat dan otaknya lebih tajam saja , suatu paham yang tak cocok dengan kebersamaan , yang tak cocok dengan kepribadian kita .
Pada hal orang barat nyata nyata imperialisme yang menghancurkan kita . Tetapi karena kepepintarannya lalu menjadi bangsa yang seolah olah lebih pintar dari kita dan menggurui kita , meskipun dengan paksaan dan kekerasan .
Kenyataan seperti inilah yang ada dalam masyarakat kita yang majemuk .
Dalam perjalanan bangsa , UUD 45, NKRI , Bhineka Tunggal Ika diterima BPUPKI dan ditetapkan sebagai dasar Negara . Tanpa masalah . Namun dalam perjalanan bangsa timbul penafsiran penafsiran yang bukan meragukan saja kebenaran pilar pilar bangsa tersebut , lebih dari itu seperti tak lagi mempercayainya . Amandemen amandemen terhadap UUD 45 adalah bentuk keraguan atau tidak ketidak percayaan terhadap pilar pilar bangsa itu .
Dalam praktek bernegara ada banyak faksi faksi yang memimpin bangsa ini kedepan , ada faksi Sukarno-Hatta , faksi Suharto yang dapat dikatakan masih berbau tradisional dalam arti memikirkan ajaran ajaran nenek moyang yang kuno yang mempertahankan ajaran ajaran yang termuat dalam pillar pilar bangsa secara murni dan konsekwen , ada faksi Sutan Syahrir , ada faksi Tan Malaka , Wijoyonomic , Habibinomic ,Indrawatinomic yang rasional dan liberal .semua memraktekkan kepiawaiannya dalam memajukan bangsa dengan meragukan kebenaran ajaran leluhur yang termuat dalam pilar pilar bangsa tersebut .
Artinya di negeri kita golongan tradisional pernah mengendalikan negara pada arah tujuan sesuai dengan UUD 45 , yang menurut fasafah Jawa disebut tata tentrem kerto raharjo begitu juga sudah berpuluh tahun golongan modern tak henti hentinya , terus menerus mengendalikan negara untuk dibawa ke arah adil makmur .
Namun sejak kemerdekaan diproklamirkan hingga sekarang tak sekalipun Bhineka Tunggal Ika pernah diperjelas baik dalam undang undang atau peraturan lain , selain sebagai selokan tanpa makna , sesanti tanpa aji , jimat tanpa khasiat .
Sudah sampaikah kita pada tujuan adil makmur , tata tentrem kerto raharjo .
Jawabannya belum .
Sesuai dengan jamannya (modern ) golongan modern memperoleh banyak peluang untuk mengatur Negara . Mengapa golongan ini juga tak dapat membawa atau memberikan adil makmur kepada rakyat ?
Mungkin hanya karena istilah atau batasan batasan tentang apa yang kita cita citakan yang kedengarannya tak sama , sehingga kita seolah olah selalu menunggu yang belum tiba padahal yang kita tunggu sudah ada .
Pemerintah modern telah menciptakan percepatan /pertumbuhan ekonomi yang tinggi ,
Pemerintah modern telah menghasilkan GNP yang besar , Pendapatan perkapita yang tinggi , sandang ,papan, pangan yang cukup . Mobil begitu banyak , hingga jalan penuh dengan mobil . Mau apa lagi ?
Dalam bidang legislative pemerintah sanggup mula mula memperbaiki perumahan para wakil , membelikan mobil , alat alat perlengkapan rumah tangga , lalu kesanggupan itu ditingkatkan lagi , sanggup atau akan sanggup memenuhi ambisi para wakil rayat yang menginginkan gedung super canggih , studi banding ke luar negeri ,
Bidang ekskutip , tersiar akan dibelikannya Kepala Negara pesawa khusus untuk menjalankan tugas tugas yang konon akan lebih menghemat pengeluaran .
Dibidang penegakkan hokum banyak kejahatan besar , mafia ,yang di bongkar KPK .
Tetapi tolong tengok Maklumat 10/10/10 dari para pemuda yang pro perubahan ( yang masih dari bagian orang modern juga ) .
Ketua Umum Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah menjelaskan , bahwa kondisi bangsa yang mulai rusak (malah ) di semua lini . Pemerintah belum berhasil memberantas kemiskinan ,memberantas korupsi , menegakkan hukum ,menjamin kebebasan beragama belum berhasil menuntaskan kasus kasus besar seperti kasus pemberian talangan Rp. 6,7 trilyun untuk Bank Century .
Ketua Gerakan Bersih mengatakan , pemerintah belum bisa memenuhi harapan harapan rakyat yang telah memilihnya , menjaga keamanan dalam negeri dan mempertahankan citra bangsa terhadap bangsa lain . ( Kompas 11-10-2010 )
Golongan tradisional yang tak begitu paham dan tak begitu minat dengan masalah ekonomi yang membosankan , tak ber komentar atas semua itu Golongan ini yang uplek menggeluti budaya selalu hanya hanya berkomentar soal budaya ,
Namun tak apa jika kami nukilkan sekelumit pendapat para budayawan yang kadang kadang mewakili golongan tradisional.
“Pemerintah harus mampu mengendalikan sektor pasar ,jika tidak , kebudayaan nasional akan hancur secara bertahap dan tiggal menunggu waktu .
Lemahnya pengendalian pemerintah atas sektor pasar ,akam membuat marak komersialisasi kebudayaan dan pndidikan dan akibatnya semakin kita rasakan sekarang . ujar budayawan Abdul Hadi HW , dalam pidato kebudayaannya berjudul, Kebudayaan ,
Kekuasaan , dan Krisis pada peringatan 10 tahun Universitas Paramadina di kampus Paramadina , Jakarta Rabu (9/1) .
Abdul mengungkapkan , jika berkonmitmen untuk mengembangkan kebudayaan nasional , untuk melindungi kebudayaan nasional atau masyarakat madani yang kuat serta kultural negara atau pemerintah harus punya strategi dan politik kebudayaan yang bebas dari kepentingan politik praktis dan sesaat . (Media Indonesia ,11 -1-2008 )
“Ajaran Tokoh Pedidikan Ditinggalkan “
‘Bangsa kita sekarang.lebih senang belajar apa yang berasal dari luar negeri , kultur luar negeri .Pada hal ajaran dan pendidikan sendiri seperti arjaran Ki Hajar Dewantara dan tokoh pendidikan lain memiliki keunggulan yang lebih sesuai dengan karakter bangsa .
Dan ajaran pendidikan mereka tidak kalah kualitasnya dibanding yang brasal dari luar. Tepai justru tidak digali dan dikembangkan , ungkap Djohar , pakar pendidikan yang
jugaRektor Universitas Sarjanawiyata taman Siswa Yogyakarta .
Kompas 21.Mei 2007 .
“Banyak mahasiswa lupa akan akar budayanya “
Banyak orang asing tertarik mempelajari kebudayaan bangsa Indonesia . Namun masihkah generasi muda saat ini mecintai kebudayaan . Generasi muda adalah pewaris kebudayaan bangsa bahkan bisa dikatakan sebagai ahli waris kekayaan bangsa ini . Namun bila hal ini disubstituskan dalam kondisi terkini ,tentu terlihat ironi .
Kelompok Mahasiswa Wlisongo (KSMW) bekerja sama dengan Aliansi Nasional Bhineka Tunggal Ika menggelar seminar bertajuk Strategi Budaya Mempertahankan Kedaulatan bangsa “ .
Kalau kita cermati sebenarnya kita tak terlalu heran , mengapa terjadi persepsi yang selalu tak sama .
Disatu pihak membanggakan keberhasilan keberhasilannya , sedangkan pihak yang lain selalu tak dapat menerima keberhasilan yang di banggakan itu .
Contoh :
Keributan , keicuhan , kekisruhan , tawuran , demontrasi yang mendekati anarki , yang semua iti cermin kegelisahan masyarakat (mengapa ?) oleh satu pihak disikapi justru sebagai dinamika keberhasilan demokrasi , hidupnya aspirasi ,parsisipasi masyarakat dalam pemekiran , sebagai keberhasilan yang menjamin kebebasan untuk menjalankan berbagai aktivitas oleh rakyat .
Namun oleh pihak lain disikapi sebagai akibat memanage masyarakat sebagai suatu kekeliruhan dalam membawa arah tujuan masyarakat , sehingga semua itu timbul dan dapat mengancam tujuan tata tentrem kerta raharjo ,
Keberhasilan menaikkan pertumbuhan ekonomi tinggi , tetapi belum ada jaminan keberhasilan itu dapat rata sampai kebawah , kadang kdang malah dijarah rayah diatas , dan dibawah hanya mendengar ceritanya saja .
Golongan yang satu seperti berulang dalam tulisan AGGRA dikatakan berpendirian , pokoknya semua tergantung pada uang . Karena itu semua masalah tak penting . Ada uang semua pasti beres , Kenyataan menunjunjukkan lalu semua berebut uang , tak ada lain yang dipikir kecuali uang . Tetapi karena berebut uang semua menjadi tak beres , Semua menjadi musibah .
Barangkali seperti gejala orang umum juga , siapapun yang hidupnya selalu tertekan dan tak dapat kesempatan menikmati kekayaan atau menikmarti menjadi orang kaya , mengendalikan uang, dan melihat kenyataan orang yang dapat mandi uang dengan gampang , lalu yang terpikir hanya bagaimana cara menutup ( dengan cara ngaji mumpung ) menutut masa masa ketika tak mempunyai kesempatan mandi dengan uang , seperti yang lain .
Sukarno tidak kaya .
Suharto sak kroni kroni nya menjadi kaya raya .
Habibi kaya ,
Gus Dur kaya
Megawati kaya .
Yang lain berusaha untuk kaya .
Sukarno tidak kaya , tetapi orang mengenang sebagai orang baik .
meskipun oleh musuhnya dianggap tak baik . Sukarno mula mula tidak berbaikan lagi dengan ahli ahli ekonomimya , tetapi memutar haluannya memimpin ekonomi terpimpin . Semua orang berkata Yes .
Suharto dengan kroni kroinya kaya , sebagian orang mengenang sebagai orang baik , sebagian orang mengenang sebagai orang tidak baik . Suharto jatuh ternyata bahkan sedang berbaikan dengan ahli ahli ekonominya . Semua orang berkata Yes .
Yang suka dibicarakan Cuma tokoh itu , yang lain kurang , mungkin karena kekuasaannya begitu singkat .
Cerita Sukarno dan Suharto seperti cerita Subali dan Sugriwo .
Bedanya Cuma Subali tak pernah menikmati hasil perjuangannya , Sukarno meskipun dari 1945- 1949 harus berjuang mati matian , ternyata dapat menikmati jadi wong agug paling tidak dari 1950-1966 , menikmati perjuannya meskipun bukan dalam bentuk harta benda tetapi penuh kebesaran yang menjadi keinginannnya .Hanya beliau yang mempunyai sebutan / gelar Paduka Yang Mulia Pemimpin Besar
Bapak Suharto memang tak punya gelar yang menggetarkan sepeti itu , hanya Bapak Pembagunan saja , tetapi akhirnya toh ditambah Jendral Besar . Pak Habibi pernah memberi gelar tak resmi terhadap Pak Harto karena kepiawian beliau memimpin Negara sebagai “embahe professor “ .
Sebetulnya yang sangat patut dkenang kedua beliau ini , karena keduanya masih banyak sekali mengikuti ngelmu warisan leluhur , leluhur bangsa Indonesia tulen yang pluralisme dan multikulturalisme . Dan karena beliau orang Jawa , apa yang beliau warisi dari leluhurnya tentu saja budaya Kejawen . (atau Budaya Jawa ) .
Acara sungkeman tak pernah dilupakan ,
Acara nyadran
Kadang kadang mengenakan busana Jawa,
Memakai unggah ungguh Jawa yang diikuti seluruh pejabat non Jawa
Mengerti , menggunakan ngelmu Jawa , seperti orang non Jawa juga menyelenggaran adat tradisinya ,
Suka nonton wayang , klenengan , kesenian daerah
Berbahasa daerah yang sangat disenangi orang daerah .
Ternyata beliau adalah orang Jawa yang tak melupakan Jawanya atau orang Jawa yang masih nJawani .
Barangkali itulah sebab mengapa kemudian semua senjata westernisasi modernisasi rasionalisme liberalisasi beralih mengararah pada diri beliau beliau , yang dari semula kawan atau begundal begundal beliau menjadi lawan yang tak tahu membalas budi . Kembali kepada kepribadian sendiri Pak Karno , bagaimanapun memang diwarisi dan diteruskan oleh Pak Harto , yang tampak " seje godonge yen digeget pada rasane " , menemukan jalan kekepribadian sendiri sangat ditakutkan oleh yang tak menyenanginya . Dan secara keseluruhannya USDEK dipandang sebagai kekeliruan dalam mengambil jalan .
Tetapi beliau beliau ini dengan arogannya mengecilkan semuanya .Barangkali perlu diingat beliau berbuat seperti itu , karena beliau merasa beliaulah mendapat itu sebagai hasil perjuangan beliau sendiri , sedang yang lain hanya penderek .Barang kali itu kesalahan dalam memandang sesuatu secara arogan , karena semua itu perjuangan sendiri maka segala sesuatu adalah seperti miliknya sendiri .
Baik Pak Karno maupun Pak Harto membangun kebesaran diri dengan melalui menjadi orang demokrat . Bagaimanapun warnanya demokrasi (memang demokrasi tak pernah benar ) beliau mendapat kepercayaan dari demokrasi .Bagaimana warnaanya MPR (MPR sekedar" wakil" rakyat yang banyak memanipulasi suara rakyat ) dari hampir seluruh wakil wakil rakyat dalam MPR . Bahkan terakhir kedua beliau memenangi demokrasi secara mutlak atau memperoleh suara aklamasi dari wakil rakyat di MPR .
Hanya nampaknya pendirian rakyat juga tak dapat dijadikan jaminan .Meskipun suara itu diperoleh secara aklamasi di sidang resmi , rupanya tak punya kekuatan untuk menghadapi radikalis dan minoritas yang menggugatnya .
Demokrasi kita belum mantap , suara rakyat masih sangat labil menghadapi angin angin perubahan setiap waktu .
Dan baik dari sisi kebaikannya atau keburukannya kini Riwayat Sukarno dan Soeharto telah menjadi buku pelajaran yang komplit yang dapat dikaji oleh siapa saja yang memerlukannya , untuk menempuh jalan yang lebih baik .
Kesimpulannya , demokrasi bukan segalanya . Diatas demokrasi masih ada yang lebih kuasa yang menentukan segalanya . tak ada vox populi vox Dei , jika diadakan itu musrik . .
Yang ada hanya kekuasaan Tuhan , selebihnya kekuasaan yang lebih rendah dari kekuasaan Tuhan ., bisa owah gingsir , bisa molak malik
Alamat E-mail : aggrainstitute @ gmail .com


AGGRA INSTITUTE
TAMAN BELAJAR PLURALISME -MULTIKULTURALISME
Alamat email aggrainstitute@gmail.com
18 . DEMOKRASI .
Ilmu negara atau ilmu tata Negara telah membukukan ribuan theori atau rumusan tentang demokrasi dan telah melahirkan pakar pakar tata Negara .Penulis kurang jelas apakah yang akan penulis kemukakan pernah terjangkau (terikut sertakan ) dalam dunianya para ilmuwan tata negara atau belum , kurang jelas .
Sebetulnya demokrasi di Indonesia , mempunyai urutan sejarah yang panjang . Mula mula dilandasi oleh tekad perjuangan bersama yang dimulai dari paling tidak :
Sumpah Pemuda tahun 1028 , untuk bersatu menggalang kekuatan untuk merdeka ,atau lepas dari penjajahan ,
BPUPKI yang memformulasikan cita cita bangsa dalam bentuk RUUD yang memuat tujuan tujuan kemerdekaan yaitu
-berkehidupan kebangsaan yang bebas bagi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia ,
- untuk memajukan kesejahteraan umum ,
-mencerdaskan bangsa
-dan ikut melaksanakan keteriban dunia berdasarkan kemerdekaan , perdamaian abadi
dan keadilan social .
RUUD tersebut diundangkan pada 18 Agustus 1945 menjadi UUD 45 yaitu UUD Republik Indonesia
Selanjutnya untuk melaksanakan atau mencapai tujuan kemerdekaan dibentuklah Pemerintah .
Demokrsi sudah dimulai sejak kita bersama sama berkeinginan untuk merdeka . Demokrasi dalam memikirkan bagamana meraih kemerdekaan . Demokrasi ini kemudian di ujudkan untuk membentuk satunya kekuatan bersama secara nasional .Demokrasi ini kemudian berubah menjadi perjuangan phisik bersama untuk mengusir penjajah . Demokrasi bersama selanjutnya adalah perjuangan bersama untuk memajukan kesejahteraraan umum , mencerdaskan bangsa dan memelihara perdamiaian dan ketertiban dunia .
Demokrasi di Indonesia bukan dimulai dari sejak menjelang pencoblosan untuk memilih sang pemimpin , tetapi sebenarnya diikat dengan janji dan idée berjuang bersama untuk untuk mencapai kemakmuran bersama . Kata bersama tak boleh ketinggalan apabila bangsa ini akan selalu berkonmitmen dengan arah perjuangannnya . Ada suatu dasar yang harus melandasi demokrasi pencoblosan ialah sejarah menghimpun tenaga atau kekuatan bersama , berjuang bersama sama , yang mestinya harus dilanjutkan dengan memajukan kesejahteraan umum bersama , mencerdaskan bangsa bersama . Harus ada kata bersama , karena kita diarahkan pada tujuan bersama , karena itu bila menyimpang dari itu kita , harus kembali menempuh kebersamaan itu lagi .
Dalam perjalanan sejarah kita kita mengenal berbagai demokrasi , di mulai dari jaman demokrasi dalam sidang sidang Sumpah Pemuda tahun 1928 , dalam sidang BPUPKI , sidang KNIP , Sidang konstituante , siding MPRS , Sidang MPR .
Ternyata banyak sekali macam macam demokrasi ,.
Ada demokrasi liberal , demokrasi terpimpin , demokrasi pembangunan , demokrasi pencoblosan . Hampir semua negara mengklaim negaranya adalah negara demokrasi .China mengaku sebagai Negara demokrasi karena China bukan Negara yang tak ada pemilihan dalam memilih sang pemimpin , punya perwakilan perwakilan rakyat . Begitupun Korea Utara Negara yang dikenal sebagai Negara otoritair mengaku sebagai Republik Demokrasi Rakyat Korea Utara .(RDRKU ) .
Namun sesungguhnya yang berhak menentukan kebenaran suatu negara demokrasi atau tidak adalah negara adidaya Amerika yang mengaku sebagai sumber dan panutan negara demokrasi yang benar . Sebenarnya susah mengartikan kata demokrasi ini , tak usahlah kita ngotot ngototan soal kebenaran demokrasi . Negarawan negarawan baik lama maupun baru mengerti hal itu . Pilihan kita sebenarnya hanya mengekor 100% , 50% , ila ila saja . Yang ngotot menurut ukuran normal atau ukuran biasa (artinya tak ada udang dibalik batu adalah justru yang tidak wisely , tak mengerti sikon . Menentang tak mungkin .
Betapapun bagusnya negara demokrasi misalnya yang sesuai dengan kehendak rakyatnya , yang bebas rekaysa , yang jurdil apa lagi pencoblosan yang tak ada salah hitung dan bebas dari rekayasa , tetapi manakala tak bersesuaian dengan pikiran pikiran negara adikuasa Amerika , toh akan dianggap sebagai bukan negara demokrasi yang baik . Mungkin sekali waktu Negara adikuasa akan datang untuk menghajarnya . Bukankah negara Amerika kecuali satu satunya negera yang adikuasa adalah mengaku sebagai polisi dunia .Dan tak ada yang berani menentang kenyataan ini , sebab yang berani bertentangan dengan pendapat ini akan susah .
Sama halnya kata globalisasi yang pada tiap waktu diperbarui dalam sidang APEC , Globalisasi , jelas dan tegasnya adalah Amerikanisasi . Semula globalisasi ditakuti oleh negara negara tak maju , tetapi sekarang malah digandrungi angkatan kini . Amekanisme telah menguasai lahir batin geneasi baru kita , apa kata dunia ?Dalam globalisasi ini banyak kenikmatan kemnikmatan yang dapat diperoleh dari limbah kemudahan kemudahan dan kenikmatan yang membangkitkan selera rakyat negara tidak maju ,untuk mensyukuri pembodohan yang mengasjikkan.Memang nyatanya dalam globalisasi ini sebenarnya negara negara anggauta tak perlu susah susah , tak perlu pintar pintar karena semua sudah akan dipasok dan sudah diatur sang adikuasa yang over produksi . Kita tinggal yes . Bahwa semua bisa berpura pura pintar , seperti orang pintar beneran itu tak dilarang , karena memang Negara kita sekarang tengah dilanda pelawakisme hedonisme dan disuruh tak menggunakan pikiran sehat . Kita tinggal bilang yes , semua ada . Mungkin sampai kita dilanda apatisme dan frustasi .
Dalam dunia nyata sebetulnya kita mungkin akan lebih sejahtera menerima limbah kemakmuran dari Negara adikuasa saja dan menyerah total biar di kuasai Negara adikuasa dan menerima bagian sedikit dari Negara itu , ketimbang susah susah memanage Negara sendiri yang tak pernah benar . Banyak diantara kita yang hidup seperti diceritakan dalam alinea ini , dan hanya sedikit yang masih mempertahankan kebribadian kita . Bertahan menegakkan demokrasi Bhineka Tunggal Ika , dengan risiko babak belur .
Alamat : e –mail : aggrainstitute @ gmail .com
AGGRA INSTITUTE
TAMAN BELAJAR PLURALISME DA MULTIKULTURALISME
Alamat E-mail : aggrainstitute @ gmail .com
20 . KAJAWEN SEBAGAI BAGIAN KECIL PLURALISME DAN MULTIKURALISME
Tulisan ini adalah penjelasan dari pertanyaan tentang Kejawen yang kadang kadang diasumsikan sebagai arrogansi dari penghayatnya yang selalu menonjol nonjolkan sebagai sesuatu yang paling unggul seolah olah yang lain mempunyai nilai yang kurang berarti dari itu .
Hal ini disebabkan oleh kecintaan terutama dari orang Jawa (itupun sudah sangat terbatas hanya dilingkungan golongan tua ) terhadap budayanya .Yaitu orang tu yang merasa harus handarbeki dan hangrungkebi budayanya itu .Siapa lagi yang harus mencintai budaya Jawa kalau bukan orang Jawa sendiri .
Mungkin karena begitu derasnya serangan untuk meniadakan (memarginalkan ) budaya Jawa dari luar bahkan termasuk oleh bagian orang Jawa sendiri sehingga yang mencintai budaya Jawa harus meningkatkan tangkisan tangkisan , yaitu hangrungkebi budayanya dari kepunahan . Hal tersebut juga pasti dialami oleh budaya budaya daerah lain di nusantara kita ini .
Kejawen (Budaya Jawa ) seperti halnya budaya Sunda , budaya Bali , budaya Batak , budaya Minang dan budaya daerah lain adalah ujud dari budaya pluralisme dan multikulturalisme .Sedangkan budaya pluralisme dan multikulturalisme adalah ujud dari Bhineka Tunggal Ika yang dicantumkan dalam UUD 45 .
Ada pendapat mengatakan Kejawen adalah Ilmu Kebatinan Jawa , mempunyai runag lingkup kecil , tetapi ada pendapat yang mengartikan Kejawen adalah segala hal yang menyangkut kehidupan orang Jawa (Poleksosbud ) , Javanisme .
Perbedaan ini sama halnya dengan orang mengartikan budaya . Ada sebagian mengartikan budaya hanya terbatas pada apa yang disebut sapta pesona , yaitu budaya yang dapat dijual sebagai bagian sapta pesona ( yang menarik tourism ) saja , tetapi ada yang mengartikan budaya sebagai segala hasil perkembangan daya pikir dan batin nanusia .
Kejawen dalam arti Ilmu Kebatinan Jawa sebetulnya hanya salah satu aspek dari kekayaan pluralisme dan multikulturalisme . Kejawen yang ini adalah ilmu yang mempelajari batin , tingkah laku manusia dalam hubungan dengan Tuhannya , alam dan hubungan dengan manusia lain .
Banyak sekali perguruan , kasepuhan , padepokan yang menjadi warg dari kelompok ini
Perguruan Pak Subud
Perguruan Pangestu
Kejawen dalam arti luas adalah ilmu yang berisi ajaran ajaran tentang poleksosbud seperti diajarkan olek para leluhur orang Jawa .
-ada ilmu tata negara ,
-ada ilmu tata masyarakat ,
-ilmu kebudayaan,
-ilmu tradisi
-ilmu tata busana
-ilmu kedotan
-lmu pengobatan ,
-ilmu titen
-ilmu petung
dll .
Semua ilmu tersebut biasanya dikuasai oleh yang disebut orang tua , wong tuwo , wong pinter , Pak Dukun atau sekarang disebut paranormal biasanya menguasai sebagian dari ilmu ilmu Jawa tersebut . Untuk kedudukan kepala perguruan yang sudah terkenal , mendapat sebutan sebagai Romo , di dalam agama Katholik juga disebut Romo . Orang yang mempunyai pengetuan luas setingkat dukun , guru ilmu ialah dalang . Dalang yang punya tingkatan baik (excellence ) , biasanya menguasi ilmu atau ilmu lmu Jawa . Justru golongan golongan inilah yang paling dimusuhi oleh golongan yang tak menghendaki eksistensinya budaya Jawa , karena mereka adalah benteng terakhir budaya Jawa .
Orang kadang kadang salah persepsi menyamakan salah satu dari kegiatan ilmu Kejawen sebagai Kejawen , demikian juga Kejawen dianggap sebagai hal yang mewakili dunia Kejawen yang sempit . Jika terjadi hal demikian tentu timbul banyak salah pengertian , sebagai missal seorang buta yang memegang buntut gajah akan menganggap gajah seperti belut yang panjang , kecil dan mengacung . Atau jika orang buta itu memegang gajah pada bagian kupingnya akan menganggap gajah itu seperti kipas dapur orang Jawa .
Sama halnya janganlah beranggapan tempat duduk , alat tempat tidur , isi dapur untuk masak itu rumah tinggal , rumah tinggal adalah bangunan bahkan pekarangan seisinya dimana manusia dapat bertempat tinggal ( baik dengan kedamaian atau tidak ) tinggal menikmati . Janganlah menganggap potongan potongan budaya Jawa adalah budaya Jawa , sebab jika demikian akan keliru .
Memang ada istilah istilah yang kurang pas dalam mempelajari budaya Jawa . Misalnya istilah budayawan Jawa . Kadang penari atau pelawak masuk dalam kelompok budaya .Celakanya lagi digelari dengan sebutan budayawan . Budayawan budayawan Jawa untuk ilmu yang adi luhung , tentu tak sama dengan seniman seniman penghibur , apa lagi pelawak pelawak . Bahwa penghargaan terhadap mereka (Seniman atau entertainmentmen ) dalam dunia yang materialistis sekarang menempatkan golongan selebritis sebagai warga kelas super itu, phenomena baru sekarang . Apakah itu insidentil atau tidak, jamanlah yang akan menentukan .
Alamat : E – mail: aggrainstitute@gmail .com

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar