AGGRA INSTITUTE

Diposting oleh Asri Bintoro on Jumat, 05 Februari 2010


AGGRA INSTITUTE
ANGGAYUH GAPURANING NUGRAHA GUNG
( MENGGAPAI GERBANG KEBERKAHAN TUHAN )

TAMAN BELAJAR PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME


Alamat ; Komplek Mekatani No 15 Cempaka Baru Jakarta Pusat Rt 004/04 Kode Pos 10650
Puspita Raya Blok L/7 Sektor 3.2. BSD City Tangerang
E-mail : bintoroasri@yahoo.co.id.


BUDAYA PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME

Pluralisme dan multikulturalisme
ialah suatu pikiran yang membiarkan , yang tak menolak
,yang dapat menerima , bahkan tak berkeberatan jika keadaan keberadaan bangsa kita terdiri dari macam macam suku bangsa dan bangsa bangsa , hidup bersama sama dalam satu lingkungan negara kesatuan dengan tetap memelihara budaya ,kepercayaan , keyakinan, tradisi kebiasaan dan keyakinan politik masing masing . Keadaan plural dan multikultural ini dalam bahasa kunonya disebut bhineka (aneka ragam ) , tetapi diupayakan agar tetap tunggal ika ( menjadi satu ) .

"Bhineka Tunggal Ika " menjadi seloka yang indah , juga dijadikan pedoman bagi kehidupan budaya yang pluralistis dan multikulturalistis .
Menurut sejarahnya seloka tersebut diambil dari kitab SUTASOMA karya pujangga keraton Majapahit yang berjuluk Empu TANTULAR , Seloka tersebut terselip dalam kalimat yang terkenal "Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrowa " .
Seloka ini menjadi begitu berharga karena terpaterikan sebagai pasal dari UUD 45 R.I. yaitu pasal 36 A yang berbunyi Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika . Pasal 36 C Ketentuan lebih lanjut mengenai Bendera ,Bahasa dan Lambang Negara , serta Lagu Kebangsaan diatur dengan undang-undang .
Mengingat adanya kenyataan bahwa kita memimiliki suku suku , budaya , kepercayaan dan keyakinan yang pluralistis dan multikulturalistis , semua itu yang menyebabkan kita perlu mengerti dan mematuhi hakekat dari tembung "Bhineka Tunggal Ika" .

Sejauh mengenai budaya negara kita , yang Bhineka Tunggal Ika , diatur dalam UUD 45 Pasal 32
(1) " Negara memajukan kebudayan nasional di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai nilai budayanya . (2) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional . Pasal 36 C menyebutkan Ketentuan lebih lanjut mengenai Bendera , Bahasa , dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan diatur dengan undang-undang . Kewenangan Pemerintah Daerah Sepanjang mengenai budaya diatur dalam UUD 45 Pasal 18 ayat (5) Pemerintah Daerah menjalankan otonomi seluas luasnya , kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang undang ditentukan sebagai urusan Pemerinah Pusat . UUD 45 Pasal 18 ayat (6) Pemerintah daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan . UUD 45 Pasal 18 A (ayat 1 )Hubungan wewenang antara pemerintahan Pusat dan pemerintah daerah provinsi , kabupaten dan kota atau antara provinsi dan kabupaten dan kota diatur dengan undang undang dengan mmperhatikan kekhususan dan keragaman daerah . UUD 45 Pasal 18 B (Ayat1 ) Negara mengakui dan menghormati satuan satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau yang bersifat istimewa yang diatur dengan undang undang . UUD 45 Pasal 18 B (Ayat 2) Negara mengakui dan menghormati kesatuan kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang undang .

---------------------------------------------------------



Bermuatan telaah , antara lain ;

1. Budaya Jawa Adiluhung
2. Budaya Pluralisme dan Multikulturalisme 1
3.Budaya Pluralisme dan Multikulturalisme 2
4.Budaya Pluralisme dan Multikulturalisme 3
5.Budaya Pluralisme dan Multikulturalisme 4
6. Budaya Pluralisme dan Multikulturalisme 5
7. Budaya Jawa memang lama tersimpan

8.Jawabab atas pendapat Pak Ajip Rosidi
9.Budaya Pluralisme dan Multikulturalisme
Kekunoan dan kekinian
10. Budaya pluralisme dan Multikulturalisme
Apa kata hati orang priumi
Apa kata hati orang non pribumi (Cina )
ll.Budaya Pluralisme dan Multikulturalisme
Budaya Sunda

12.Budaya Pluralisme dan Multikulturalisme
Sebuah teka teki .
13 .Budaya Pluralisme dan Multikulturalisme
14. Budaya Pluralisme dan Multikulturalisme
15.Budaya Pluralisme dan Multikulturalisme
l6 .Budaya Pluralisme dan Multikulturalisme
17.Budaya Pluralisme dan Multikulturalisme
(kalau kita menuju ke )
18.Budaya Pluralisme dan Multikulturalisme
(Apa kata hati orang Pribumi dan apa kata hati orang non pribumi )
19 .Budaya Pluralisme dan Multikulturalisme
20. Budaya Pluralisme dan Multikulturalisme



























AGGRA INSTITUTE
TAMAN BELAJAR PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME

E mail bintoroasri @ yahoo co.id .


1 .BUDAYA JAWA ADI LUHUNG = ?


10-02-2010


Budaya Jawa dalam konteks pluralisme dan multukulturalisme hanyalah sebagai salah satu komponen dari pluralisme dan multikulturaisme .Karena penulis adalah orang Jawa , mungkin wajar saja jika lalu memberikan perhatian pertama pada budaya Jawa , karena penulis lebih memahami walaupun sedikit Budaya Jawa tersebut , dibanding budaya budaya suku bangsa lain di negara ini . Mengingat Budaya Jawa adalah hanya salah satu komponen diantara budaya budaya daerah lain , maka sebenarnya membicarakan budaya Jawa , seperti sudah mewakili budaya budaya lainnya , mengingat budaya budaya daerah pada waktu ini bahkan sudah sejak lama dikatakan sebagai mengalami marginalisasi dari kehidupan berbangsa dan bernegara di negara kita ini .
Sebelum kita membicarakan budaya Jawa lebh jauh , kiranya perlu penjelasan lebih dahulu pada hal hal yang sering menjadi tanda tanya . Kalau orang Jawa mengikutkan kata adi luhung sesudah kata budaya Jawa , tak kurang tak lebih adalah sebagai pemantas karena begitu cintanya orang Jawa terhadap budaya warisan leluhurnya ,yang begitu dijunjung tinggi . Budaya Jawa seperti budaya daerah lainnya memuat yang disebut kearifan kearifan lokal .Kearifan lokal ini timbul dan terbentuk dari pengalaman pengalaman hidup yang sangat panjang yang kemudian sangat berguna sebagai tutunan hidup , lahir batin , budi pekerti . pengendalian diri ,eling dan waspada dalam semua tindakan dan patrap atau peka terhadap semua yang agal alus , disertai harapan supaya budaya tersebut dapat menjadi sesuatu yang berharga dan melindungi dan memberi kecerahan dan pencerahan pada siapa yang percaya .
Sebagaimana tujuan hidup orang Jawa yang selalu mendambakan tata tentrem kerta raharjo , untuk itu setiap orang Jawa dulu diajar untuk menghormat kepada yang pertama adalah Gusti Allah , sang Pencipta . Menghormat segala makluk di sakurebing langit salumahing bumi ,karena dengan menghormati ciptaanNya juga berarti menghormati Sang Penciptanya . Saling menghormat intinya , menghindai bentrokan .
Namun bukan tak mungkin bahwa sesuai dengan tingkat berpikirnya orang orang ,kadang kadang orang orang memberikan penghormatan kepada ciptaanNya secara berlebihan , sehingga terkesan menduakan Tuhannya dan itu kadang kadang tampak musrik , yang pahal tak ada tujuan untuk berbuat seperti itu .
Demikian pula orang yang ingin menyudutkan . tak mau memahami bahwa kekeliruan tersebut sifatnya hanya khilaf saja mengingat tingkat berpikir mereka masih belum cukup tinggi .Demikian pula kata kata adi luhung yang benar bukan dinyatakan dengan membusungkan dada dengan perasaan lebih besar dari yang lain dan bukan merupakan penonjolan diri sebagai lebih unggul dari yang lain lain ,sehingga sepertinya mengecilkan yang lain , melainkan sekedar luapan dan ungkapan emosi betapa orang Jawa sangat mengagungkan budayanya tanpa dengan maksud merendahkan yang lain.
Mengingat pada akhir akhir ini , bahkan sejak reformasi nasib pluralisme dan multikulturalisme makin termarginalisasikan (ditinggalkan) , dengan meninggalkan dampak dampak yang kurang menyenangkan misalnya keadaan yang usreg terus yang diwarnai dengan gegeran , kekisruhan , unjuk rasa, kekerasan yang diakhiri dengan amuk masa , terjadi dimana mana dan kapan saja dan terjadi dari sebab seribu satu masalah ,masalah sosial , ekonomi juga poltik ,maka kepada yang kesdu , mari kita coba untuk mengingat ingat lagi apakah pluralisme dan multikulturalisme ( budaya budaya daerah ) tidak perlu kita cermati lagi untuk membawa kembali pikiran yang kalut menuju cita cita luhur masyarakat Indonesia , khususnya orang Jawa yaitu kembali ke cita cita untuk hidup tata tentrem kerto raharjo , yang artinya berupaya untuk meredam hal hal yang tidak proposional , kembali pulih menjadi proposional kembali , mengusahkan agar masyarakat menjadi jenjem dan tentrem .


Membawa kembali pikiran yang kalut menuju cita cita untukkembali hidup tata tentrem kerta raharjo tentulah dengan mengenangkan dan menjujung kembali cita cita semula , gaya hidup , budaya , kebiasaan , pitutur pitutur yang diwariskan nenek moyang yang penuh dengan kebijakan lokal yang tentunya lebih pas dengan orang setempat , ketimbang modernisasi yang asing bagi penduduk setempat.
Tentu saja pikiran kita tak boleh membayangkan kondisi masyarakat nenek moyang kita seperti didramatisir dalam sinetron , misalnya ditampilkn dalam suasana yang penuh kekumuhan , kedekilan , tinggal dalam gubug gubug atau gua yang kotor penuh kepulan asap kemenyan, karena sesungguhny nenek nenek moyang kita telah terbukti mempunyai keahlian dalam meredam segala macam hal yang semua itu semula asing dengan sifat sendiri sendiri menjadi satu budaya nusantara , khususna untuk daerah Jawa disebut budaya Jawa yang adiuhung .

Ada pesan para leluhur, leluhur yang tentu gentur tapane dan waskita sekali, ngerti sadurunge winarah , waspada permana tingal ,ngerti yen ing tembe budaya Jawa bakal pada disepeleake dening bangsane dewe .Pesan itu tampaknya sangat sederhana, namun jika dijabarkan bisa jadi ngambra-ambra, menjadi jembar jangkauannya tak mengenal ruang dan waktu yang penting asal ada orang Jawa disitu.

Begini " Wong Jawa kudu nJawani, wong Jawa aja lali karo Jawane " NJawani berarti mencintai , menghayati dan menjiwai segala sesuatu yang tersebut sebagai Jawa wisdom , sebagai sesuatu yang baik yang harus diteladani , baik yang lahiriyah maupun batiniah . Aja lali karo Jawane, berarti jangan melupakan segala sesuatu yang mempunyai nafas Jawa, terutama budayanya yang merupakan jalan sebetulnya sudah dirancang sebagai keselamatan hidup orang Jawa dan dan dijadikan identitas lahir batin orang Jawa, bangsa Jawa , dalam lingkup negara Indonesia .

Atau begini , nJawani itu adalah berlaku atau perilaku , bertindak sebagaimana diajarkan oleh guru guru Jawa kepada orang Jawa tentang budi luhur . budi pekerti .
Ajaran budi pekerti itu untuk mengarahkan orang supaya mempunyai budiluhur.
Budi luhur ialah dapat menghormati orang lain ,membuat orang lain lega ,
membuat orang lain senang ( karyenak atinging liyan ). Tampaknya membuat orang lain senang lebih penting dari pada membuat diri sendiri saja yang senang , inilah perbedaan antara kekunoan dan kekinian (nanti didepan akan sampai pada pentelahaan masalah ini )
Membuat orang lain senang pada hakekatnya seperti membuat diri sendiri senang juga .Semua itu akan mengalir menuju pada muaranya yaitu titik akhir yang dicari orang Jawa yaitu hidup dalam masyarakat yang tata tentrem karto raharjo .(Carilah kemanapun ,dalam ilmu apapun , dari manapun , tak bakal ada istilah yang seindah istilah tata tentrem , repeh rapi , kerta raharjo ) .
Tata tentrem karto raharjo hanya dapat terwujut jika masih ada orang yang dapat menghormat orang lain , memberi kelegaan kepada orang lain dan berusaha untuk menyenangkan orang lain .
Hal hal seperti itu juga salah satu upaya untuk mempertebal kerukunan dan mengurangi atau memperhalus perbedaan agar tak ada gejolak , yang sangat tak disukai oleh tata tentrem kerto raharjo . masyarakatseprti itu dalam versi Jawa disebut masyarakat gotong royong , dalam asyarakat orang Sunda mungkin yang disebut silih asah, silih asih , silih asuh .

Inilah barang kali inti dari segala pesan leluhur yang telah dirancang sejak dulu karena leluhur sudah mengetahui siklus siklus kehidupan, siklus kedpan orang Jawa . jalan sejarahnya orang Jawa suatu saat akan keluar rel , lali karo Jawane .
Seperti kereta api , setiap saat yng tak diduga , atau kalau petugas lalai ,kereta api akan keluar rel dan itu namanya anjlok , kalau tidak ya nggoling .Itu musibah yang kadang kadang mengerikan .
Mengapa begitu ?
Karena budaya Jawa pernah menjadi budaya yang besar dan tinggi yaitu ketika orang Jawa menjadi orang yang menangan . Karena menjadi orang menangan mempunyai tempat yang tinggi , dan siapaun dan apapun yang berada ditempat tinggi siap dihajar angin kencang .
Seperti angin itulah berbagai budaya asing menyerbu untuk merobohkan , ngruyuk dan mengalahkan budaya Jawa , sehingga orang Jawa bingung , lelah , pusing , mendengar semua propaganda , tekanan , ajakan untuk mengikuti ajakan ajakan dari luar sehingga nyaris kehilangan kebanggaannya , nyaris kehilangan kepercayaan diri , nyaris kehilangan jati dirinya menjadi orang Jawa yang kalahan .
Aja lali karo Jawane suatu petuah agar orang selalu eling dan waspada . Eling lan waspada jangan sampai merusak bebrayan yaitu inti dari tata tentrem kerta raharjo .
Aja grusa grusu tegese semua hal perlu diawali dengan penelitian yang cermat , dikerjakan dengan alon alon dan ngati ati ,gemi nastiti sabar sareh , patitis , ora mindogaweni dan harus kelakon .

PENYIMPANGAN DAN SALAH MENGERTI


Namun demkian bukan berarti semua itu dapat berjalan dengan mulus mulus saja, para kawula yang sudah mengerti sedikit sedikit tentang budaya Jawa kadang malah memunyai tafsiran atau penegrtian yang kurang tepat mengenai masalah Jawaisme . Sehingga kadang kadang keadaan menjadi jauh dari yang dikehendaki , dan hal itu kadang kadang malah digunakan untuk meracuni para kawula sendiri, dan untuk keuntungan diri sendiri .Berbagai ancaman dari pihak luar selalu menghantui untuk mengenyahkan budaya secara phisik dan secara idiil dan kini keadaan budaya Jawa sedang karoban lawan dan sedang timbul tenggelam dan demikinlah kini pluralisme dan multikulturalisme tak pernah betul betul muncul kecuali yang ada kaitannya dengan bisnis atau uang . Barangkali golongan modern , penyembah materi , penyembah uang , penyembah bisnis , yang sedang diats angin untuk saat ini dapat menikmati kemenangannya sampai akan tiba saatnya akan datang golongan modern yang lain yang akan memorak perandakannya .Semua menunggu giliran .Lihat banyak embrio embrio yang akan merupakan penerus modernisasi atau malah merupakan ancaman ancaman modernisasi dari faksi lain yang sangat banyak .
Bagaimana para kadang , bisakah yang kami sampaikan dipahami .
Nrimo ing pandum itu juga harus ingat apakah suatu pengorbanan itu juga tepat , artinya dapat berguna dan meningkatkan kebersamaan dan tak merusak tata tentrem karto raharjo .
Orang Jawa memang bisa dapat nrimo ing pandum sehingga kadang kadang orang melecehkan sebagai sesuatu sifat yang lemah yang dapat dipermainkan seenaknya , tetapi kalau sudah dikurang ajari dengan keterlaluan , ada ungkapan sadumuk batuk sanyari bumi bisa dilabuhi pati . Sadumuk batuk arti sesunguhnya sekalipun hanya memegang bagian muka muhrimnya akan di anggap sebagai penghinaan ,dan senyari bumi artinya sekalipun hanya melanggar mengambil tanah orang yang tak berapa luas harus dituntut balas . Arti umumnya siapapun yang bermaksud melecehkan orang Jawa dan merugikan orang Jawa betapun kecilnya ,orang Jawa sanggup menuntut balas , dan tak tanggung tanggung , bahkan sanggup mengorbankan nyawanya. (Gambarannya ialah caroknya orang Madura ,meskipun kadang karena masalah sepele orang sanggup carok demi membela harga diri .)

Masihkah banyakkah orang Jawa yang nJawani , tegese ora lali karo Jawane .

Walaupun sulit dipahami , tetapi mugkin masih dapat dimengerti .Memang kadang kadang ada orang Jawa, tidak nJawani lagi artinya malu untuk memanggul budaya Jawanya, malu menghayati budayanya, malu dikenal mempunyai identitas Jawa.Siapa tidak teguh hatinya siapa tak kokoh hatinya sebagai orang Jawa , akan kentir (tergeser ) ke arah yang dihendaki oleh orang yang ingin menggeser . Penulis juga sering membaca , pemimpin pemimpin (budayawan ) Sunda juga mengeluh seperti itu . (Vide: Buku Kejawen 2002 Jilidan 2 .AGGRA ) .
Tetapi hal seperti itu perlu kita maklumi karena sebetulnya kita diam diam sudah lama dalam keadaan perang budaya . Semua itu terjadi karena pengaruh dan akibat perang budaya tsb .
Perang budaya selalu terjadi pada setiap hari karena pergaulan manusia , yang selalu ingin menang sendiri dalam segala hal . Dalam skala kecil suatu kelompok ingin menang dari kelompok lain , dalam skala lebih besar misalnya bangsa ingin menang terhadap bangsa lain dalam skala negara , suatu negara ingin memenangkan perang terhadap negara lain . Manusia setiap waktu juga ingin menghilangangkan perang tersebut , tetapi perang , persaingan , perkelaian adalah kodrat manusia juga kodrat makluk makluk yang lain . Memenangkan kan perang seungguhnya merupakan dambaan setiap makluk . Karena dengan memenangkan perang , setidaknya dapat menyebabkan pesaing yang memusuhinya paling tidak tidak akan mengganggu kemerdekaannya , sedang lebih jauh dapat memanfaatkan musuh yang dikalahkan untuk menuruti kehendaknya . Konggres konggres perdamaian umumnya melarang negara lain untuk memusuhi negera anggota konggres , yang sebenarnya berisi ancaman perang terhadap negera lawan . Konggres perdamaian dalam hal ini isinya adalah tantangan perang terhadap negara lain yang bukan anggota .
Tampaknya perang budaya lebih dahsyat dari perang phisik yang frontal , perang budaya seperti kanker , meracuni bagian bagian organ manusia yang akhirnya tak dapat bergerak lagi . Perang budaya sama dengan perang dengan lelembut , ada tetapi tak ada , tak ada tetapi ada .
Dalam perang budaya ini , segala macam akal digunakan untuk menghancurkan budaya . Untuk budaya Jawa mestinya banyak sekali kepintaran yang digunakan untum melemahkan budaya Jawa, sebagi roh bangsa Jawa . Uang , kekuasaan, yang agal yang alus dan masih banyak cara lagi yang kita tak tahu .
Apakah apa yang akan penulis katakan ini hanya resonansi dari perkataan orang lain sebelumnya , penulis tak tahu .
Begini , katanya "Kalau akan menguasai suatu bangsa , kuasai budayanya . karena budaya adalah roh bangsa . Karena itu kuasai rohnya dulu , nanti semuanya gampang , baik ekonomi maupun politiknya ".

Untuk menaklukkan Indonesia , taklukkan pluralisme dan multikulturalisme dulu , karena disitulah letak roh bangsa . Untuk menguasai bangsa Jawa , taklukkan budaya Jawa , nanti orang Jawa mudah dijadikan pembantu pembantu yang miskin yang sangat murah , dijadikan pasar yang ramai yang memberi keutungan yang besar bagi produk produk negara manapun yang bisa mengalahkannya .
Bahkan hal yang demikian itu sudah lama sekali mungkin sejak runtuhnya kerajaan Jawa di Majapahit, segala yang berbau kebesaran Jawa dikikis dan dibasmi hal ini barangkali sebagai upaya untuk mengantisipasi kembalinya Jawanisasi lagi , baik oleh kekawatiran bukan orang Jawa , tetapi juga pihak asing yang paham akan kekuatan budaya Jawa , paling tidak mengurangi peran peran penting orang dan budaya Jawa dalam masyarakat.

Misalnya antara lain ;
1.Bahasa, atau bahasa Jawa . Bahasa atau bahasa Jawa , menurut para ahli ahlinya , bukan saja dapat menunjukkan karakter bangsa, tetapi bisa juga berperan membentuk dan menunjukkan karakter bangsa. Dengan berbahasa Jawa meskipun sedikit ia sudah menunjukkan salah satu identitas , jati diri juga . Ia memelihara harga dirinya dihadapan orang lain. Dan orang lain akan tahu siapa yang ia hadapi .
Untuk membuktikan postulat ini katanya sangat mudah. Setiap anak memiliki bahasa ibu, dan pasti karakternya akan dipengaruhi nilai-nilai dan tradisi yang melekat dan terawetkan dalam bahasa ibunya, dan pola ini akan berlangsung turun menurun. Ketika bahasa Jawa mulai hilang dari masyarakat Jawa , berubahlah sifat , sepak terjang orang Jawa menjadi seperti bukan orang Jawa lagi . Penulis tak tak memuji orang Jawa , apakah karakternya nya baik atau tidak , melainkan hanya mengatakan bahwa orang Jawa juga punya identitas , jati diri dan harga diri .
Ketika bahasa Jawa mulai menghilang dari masyarakat Jawa , berarti mulai hilanglah identitas orang Jawa , jati diri dan dan sebentar lagi harga dirinya .

2.Unggah-ungguh Jawa
.

Menurut kaca mata sekarang (kekinian ) mungkin unggah ungguh merupakan hal yang berlebihan. Menurut kaca mata westernissi dan rasionalisme , serta pragmatisme , unggah ungguh sungguh merupakan hal yang sangat menganggu dan tak ada manfaatnya untuk kemajuan . Tidak memberikan keuntungan yang nyata dalam yang dapat dihitung dengan uang.

Bukankah dalam jaman ini hanya uanglah satu satu ukuran kemajuan atau kemunduran ?

Sebaliknya yang jelas menurut pengertian orang Jawa, unggah ungguh merupakan upaya para leluhur kita, yang dimaksud untuk menciptakan tata cara pergaulan agar menjadi tertib dalam mencapai masyarakat yang sesuai cita-cita Jawa yaitu adem ayem, tata tentrem dan karta raharjo . Bahkan jika perlu mempersempit pengethuan tentang uang , dengan mengutamakan pengetahuan tentang moral .Itulah keinginan terbesar dan terujung cita cita orang Jawa . Jaman dulu dalam pikiran pikiran orang Jawa tak pernah terlintas pikiran untuk sugih banda bandu , tetapi yang paling penting ialah urip tata tentrem kerta raharjo , guyub rukun , gotong royong . Dene sekarang ujug ujug menjadi lain ,adalah merupakan akibat dari ulah masyarakat lain dan lingkungan yang membentuknya .

3. Kepercayaan kepercayaan Jawa yang sudah menjadi sandangan (agama,ageman, ageming aji )nya orang Jawa . Oleh para leluhur yang mewariskannya , tentu sudah didisain sesuai dengan kondisi dan yang dibutuhkan orang Jawa. Baik dalam hubungannya manusia satu sama lain, dengan alam gaib dan alam gumelar. Semua hal yang gumelar diatas bumi dan sakurebing langit , dihormati , karena pada dasarnya semua hal ciptaan Gusti Allah semata . Andap asor, sabar sareh, tansah karyenak ,gawe legane atining liyan , semua itu masuk dalam yang disebut sebagai budi luhur . Yang semua itu hakekatnya adalah menghormati Sang Penciptanya .
Semua upaya diarahkan agar supaya orang berbudi luhur , guyub rukun dalam kesantunan dan tidak brangasan, tidak bedigasan, tidak petakilan.

4. Adat istiadat yang merupakan tradisi disesuaikan dengan kebutuhan, telah diwariskan turun-temurun dan mendarah daging. Semua itu di maksud menjaga hubungan manusia dengan Tuhan , manusia dengan manusia lain , manusia dengan alam sekeliling , alam gumelar salumahin bumi sakurebing langit ,agar selalu selaras dan serasi. Ditanamkan sebagai fondamen yang kokoh agar budaya tak mudah goyah diterpa pengaruh dari luar .

5. Dalam bersenipun , misalnya busana, gending-gending, wayang, tarian-tarian Jawa , suka uro-uro dan ngelaras, semua dalam nafas yang sama, mencapai tujuan hidup orang Jawa, hidup rukun, tata tentrem, kerta raharjo. Semua yng tersebut ditas itu adalah bagian bagian budaya Jawa yang nenjadi identiras orang Jawa .
Meskipun penulis kurang memahami satu persatu kesenian daerah secara mendalam , penulis mempunyai keyakinan semua budaya yang menjadi roh dari bangsa bangsa yang pluralistis dan multikulturalistis di negara ini bernuansa dan mempunyai tujuan yng kurang lebih sama .
Dalam ilmu modern yang sedang berkembang kini, hal hal seperti ini disebut idiom-idiom lokal, kearifan kearifan lokal , kebijakan lokal , yang timbul sebagai hasil pengalaman pengalaman , yang dialami para leluhur selama sekian ratus tahun dan membuahkan kesimpulan yang menjadi pedoman seperti itu (semua ini kita namai saja kekunoan yang sama sekali tak mengandung maksud jelek , sekedar istilah yang artinya semua itu berasal dari warisan para leluhur ) .
Orang orang yang mengaku modernis dan nasionalistis biasanya tak berkenan untuk mengenang hal hal kuno yang dianggap provinsialitis , premordialistis ini , mereka berpendirian bahwa kita ini mau maju kenapa mesti mundur . Menurut pendapat penulis , orang orang modern dan nasionalistis ibaratnya orang yang memiliki pisau pisau atau senjata yang benar benar tajam , dan siapapun tentu bangga memilikinya , akan tetapi apa bila cara penggunaannya kurang trampil pasti akan mengakibatkan musibah baik bagi diri sendiri tau orang lain disekitarnya . Berbeda dari orang yang modernis dan nasionalistis adalah para founding father kita yang tentunya lebih bijak dari orang orang modern dan nasionalistis yang masuk menganut budaya kekinian , malah mewariskan wewaler wewaler mengenai perlu dihormatinya pluralisme dan multikulturalisme agar persatuan dan kekompakan bangsa selalu terjaga , dengan mewajibkan setiap anggautanya saling menghormati , saling asih , saling asuh, saling asah satu sama lain .

Banyak orang orang yang ngungun dan bertanya dalam hati. Mengapa keadaan sekarang kok tansah usreg , gegeran terus ora ana mendane . Pada hal terus terang keadaan sandang pangan lebih cukup dibanding dulu . Mung rada nguciwani dene isih ana wong wong sing kesrakat , mungka sajanne kita kabeh mestine kudu wis bareng bareng makmur .
Sing percaya bahwa keadaan kemelut sekarang ini disebabkan oleh karena orang orang kini yang mengaku lebih pintar , boleh dikatakan telah tak maelu lagi , boleh dikata melecehkan warisan leluhur tersebut dengan cara meninggalkan budaya yang dianggap kuno dan memang kuno sekalipun disitu termuat banyak sekali wewaler wewaler , kebijakan kebijakan ,yang akhir akhir ini disebut kearifan kearifan lokal .Kekunoannya orang Jawa yang kadang kadang disebut Javaisme . Jika disebutkan kemelut yang terjadi sekarang yang tak menda menda ini disebabkan kita telah melecehkan dan meninggalkan yang kuno kuno tersebut ,apakah belum terpikir bahwa untuk mengembalikan masyarakat menjadi jenjem dan tak selalu gonjang ganjing kita perlu kembali menggali kearifan kearifan lokal untuk mendasari setiap tindakan kita . Dapatkah pikiran pikiran kuno diajukan sebagai saran baru untuk mencari solusi atas banyak masalah yang belum terselesaikan .
Pikiran ini timbul , setelah melihat sepak terjang westerinisasi ,modernisasi, nasionalisme , demokrasi dan globaissi yang paska reformasi , makin kuwalahan untuk mengatasi chaos masyarakat yang makin ricuh , riuh rendah , hingar bingar .
Semua yang sedang melanda bumi ini , westernisasi , modernisasi leberalisasi , demokrasi , dalam tulisan kami, kami disebut budaya kekinian . Sedangkan idiom idiom , kearifan kearifan dan kebijaksanaan lokal kami sebut kekunoan sebagai hal yang sebaliknya dari kekinian .
Dalam perang budaya diantara kita , pergolakan antara yang kuno (budaya kekunoan ) budaya pikiran pikiran warisan leluhur kita dan pikiran pikiran yang modern yang mula mula berasal dari westernisasi , yang disebut budaya kekinian, tenyata budaya kekinian dapat menguasai bumi kita , sejak runtuhnya kerajaan Mataram II .
Kemenangan budaya kekinian ;

Dengan kemenangan penjajah Belanda budaya westerinisasi mulai melangkah , murubah wajah budaya Jawa kuno , dan kini hal tersebut diteruskan oleh pewaris pewarisnya .
Sejak kemenangan budaya kekinian hampir semua tatanan bangsa dan negara berubah dan diubah sesuai dengan kemeauan golongan pemenang perang , tatanan kuno diubah menjadi tatanan modern .

Budaya kekunoan tercampak :
Dengan tercampaknya budaya kekunoan berdampak makin pudarnya semangat orang Jawa dan pemilik budaya budaya daerah lain . Orang orang daerah mestinya harus rumongso handarbeni dan hanggrungkebi masing masing budayanya . Dengan semakin tercampaknya kekunoan , dengan makin terabaikannya ilmu ilmu warisan kuno leluhur, makin termarginalisasikannya kearifan kearifan lokal , antara lain dengan semakin pudarnya budaya Jawa , merupakan kehilangan yang terlalu besar bagi orang Jawa , yang tak mungkin dapat dirasakan orang lain . Bukan itu saja , bahkan orang Jawa lebih jauh telah melihat dampak dampak yang terjadi karena terpinggirnya kearifan lokal , berdampk buruk terhadap alam maupun manusianya , dengan sendirnya budayanya dan lain lainnya .

Tanpa kita sadari banyak hal yang terjadi. Tiba-tiba banyak orang Jawa yang tak bisa bahasa Jawa. Tiba-tiba banyak orang Jawa yang tak mengerti unggah-ungguh Jawa. Tiba-tiba banyak orang Jawa yang tidak menyukai budaya Jawa dalam arti busana, seni budaya, tari, gending. Orang Jawa melihat orang Jawa lain mengenakan busanaJawa seperti melihat janggitan atau ilu-ilu. Orang Jawa melihat tradisi Jawa yang dilakukan orang Jawa lain seperti hal yang aneh dan dilecehkan, ditertawakan tanpa memahami maksud yang terkandung di dalamnya. Orang nanggap wayang sudah hampir tak ada. Ledek, klenengan, uyon-uyon hampir menjadi cerita masa lalu, tayuban boleh dikatakan sudah tak ada. Bagaimana pikiran para ahli Jawa (Jawanolog ), budayawan budayawan Jawa, pecinta pecinta budaya Jawa , terhadap makin curesnya budaya Jawa . Bagaimana tanggung jawab penjaga budaya Jawa, apa masih merasa menjadi pengayom orang Jawa dan budaya Jawa. Bagaimana pikiran Pak Soejiwo Tejo , yang terkenal sebagai dalang edan , tetapi seorang budayawan Jawa yang rasionalistis .
Beberapa waktu yang lalu ketika melihat Pak Ki Mantep Sudarsono dalang kondang yang kami anggap tonggak budaya Jawa yang diharapkan akan dapat kokoh bersemi , ikut ikut melecehkan lakon lakon wayang Jawa yang sakral dengan memasuki ketoprak humor ,banyak orang Jawa yang mbrebes mili . Kini ketua grup entertaimen itu sudah mati (bukn ki Manteb ), tetapi kini bahkan banyak sekali grup lawak , grup entertainmen yang ikut ikut menyeret budaya Jawa ke dalam dunia hiburan yang dangkal tetapi mahal . Terhadap semua yang dapat dikatagorikan pelecehan budaya ,penulis beserta konco konco hanya berdoa agar yang Mbau Reksonya budaya Jawa tak memberi siku kepada mereka yang sudah melecehkan budaya Jawa dan agar mereka tidak kuwalat . Dalam kaca mata penulis , kini hanya dukun dan dalanglah yang dapat dianggap cagar budaya daerah yang masih ada . Keduanya dan terutama penjaga tradisi kalangan dukunlah yang paling mendapat serangan yang paling hebat , dari manusia kini .

Namun sebenarnya tak semua orang Jawa menyesali kehilangan itu, bahkan banyak yang bangga bahwa minggirnya budaya lokal sebagai suksesnya pembangunan dan modernisasi. Golongan ini memang umumnya orang Jawa yang tak pernah tersentuh pendidikan budaya Jawa, sebab sejak dimulainya perjuangan merebut kemerdekaan bahkan sejak kemerdekaan dirancang ,pemimpin pemimpin kita hanya uplek dengan upaya persatuan untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan.
Karena kesibukan dan kesibukan dalam perjuangan ( yang sepi ing pamrih ) mereka kurang paham dengan minggirnya atau terpinggirnya budaya lokal (Jawa ) , bahkan seperti memberi peluang atau dorongan kepada budaya yang tak sesuai dengan adat kebiasaan dan budaya orang orang Jawa , dan tetapi juga merupakan ancaman yang akan merusak segala galanya. Apa lagi masih ada sisa sia upaya de Javanisasi untuk menghambat lajunya orang Jawa dalam meraih keberhasilan keberhasilan dalam masyarakat , baik oleh kolonials maupun oleh orang Jawa sendiri ,juga oleh golongn orang yang lain lagi .
Kalau masyarakat negara kita ini kita umpamakan kolam perikanan yang besar , keberadaan pluralisme dan multikuturalisme adalah semestinya seperti sekat sekat yang membatasi petak petak tertentu .Gunanya untuk melindungi agar ikan yang besar besar misalnya piranha , lele , gabus tak memangsa ikan yang kecil kecil yang lebih lemah . Kenyataan menunjukkan dengan tak disosialisasikanya pasal Bhineka Tunggal Ika , atau pluralisme dan multikulturalisme masih ditambah lagi dengan semangat liberalisme yang menggebu gebu sesudah reformasi , nasionalisme ,liberalisme , maka matilah ikan ikan kecil jadi mangsa ikan besar karena belum adanya proteksi .Dalam ephoria reformasi memang hal tersebut (matinya budaya daerah ) belum terasakan , yang terasa hanyalah keriaan yang tak ada batasnya meskipun intinya pedangkalan dan pengroposan pikiran anggota bangsa .
Orang Jawa yang sejak mulanya selalu diajari nrimo ing pandum , setelah kerja selesai biasanya hanya menunggu dan menunggu pandum yang akan diberikan , karena kaprawiran Jawa mengharamkan untuk menanyakan bagiannya , berebut bagian . Tidak perwiro dan orang Jawa biasanya tak sudi untuk menanyakan bagiannya meskipun bagiannya bagian yang halal . Tak perwiro (isin ) berlaku seperti orang miskin untuk meminta , menuntut walaupun haknya , hanya selalu menunggu menunggu pandum yang akan diberikan dengan tetap saja menderita susah , menjadi pembantu , terpental keluar negeri , menjadi tukang tukang , kuli kuli , petani gurem. Ini bukan mengada ada , boleh disensus .

Bahasa yang diatas telah dikatakan dapat menunjukkan karakter bangsa , tetapi juga dapat berperan dalam membentuk karakter bangsa , misalnya kalau bahasa yang bukan bahasa Jawa menggusur bahasa Jawa dan tentu selain akan menguasai pergaulan juga akan mempengaruhi menguasai karakter bangsa Jawa , dengan sendirinya menyebabkan terjadinya perubahan karakter orang Jawa dari karakter yang yang dulu dibiasakan halus halus, yang selalu menjauhi gejolak , menjadi kasar dan keras sesuai dengan masyarakat yang membentuknya . Adanya transformasi karakter bangsa menyebabkan dampak yang besar bagi budaya bangsa, nasib bangsa dan alamnya .

Nasionalisme dan persatuan sangat diperlukan untuk mempersatukan semangat perjuangan merebut Indonesia merdeka mengangkat derajat bangsa bersama sama . Tetapi sesudah itu kita selesai dan memenangkan kemerdekaan , mestinya kita kembali ke nasionalisme yang mempunyai pluralisme dan multikulturalisme . Kemabali pada tempat semula lagi . Tak berebut ,tak saling melanggar, tak saling berebut menang ,tak saling berebut kuasa untuk menikmati kesenangan sendiri sendiri dengan meninggalkan asas asas kebersamaan .
Kita bersatu keluar , dan bersatu kedalam dalam arti tak bentrok berebut segala sesuatu . Tetapi tetap menghormati hak hak kuajiban masing masing seperti semula . Ke dalam kita punya urusan dan kebutuhan yang berbeda dan itu harus dihormati oleh masing masin dan harus ada aturannya . Semua perbedaan itu telah dipahami sejak semula itu , sebetulnya telah ada aturannya dan dilembagakan dalam Bhineka Tunggal Ika .

Yang terjadi ternyata lain , semua berjalan tak sesuai dengan jiwa Bhineka Tunggal Ika , bahkan ternyata mulai ada persaingan dan gusur menggusur ,

Unggah ungguh Jawa dengan gaya gaya lembut dan sangat alus yang menjadikan orang Jawa sangat jatmiko , merak ati , birowo anorogo , diganti dengan pergaulan kini yang demokratis ,egaliter tak membedakan yang halus dan yang kasar , tak mengenal unggah ungguh .
Adat dan kebiasaan yang ramah , grapyak , sumanak berubah menjadi yang dikatakan orang Jawa kasar dan urakan .
Budaya dalam arti gending gending , seni tari yang halus yang dulu sangat menjiwai orang Jawa kini tak ada atau hampir tak terdengar ,diganti dan berganti dengan hingar bingarnya musik tanpa makna , dan tiap akhir pertunjukan diwarnai kericuhan dan tawuran.
Yang nggegirisi dan perlu diwaspadai adalah model grudag grudug ,mrana mrene , membuat kericuhan, urakan , awur awuran dan awut awutan , tetapi dilindungui HAM sungguh mencengkam , dapat mengarah pada kehancuran bangsa . Memang ketidak proposionalan kalau didiamkan akan menjadi hal yang biasa yang tak usah mengusik pikiran kita .tetapi itu akan seperti ngingu mala mungguh cangklakan , kalu tak diobati dapat jadi kanker ".
Barangkali agak berlebihan , jika sebelumnya AGGRA INSTITUTE hanya merupakan kumpulan orang orang tua untuk meneliti warisan nenek moyang yang terlantarkan , namun karena dalam perjalanan waktu ternyata ditemukan masalah yang sungguh sungguh besar yang dapat mempengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara . maka langkah langkah perlu diperlebar disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi dan kebutuhan yang diperlukan .
Masuk dalam bidang politik ?
Tidak , hanya masalahnya politik kadang kadang merupakan bagian dari budaya manusia , maka seperti itulah jadinya .

Dulu ketika mengusur penjajah memang kita memerlukan persatuan yang solid agar kekuatan kita tak pecah. Kita perlu nasionalisme .Nasionalisme yang kita perlukan ialah untuk menggalang kekuatan untuk mengusir penjajah .
Ada sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 . Namun sebenarnya setelah sampai ke gerbang kemerdekaan seharusnya kita kembali keasal mula yaitu hidupnya keaneragaman dalam berbudaya budaya Bhineka Tunggal Ika . UUD 45, Panca Sila , Bhineka Tunggal Ika adalah rel perjalanan kita yang sebenarnya tak boleh ditinggalkan . Sebagaimana kata seorang kyai dasar dasar kebangsaan kita adalah seperti rel kereta api yang kokoh , bukan taksi yang dapat disewa pemesannya. Pilar pilar cita cita bangsa kita itu kini sengaja atau tidak , tertinggalkan , dan tampak orang tak begitu serius dengan hal ini .Banyak orang sudah meneriakkan bahaya termarginalisasikannya pluralisme dan multikulturalisme .
Suatu kondisi yang sangat menyentuh perasaan orang Jawa (yang masih punya rasa ke Jawaannya ) ialah makin hilangnya ke Jawaan dari bumi Jawa .
Apakah kira kira juga akan ada usaha yang mengamandemen nama tanah Jawa agar menjadi lebih moderen lagi ? Kalau kita masih menganggap bahasa Jawa sebagai tiang utama ke Jawaan , maka sesungguhnya sosok ke Jawaan telah miring sekali . Bagi orang Jawa semestinya memandang hilangnya bahasa Jawa merupakan masalah besar . Alangkah galaunya kita , melihat fakta makin jarangnya orang bisa berbahasa Jawa dan menggunakan bahasa Jawa .

Penjaga budaya Jawa yang seharusnya concern dengan ketahanan budaya Jawa , pengayom bangsa Jawa justru sibuk dengan hal yang remeh temeh dan tetek bengek, bahkan seolah olah melecehkan budaya nenek moyang yang telah mengangkatnya pada kedudukan paling tinggi diantara sesamanya. Barangkali juga bukan karena apa apa ,hanya karena bingung tak tahu apa yang mesti dilakukan atau tahu terlalu banyak yang harus dikerjakan sehingga menjadi bingung . Kalau penjaga gawangnya sudah teledor , tentulah jangan pernah mengharap kemenangan justru akan terjadi gol yang terus menerus , artinya barisan Jawa kebobolan bola terus .
Mangro tingal antara jangkauan yang lebih jauh , dan kuajiban harus hangrungkebi budaya Jawa seharusnya jangan membuat bingung . Perlu mengingat tepa palupi , seperti mburu mburu uceng jebule mengko malah kelangan deleg . Mengharap hujan di langit , air ditempayan ditumpahkan. Memimpikan merak dihutan , punai di tangan dilepaskan . Semua orang perlu mawas diri , tak ada yang sempurna . Dalam budaya Jawapun harus ada demokrasi .Budaya Jawa adalah budayanya seluruh orang Jawa ,semesinya tak tergantung pada satu orang yang mengaku penjaga budaya Jawa tetapi selalu kebobolan terus .Tak hanya satu tangan . Mengapa harus harus hanya ada satu tangan . Dulu Belanda dapat dengan kasar mengintervensi kerajaan , jika sang raja kerkuasa ,bertingkah . Rikuh ewuh pakewuh perlu di revisi agar ada pengetahuan modern yang masuk walaupun sedikit , karena tak ada yang absolulisme untuk masa sekarang . Jangan samapi ada oang yang menepuk dada kebal hukum karena dapat duduk ditempat tinggi , jika kenyataannya dimana mana , kesana kemari dan disana sisni hanya diapusi .

Upaya Orde Baru melindungi budaya daerah :
Dengan tujuan melindungi pribuminya yang lemah , pemerintah orde baru terpaksa mengeluarkan peraturan yang dirasakan membekap orang Cina, budaya Cina . Sambate orang Cina kaya swarane sendaren layangan jinantur , benginging terus minta larangan berkebudayaannya dicabut . Itulah perasan rumngsa handarbeni dan rumongso hangrungkebinya orang Cina terhadap budayanya betul betul masuk dalam hati , yang sebetulnya perlu kita teladani . Tetapi justru kita orang Indonesia umumnya malah emoh ngrungkebi budaya sendiri , akhirnya ketahanannya tipis tipis saja dan mudah hilang , gampang dihancurkan orang yang ingin menguasai , dan menjadikan kita bangsa batur dan pelayan . Bangsa batur dan bangsa pelayan dari tingkat terendah sampai tinggi, dari jadi pembantunya orang baik baik sampai menjadi pembantunya orang yang paling edan.
Barangkali belum hilang dari ingatan sejak pemerintah mencabut larangan dan menghidupkan budaya Cina, Imlek 2007 menjadi euphorianya kemenangan orang Cina di negara ini . Lalu datang bahaya uang yang akan menelan habis keberadaan orang pribumi yang tanpa proteksi .

Tentunya memang bukan hanya sampai disitu saja yang dikawatirkan para orang pandai, yaitu bukan hanya matinya bahasa Jawa thok , tetapi seperti telah banyak dikawatirkan para ahli , akan terjadi pergeseran manusia dari asalnya , bergantinya penduduk , budaya , bergantinya hubungan manusia dengan alam lingkungan , berubahnya tata alam yang akan mengacaukan atau menyebabkan hilangnya idiom idiom lokal , yang merupakan sumber karifan lokal yang dicadangkan menjadi tuntunan dan pedoman hidup orang Jawa itu juga menjadi hilang , maka gelaplah orang Jawa tak punya tuntunan lagi .Dengan hilangnya kearifan lokal dikawatirkan timbulnya orang Jawa baru yang lain yang mungkin sangat berlainan dengan bangsa Jawa yang lalu . Misalnya hal tersebut akan diikuti oleh tumpulnya olah rasa, alusing budi . Dulu banyak tindakan atau reaksi reaksi dalam bermasyarakat yang didasarkan dengan olah rasa . Misalnya orang cukup dihukum atau diperintah dengan ulat (mimik raut muka) atau sindiran dan tak usah memakai bahasa verbal yang membentak bentak .
Orang mengabaikan unggah ungguh dalam berbahasa dan bergaul ,mengabaikan adat dan kebiasaan Jawa dan menjadilah bukan orang Jawa lagi .
Alam orang Jawa yang teduh ,ayem yang bernuansa spiritual dan serba irrasional , dan serba misterius dapat pudar dan jugar mengikuti perangai masyarakat pemiliknya. Karena pemiliknya tak mengindahkan miliknya lgi , tergiur sesuatu yang dikiran lebih baik .

Tanda tandanya selain manusianya yang berubah alamnya juga berubah . dahulu dalam suasana yang masih tata tentrem kerta raharjo , alam juga ikut tata tentrem kerto raharjo . Karena ketenangannya bahkan suara pasar dapat terdengar sampai jauh yang dinamakan kumandang . Dengn kemajuan jaman alam ikut berubah . Pasar yang du berkumandang sekarang pasar ilang kumandange , kali yang dulu mempunyai daerah yang dalam tempat banyak ikan , sekarang tak terawat menjadi kali ilang kedunge , wong wadon ilang wirange , wong edan oleh papan , wong gede ilang kaprawirane , para priyayi ilang kawibawane , para pandita wiku ora mandi pitutur lan japa mantrane , wong tuwo ora diregani anak putune , leluhur pada ora dipaelu turun turune dsb .
Lalu bagaimana sikap orang Jawa menghadapi masalah modernisasi ,nasionalisme kekinian disatu sisi dan menyaksikan makin hilangnya budaya Jawa kekunoan di sisi lain .

Founding father kita yang waskito sudah mengatur sejak lama hanya barangkali kita tak peka untuk menangkap pesan tersebut . Kita harus ingat , kesatuan kita , nasionalisme kita adalah wadah dari bhineka tunggal ika , nasionalisme secara keseluruhan kumpulan yang bhineka , dalam satu wadah tunggal ika . Bhineka Tunggal Ika ini harus menjadi pedoman dalam mengelola masyarakat dan masyarakat saknegara dan bukan hanya dijadikan slogan belaka .

Sebagian kecil orang Jawa menangisi karena hilangnya khasnah budaya yang adhi luhung , yang telah dihimpun , dibentuk oleh nenek moyang kita . Yang ikut menangisi hilangnya budaya Jawa adalah orang Jawa kita yang ada di Suriname , ahli ahli sastra kuno di negeri Belanda , bahkan mereka kecuali menangis juga mengharap kembalinya kejayaan budaya Jawa kembali , meskipun tidak dalam bentuk plek seperti yang kuno kuno , melainkan yang telah diadakan pembaruan dan penyesuaian dengan alam kemajuan . Penyesuian mana tidak boleh merubah roh budaya Jawa yang immaterialistis . irrasionalistis , yang spiritulistis , penuh pengendalian diri , makin mensolidkan kebersamaan . Ingin bangkit kembali menjadi orang Jawa seutuhnya , kembali menekuni budaya Jawa , seperti harus mengembalikan lagi , sikon bangsa dan budaya Jawa yang selama ini terpuruk .
Sedang sebagian lagi tak bersikap atau masa bodo ,karena hanya memiliki pengetahuan budaya Jawa yang minim , atau karena takut dikatakan tidak modern , kuno , ketinggalan jaman , gugon tuhon , balane setan dan lain lain , suatu perkataan yang menyakitkan . akhirnya mereka ragu ragu dalam meyakini budaya Jawa sebagai rohnya bangsa Jawa .
Namun umumnya orang Jawa masih memiliki rasa solidaritas ke Jawaan yang tinggi meskipun tak memiliki pengetahuan budaya Jawa sama skali , golongan ini adalah golongan muda Jawa di luar daerah berbahasa Jawa . Dalam pemilu siapa tahu ada solidaritas kesukuan yang masih kental meskipun dalam hukum pemilu , solidasitas suku ras tak boleh menjadi acuhan .
Dalam pemilihan kepala negara keberadaan orang Jawa yang mayoritas belum pernah terkalahkan , kecuali suatu selingan ketika B.J.Habibi menjadi presiden yang ke 3 , itupun karena dipaksa oleh keadaan darurat .Kecuali nanti dibuat undang undang baru yang mewajibkan presiden harus dipilih secara begiliran diantara suku suku yang ada di Indonesia .
Kepada yang kepingin jadi presiden , penulis serukan buatlah usul inisiatip untuk membuat undang udang sperti itu .Tak sulit kok , wakil wakil orang Jawa yang mayoritas itu biasanya sambil terkantuk kantuk hanya bilang "inggih kados pundi kemawon saenipun , Setuju ." Pokoke dibayar .Lho orang Jawa kok serendah itu nilainya ?

Contoh :
Dalam Sumpah Pemuda 1928 , wakil wakil Jawa "setuju " bahasa Melayu menjadi bahasa nasional , meskipun bahasa Jawa merupakan bahasa yang di pakai 70 % orang Indonesia . Sekarang bahasa Indonesia betul betul akan menggilas bahasa daerah . Wakil wakil orang Jawa biasanya "Inggih sendika kadospundi kemawon saenipun .Setuju . Gawe leganing liyan .
Ternyata di Singapore , Malaysia bahasa nasionalnya tidak satu , toh semua berjalan baik baik saja . Saya punya teman orang Cina , mengatakan , Sekarang orang Cina sudah banyak , berjuta juta , kenapa negara tidak mengijinkan bahasa Mandarin menjadi bahasa nasional dan bahasa resmi .Itupun kalau diajukan ke forum wakil wakil orang Jawa akan berkata "kados pundi saenipun kemawon " Barang kali untuk yang akan datang , dengan bercermin dengan apa yang terjadi sebelumnya kelak wakil wakil orang Jawa akan "inggih kados pundi saenipun kemawon " terhadap semua usul amandemen UUD45 meskipun akan menggusur budaya Jawa , apa lagi orang orang Jawa disitu bukan mewakili ras tetapi parpol yang telah mencincang suku suku, ras dan ada lagi . Bhineka Tunggal Ika tak diamademen karena kurangnya pemahaman maksud didalamnya sehingga diabiarkan begitu saja , dianggap lambang yang tak punya implikasi politis . Misalnya ada yang memahami jika Bhineka Tunggal Ika , yang merupakan pasal pluralisme dan multikulturalisme yang akan merupakan rintangan bagi liberalisasi dan praktisisme dan pramagtisme pasti sudah diamandemen , dan hilang sebagai pasal dalam UUD45 . Oleh karena itu hingga sekarangpun pasa Bhioneka tunggal Ika tetap masih belum tersentuh karena belum ada yang menemukan apa yang terkandung di dalamnya .
Penderitaan yang berat beratus tahun menyebabkan hilangnya kenangan masa kejayaan masa yang lalu tatkala bangsa Jawa berada pada puncak puncak kejayaan .

Kegelamoran duniawi masa kini yang sangat materealistis, betul-betul menutup mata terhadap mutiara-mutiara kebaikan ajaran para leluhur.
Disini lah beratnya perjuangan batin orang Jawa, mungkin pemimpin Jawa telah mengambil sikap yang jingah, di satu sisi berjuang menyatukan bangsa dalam rangka nasionalisme , modernisasi , rasionalisasi sesuai dengan jamannya , disisi lain harus melindungi budaya pluralisme, multikulturalisme dan kedua sisi itu dilindungi oleh UUD 45.
Dalam UUD 45 disebutkan adanya budaya pluralisme dan multikulturalisme yaitu disebutnya Bhineka Tunggal Ika , tetapi penjelasannya kiranya perlu uraian yang lebih jelas. Demikian juga maksud maksud dari pada nasionalisme yang kita anut agar kepentingan yang satu tak mengancam keberadaan yang lain.
Dengan semakin surutnya semangat menguasi budaya Jawa, bangsa Jawa kehilangan terlalu besar , wani ngalahnya orang Jawa ternyata kelewatan lebih-lebih dalam berinteraksi. dengan sesama bangsa lain yang tak mau mengalah mundur selangkah pun dan mau menang sendiri. Kalau kita mengimbangi bersikap seperti itu tentu nerak aturan budaya Jawa yang wani ngalah luhur wekasane. Dalam budaya Jawa orang Jawa tak boleh main keras. Harus lembut jatmiko, birawa anoraga (sama seperti ABRI atau polisi sekarang, sekalipun dilempari, dihina, disawiah-sawiah oleh pengunjuk rasa yang ngajak rusak-rusakan harus sabaaaar, sareh . Piye to iki ?
Mbo yen biso wong Jowo ojo melu-melu kakean akal sing koyo mengkono, kuwi mesti pokale dudu wong Jowo. Presiden sing maune seneng ono demonstrasi tondo demokrasine hidup, bareng "kena batunya "baru sadar kalau demonstran itu dekat dengan anarki. Ora ono sing jenenge demonstrasi santun-santunan . Demokrasi intine adu kuat , ora akeh akehan bala ya ngadu akeh akehan banda . Ora ana sing jenenge tayangan televisi sing ora bungah lan semangat ngelek elek lan menghancurkan wong liya .

Buku pikiran-pikiran hasil renungan kami dan para kanca pencinta budaya Jawa antara lain ;

Buku seri kejawen 2002 Jilidan 1
Uraian umum tentang budaya Jawa, sedikit tentang sejarah Jawa, petunjuk jangan sampai ada orang Jawa melecehkan budaya Jawa karena bisa kuwalat

Buku seri Kejawen 2002 Jilidan 2.
Selang-seling menggunakan bahasa Jawa untuk mengingat-ingat bahwa bahasa Jawa mempunyai undausuk. Menceritakan sebab-sebab bangsa Jawa dari jaman kejayaan sampai bangsa Jawa terpuruk seperti sekarang.

Buku APA KATA ORANG PRIBUMI ,APA KATA ORANG NON PRIBUMI (SIEM SIANG SHENME .

Peranan aristokratisme dan kolonialisme dalam membelenggu orang Jawa. Kedatangan orang Cina membentuk sejarah hubungan orang Cina dan Jawa. Lalu ada cerita tentang TKI dan TKW orang Jawa di luar negeri.

Buku " Hangudi Luhuring Budaya Jawa ".
Berisi pemikiran-pemikiran untuk Hangudi Luhuring Budaya Jawa. Pak Harto sebagai penggagas budaya baru dan manusia Indonesia baru ternyata sebetulnya masih orang Jawa berbudaya Jawa yang kental, percaya dan mempergunakan ilmu Jawa, menjadi petinggi Jawa terlama dalam sejarah. Ternyata pak Harto hanya terseret kroni kroninya . Meh wae dadi wong Jowo jekek , yang juga kill Jawanism.

Ada sebuah kritik dari Bapak Drs.H. Sutadi mantan Inspektur pada Inspektorat Jendral P & K di Jakarta, beliau mengritik bahwa pandangan penulis terlalu Jawa sentris.
Penjelasannya adalah memang agak sulit memberikan keterangan tentang orang Jawa dan budayanya kalau tidak Jawa sentris. Apalagi dalam keadaan bangsa Jawa terpuruk dan kalah dalam medan perebutan berbagai hal secara nasional. Orang Jawa patut dikasihani karena dalam perebutan pekerjaan atau kemakmuran boleh dikata orang Jawa selalu kalah. Ini disebabkan minimnya modal, pembongsangan keberanian dan kecerdikan orang Jawa sejak jaman aristokrasi, kolonial dan neo kolonial yang menjadikan orang-orang Jawa bermental rendah diri (bukan merendah) . Karena itu upaya pertama memang harus mengembalikan jati diri, keberanian dan harga diri orang Jawa yang hilang. Reformasi ,demokrasi , liberalisasi bukan semua berpengaruh jelek pada orang Jawa , lihat dalam era ini orang Jawapun bangkit , berani bertanya tentang ketidak jujuran kecurangan petingginya , tidak mengalah dan sendika dawuh saja . Biarlah sementera seperti itu . Sesudah tegak penuh kesadaran barulah bermanuver. Siapa yang perlu dimanuver .Yang perlu dimanuver tentu saja yang telah memanuver pulralisme dan multukulkuraliss Jawa . Sesudah memanuver kembali ke adat Jawa yang baik . Jawa sentris untuk kalangan orang Jawa sendiri tak mengapa, sebetulnya sama saja dengan orang yang mengatakan budaya Jawa yang adi luhung, sepertinya selalu membangga-banggakan budaya sendiri lebih unggul dari orang lain . Tetapi itu tak apa sekedar luapan hati atas kebanggaanya terhadap budaya sendiri . Kiranya orang lain harus mengerti bahwa pernyataan itu tidak merendahkan kebudayaanorang orang lain , sekedar pernyataan bangga terhadap milik yang dipunyainya , tak ada niatan untuk chauvinisme . Kalau tidak Jawa sentris lalu bagaimana?
Bahkan begitu cintanya orang Jawa terhadap budayanya sampai sampai ada pernyataan , "Kemanapun kita mencari ilmu , betapapun tingginya ilmu yang kita dapat dari mana asalnya pun asal ilmu itu , tampaknya tak akan ada yang cocok untuk diterapkan dibumi orang Jawa . Tak akan ada yang membuat orang Jawa puas dan tenang , karena tujuan tujuan hidup yang ditawarkan kepada orang Jawa bukan yang dicari oleh orang Jawa . Tujuan hidup orang Jawa ternyata bukan seperti yang model sekarang yang memburu buru kesejahteraan materi semata(duniawiyah ) .Tujuan hidup orang Jawa bukan yang terlalu mengidolaan kemegahan ,dan kekayaan ,keglamuran , kesenagan lahir , itu memang dicari tatapi mung sacukupe ora perlu ngaya ,yang dicari adalah suasana yang adem ayem , tata tentrem kerta raharjo. Sing nyimpang saka kuwi mau bakal cedak memalane , gede reribet lan sambekalane .Dene ing akhir tembe kudu nunggu piwales dosa dosane . Jadi sekali lagi kita katakan tujuannya saja sudah geseh . Sebetulnya tak perlu budaya lain , budaya sendiri sudah lebih baik . Jika budaya lain kita perlukan buat tambah tambah dan buat pemantas karena kitapun harus bergaul dengan masyarakat internasional .
Yen dudu kita dewe kabeh , njur sapa sing tresna lan mbelani budayane dewe ?
"Wis pokoke dudu slogan maneh , Budaya Jawa pancen budaya adi luhung temenan .Piye olehku ora muji muji lan mundi mundi , Piye olehku ora fanatik sebab kaya kaya ora ana budaya liyane sing luwih becik maneh ketimbang budaya Jawa , tumrap wong jawa."
Dene sekarang tak seperti itu , diatas sudah dikatakan budaya daerah , kekunoan sedang kalah perang , penjaga budayanya bukan kiper yang baik sehingga buadaya Jawa kebanjiran gol .Semua sepak terjang sekarang atas dasar kekinian dengan segala warna budayanya .

Namun begitu ada pesan agar kita tak terlelap dengan kebanggaan seperti digambarkan oleh cita cita orang Jawa , yaitu cit cita tata tentrem kertaraharjo , tetapi juga perlu mempunyai semangat berupaya agar cita cita tersebut dapat dipahami lebih lebih perlu penerapannya di dunia nyata .
Ada pesan dari sampean dalem Kanjeng Gusti Pakubuwono IV "Pesunen sariranira , Kaprawiran den kaeksi " .

bintoroasri@yahoo.co.id




------------------------------------------------------------------------------------------------




AGGRA INSTITUTE Taman Belajar Tentang Budaya Pluralisme Dan Multikulturalisme E mail : bintoroasri @yahoo .co.id

2 . BUDAYA PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME
10-2-2010

Fenomenanya adalah adanya banyak satuan,komunitas , kelompok masyarakat, suku besar dan kecil yang mempunyai identitas atau budaya, bahasa, tradisi ,adat istiadat dan kebiasaan atau kepercayaan masing-masing yang berbeda-beda pula ,bertempat tinggal atau mempunyai daerah yang berbeda-beda.
Suku bangsa (orang ) Aceh mempunyai budaya (bahasa , tradisi ,seni budaya) Aceh .
Orang Batak mempunyai bahasa , tradisi ,kepercayaan , seni budaya Batak .
Orang Minangkabau mempunyai budaya sendiri
Orang Palembang ,Lampung ,Bengkulu
Orang Melayu , orang Jawa , orang Sunda , orang Bali , orang Timor ,orang Bugis , orang Ambon ,orang Maluku , orang Papua dan masih banyak lagi .
Pluralisme atau multikulturalisme adalah pikiran atau paham yang menerima dan tak mengusik adanya berbagai hal tersebut bahkan dihargainya sebagai untaian mutu manikam dalam wadah bhineka tunggal ika yang merupakan sesuatu yang indah dan merupakan kekayaan bangsa yang mahal . Dalam skala negara misalnya Indonesia keadaan tersebut dapat berupa tergelarnya daerah daerah dengan identitas masing-masing namun terikat dalam suatu kesatuan atau teronggok dalam suatu wadah yang cantik yaitu wadah Bhineka Tunggal Ika.
Banyak hal yang dapat dipetik dari adanya negara Pluralisme dan Multikulturalisme ini .

Menguasai pluralisme dan multikulturalisme ,

Jika menyangkut daerah yang berbeda , maka penanganan penanganan masalah semestinya , dilakukan secara khusus menurut aturan atau cara yang sesuai dengan daerah itu dan karena itu tak terpusat.Tetapi walaupun sebagai negara bagian dari negara kesatuan , daerah tak boleh lepas dari kendali atau aturan aturan dari Pusat . Jika terjadi suatu masalah , daerahlah yang harus dapat mengatasinya dengan cepat dan tepat karena daerah-daerah akan lebih mengenal daerah dan persoalannya sendiri. Pengaturan dan kontrol lebih efisien. Kekuasaan Pusat yang terlalu besar akan menghilangkan kekhususan daerah , pemerintahan menjadi kurang effisien karena Pusat harus memikul beban terlalu besar .

Tetapi pemikiran tersebut belum akan disetujui oleh orang Pusat karena hal tersebut akan mempersempit kekuasaan Pusat atas daerah daerah . Pemerintah Pusat akan lebih sulit untuk mengontrol wilayahnya yang sangat luas ,karena terhalang ada pemerintah daerah disana sehingga hal tsb . dapat mengurangi kewibawaan pusat .Pementh Pusat akan kesulitan untuk meratakan kemakmuran daerah karena tidak semua daerah makmur dan tak semua daerah miskin .
Kekuasaan daerah selalu dicurigai bisa memberi celah-celah adanya saparatisme . Pusat akan kurang bersepaham dengan adanya peranan yang besar dari pemerintah daerah karena kita bukan negara sarikat .
Sesuai dengan paham modernis yang serba praktis dan pragmatis ini , maka Pusat bahkan akan mengadakan cara kerja yang lebih efisien lagi misalnya menguniformkan berbagai hal unuk mengurangi adanya perbedaaan , perbedaan itu di lebur menjadi sesuatu yang baru yang uniform . Manusianya menjadi satu bangsa dengan manusia yang baru yang satu identitas yang sama , budaya yang satu dan baru.
Karena Pemerintah Pausat yang sentralistis harus mentackle semua masalah ,dan mengatasi semua masalah , mengontrol semua daerah, tentu saja pemerintah pusat akan mencari cara agar semua pekerjaan menjadi lebih efisien , perlu mengadakan uniformisasi dan sentralisasi dalam segala bidang dan harus otoriter. Otoriter memang alat untuk berjalannya sentralisasi . Siapapun yang mencoba mensentralisasi persoalan negara dapat diramalkan akan menuju sebagai otoriter .
Pak Harto sebagai orang pluralis dan multikulturalis yang sangat menghargai budaya budaya daerah , terjebak oleh ulah para pembantunya yang westernisasi dan modern yang selalu ingin pragmatisme dan sentralisme dan membawa beliau sebagai otoritarian , yang dapat dipergunakan untuk melindungi kepentingan atau konsep konsep pragmatisme dan praktisisme modernisasi .
Ternyata rejim ini gagal mewujudkan uniformasi disegala bidang , mendapat perlawanan dari golongan westernisasi lain . Sungguh kurang dapat dimengerti jika kemudin semua pembntunya dan arsitek arsiteknya yang mestinya bertanggung jawab atas kegagalannya ternyata cuci tangan sebagai orang yang tak bertanggung jawab . Dan Pak Harto memanggul beban segunung sendirian , beban yang diciptakan oleh ulah ulah para kroninya .
Dalam bidang budaya dan pemerintahan telah mewariskan banyak uniformisasi .

Busana resmi pejabat dari gubernur sampai dengan lurah . Alangkah seramnya busana yang diadopsi dari petinggi petinggi kolonial , mempunyai nuansa militer . Kenapa mesti diganti demikian wong daerah daerah sudah mempunyai busana busana sendiri yang lebih bagus ?
Telah mewariskan uniformasi nama perangkat kelurahan disesuaikan dengan nama perangkat perkantoran nasional seperti Kades , Sekdes , Kaur dan lain lain . Untuk sampai menjangkau urusan sedetil itu pemerintah pusat harus benar-benar kuat sentosa.
Apakah hal ini akan terus berlanjut ? Apakah semua atribut di daerah akan dihapus ? Apa budaya daerah akan dihapus ?
Hal ini tampaknya sepele namun sudah merupakan suatu isyarat adanya pelanggaran terhadap budaya daerah daerah . Kekuasaan Pusat yang terlalu besar dan terlalu detail , seperti mengabaikan kemampuan orang daerah itu sendiri untuk menyelesaikan masalahnya .
Hal ini pasti akan menimbulkan perasaan tak enak bagi daerah, akan merasa kurang dihargai, terjajah, didikte , dianggap bodoh dan selalu curiga jangan-jangan pemerintah Pusat akan mengambil semuanya. Pusat yang kuat dan otoriter memang dapat menghadirkan kemajuan yang luar biasa, tapi rentan dengan protes-protes perpecahan dari daerah.

Contohnya negara yang dapat melesat menjadi super power yaitu USSR setelah otoriannya dikalahkan ,menjadi berantakan. Demikian pula negara Yugoslavia yang sangat maju dikawasannya juga berakhir dengan berantakan. tak uasah jauh jauh , negara kita sendiri , dibawah Pak Karno dan dibawah Pak Harto , bukan main banyaknya pujian dari negara negara yang menyukainya , toh dua duanya bangkrut oleh ulah anggautanya sendiri yang justru setiap hari sudah mengucapkan sumpah dan janji setia .

Sejak jaman dulu pro dan kontra semacam itu berlangsung karena orang mempertahankan pendirian masing-masing, lebih-lebIh jika orang tak berpijak pada sejarah dan mengabaikan atau tak memahami UUD 45.

Dalam masa perjuangan kemerdekaan sudah ada paham kooperatif (golongan co) dengan penjajah dan golongan non koopertaif (golongan non ) dengan penjajah yang berubah menjadi golongan unitaris dan federal.
Golongan co menghendaki , nantilah kemerdekan kita umumkan setelah persiapan persiapan cukup memadai , penjajah kita juga akan membantu persiapan tersebut , sehingga semua berjalan mulus (ini golongan tua yang moderat .
Golongan non , berkata tidak . Penjajah selalu berbohong dengan janji janjinya . Kita merdeka sekarang juga , kemerdekaan harus kita rebut . Tak apa apa jika kita lantas haru tidur beralas tikar saja , karena kita mikin .Tunggu mainnya penjajah kelilangan kita , segera akan bangkrut, karena selama ini penjajah makan dengan mengisap darah kita (Insulinde verloren , ramspoed geboren .

Kita berhasil merebut kemerdekaan dengan paksa , darah dan air mata mengalir membashi tanah tumpah darah , sayang kemerdekaan yang kita tegakkan memang dalam persiapan yang masih masih morat marit . Ternyata keadaan chaos semacam ini masih terasa hingga sekarang , dengan intermezo (tenang semu ) sedikit pada jaman orde baru .
Apa yang diprediksi para pemuda ternyata tak benar .Kehilangan Indonesia ternyata tak menyebabkan Belanda bangkrut , malah Belanda dapat jadi ketua konsorsium yang meminjami uang kepada kita .

Founding father kita yang arif telah meninggalkan warisan UUD 45 . UUD 45 lah sesuatu yang diciptakan dan dan direncanakan dalam suasana tenang dan pikiran berjalan tanpa emosi . Sejarah perebutan kekuasaan dari awalnya diwarnai dengan semangat yang menggebu gebu ,sehingga mengesampingkan pertimbangan pertimbangan yang rasional .
Namun demikian bagaimanapun lakon menggapai Indonesia , negara Indonesia dapat diwujudkan dengan UUD45 . dalam UUD45 tercantum negara kesatuan berbentuk republik ( sesuai ide orang unitaris) yang mengharapkan adanya negara besar yang utuh yang dasarnya bertujuan menjadi terhormat diantara bangsa seanteronya .
Namun hal tersebut di barengi atau dipagari dengan pasal bhineka tunggal ika dimana bangunan negara kesatuan betapapun besar dan kuatnya ,harus berdiri dan terdiri bhineka tunggal ika (menampung ide-ide kaum federalis). Pasal Bhineka Tunggal Ika adalah pagar agar negara kesatuan , agar Psat tak otoriter dan tak memaksakan seluruh kehendaknya kepada seluruh kesatuan masyarakat, yaitu anggauta negara yang lebih kecil dan agar pemerintah pusat tidak memerasnya. Melanggar Bhineka Tunggal Ika berarti musibah bagi satuan-satuan masyarakat negeri yang kecil. Tanpa Bhineka Tunggal Ika satuan masyarakat negara yang lebih kecil dengan mudah akan dimakan pusat atau dimakan satuan masyarakat negara yang lebih kuat, seperti ikan kecil dimakan ikan besar/piranha. Kini unsur bhineka Betawi sudah dimakan ikan besar dan hilang. Unsur bhineka Jawa Barat menunggu gilirannya, Bali hampir hilang ke Baliannya sesudah itu unsur Bhineka Jawa dan yang lain-lain tinggal menunggu giliran selanjutnya. Tinggal terserah pada unsur-unsur bhineka itu sendiri ingin bertahan, kuat bertahan, untuk mempertahankan jati dirinya atau pasrah siap melebur diri dan hilang .
Pemimpin kita yang masih tergolong founding father sendiri kadang kadang lupa atas azaz kebersamaan , kompromi , gotong royong ,karena tabiat dan kebiasaannya yang selalu memaksakan kehendaknya dan selalu menang .
Dengan semboyan Indonesia merdeka sekarang juga , merebut kemerdekaan , menunjukkan kemauan yang keras dan yang memaksakan kehendak , yang sulit berkompromi , yang demikian itu berlanjut hingga berhasil memegang kekuasaan tertinggi . Tetapi sepintar pintar orang kadang kadang masih ada yang lebih pintar lagi .
Sebulan beliau menjadi Presiden dan Perdana Menteri ada orang datang yang meminta kekuasaan Perdana Menterinya . Kedudukn itu diberikan padanya karena ia mengaku dan dipercaya lebih piawai dalam menata pemerintahan , karena ia memng sekolah untuk itu dinegara Belanda .
Kita ingat periode 1945 /1957 adalah periode mempertahankan kemerdekaan secara phisik . Pemerintahan jatuh bangun setiap saat . Perundingan perundingan dengan Belanda terus berjalan , yang sebetulnya sangat mengurangi korban berjatuhan dan kerusakan kerusakan lebih parah .Namun kemajuan itu menurut ukuran para penguasa yang lain kurang signifikan . Kemajuan kemajuan yang dicapai sangat sedikit sekali atau boleh dikatakan tak ada . Bung Karno tak dapat sabar lagi melihat kondisi yang demikian akhirnya tak dapat mempercayai lagi sistim barat diterapkan dalam alam Indonesia . Bung Karno tahun 1957 mengatakan kita kembali kekepribadian sendiri .
UUD45 dikembalikan secara utuh , Sosialisme dikembalikan pada sosialisme Indonesia yang ada gotong royongnya , Demokrasinya adalah demokrasi yang punya tujuan , dipimpin oleh hikmat kebijaksanan dalam persatuan , Ekonominya mengutamakan kebersamaan dan kemakmuran bersama .Budayanya harus yang sesuai kepribadian sendiri .

Disini ada perubahan , dan orang selalu akan setuju akan adanya perubahan untuk perbaikan . Dalam menertibkan sisa sisa liberalisme barat orde lama mulai dengan national building .
Dengan doktrinnya Bung Karno memukau dunia .Negaranya menjadi kekuatan yang disegani negara sekelinglingnya . Konsep konsepnya dikenang oleh negara Asia Afrika yang tertindas penjajahan .Doktrinnya dikembangkan keseluruh dunia dengan judul "To Make The World A New "
Ia layak memjadi pemimpin , pemimpin tertinggi bangsanya . Namun sayang , hukum alam sudah mengatur , bukan hukum manusia . Apapun dan siapapun , pemimpin yang merasa dirinya sukses selalu akan tumbuh menjadi arrogan .
Negara harus terpusat sebagai negara kesatuan , dimana pemerintah pusat berkuasa dan daerah daerah wajib tunduk , sendiko dawuh . Berpikir lain dari itu disebut mbalelo dan berat hukumannya . Ada unsur arogan atau megalomia untuk berkuasa atas negara yang sangat besar ini , sekalipun kemudian timbul pelbagai masalah di daerah yang tak suka didikte pusat terus . Kecuali arogansi , dari kekuasaan itu timbul kemauan untuk menguasai , kecuali untuk kepentingan pusat juga terikut untuk kebesaran pribadi . Biar rakyat masih makan nasi aking , pemimpin harus berpenampilan keren . Kalau raja yang tak berdaulat saja punya banyak isteri , tentu saja pemimpin yang berdaulat tak mau kalah . Nafsu nafsu ingin punya kekuasaan yang besar ini semakin besar dan puncaknya ialah ingin mengusai Malaysia dan malahan Maphilindo .
Pemimpin negara lain yang berjuang tidak dengan darah dan air mata ,tak boleh menjadi pemimpin besar . Ini merupakan ekses ekses yang terjadi karena kekuasaan yang besar . Lalu orde lama jatuh .

Pemimpin Pusat orde baru , meskipun membatalkan pengganyangan negara jiran Malaysia , merubah haluan untuk melebarkan sayap ke Timor Leste , hal ini menjadikan dunia marah dan mencegahnya , karena dianggap adanya ekspansi , aneksasi .
Kembali ke soal Bhineka Tunggal Ika , melihat maraknya ikan piranha bergetayangan mengancam kolam kolam ikan lain , sementara proteksi pembatas pembatas Bhineka Tunggal Ika tak segera dipahami , apa lagi dibangun , dalam Konferensi Budaya Sunda Internasional di Bandung tahun 2001 ,berserulah Prof Dr. Ayip Rosidi , "Di antara negara dan bangsa di dunia ,Indonesia adalah salah satu yang mempunyai budaya sangat beragam .Keberagaman itu dilembagakan dalam lambang negara "Bhineka Tunggal Ika " baragam macam namun satu jua . Akan tatapi keberagaman itu , walaupun sering dibangga bangakan secara verbal , tidak pernah secara konseptual dan berencana dijaga dan dipelihara bahkan dikalahkan oleh jargon "persatuan dan kesatuan " yang bersifat monolitis , tetapi yang juga tak pernah diuraikan secara konseptual ."
Namun hingga kini tak satupun ada tanggapan yang sesuai dengan yang dimaksudkan . Mungkin bukan salahnya penguasa yang ekskutif tidak menanggapi seruan itu , karena penguasa itu sendiri belum tentu paham terhadap makna pasal Bhineka Tunggal Ika dan memahami maksud founding father kita mencantumkan Pasal itu dalam UUD 45 .
Dalam penjelasan UUD 45 tidak tercantum maksud adanya Bhineka Tunggal Ika selain lambang sekedar penjelasan adanya kebhinekaan itu . Tak ada penjelasan atau perintah yang mengharuskan adanya perlindungan terhadap Bhineka Tunggal Ika .Seolah olah hidup di alam Bhineka Tunggal Ika adakah seperti hidup di hutan belantara , atau misalnya ikan hidup di lautan bebas .
Kemungkinan lain adalah adanya arogansi penguasa yang merasa tak perlu menggubris protes protes yang lembut dan yang santun ,seperti yang disuarakan Pa Ayip tersebut . Tak merasa perlu mendengar protes yang tak sesuai dengan program program yang sudah terpolakan .

Daerah daerah lebih gampang dan lebih baik menyembah ke atas yang akan memberi reward dari pada melayani dialog , keluh kesah masyarakat, seperti diserukan Pa Ayip . Namun sebetulnya rombongan seorang akademisi yang bergelar profesor doktor dan ahli di bidangnya bukan rombongan yang main main , sehingga seharusnya perlu diperhatikan sehingga ada kerja sama antara yang tahu tapi tak kuasa dan yang kuasa tapi tak tahu . kalau kedua hal ini dapat bekerja sama ,pembangunan yang demikian maju , tentu akan ada manfaatnya bagi para kawula semuanya dari yang gede sampai panghalusna .
Misalnya ada orang yang tahu Bandung akan tenggelam tetapi ia tak kuasa mengantisipasinya , sedangkan yang kuasa mengantisipasi memiliki kemampuan mencegahnya tak mengerti masalahnya , sementara banjir mulai mendekat .Mengapa kedua kekuatan ini tak kerja sama ?
Sayang sekali di Jawa dalam arti daerah tempat asli pengguna bahasa Jawa berada , dimana penjaga budaya , pengayom bangsa Jawa berada, kecakapan bahasa Jawa penduduknya sangat mundur . Jangan jangan akan segera sirna bersama komponen budaya yang lain . Mengapa pemimpin Jawa di tanah Jawa tak mengembangkan, tidak hangrungkebi dan handarbeni budaya Jawa ? Pada hal apa yang kurang ? Semua kekuasan , kekuasaan yang eksekutif dan spiritual ( penjaga budaya Jawa , pengayom budaya ) sudah berada di satu tangan .

Nasib Bineka Tunggal Ika tak sebaik kata sakti Pancasila dalam UUD45 . Orde baru begitu intensnya untuk mencerdaskan bangsa antara lain untuk memahami dasar dasar negara sendiri khususnya dan untuk mencerdaskan bangsa sebagai manusia politik yang harus menentukan hidupnya sendiri dalam demokrasi . (Sadar untuk memilih dan paham menentukan pilihan ) .

Dalam menyambut Edisi Ulang Tahu ke -2 majalah KABARE JOGYA Pak Sultan Hamengkubuwono

"Menurut guru besar antropologi -sosiologi FISIP Unpad Dr. Kusnaka Adimihardja , bahwa krisis penggunaan bahasa ibu berdampak negatif terhadap kearifan kelestarian alam , Karena marginalisasi bahasa daerah , ternyata telah ikut meminggirkan kearifan lokal yang termuat dalam idiom idiom lokal yang berkaitan erat dengan pengetahuan sosial ekologi , dan kelestarian alam lingkungan . Warna warna lokal yang bermuatan kearifan lokal semacam itulah , menurut hemat saya yang perlu digali untuk diangkat dan dikembangkan dengan lebih dalam dan lebih ajam sebagai wahana pembelelajaran bagi generasi muda untuk memahami niali nilai budayanya . "

Sayang kalimat itu terpenggal sampai disitu . Menurut pendapat para kawula , para kuli kuli alangkah baiknya jika sabda Kanjeng Sultan itu sekaligus dijadikan dawuh dan bukan sekedar sambutan ila ila saja . Dengan bersabda seperti itu beliau baik sebagai pengjaga budaya dan pengayom para kawula tentu sudah menjadi lebih waskito tentang apa yang terjadi dan apa yang bakal terjadi sehinga perlu dengan cepat diantisipasi . Kekuasaan eksekutif ada , kekuasaan spiritual ada , yang membuat heran mengapa sabda beliau terpenggal sekian saja . Lalu siapa yang harus menindak lanjuti sabda beliau dan bagaimana ?.

Mungkinkah ada rasa merasa kurang percaya diri , kurang percaya tentang keadiluhungan budaya Jawa . Takut dikatakan akan mbalelo , tak pernah ada cerita orang Jawa mbalelo pada negaranya .Takut dikatakan kuno , tak modern , spiritualis , irrasionalis , sebetulnya tinggal milih yang kuno dengan serious atau yang modern dengan serious , mangro tingal menghambat semuanya . Sebaiknya berbagi , karena darah raja, sentana sentana disitu banyak .Berbagi adalah jalan terbaik bagi semuanya . Dahulu pada jaman kolonial justru orang Belanda yang selalu mengintervensi mengatur segala sepakterjang orang orang keraton .
Seharusnya kalimat itu tak berhenti pada menurut hemat saya , tetapi perlu instruksi yang akan menjadi pedoman dan menyemangati para mantri bupati saandahanipun . Sadaya sampun sumadiyo nyadong dawuh ing saben dinten dalah ing ratrinipun .
Meskipun demikian penulis sangat marah jika ada orang mengatakan bahwa penjaga budaya kita tak bisa bahasa Jawa . Meskipun orang itu mengatakan "buktinya saya tak pernah mendengar sesorah beliau dalam bahasa Jawa ." Punulis bilang, ojo sembrono ,tak boleh berkata begitu , dengan berkata begitu nanti kamu kuwalat . E betul betul betul mati dia , wong memang dianya sudah tuwo .
Sayang sekali jika penduduk Yogyakarta , tempat pusatnya budaya Jawa , tempat istananya pengayom dan penjaga budaya Jawa , tempat orang yang mengerti budaya Jawa , tempat orang yang punya kuasa mempertahankan bahkan merevitalisasi budaya Jawa tempat orang eksekutif yang mengarti dan mampu membawa budaya Jawa lebih membudaya lagi , namun sepi sepi saja dari aksi yang diharapkan . Jika semua termasuk yang mengerti dan yang kuasa hanya terhenti pada kalimat ,menurut hemat saya , lalu siapa yang harus menindak lanjuti ?
Seperti orang khotbah di mesjid, takut disangka sok pinter sendiri dan ngajari orang , maka tulisan saya sebenarnya juga hanya panguda rasa , atau berkata pada diri sendiri , perkara orang lain tahu tak mengapa ,wong tujuuannya baik . Atau seperti Ebit G.Ade yang hanya bisa mengadu pada langit , matahari dan rumput yang bergoyang .
Dahulu sebetulnya banyak tokoh-tokoh moderat yang sebenarnya belum tentu tak republikein dan tak mendukung perjuangan kemerdekaan republik kita, namun aktifitas mereka terpaksa dibatasi dan mereka membatasi diri mengingat mereka berdampingan dengan orang-orang yang sedang semangat-semangatnya mengobarkan revolusi.

Kelihatannya perjuangan kita agak lain dengan perjuangan kemerdekaan negara jiran kita Malaysia terutama dalam persiapan persiapannya. Malaysia dapat bekerja ber -kooperatif dengan penjajahnya dan dengan persiapan yang matang , sehingga disana tak banyak pahlawan karena itu tidak banyak jatuh korban dan tak banyak kerusakan . Kerusakan fisik dapat diperbaiki kerusakan moral berdampak lebih jauh.

Kita semua yang merasa menjadi produk perjuangan fisik kemerdekaan tentu bangga terbuai dalam eufora menghantam pemerintah kolonial yang bercokol 350 tahun. Sebaliknya kalau kita balik-balik catatan sejarah sebetulnya kita yang ketika itu yang bagai di bakar api semangat untuk menjebol tatanan lama tatanan kolonial dan aristokratis dan membangun tatanan baru , agak keburu nafsu dan kurang hati hati . Padahal hakekatnya tatanan lama adalah pluralisme dan multikulturalisme , warisan leluhur sejak dulu yang sebetulnya kita selamatkan .
Karena revolusi menjebol dan membangun maka tampaknya revolusinya Bung Karno yang tak pernah selesai itu kebablasan . Kita mestinya memerdekan budaya budaya yang brisi kebijakan lokal yang beragam yang terkandung dalam pluralisme dan multikuturalisme . Sedang yang terjadi adalah pluralisme dan multikulturalisme dijebol dan diganti dengan yang serba baru dan tatanan baru misalnya ide membangun manusia indonesia baru, budaya baru , yang sebetulnya itu tak benar menurut UUD nya . Karena itu ketika kita sadar kita insyaf bahwa kita telah melanggar kesepakatan konstitusionel, mari kita kembali pada pluralisme dan multikulturalisme .

Timbul pertanyaan :

Dulu Pak Harto , karena mengikuti para pembantunya yang modernis , praktis dan pragmatis terjebak dalam sentralissi dan proyek menjadikan bangsa Indonesia menjadi manusia Indonesia baru seutuhya tetapi gagal bersama robohnya regim yang merencanakannya. Lalu sekarang keutuhan dari unsur-unsur pluralisme dan multikulturalime makin terpinggirkan lagi oleh pergeseran ke monolitis kembali dan yang akhirnya ingin meniadakan plurialisme dan multikulturalisme dan kemungkinan mengganti yang baru .
Tetapi kali ini bukan diganti dengan budaya Indonesia baru tetapi budaya global, sesuai dengan visi penguasanya yang modern rasional dan westernis. Akhirnya tak lama lagi hanya akan ada ikan piranha saja yang hidup setelah ikan-ikan lain dimangsanya. Meskipun pengertian budaya globalisasi , baru memasyarakat setelah koferensi APEC di Seatle tahun 1983 , namun sesungguhnya kita sudah mengalami hal hal yang global sejak dulu . Agama agama yang mengglobal semua masuk nusantara , budaya budaya lama yang mengglobal pernah masuk nusantara , segala macam bangsa pernah masuk nusantara . Sehingga kta globalisasi bukan hal yang aneh bagi telinga kita . Memang ternyata globlissi tak menakutkan bagi kita , kalau globalissi jlnnya lambang dalam memasuki wilayah kita , bahkan orang orang kita yang menarik narik globalissi untuk memasuki kawasan kita .

Siapa yang akan menguasai suatu bangsa , kalahkan dulu budayanya , siapa ingin mengusai budaya telikung dulu pemimpinnya , semua akan beres .Dan justru yang menjadi kebingungan kita dalah suatu kenyataan bahwa globalisasi sekarang sudah mempunyai arti baru yaitu sinonimnya Amerikanisasi .
Globalisasi adalah sinonim dengan Amerikanisas
i . Pengaruh Ameriki bukan main dahsyatnya , merambah dari masriki sampai maghribi . Apa yang tak terjangkau pengaruh Amerika , dari yang remeh temeh sampai yang raksasa , semua berbau Ameriki .
Di Krawang ada kuburan besar yang indah namanya San Diego kota pangkalan laut AS , di Tanggerang ada perumahan namanya Palm Spring , seperti daerah di San Fransisco . Ada yang namanya Gold Coast .
Makanan cepat saji a la Ameriki ada berderet deret di pinggir jalan mana saja ,
Bahasa , bahasa Amerika (Inggris ) mengagumkan , siapa dapat bahasa itu mempunyai nilai tambah berlipat ganda,
Lagu, musik , siapa yang tak tahu Michel Jackson , Madona, Celine Dion
Gaya rumah yang minimalis ada dimana mana

Departemen store model Amerika ada dimana mana ,
Tenaga ahli yang terkemuka adalah yang eks . Universitas Amerika utamanya ekonom , teknolog bahkan dalam disiplin ilmu apapun , termasuk bidang humaniora yang eks Amerika dapat kedudukan lebih terhormat .
Masih sederet lagi barang barang yang sangat dibutuhkan dan tidak begitu penting yang didatangkan dari Amerika . Dari A sampai Z yang penting atau tak penting kita telah memilih made in Ameriki .

Seolah olah kita negara kaya yang dengan tak usah berbuat apa dan tak usah pintarpun semua sudah ada , tinggal pesan . Kita bangga mengkonsumsi yang serba asing . Ternyata itu keliru , kecuali kita menjadi bodoh , apa yang dilempar kebumi kita adalah barang sisa (turahan ) yang menyimpannya saja sulit .

Ilmu asing :

Kita tentu bangga dapat mempelajari ilmu asing .
Jangan jangan ilmu yang diberikan kepada kitapun ilmu ilmu sisa . Guru yang baik tentu tidak bodoh , tak akan memberikan seluruh kepintarannya kepada muridnya . Karena itu jangan terlalu berbangga diri menajdi ilmuwan ala Amerika . Amerika bagaimanapun tak akan memberikan sesuatu yang dapat membahayakan Amerika sendiri , misalnya pesawat pesawat yang canggih , ilmu ilmunya yang canggih . Buktinya kita dengan mudah dibikin berantakan oleh Geoge Soros dan I.M .F . Buktinya kita dengan mudah dibuat berantakan oleh ilmunya orang Cina ,orang Cinalah yang menguasai ekonomi kita.
Bagaimana pintarnyapun tentang falsafah Jawa , dalang dan dukun dukun, ahli ahli magic tak akan diappriciate oleh kalangan ilmu pengetahuan modern .

Memang lalu kenapa jika kita ,tak suka dijejali Amerikanisme ?
Sebetulnya sepanjang mendatangkan kebaikan tak apa , demikian juga dengan modernissi . Modernisasi yang mengajarkan tepat waktu , sopan berlalu lintas ,budaya antri , meningkatkan kualitas hidup adalah sesuatu yang baik , tetapi jika misalnya pengaruh itu akan mendatangkan kejelekan misalnya akan menggusur pluralisme dan multikulkuralisme harus diwasdai .
Apa dua pertanyaan yang menggelitik :

1. Siapa yang harus mewaspai dan mencegahnya , wong semua orang pada mengucapkan well come dan appriciate .
2. Tetapi mengapa kita harus memaksakan diri menjadi Amerikan , jika orang Amerika sendiri terkagum kagum dengan budaya kita yang pluralistis dan multikulturalistis ?

Setelah mendengar cerita ini ada seorang anak muda Sunda bertanya, bagaimana ini pak, hal ini sudah berjalan begitu jauh tentu sulit untuk mengembalikkan pada titik awalnya.
Atas pertanyaan itu penulis menjawab, kalau sudah titis tulis , apabila kita manusia tak mampu atau tak kuasa mengatasi hal yang berat ini percaya lah, alam sendiri atau gusti Allah sendiri yang akan menolong menertibkannya . Tetapi seperti pepatah Cina diatas langit ada langit . Dalam kenyataan yang kita lihat sehari hari , betapun ekonom ekonom kita yang canggih canggih berasal dari Ameriki , doktor doktor hukum kita yang fenomenal ,sebetulnya dalam kenyataan semua itu belum mampu menandingi ilmunya orang Glodok dan selalu dibuat main mainan oleh orang Cina .



bintoroasri@yahoo.co.id.0302135



---------------------------------------------------------------------------------------


AGGRA INSITUTE
TAMAN BELAJAR PLURALISME DNMULTIKULTURALISME
E mail : bintoroasri /yahoo.co.id.


3. BUDAYA PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME
.

PENDIDIKAN DULU ADALAH KERAS , TULUS DAN JUJUR

Semakin jauh kita berjalan semakin banyak yang kita lihat dan kita alami , semakin tinggi kita berada diketinggian pemandangan semakin luas , tetapi juga semakin besar angin menerpa dan itu dapat membuat kita jatuh .
Orang tua dulu mengajar anaknya dengan sangat keras , begitupun yang dilakukan oleh para guru sekolahan . Hukuman phisik jangan ditanya lagi . Seorang murid yang kedapatan melakukan pelanggaran atau bertingkah yang dianggap kurang ajar , melanggar sopan santun terhadap siapa saja , bisa dihajar dengan keras . Tak ada HAM , tak akan ada yang melapor kepada polisi . Undang undangnya hanyalah " kalau memang mau belajar , harus menerima keadaan seperti itu " . Tetapi gurupun dapat diyakini berlaku jujur ,dan dapat dipercaya akan tulus dan selalu akan membuat keputusan untuk kebaikan , hampir tak ada guru korupsi , ngakali calon murid , memeras murid dengan jual buku dan formulir formulir dan soal soal tes baik untuk latihan latihan maupun ujian resmi . Tak ada murud terlibat narkoba , pornografi dan pornoaksi , tak ada murid tawuran , mengroyok guru . Jika ada keributan dikalangaa guru , rata rata berkisar persoalan wanita , skandal dengan wanita seprofesi pada tempat yang sama . Guru formal di sekolahan , maupun guru informal kebatinan , sama saja , kebanyakan sangat menghargai integritasnya sebagai guru , dan sadar harus memberi contoh sebagai sosok yang patut digugu ditiru .Setiap guru mengajarkan budi pekerti yang halus , kejujuran dan bagi guru formal ditambah dengan menambah kecerdasan atau daya pikir . Murid murid sangat patuh dan taat pada gurungya , Hubungan guru dan murid seperti makluk dengan dewanya . Sangat dekat tetapi ada jarak sopan santun .Itu guru dulu yang justru mendapat gelar pahlawan tanpa tanda jasa .
Tujuannya, pendidikan keras agar anak anak dapat tahan banting menghadapi kesulitan dan tantangan di medan medan kehidupan yang keras , memilki kejujuran , unggah ungguh yang benar , peka terhadap yang harus ditolong dalam hidup kebersamaan dan mempunyai pikiran yang cerdas . Pendeknya banyak hal yang diharapkan dari pendidikan yang dapat diringkas agar berkelakuan baik dan cerdas , sehat jasmani dan rohani .
Namun kadang kadang justru pendidikan dilakukan dengan sangat lembut misalnya dengan memberi petuah petuah , tepa palupi , pelajaran budi pekerti tentang kesantunan, kelembutan , kejujuran , tepo slira dan yang semacam itu . Semua itu masih mempunyai dasar dasar mempertahankan adat kebiasaan , budaya kuno yang disebut pluralisme dan multikulturalisme .

Namun cara cara dulu mungkin menurut orang sekarang dikatakan terlalu bertele tele . Sesuai dengan kemajuan jaman dan sesuai dengan kegiatan pemimpin yang menjadi contoh kehidupan . Contoh contoh dijaman ini , semua hal hendaknya diarahkan kepada tujuan yang praktis dan pragmatis , bagaimana nanti dapat berusaha atau jadi pegawai yang gajinya besar , ekonomi oriented , yaitu cara bagaimana orang dapat berusaha dan cepat mendapat uang yang banyak . Sesudah cukup banyak , harus mengejar yang banyak sekali , begitu seterusnya seperti tak berujung .Namun tidak semua pemimpin modern begitu .Hanya karena pemimpinnya kaum homo economic , kebijakanna seperti itu . Semu persoalan bersumber dan mengarah pada uang .Pikiran yang praktis itu barangkali mempunyai dalil " Dengan banyak uang semua masalah akan selesai .Rakyat akan makmur . Pemimpin demikian itu sebetulnya juga tak salah , wong memang kepintarannya cuma itu .Pengetahuan lain tak perlu , wong memang tak tahu ".
Kalau mengerti sedikit tentang humaniora dan agama mestinya tak sekaku demikian . Sebetulnya kurang etis apalagi menurut ukuran timur jika semua hal diarahkan untuk memperoleh uang . Tempat tempat sakral atau kesakralan tempat mendinginkan hati agar tak srakah , loba tamak , dijadikan tempat entertaimen yang mendapatkan uang tak peduli nanti akan ada perbuatan yang berlawanan dengan kesakralan itu sendiri .
Dalam pendidikan atau lapangan apapun , sangat tepatlah jika homo economic , mendidik homo economic lagi . Guru tak perlu mempunyai perasaan berdedikasi lagi karena mereka bekerja toh dibayar . Guru tak boleh menghukum muridnya apa lagi hukuman pisik . Murid tak perlu hormat kepada guru , toh murid lebih kaya dan muridlah yang menggaji guru . Guru sekarang seperti tukang gali sumur , mengerjakan menggali sumur . Orang pesan ukurannya dan berapa harus bayar .Sesudah dibayar , habis perkara . Hubungan murid dan guru seperti hubungan penjual sayur dan pembeli di pasar . Guru tak perlu punya keprihatinan lagi kalau murid gagal , justru bersedih untuk diri sendiri, yaitu karena kegagalan meraih reputasi . Sebetulnya kami tak ingin cerita yang macam macam
namun bagaimana orang akan tahu jika tak diceritakan ?

Kelak jika anak didik itu menjadi orang atau pemimpin tentu hanya akan menjadi pemimpin yang hanya mengintip intip adakah peluang untuk mendapat kemajuan bagi dirinya.

Tak mengenal kata sopan santun , karena tak dibiasakan bersopan santun ,
Tak mengenal dedikasi karena tak pernah dikenalkan pengertian dedikasi
Tak mengenal patriotisme , karena tak diajarkan patriotisme
Tak mengenal kaprawiran ,karena tak dikenalkan dengan kata itu
Tak mengenal cinta sesama karena tak dibiasakan untuk itu

Selain orang Cina , priyayi dulu dulu umumnya kurang suka berhubungan dengan orang berduit , lebih lebih yang dicireni kurang bermoral . Sebabnya banyak orang terkecoh , ketika berhubungan dengan orang berduit , sehingga keluar fatwa orang tua "anak kecil tak boleh main duit " . maksudnya sejak kecil atau anak anak janganlah dibiasakan berurusan dengan duit yang banyak , sebab dengan duit yang banyak , kecenderungannya untuk berbuat tidak baik terbuka lebar . Orang tua dulu sangat concern dalam melindungi anak anaknya , sehingga tampaknya terlalu kejam ter hadap anak anak .
Ketika orde baru insyaf akan kemiskinan rakyat dan negara , dan kepentingan kepentingan pribadi dan para kroni , hanya dapat diatasi oleh modernis modernis homo economic , boleh dikata sejak itu orde baru mengerahkan banyak potensi homo economic dan terpinggirkannya peran peran ASPRI yang terdiri kaum kuno . Dan sejak saat itulah banyak sekali kemajuan phisik yang dapat dicapai , namun sebenarnya lebih banyak lagi kekayaan kita yang luber keluar yang mambak dan mubasir . Kelebihan pendapatan di dalam negeri mandeg dibagian atas , habis dikuras untuk kepentingan pribadi pemimpin pemimpin dan kroni. Kerakusan orde baru dan kroninya memang keterlaluan . Dan kerakusan orde baru yang mengerahkan mesin homo economicnya begitu menguatirkan kelompok lain , maka kelompok lain segera memasang kuda kuda untuk melawannya dengan mengerahkan mesin homo economicnya pula . Maka sebetulnya terjadilah pertempuran modernis yang satu melawan kelompok modernis yang lain yang dibantu rakyat yang dijarahnya . Kekuasaan Pak Harto beserta homo economicnya ternyata kalah .
Pak Harto yang selama itu adalah orang Jawa dengan ilmu kunonya yang kental , dengan bantuan dan nasehat para ASPRI dan dukun dukun beliau yang selalu menjujung ilmu Jawanya , sebetulnya sudah baik , "berjalan alon alon waton klakon " .Kesalahannya kenapa tiba tiba berbalik mengikuti anutan pengetahun modernis yang tak dipahaminya yang mengajak berlari kencang tapi cepat masuk ke dalam jurang .

Alam sesudah reformasi , alam demokrasi dan liberalisasi membebaskan semua ikatan yang selama ini diterapkan oleh orde baru . Alam demokrasi yang mengijinkan orang untuk bebas menentukan arah sendiri . Tak bisa digambarkan betapa tunggang langgangnya orang memperebutkan kesempatan untuk meraih yang selama ini terkungkung . Golongan homo economic yang sudah menguasai lumbung negara, sekalipun tuan tuannya telah pergi justru memperkuat posisinya . Justru sisa sisa kekunoan Pak Harto dibersihkan lagi agar tak bisa ngaru biru langkah langkah homo economicnya .
Kekunoan yang merupakan penyeimbang modernissi tak diperlukan karena hal itu hanya akan mengganggu gerakan langkah homo economic .Atau kekunoan itu cukup dijadikan alat bantu langkah homo economic . Tempat peninggalan , tempat tempat yang sangat dihormati secara adat , simbul simbul kekunoan , tradisi adat yang semula dijunjung tinggi , yang sebetulnya sebagai alat pengendalian diri dari watak tamak dan serakah , justru dijadikan sarana mendulang uang bagi pariwisata , suatu tujuan yang sangat bertentangan dengan maksud pembuatnya .
Kanekes ,suatu daerah di Banten adalah merupakan model yang sudah sangat langka bagaimana orang dapat mencontoh tentang hidup dalam kejujuran , dalam kesederhaan ,dalam kebersamaan , dalam kedamaian , sekarang sudah mulai diusik oleh hingar bingarnya ketamakan , kesrakahan modernisme dan akan habis dalam waktu yang tak akan lama .

Dengan tak adanya alat penyeimbang itu , segala sesuatu berjalan tentunya berjalan pincang . Tak ada keseimbangan itu yang menyebabkan kegoncangan .Kita orang tua berpikir begitu , barangkali itulah sebab kegonjang ganjingan tak mempunyai tanda tanda akan surut , selama penjaga keseimbangan itu belum dipulihkan .
Namun bagi orang yang tak hirau akan ke gonjang ganjingan tak usah risau ,pakailah ilmu cuek , menurutkan benernya sendiri "apapun yang tadinya dirasa mengganjal, biarkan saja lama lama juga akan menjadi hal yang biasa" .Riuh rendahnya tawuran , riuh rendah demonstran , orang kelaparan , orang tak bisa sekolah , tak bisa berobat karena tak punya uang , yang semula mengganjal pikiran ,lama lama kalau sudah biasa tidak akan merupakan hal yang menggajal . Pendek kata dapat ditinggal untuk berkeraoke ,memancing atau mengarang lagu dan tak usah risau . "Ajaran untuk pemimpin . Tenanglah , siapa yang ribut (knock the door ) kemplanglah dia . Tak berani mengemplang kasih kursi di wantimraj ( Dewan pertimbangan raja, Sudah baik sebagai DPA . dirubah rubah jadi Watimraj ) , atau kalau kursinya habis kasih uang saja ".
Kita kembali pada pendidikan . Perbedaan dunia pendidikan dulu dan sekarang sangatlah jauh .
Demikian hasil anak anak didiknya . Orang orang hasil pendidikan jaman dulu biasanya , seperti gurunya amat menjaga intergritas jabatannya , menjaga moral , kebersamaan . Sayang karena selalu diajar tentang kejujuran , dedikasi , mereka tak paham bahwa di dunia ini ada sisi kejahatan yang amat pintar . Justru kejujuran penjabat ini kadang kadang ditunggangi oleh kepentingan orang jahat .

Lain dengan alam kemudiannya dimana pendidikan adalah pendidikan modern seperti sudah kami katakan , menghasilkan orang orang cerdas , tanpa memerlukan intergritas, tanpa perlu mengingat kata dedikasi . Karena itu dalam alam modern dan demokrasi perlu disiapkan segala perangkat untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang negatif . Misalnya disetiap sudut ada pengawasan , baik yang formal maupun informal misalnya LSM , Para pengamat dari segala sektor .Aparat aparat pengawasan .Tetapi alangkah besarnya anggaran untuk itu , tentu kurang efficien . dalam alam kekunoan fatwa dukun yang dilecehkan orang modern mempunyai kekuatan mengendalikan penyimpangan yang besar ,tanpa anggaran yang besar , sama halnya satu kata "ora ilok "dapat bekerja secara efficien mengganti tugas ribuan aparat pengawasan .

Namun tak tahu mengapa kearifan kearifan lokal yang ada dalam pluralisme dan multikulturalisme tersebut tak masuk dalam pemikiran penyelenggara negara,
yang seperti tak punya agenda lain selain mengejar pertumbuhan ekonomi yang makin menjauhkan gap antara yang berhasil dan yang tak punya kesempatan untuk berhasil . Selalu menyebabkan keributan yang tak akan habis habisnya .
Kadang kadang hati ini sedih mendengar bahwa uang yang dipinjam dari mana mana dan yang dikumpulkan negara dari mana mana digunakan hal yang mubasir , atau dicuri dalam jumlah yang tak kepalang tanggung . Dalam hati berkata " njuk kapan kita orang kecil olehe kebagian pembagian mobil mercy ?


bintoroasri @yahoo.co.id



--------------------------------------------------------------------------------------------------



AGGRA INSTITUTE
TAMAN BELAJAR PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME


Alamat : bintoroasri @ yahoo.co.id

4 . BUDAYA PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME

MAGANGAN (PEMILIHAN UMUM LURAH )


Sebelum kemerdekaan lurah lurah di Jawa dipilih oleh penduduk desanya dalam suatu pemilihan umum lurah (magangan ) . Itu adalah suatu realita yang kasat mata dapat dilihat oleh semua orang yang menyaksikan . Dulupun sudah ada istilah jurdil (jujur dan adil ) , dengan pengertian siapa yang tak jurdil dihukum .Dan alhamdullilah hampir tak ada orang dihukum karena adanya magangan ini . Apakah hal itu sudah merupakan suatu model demokrasi yang mantab , meskipun itu terjadi dinegara yang belum mengumumkan sebagai negara demokrasi .

Rakyat betul betul terlibat dalam persoalan kekuasaan di kelurahan itu .Rakyat aktif dalam pemilihan yang akan menentukan nasib desanya . Rakyat paham betul dengan kualifikasi jago yang magang menjadi lurah ini , karena jago jago tersebut adalah tetangga tetangga yang ada disebelah rumahnya . Rakyat selalu niteni (mengamati ) kelakuan jago tersebut sepanjang hidupnya dan itulah trackrekord nya . Mestinya demokrasi cara cara kuno itulah yang dinamakan demokrasi langsung dan mendekati kebenaran , jujur dan adil .

Di Jawa Barat ada tradisi yang disebut Ngariung Mungpulung . Ngariung Mungpulung hanya terjadi dalam keluarga , baik keluaga yang sedang sedang saja maupun yang besar . Selain untuk acara silaturachmi keluarga , juga menyelesaikan masalah atau persoalan baik persoalan sedang maupun besar . Pimpinan adalah pimpinan keluarga berdasar "kolot di payun , nu ngarora di pengker " . Kolot bukan berarti harus tua umurnya ,tetapi yang mempunyai kebijakan atau ilmu yang lebih tinggi dari yang lain atau mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dalam silsilah pancakaki . Betul hal ini hanya menyangkut masalah dalam masyarakat kecil . Tetapi azas "kolot di payung , nu ngaror di pengker " akan terbawa dalam menentukan untuk memilih lurah .Kedekatan yang didasarkan ikatan keluarga yang masih sangat kuat .Segi baiknya karena masing masing mengenal betul akan track record masing masing calon dengan jelas , akan dipilih pemimpin yang benar benar dikenalnya . Tidak baiknya ialah ikatan keluarga kadang kadang mengurangi pikiran rasional dalam pemilihan , petot belo dulur sorangan , baik buruk dipilih karena masih keluarga . Sehingga akhirnya kepala desa dan kepala keluarga bahkan kepala adat spiritual menjadi satu . Keputusan keputusan demokrasi semacam ini mempunyai ikatan spiritual karena itu sangat ditaati . Tak akan ada demontrasi , atau jika ada demontrasi dapat cepat diselesaikan dalam ngariung mungpulung atas dasar musyawarah dan mupakat .

Keputusan keputusan politik dalam demokrasi tersebut semua dapat diselesaikan dalam ngariung mungpulung dalam skala kecil maupun besar . Yang kecil dapat langsung misalnya tingkat desa , yang besar dengan berjenjang keatas sesuai dengan wilayah kita yang sangat luas .Bahkan kalau perlu bukan tak mungkin demokrasi adat kita , kita tingkatkan menjadi demokrasi nasional berdasarkan adat kita . Demokrasi perwakilan seperti tersebut diatas tampak lebih kena pada sasaran , efisien dan praktis mengingat jumlah wilayah dan jumlah penduduk yang amat banyak . Irit , tidak orod dan tidak rebjek .

Adat adat kita , karuhun kita juga telah mengenal demokrasi , tetapi tak ada yang namaya demontrasi yang kini termasuk dalam HAM .

Sungguh kurang dapat dimengerti jika para modernis justru mengambil contoh contoh yang jauh , sedangkan disini banyak model model yang lebih baik, dapat dilaksanakan dengan efisien bahkan dapat menghemat triljunan rupiah yang dapat dihemat untuk membantu orang miskin .


Ternyata jawabannya antara rasional dan tak rasional .

1. Yang rasional , dapat memanfaatkan tingkat pengetahuan rakyat baik tingkat kecerdasan umum atau politik . maupun pengetahuan rakyat atas kualitas jago jago yang dimaksudkan dapat mewakilinya . Dapat menggusur peranan budaya daerah karena bisa terjadi wakil wakil daerah bukan orang daerah itu yang mengerti budaya daerah setempat . memperkuat nasionalisme dalam arti memperkuat sentralisasi kekuasaan dipusat dan terpusat .

2.Jawaban tak rasionl adalah ,dengan menggunakan terminologi terminologi dengan bahasa asing ternyata dapat mendongkrak martabat mungkin sepuluh kali lipat . dan orang modern memang sedang gandrung gandrungnya untuk berusaha duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan orang modern di luar negeri . Otaknya (brain ) dicuci dengan pengetahuan bule bahkan kalau dapat kulitnyapun mau dikupas diganti dengan kulit yang bule .

3. Bagaimana maunya his master voice tau pihk luar yang berkuasa terhadap keberadaan kita , karena kita banyak sekali mempunyai bargaining bargaining dan malah utang utang dengan dunia luar .

Pada waktu sekarang banyak sekali jenis jenis demokrasi dan makna demokrasi , sampai membingungkan .
Dan pegangan orang tentang demokrasi adalah kalau menguntungkan dirinya , itu demokrasi yang betul , manakala merugikan itu demokrasi yang kurang betul .
Contoh : Seorang pemimpin biasanya mula mula berjanji akan berbuat all out untuk kesejahteran rakyatnya , yaitu jika dapat terpilih menjadi pemimpin .Ketika ia betul betul terpilih oleh demokrasi dan menjadi pemimpin, ia mengatakan itulah demokrasi yang benar , penghimpun aspirasi rakyat . Tetapi ketika ia menjalankan amanat yang diberikan rakyat secara kurang betul , dan tak menepati janjinya , rakyat tiap hari berdemonstrasi menggugat kekeliruannya itu . Pemimpin itu berkata , itu demokrasi tak betul .Rakyat sudah memberikan amanatnya , kenapa sekarang jadi crewet . Ia pura pura lupa pada janjinya atau tak mau tahu jika kebijakannya tak sesuai dengan yang dimaui rakyatnya .

Sekarang ada demokrasi liberal , "sekarang mau apa saja yang monggo , wong jamannya sudah demokrasi ". Tetapi bagaimana dengan demokrasi ini , jika kelompok yang satu merugikan orang lain . Yang liberal berkata tak apa merugikan orang lain , salah sendiri mau dirugikan . Yang penting asal menguntungkan diri sendiri . Dalam alam liberal patokannya kan kemerdekaan pribadi (liberisasi ) ,mengutamakan kepentingan induvidual ,dan menjamin persaingan bebas . Yang lemah dan bodo jika tak ada proteksi betul betul dapat terinjak injak . tetapi kalau ada proteksi proteksian menjadi tak liberal lagi .

Ada demokrasi prosedural , yang mengutamakan pokoknya ada pemilihan umum yang dapat melegimitasi pemerintahan menjadi demokratis , ini sangat rentan sekali mana kala rakyat tahu bahwa rakyat sebenarnya hanya dijadikan alat melegimitasi pemerintahan . Demokrasi ini dapat menghasilkan pemimpin dengan mayoritas suara yang diperolehnya , namun dengan mandat yang diberikan rakyat terbanyak tiba tiba bisa jadi diktator atas nama rakyat jika terpaksa mempertahankan diri

Ada demokrasi rakyat ini betul betul membingungkan yaitu bahwa jika misalnya Korea Utara yang jelas jelas dipimpin oleh diktatornya, toh masih bisa menyebut diri sebagai negara demokrasi rakyat ,

Demokrasi terpimpin ialah demokrasi di Indonesia 1957 s/d 1967 didukung oleh mayoritas rakyat , sebagian lagi mengatakan bukan demokrasi tetapi diktator . Sekalipun mayoritas telah dimenangkan pemimpin yang satu , toh yang kalah ngotot mengatakan itu tak adil .

Demokrasi pembangunan adalah demokrasi di Indonesia dari tahun 1967 s/d 1998 , didukung oleh mayoritas rakyat Indonesia dan sebagian kecil rakyat mengatakan saat tersebut ialah saat negara dipimpin oleh diktator pula .
Ada demokrasi ekonomi . Bahkan dalam kemajuan ekonomi yang mencapai pertumbuhan diatas 7 ,5 % , atau bahkan rata rata perkapita mencapai $ 2.500 pertahun . Tetapi benarkah itu dapat dirasakan rakyat . kalau tumbuhnya kegiatan ekonomi dalam persaingan , dapatkah yang kecil mempertahankan haknya jika tiba t iba direbut oleh yang lebih besar dan kuat.Apakah slogan slogan untuk kesejahteraan rakyat benar benar dilasanakan sesuai dengan bunyinya dan yang tak menipu rakyatnya . ( Ingat doa rakyat yang tertipu sangat besar sawabnya ) .

Demokrasi politik , biasanya dilaksanakan dalam memberikan hak memilih dan dipilih
dan sekalipun berpedoman jurdil , sulit dikatakan demikian . Bahwa pernah seluruh anggauta KPU dihukum bukan karena berhubungan dengan hak pilih dan dipilih tetapi karena soal korupsi . Pemimpin pemimpin dunia yang terkenal baik yang berada dalam negara demokrasi maupun bukan tak mungkin dapat berada dalam singgasananya tanpa pemilihan , semua pasti melalui pemilhan . Pemimpin pemimpin di dunia bisa saja melakukan mengadakan pemilihan yang jurdil atau tidak .

Demokrasi persamaan hak dan kesetaraan dalam kedudukan , biasanya semua warga mempunyai kedudukan yang sama di muka hukum , tetapi ditempat lain tak sama .

Dulu Presiden Megawati mengeluhkan bergesernya tertib pemerintahan yang disebut pemerintahan abu abu , bergesernya pemerintahan systim presidentil bergeser ke sistim
pemerintahan yang parlementer , sekarangpun Presiden SBY berkeluh kesah yang sama , setelah right or wrong mengalami hal yang sama yaitu menjadi bulan bulanan parlemen .

Apa yang kami sebut diatas adalah gambaran gambaran Indonesia selama beberapa dekade , selalu berputar putar dalam poros yang yang sama karena intinya sama .

Ternyata semua itu hanya istilah , memodernkan masalah dari istilah istilah kuno dan kolot menjadi istilah keren , sesuai dengan ajaran modern yang dipelajari orang modern . Orang modern hanya mengerti ajaran orang modern , dan menganggap ajaran yang dipahami adalah ajaran paling benar , dan tak sedikitpun ingin mendekati yang kuno kuno dan kolot agar tak menjadikan orang ketinggalan jaman dan tak modern . Sekaranglah waktunya orang tidak hanya mengukur ilmu seseorang , tetapi kelompokpun sudah memberikan nilai lebih berlipat ganda .

Barang siapa masuk dalam kelompok modern akan mendapat penghargaan yang lebih besar dari pada tetap berada pada kelompok orang kuno . Apalagi kelompok orang modern menjadi kelompok penguasa yang menentukan .
Para ahli ketata negaraan kita , ahli sistim demokrasi kita betapun warnanya demokrasi yang dihasilkan , tentu sangat membanggakan buah pikirannya , karena itu janganlah terlalu diharap dapat menjamin bertahannya pluralisme dan multikulturalisme dan belum tentu dapat memunculkan kembali pluralisme dan multukulkuralisme sebelum orang modern yang seperti batu karang ini memahami kekeliruannya dan kegagalannya .




bintoroasri@yahoo.co.id


--------------------------------------------------------------------------------------




AGGRA INSTITUTE TAMAN BELAJAR PLURALISME MULTIKULTURALISME Alamat : bintoroasri @yahoo.co.id
5 . BUDAYA PLURALISME MULTIKULTURALISME 4


Mula mula kami ( saya dan konco konco yang sepaham ) telah bersepakat untuk menjadikan padepokan kami yang dinamakan AGGRA INSTITUTE ini sebagai pendopo atau pura untuk berkumpulnya kawan kawan yang ingin mengumpulkan peninggalan peninggalan kuno , warisan nenek moyang yang ingin kita teliti apakah sesungguhnya masih relevan dan dapat kita manfaatkan dalam kehidupan sekarang ini atu malah kita campakkan saja karena hanya akan jadi beban pemikiran saja ?
(Vide : 1.Buku Apa Kata Hati Orang Pribumi dan Apa Kata Hati Orang Non Pribumi (Cina) l atau SiemSiang Shenme ? 2. Hangudi Luhuring Budaya Jawa ) .


Belajar dari orang non pribumi (Cina )
.

Jika orang non pribumi (Cina ) yang memiliki sikon sosial ekonomi jauh lebih baik dari kita , sudah maju maju dan jauh lebih baik segala galanya dari kita orang pribumi , toh masih begitu mencintai hangroso handarbeni budayanya , bahkan dibelain bermusuhan (karena rumongso harus hangrungkebi ) budaya kunonya dari tindakan orde baru yang tak bersahabat dengan eksistensi budaya Cina , tentu ada hikmah hikmah yang tersimpan dari budaya budaya Cina kunonya . Betapa modernnya orang orang non pribumi (Cina ) , dilingkungan rumah dari yang yang super modern sampai yang kumuh , sepanjang toko toko tercium bau hio . Ada meja meja persembahan makanan buat arwah leluhur . Hari Ceng Beng di tempat tempat tertentu banyak dibanjiri orang non pribumi dan pribumi .Orang non pribumi betapapun modernnya masih taat ngeluri warisan leluhur , mempunyai takut kualat dengan warisan leluhurnya jika tak meneruskan pesan pesannya itu . Barangkali kesuksesan orang non pribumi (Cina ) juga karena masih ada kedekatan dengan arwah leluhurnya , ada bantuan spiritual dari kepercayan kepada roh nenek moyang dan dewa dewa .
Mengapa kita yang masih dalam tataran jauh dari orang non pribumi (Cina ) dalam segala galanya tidak belajar dari orang Cina , menghargai budaya budaya daerahnya sebagai mana mestinya . Jika ada perhatian hanya terbatas pada pengertian yang sangat dangkal , misalnya seni yang berguna sebagai tuntunan hidup yang beraklak dan moral , cukup sekedar menjadi
sarana mendatangkan uang yang justru yang bertentangan dengan maksud pendiriannya . Tempat sakral yang dimaksud sebagai tempatketeduhan untuk mendinginkan hati dan pikiran , diobrak abrik menjadi tempat yang hingar bingar untuk mendulang uang memuaskan nafsu nafsu ketamakan .
Meskipun sebenarnya kita tak perlu merendahkan diri sendiri , tetapi perlu instrospeksi , apakah yang dapat kita banggakan prestasi kita ?
Alam kita memang kaya , tetapi hasilnya banyak dicuri orang . Alam yang yang indah diaduk aduk , hutan digunduli , kedung diurug , dengan akibat banjir atau longsor , udarapun kian panas .
Kepintaran teknologi , apakah yang dapat kita banggakan jika HP , elektronika , digital sampai alat alat dapurpun semua impor .
Agrobisnis , dipasaran lebih banyak hasil hasil bumi luaran .
Keuangan dan ekonomi , bukankah sudah jelas ahli ahli kita hanya menjadi mainan orang orang non pribumi .Perdagangan , bukankah semua jalur dagang milik orang non pribumi (Cina ) .
Apakah yang dapat kita banggakan dari diri kita orang pribumi . Jika kami katakan demikian bukanlah ingin memperbesar kecemburuan , hanyalah sekedar mengingatkan para orang pintar kita sendiri yang terlalu membunsungkan dada atas "keberhasilannya ", berbangga bangga dalam barisan orang modern yang berhasil . Keberhasilan beberapa perorangan janganlah dijadikan ukuran keberhasilan umum .
Golongan orang tua heran atas aktivitas gololongan muda , mengapa meninggalkan nilai nilai luhur budaya sendiri padahal itu semua mungkin dapat menopang pembangunan ?
"Ut lubil ilmi walau bits Sin " Belajarlah sampai negeri Cina .
Dengan adanya sikon baru utamanya dengan makin terdesaknya budaya budaya daerah , maka AGRRA INTITUTE ingin lebih menyegarkan semangatnya dan melebarkn cakrawalanya tak dibatasi oleh ruangan kederahan yang sempit tetapi ingin menjangkau budaya budaya daerah lain sepanjang hal itu masih dalam satu jalan , karena sesunggungnya Bhineka Tunggal Ika adalah Berbeda beda tetapi satu .satu tetapi berbeda . Budaya daerah adalah berbeda beda tetapi mengalami satu nasib terancam penggusuran oleh kemajuan .
Mengapa harus menyalahkan kemajuan , tentu bukan itu maksudnya .Yang jelas janganlah kemajuan begitu tega memarginalkan budaya daerah .
Meskipun dari dahulupun dikhotomi orang modern dan orang kuno sudah ada , yaitu ketika generasi tua katakanlah generasi yang masih mengalami pendidikan kolonial Belanda masih ada , masih banyak orang yang ingat pada budaya daerah misalnya Pela Gadongnya orang Ambon , Dawuhan Nan Tilu orang Batak , Tata Kramanya orang Jawa . pati kramanya orang Sunda yang semua itu mengarahkan pada budi luhur . Ternyata kolonis Belanda diam diam mengakui bahwa sesungguhnya bangsa ini mempunyai budaya yang tinggi yang dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan tata pemerintahan kolonial di negeri ini . Diangkatlah raja kecil kecil , yaitu bupati yang menjadi wakil gubermen Hindia Belanda . Bupati dengan pengetahuan budaya Jawa ternyata menjadi aparat yang effisien bagi pemerintah Hindia Belanda . negara tata tentrempun dambaan penjajah dan itu klop dengan falsafat bangsa Jawa ketika itu .Karena itu institute institute yang mengurus budaya dibuka dan pendidikan budaya dan bahasa daerah diutamakan dengan tujuan untuk menghasilkan manusia berbudi dan beraklak moral yang baik , mempunyai tata krama dan intergritas untuk keberhasilan pemerintah Hindia Belanda . sayang senjata ini berada pada pemerintah kolonial dan manfaatnya untuk pemerintah kolonial yang malah sanggup bertahan menjajah kita selama 350 tahun .
Dulu dalam kurun waktu pemerintahan Pak Karno dan Pak Harto yang masih dapat mengingat sisa cara cara pemerintahan di Hindia Belanda . Mereka tak jarang berkelahi dengan kaum modern murni artinya tak mengenal dan tak belajar budaya daerah , karena bejar di luar negeri baik di Eropa maupun di Amerika .
Bahkan Pak Karno yang menyadari bahwa dirinya bukan berpendidikan tata negara yang modern , setelah sebulan menjadi perdana menteri , dari tanggal 18 Agustus 1945 sampai dengan 13 Nopembr 1945 pernah mengalah, rela memberikan kesempatan kepada negarawan negarawan muda yang modern untuk memraktekkan ilmunya.

Mula mula Pak Karno memberikan mandat pada Sutan Syahrir pada tanggal 14-11-1945 sebagai Perdana Menteri Kabinet Parlementer Pertama .
Hanya dalam waktu setahun lebih kabinet ini jatuh, digantikan kabinet Amir Syarifudin pada Juli 1948 , Kabinet inipun jatuh pada Januari 1948 digantikan oleh Perdana Menteri Drs.Moh .Hatta

Kabinet dengan Perdana Menteri Drs.Moh.Hatta inipun jatuh pada Agustusi 1948 digantikan Perdana Menteri Moh .Natsir dari September 1950 s-d Maret 1951.
Selanjutnya Perdana Menteri Moh.Natsir diganntikan oleh
Perdana Menteri Dr. Sukiman Wiryosanjoyo dri April 1951 s-d Pebruari 1952
Perdana Menteri Mr.Wilopo dari April 1952 s-d Juli 1953
Perdana Menteri Mr. Ali sastroamidjoyo I dari 3-1955 Perdana Menteri Burhanudin Harahap dari 1955 -1955
Perdana Menteri Alisastro Amidjoyo II 1955

Karena sekian lama tak berhasil sebagaimana diharapkan ,akhirnya Pak Karno tak dapat percaya lagi pada kaum modern yang liberal , tetapi kembali kepada kepribadian sendiri pada Juli 1957.
Bahkan Pak Harto menyingkirkan Pak Karno hanya karena Pak Harto ingin menjadikan Indonesia berdasarkan budi perkerti dan aklak Pancasila yang lebih cepat lagi . Dalam regim Pak Hartolah cita cita dan kepribadian sendiri betul diupayakan untuk dibumikan dibumi sendiri . Selanjutnya menyadari diri beliau bukan dari akademisi lalu mencari tenga tenaga yang diangap mumpuni yaitu Widjoyonomic dan para teknokrat yang diharapkan akan dapat mewujujudkan kemakmuran bersama . Namun setelah ditinggalkan atau melepaskan para asprinya , usaha Pak Harto terganjal oleh banyak musang berbulu ayam yang adalah homo ekonomic dan para tehnokrat yang menjadi pembantu pembantu beliau , yang ternyata memmpunyai teori teori kapitalistis yang justru berseberangan dengan kepribadian sendiri . Nasib Pak Harto yang bermaksud baik , menghadirkan kemamuran Indionesia ecara lebih cepat tenyata berahir dengan fatal , seolah olah pembantu pembantunya kroni kroninya seperti kemlandeyan ngajak sempal . Betul saja setelah pohon itu roboh maka monyet monyet berlarian kian kemari .
Perang rasionalisasi dari westernisasi dan pikiran pikiran yang masih memuat kebijaksaan lokal terus berlanjut , bahkan hingga kini .
Kalaulah dapat dibedakan dua kekuatan yang meskipun sama tujuannya tetapi lain jalannya . Tujuannyanya kesejahteraan rakyat , kemakmuran bersama . Golongan kuno masih menuntut azas kebersamaan dan budiluhur , pengendalian diri , duga prayogo ..

Yang western sentris , orientasinya modernisasi ,liberisasi , demokrasi ,individualistis, praktis dan pragmatis .uniformisasi, sentralisasi dan persaingan bebas .

Yang kuno berbasis pada budaya kuno , atau yang dikenal sebagai mempertahankan kepribadian sendiri yang terpusat pada penegendalian diri , kearifan kearifan lokal , spiritual , irrasionalisasi dan kebersamaan .
Selama Indonesia merdeka maka tata kenegaraan dipraktekan dengan theori weternisasi .Meskipun Sukarno bukan seorang liberalis , memberikan kesempatan pada golongan modernisasi dari 1945 s/d 1957 .Namun karena selama kurun waktu tersebut tidak ada kemajuan yang dicapai maka kepercayaan tersebut dicabut , dan Sukarno mencari jati diri dengan kembali pada kepribadian sendiri (artinya mendalami budaya lokal yang kuno ) .
Kebaikan dari periode ini adalah periode diplomasi yang ternyata dapat membawa Indonesia ke tujuan merdeka dengan menghindari kerusakan yang besar ,jika dihadapi dengan konfrontatif akan banyak kerugian karena sebenarnya orang orang yang bersimpati pada penjajah Belanda juga tak sedikit . Maka sesudah tugas itu selesai para petugas itu dihukum .
Sukarno membuktikan bahwa kepribadian sendiri sanggup dan cukup layak untuk menyelenggarakan negara .Keberhasilan Soekarno antara 1957 s/d 1965 menimbulkan arrogansinya dan ini dianggap tak baik, lebih lebih jika menganggap keberhasilannya itu sebagai keberhasilan perorangan sehingga beliau mengangkat diri sebagai Pemimpin Besar .

Suharto kurang sabar dan puas mengenai pelaksanaan membumikan kepribadian bangsa sendiri menjadi landasan tata negara , sehingga beliau bersama para asprinya menyingkirkan Soekarno yang maksudnya ingin memperjelas ide kepribadian Indonesia agar dapat diterima rakyat . Dalam periode inilah yang kuno kuno dapat membawa Indonesia pada tataran yang adi luhung . National bulding mendapat perhatin yang sangat besar . Pendidikan bangsa atas cita citanya bangsa diperdalam . Boleh dikata hampir tak ada orang Indonesia yang tak mengerti negaranya , dasar dasar negaranya , cita cita negaranya . Pendidikan bangsa akan merupakan dasar demokrasi .
Namun sekali lagi persaingan antara yang modern dan yang kuno tetap berjalan , justru ditengah tengah kekunoan para homoeconomic sanggup meminggirkan para aspri , Sultan, penasehat spiriritual yang lain , sehingga yang berdiri dibelakang Preseden adalah modernis sebagai pembantu . Keruan saja pola pikir Pak Harto mulai berubah , menjadi economi oriented , menikmati liberalisasi usaha , menjalankan pragmatisme dengan mengadakan sentralisasi , KKN dan otoriter . Sekali lagi terjadi arogansi , beliau diangkat atau mengangkat diri sebagai Bapak Pembangunan yang makmur beserta kroninya . Kepribadian sendiri sebetulnya sudah ditinggalkan Soeharto , karena itu jika ada persaingan adalah persaingan antara golongan modernissi yang satu dengan kaum modernisasi yang lain . Pak Harto dijebak dengan hutang yang tak terukur oleh para homo ecomomic pembantunya ,sehingga jatuhlah beliau tatkala terjadi resesi .
Apa kesimpulannya tulisan ini ? Lihat pergulatan antara kekuasaan yang bertumpu pada westerinisasi , modernisasi , rasionalisme , liberalisasi ,dan kekuasaan yang bertumpu pada kepribadian sendiri .Dengan pelbagai akal dan cara westernisasi selalu berusaha dan berhasil merembes kepemerintahan siapapun .Lihat jika kepribadian sendiri ,yang diusung oleh kedua presiden pemimpin pemimpin besar telah kandas , telah kandas menjadi landasan bernegara .Sekarang bagaimana kepribadian sendiri mau bertahan , jika tak ada yang sudi mempertahankan lagi bahkan mengertipun tidak ? Lihat kekandasan dari ide menegakkan kepribadian sendiri , selalu diikuti oleh makin jauhnya kemandirian bangsa sendiri dan makin jauhnya tujuan dengan sendirinya tujuan tata tentrem kerta raharjo .


bintoroasri@yahoo.co.id .



AGGARA INSTITUTE TAMAN BELAJAR PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME
Alamat :bintoroasri @yahoo.co.id .


6.BUDAYA PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME 5

Golongan penguasa yang terdiri dari westernis ,mempunyai ciri ciri yang jelas , berjalan diatas modernisasi . Westernis dan modernis jelas berkehendak untuk mengusung paham paham barat yang adalah pemikiran yang serba rasional , liberisasi dan demokrasi , kemerdekaan pribadi , pesaingan bebas , praktis dan pragmatisme . Jangkauan pandangan yang rasionalistis selalu dibatasi pada yang kasat mata , dan dapat diterima akal sehat dan tak ingin ada batas untuk memenuhi kepuasannya .Yang lain dianggap kurang perlu dan perlu dibiarkan saja .

Bung Karno dulu mencita citakan tata tentrem kertoraharjo sebagai mana orang Jawa umumnya , tetapi beliau kadang kadang mengaku tak pernah menyukai keadaan yang tenteram damai , tetapi kesenangan beliau menyaksika
n sesuatu yang bergolak yang menantang. Melihat lukisanpun tak ingin yang lembut , teduh tenang tetapi yang bergolak menantang . Tetapi banyak lukisan lukisan lembut yang mempunyai nilai tinggi menghiasi istana .Patung patung yang berdiri megah sepanjang ibukota yang didirikan semasa rejim beliau berkuasa adalah karya yang bergolak , patung Pembebasan Irian Barat di lapangan Banteng , patung di Tugu Miring Pancoran , patung olah raga di Kebayoran Baru , semua patung itu dibuat kasar , bergolak dan menantang . Justru patung tugu tani di Prapatan meskipun menyandang bedil dibuat halus , seperti patung patung yang ada di diistana Bogor . Barang kali itulah jiwa yang berkecamuk dalam diri presiden pertama kita . Presiden pertama kita yang kita cintai juga menjadi ajang perjuangan antara kekunoan dan kekinian , antara kekinian yang satu dengan kekinian yang lain . Antara cita cia tata tentrem kertaraharjo yang teduh damai dengan faham revolusi belum dan tak akan selesai .
Hingga sekarangpun kami pikir juga tak sedikit orang yang masih belum memahami maksud Bung Karno tentang revolusi belum selesai . Tetapi harus bilang "yes" , sebab kalau tidak dapat dikatakan kaum reaksioner dan kontra revolusi . Karena itu aneh , jika kemudian slogan dari orang liberal ini yang tak puas puasnya dalam menumpuk kekayaan dipraktekkan oleh orang yang anti liberalis yang juga menghendaki revolusi selalu belum selesai .Kedua faham yang gelisah ini sudah tentu tak sesuai dengan tujuan hidup orang Jawa (Javaisme ) yang selalu memimpikan hidup tata tentrem kerta raharjo .

Kami sebetulnya juga sedang sibuk memahami sifat sifat dari aliran yang lain dari yang tersebut diatas dan sibuk mencari istilah untuk menamakan sebutannya . Golongan kekunoan di negara kita sebetulnya juga tak sepenuhnya atau tidak serta merta tidak dapat menerima (menolak ) westernisasi, modernisasi , rasionalisasi , tetapi apa yang datang kemudian dianggap sebagai melengkapi yang sudah ada .
Sesuai dengan tujuan masyarakat itu yang adalah hidup tata tentrem, karta raharjo , maka landasan yang sudah ada misalnya mempertahankn budi luhur , budi pekerti , pengendalian diri, keselarasan ,perlu diperkokoh dan kalau dapat masih perlu ditambahkan modernisasi yang menurut seleksi dapat untuk menambah mempercepat tujuannya , misalnya soal disiplin .Disiplin meneoati waktu , disiplin menepati aturan aturan yng berlaku dan budaya antri , tidak sembrono dan selalu berlaku yang tertib .

Mengingat tujuan tata tentrem kerta raharjo yang sangat sederhana , sebenarnya kurang perlu untuk terlalu memacu keadaan karena semua sudah berada pada platfom tujuan , tinggal mengurug bagian bagian yang masih rendah dengan meratakan bagian yang menonjol . Namun untuk mencapai tata tata tentrem kerta raharjo walaupun tampak sederhana tentu harus ada aturan aturan yang kuat ,eksekutip yang kuat , karena harus ada batas hak dan wewenang masyarakat berbangsa dan bernegara yang tak boleh dilanggar .
Pemerintah yang berlandaskan faham fahm kuno ini , adalah dari jenis paham revolusi sudah selesai , tak perlu ada revolusi lagi . Sekalipun Bung Karno menikmati kata tata tentrem karto raharjo , Bung Karno akan marah jika mendenga2 revolusi sudah selesai .
Sebetulnya ada peperangan batin dalam diri Pak Karno , disatu pihak beliau sangat mencintai budaya "kepribadian sendiri " yang tujuannya tata tentrem kerto raharjo ,dilain pihak Pak Karno ingin bergelora terus sebagai pemimpin besar revolusi belum selesai ? Revolusi membongkar dan membangun , mungkin Pak Karno juga tak bermaksud membangun revolusi seperti di Rusia yang selalu menyebarkan raja pati , Pak Karno tampaknya bukan tipe yang suka pada kekejaman . Atau malah ingin merombak dan membangun pemerintah modern ala barat tetapi juga bukan membangun komunisme ala Rusia , tetapi justru untuk kembali menggali nilai nilai luhur bangsa sendiri yang beliau namakan kepribadian bangsa sendiri . Kepribadian sendiri yang diperjuangkan .Apakah dibalik pikiran Bung Karno tersembunyi pikiran bahwa Revolusi tak akan selesai sebelum kribadian sendiri mengusai negeri ini ?.

Begitu pula Pak Harto dan Presiden Mega mestinya menyebut demikian sekalipun tak mengatakan begitu .
Yang lain lain adalah golongan westernisasi , yang tampaknya menganggap apa yang disebut kebijakan atau kearifan lokal sebagai hal yang baru akan dipikirkan jika akal sehat (rasionalisme ) sudah tak dapat mengatasi masalah , masalahnya bukan apa apa , karena tak pernah mendalami P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila ) lebih lebih bertambah hari PMP ditiadakan , maka generasi yang akan datang tak akan mengerti Pancasila , Bhineka Tunggal Ika , pluralisme dan multikulturalisme , yang semua itu nanti akan cukup terpampang sebagai lambang dan slogan negara penghias dinding . Nasib kalimat kalimat keramat itu akan sama dengan nasib budaya daerah dihapus dari pelajaran sekolah. Sungguh menyedihkan bahwa semua itu tak ada tak satupun ada pembelanya .
Untuk mengganti hal hal yang idialistik tersebut , penguasa akan menciptakan atau menjadikan rakyat Indonesia kaya raya semua .

Yang kurang dapat dipahami mengapa penguasa yang sekarang justru terdiri dari orang Jawa , mengapa tampak sangat alergis terhadap budaya Jawa atau plurlisme dan multikulturalisme , selain mengenakan blangkon dan sungkeman pada saat tertentu . Penguasa sekarang malah boleh dikatakan yang paling ekstrim yang tak pernah memikirkan budaya , budaya daerah , pluralisme dan multikulturalisme , selain mengapriasiasi budaya Cina . Barangkali tak ada pemerintah lain yang begitu intensnya memikirkn ekonomi dan keuangan seperti pemerintah sekarang , begitu intens barangkali berupaya untuk membuktikan bahwa janji pemerintah untuk merealisasikan kesejahteraan bukan omong kosong . Begitu mata melek yang diingat hanyalah angka pertumbuhan , deretan angka angka statistik atau dimaklumi saja krena lagi kemaruk baru mendapatkan gelar dibidang itu .

Pada hal menurut pengalaman adalah sebaliknya, selalu memikirkan uang yang tujuannya mempercepat hilangnya kemiskinan dan ingin menghadirkan kesejahteran bagi rakyatnya secepatnya , meskipun sebab sebabnya berbeda beda kenyataannya selalu mennai kerugian kerugian yang menyengsarakan rakyat kecil . Sebetulnya semangat pimpinan manapun ,mula- mula terlalu semangat untuk maju . Yang sekarangpun ini tak lebih dari semangat pendahulunya . Tetapi seperti pemimpin sebelumnya ,begitu semangat kerjanya , justru kian hari selalu mendapat masalah dalam bidang keuangan . Banyak sekali masalah keuangan yang muncul pada tahun tahun pertama jabatan presiden SBY yang ke dua ini .
Barangkali semakin banyak uang pendapatan negara yang dapat dikumpulkan, akan semakin ruwet dan rumit membaginya , memanagenya karena semakin banyaknya tumbuh kebutuhan kebutuhan baru , baik yang semestinya , maupun yang akal akalan . Semakin orang pinter orang semakin banyak akalanya untuk kebaikan dan akal akalannya untuk berbuat yang tak benar .
Kita sebetulnya belum bisa menebak apa sebetulnya keinginan pemimpin jaman pada saat ini . Kita tak mau menebak nebak , karena kadang kadang menebak dengan melihat sesuatu yang kasat mata , ternyata mendapatkan hal yang kurang tepat atau malah berlawanan .

Kita lihat orde baru
.
Orde baru sibuk mengerahkan homo economic dari Amerika dan barat lainnya. Menyingkirkan aspri aspri yang tua . Lalu begitu bersemangat membongsai peranan orang Cina di negeri ini , yang semua kita kurang memahami maksudnya selain tampak melakukan kekejaman terhadap orang Cina . Dan logis saja jika orang Cina lalu membencinya setengah mati . Ternyata dibalik itu semua adalah adanya upaya orde baru yang telah dikuasai oleh homo ekonomic untuk menghadang laju kekuasaan dan kecakapan orang Cina yang ingin menguasai mula mula memang dimulai dari ekonomi kita , dan selanjutnya . Ternyata kekuasaan homo economic orde baru dapat dikalahkan oleh homo economic dari faksi reformasi . Sekali lagi homo economic pasca reformasi ternyata bersaing hebat dengan faksi homo konomic lain , aneh bin ajaib justru yang mendapat kemenangan ternyata malah orang Cina . Faksi faksi homoeconomic tak pernah berhenti bersaing , memang begitulah dunia kekinian .Mereka berlomba saling berebut pinter pinteran , tenyata yang paling pinter adalah orang Cina . Hampir tak pernah tidak , kita selalu dikecilkan oleh orang Cina . Pemerintah sekarang sangat baik dengan ekonomi orang Cina .Timbul pertanyakan membalas budikah orang Cina kepada pemerintah kita , setelah mendapatkan kemudahan kemudahan itu .
Tetapi yang nyata sekali dengan tumbangnya orde baru , gelombang ekonomi , budaya ,dan kekayaan orang Cina seperti rumah rayap menggunung bahkan mengurug negara kita kembali . Cina berjaya dimana mana dari pucuk gunung sampai pinggir laut .Dan orang pribumi jadi pembantu pembantunya dari tingkat atas sampai tingkat bawah .
Orang Cina menguasai hajat orang hidup sampai dengan hajat orang mati .

Dari pemerintah yang ini selain berita tentang pertumbuhan angka statistik hampir tak pernah bersahabat dengan pluralisme dan multikulturalisme , soal moral , selain di depan perayaan perayaan Imlek sejak 2007 . Jarang sekali terdengar disebutnya pilar pilar negara pilar pilar kebanggaan bangsa .
Atau hal itu dianggap tak perlu , karena satu satu yang diperlukan manusia atau manusia kita adalah menjadi kaya raya , banyak uang .Dengan uang segala masalah dapat diatasi .Orang biasanya lupa pemeo yang mengatakan uang adalah pangkal segala kesusahan dan dosa .
Karena itu untuk kemajuan, kita pemerintah berbangga telah mengeluarkan kebijakan dan bantuan bantuan untuk mengatasi kemiskinan yang berujud uang bantuan kredit dan usaha bisnis , artinya meskipun dari orde liberalisasi juga masih merasa harus memikirkan pemberantasan kemiskinan dan kebersamaan . Kebijakan adalah kebijakan . Tetapi jika kebijakan itu keliru tentu akan ada teguran , baik dari orang yang tak kuasa sampai teguran dari Yang Maha Kuasa . Orang dapat tegar melawan pendapat umum , tetapi melawan kata hati itu sulit. Dan jika kesadaran tumbuh tetapi tak disertai taubat , malah menghadapinya dengan kesombongannya , akan ada musibah yang akan menghukumnya .
Jika suatu saat pemerintah berhenti , akan banyak ditanya tentang pertanggung jawab mengenai moral ,dekadensi moral sebagai kekeliruan yang paling parah .

Bapak Wim Tangkilisang , Pemimpin Harian Umum Suara Pembaruan yang bukan orang Jawa dan sudah pernah mengikuti P4 atau belum kuang jelas , dengan bahasanya menyatakan " SBY mengatakan " dalam demokrasi , landasan bagi seluruh tujuan pemerintah dalam segala programnya adalah bagaimana memberikan kemaslahatan terbesar bagi sebagian besar rakyat ." To provide the greatest good to the greatest member of peolple "Namun pertanyaan besarnya adalah terletak pada persoalan apakah presiden SBY mempraktikan apa yang diucapkannya . Presiden SBY telah melakukan semampunya apa yang diucapkannya .Tetapi dia tak dapat melakukan sendirian .Semua orang , tidak hanya kabinet atau partainya , tetapi seluruh pihak yang terlibat dalam pelyanan masyarakat harus memperhatikan seruan itu. Akan menjadi tragedi bagi Indonesia , jika seruan Presiden untuk kebaikan terbesar itu hanya menjadi teriakan di padang belantara ."

Team work adalah sangat penting .Sukarno kuat karena teamworknya kuat ,Suharto kuat karena team worknya kuat .Dan keduanya jatuh setelah teamworknya kacau .Pembantu adalah sekedar pembantu ,ada banyak sifat dan kualitas pebantu .Manakala pembantu sudah menguasai majikannya ,itu tanda tanda majikan tak punya kekuasaan lagi .Tinggal menunggu hari saja .Sama halnya tak punya pembantu , berpikir sendiri juga berujung pada otoriter . Untuk menghindari hal tersebut perlu tuntunan tentang ajaran moral seperti diajarkan leluhur , yang tak akan njlomprongake , tak akan seperti musuh dalam selimut yang dapat menggunting dalam lipatan ,tak akan seperti kemlandeyan ngajak sempal .

bintoroasri @ yahoo .co.id .



AGGRA INSTITUTE TAMAN BELAJAR PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME Alamat :E mail bintoroasri @ yahoo.co.id


7 . BUDAYA JAWA MEMANG TERLALU LAMA TERSIMPAN NYARIS MENGALAMI PEMBUSUKAN
Kami kadang kadang heran , jika ada orang pintar membanding bandingkan budaya daerah khususnya Jawa yang dikatakan kolot , lamban , nguler kambang , ketinggalan jaman tak sesuai dengan derap langkah pembangunan .
Orang semacam ini sesuai dengan jaman yang melahirkannya tentu tak salah , mereka hanya melihat kenyataan yang ada disekelilingnya , memang begitu . Barangkali orang yang berpikiran seperti itu perlu diberi pemahaman ,
Pertama tujuan hidup yang diajarkan Budaya Jawa itu tak sama dengan pendapat yang diajarkan orang pada waktu sekarang . Tujuan hidupnya adalah tata tentrem kerta raharjo . Sesuai dengan tujuan hidupnya tentu saja agak aneh jika kita harus nubras nubras dengan derap langkah pembangunan yang menggebu gebu , buat apa direwangi nubras nubras barang , malah menggebu gebu jika toh akhirnya tidak akan berujung pada tata tentrem kertoraharjo . Buat apa kita mengerahkan segala daya dan dan dana jika akhirnya akan sampai pada keadaan gegeran saja , usreg , ora tau jenjem wong pijer pada rebutan terus. Pijer rebutan panguwasa lan donya brana , ngunbar kesrakahan dan ketamaan . Ajaran orang dulu adalah hidup tak perlu ngaya , wong hidup ini sebenarnya sederhana sekali , dapat dipenuhi dengan santai jika kebutuhannya dibikin sederhana dan asal jangan srakah mau menguasai bumi ini semuanya saisi isinya . Masalahnya sebenarnya terletak pada kemuan kita sendiri , apakah akan memilih mengembangkan kebutuhan sederhana secukupnya saja , atau sedang sedang saja sehingga tujuan tata tentrem kertaraharjo tercapai atau besar besaran yang penuh dengan keglamuran, kemubziran yang hingar bingar . Dari dulu orang sebenarnya juga sudah tahu , buaaanyak sekali kekayaan hutan dan tambang tersimpan dalam bumi kita . Pemerintah Hindia Belanda rupanya lebih hati hati dalam memanage kekayaan negeri , dibanding orang orang modern . Orang dulu berpikir buat apa kita gali dan habiskan wong kebutuhan hidup sudah tercukupi . Lihat apa manfaatnya bagi penduduknya berton ton emas di gali di Timika (Papua) , jutaan hektar kayu di babad dihutan hutan luar Jawa. Supaya kita kaya ? Kita siapa , wong buktinya kita selalu kurugan utang . Ekonom kita pintera kaya bisa njara langit pungkasane mung pinter utang lan ngurus utang .Leres punapa mboten ?

Kalau mau gaya yang sederhana , hidup akan penuh dengan ketenangan , mau hidup yang sedang sedang masih dapat bertenang tenang . Hidup sederhana atau sedang sedang saja ,tak perlu direwangi nganti paribasane teken janggut suku jaja dan nubras nubras masih direwangi nyolong nyolong segala . Kalau mau cepat maju , mau maju kemana . Gusti Allah yang Maha Adil , Maha Welas Asih sudah memberikan lahan yang subur , buat kemaslahatan bersama .

Dikerjakan bersama , dimanfaatkan bersama
. Ana akeh dibage akeh oleh setitik dibagi setitik . Mengapa ribut .

Tetapi mana kala manusia sudah mulai ingin memasuki dunia untuk memenuhi gaya hidup yang besar besaran ,itulah saat manusia merambah daerah tidak tenang . Untuk naik kedaerah yang lebih tinggi banyak kesulitan tetapi manusia menyukai kesulitan itu .Ini memang agak aneh orang yang kebanjiran harta benda malah menjadi tak tenang , tetapi menyenangkan . Orang ini menjadi lebih bingung dari pada orang yang masih dalam tataran sederhana atau sedang sedang saja .Barangkali berdasarkan pengalaman yang demikian itu maka leluhur kita menetapkan jalan kesedehanaan tetapi tentrem .

Kedua , perlu dipahami bahwa sejak jaman Majapahit budaya Jawa terdesak . dikejar dan dimusuhi sebagai budaya kuno yang harus dibasmi oleh golongan pendatang yang ingin mengambil alih kekuasan setidaknya eksistensi budaya Jawa , sehingga budaya Jawa sekian ratus tahun harus tersimpan atau harus hidup kucing kucingan dengan vandalisme yang ingin memusnahkan .
Karena itu kemunculan budaya yang sekian ratus tahun tak pernah mengalami sentuhan menjadi tampak aneh ,seaneh munculnya makluk aneh dari lautan atau rimba raya . Dan itu yang membuat orang orang apa lagi orang muda tak mengenal sosok yang aneh itu .
Founding father kita sebenarnya telah memberi isyarat bahkan syarat dan warisan itu dicantumkan dalam lambang negara Bhineka Tunggal Ika , tentu maksudnya , memberi tahu kepada kita penerus bangsa , agar memahami dan kemudian menggali apa sebetulnya yang termasuk dalam Bhineka Tunggal Ika . Bhineka Tunggal Ika ialah keberadaan pluralisme dan multikulturlisme yang ada yang merupakan inti kekayaan pada setiap daerah sebagai budaya budaya daerah . Budaya budaya daerah yang bermuatan idiom idiom lokal , kearifan lokal yang berisi nilai nilai luhur yang spiritualistis yang moralistis dan berdasarkan kebersamaan , yang dahulu dipakai sebagai tuntunan hidup bangsa kita yang perlu selalu diugemi .
Sebetulnya substansi dari pada kekuasaan otonomi telah diarahkan UUD45 untuk memahami , menghidupkan budaya daerah sebagai isi dari negara kesatuan kita . Pemegang kekuasaan otonomi daerah sebelum mulai dengan program programnya yang lain seharusnya perlu memprioritaskan kehidupan budaya daerah lebih dulu . Memprioritaskan budaya daerah bagi pemerintah daerah seperti kuajiban mutlak, conditio sine qua non , karena hal itu ada pasalnya dalam UUD45 .
Hal yang harus diperhatikan . Budaya daerah diprioritaskan karena tercantum dalam UUD45 , yaitu yang memiliki kandungan kearifan kearifan lokal yang sesungguhnya dapat menjadi pegangan hidup suku suku bangsa se negara secara lebih pas.
Kearifan kearifan lokal sebagai pegangan hidup yang pas dan syah adalah termaterielkan sebagai UUD45 .
Setiap kali ada penyelewengan , pembelokkan dari UUD45 , sehingga negara berdiri pada dasar yang tak pas , selalu secara otomatis akan diikuti keadaan yang bergolak atau setidak tidaknya kisruh setiap hari . Ada saja masalah yang menjadi kendala orang berkerja . Kraton Ngamartopun setiap kali kehilangan jimat Kalimasadanya juga gonjang ganjing seperti itu .
Mungkin belum banyak orang yang sempat berpikir mengapa keadaan selalu usreg tak pernah jenjem ,tenang sebentarpun. Bahkan ada kekawatiran jika keadaan usreg yang dibiarkan dan lama lama menjadi biasa , maka nanti setelah tak tekendali dapat membahayakan .Keadaan yang tak proposional yang tiap hari terjadi lama lama menjadi biasa dan menjadi proporsional , tetapi itu seperti kanker yang akan terus tumbuh dan akan membahayakan . Karena itu kiranya perlu pengkajian apakah signalemen AGGRA yang menyatakan bahwa keadaan yang usreg selama ini karena negara terletak pada dasar yang kurang pas . ?
Jika kurang pas , apakah tak perlu diupayakan agar diletakkan pada tempat yang lebih pas lagi . Bahkan penulis berpikir sejak seprana seprene gegeran kok ora uwis uwis mestine isih ana sing durung pas . Sugiha donya brana sing mubra mubru ora mekakat yen durung pas karo tujuan tata tentrem kerta raharjo , kaya kaya negera durung bisa jenjem , tentrem ora ana reridu ,adoh saka memala , adoh saka sambekala.

Selanjutnya kali ini AGGRA bukan akan mengemukakan telaah masalah , kali ini AGGRA ingin mendapatkan penjelasan dari para budayawan , budayawan Jawa , Javanolog , ahli ahli budaya Jawa atau bahkan para penjaga budaya Jawa , atas masalah seperti yang kami kemukakan ini.
Meneruskan pertanyaan sidang pembaca AGGRA yang umumnya orang Jawa yang begitu intens mengikuti budaya Jawa , kepada pengelola siapa saja yang mengurus kaprajuritan kraton kraton , apakah tata pacak baris pasukan kraton memang begitu sejak dulu. Dulu kapan ? Tak berubah rubah , meskipun gunung Merapi sudah berkali kali meletus ? Apakah pasukan Diponegoro yang gagah gagah , kalau baris seperti pasukan kraton pada grebeg .Apakah Maesa Jenar prajurit yang terkenal . kalau baris juga seperti jalannya orang sunat . Apakah akan melanggar dan kuwalat jika mencari koreografer yang baik , yang dapat membangun citra parjurit kraton yang gagah pideksa tetapi tak melanggar kesakralan kraton. Pacak baris kraton adalah wajah budaya Jawa budaya kraton yang setiap waktu muncul sebagai kelengkapan berbagai upacara dan setiap kali memunculkan wajah kepribadian orang Jawa yang katanya adiluhung tentu harus sesuai dengan sebutan yang dipasangkan dengan budaya Jawa yang adiluhung . Atau mencari penampakan yang lebih asli lagi , mungkin prajurit dulu tak memakai baju , tetapi menampakkan otot otot yang kuat , gerakan yang tangkas dan gagah bersenjatakan senjata kuno kuno , prajurit pajurit mana ,yang patut atau layak jika sekirnya harus maju kemedan perang . Prajurit yang tak nyuklun , jalannya kaya orang kurang gizi .
Prajurit atau angktn bersenjata apapun tingkatannya , itulah wajah negaranya ,wajah pemerintahnya, wajah ekonominya .
Ada lagi ambil contoh upacara tradisional yang paling dekat dengan keraton, istana penjaga budaya Jawa .
Upacara grebeg atau upacara jamasan kereta kencana . Upacara tradisional ini selalu diakhiri dengan acara berebut .Berebut hampir merupakan puncak puncak acara . Berebut gunungan yang berisi makanan dan bahan makanan . Bahkan kadang kadang seperti kumpulannya orang yang kurang waras , gunungan yang belum ditaruh ditanah dan didoakanpun sudah ramai ramai diperebutkan .Karena diperebutkan akhirnya banyak mkanan yang rusak dan mubasir terinjak injak . Sedangkan pada upacara jamasan kereta kencana diakhiri dengan memperebutkan air bekas cucian kereta .
Terlepas dari yang lain lain , kami kurang mengerti mengapa orang Jawa yang disatu sisi selalu diajarkan untuk berperilaku utomo yang halus , sabar ,santun , wani ngalah , nrimo , ternyata dalam upacara itu dibiasakan untuk berebut .Padahal berebut adalah perbuatan kasar yang tak utomo , mengabaikan sopan santun dan kehalusan berwacana . Bukankah ini seperti membiarkan bahkan memberi contoh agar orang berbuat seperti itu dalam segala hal .Misalnya nyata nyata dalam tiap antrian baik dirumah sakit , diloket kereta orang berdesakan berebut . Orang mau naik bis harus berebut . Budaya sabar sareh dan antri seolah tak diingat lagi .Orang dijalan saling berebut dahulu mendahului berdesak desakan baik itu orang jalan kaki apa lagi berkendaraan . Adalah Pangeran Haryo Puger pengageng kraton Surakarta , satu dari sekian budayawan Jawa yang mempunyai pendaptat lain ,yaitu tidak membearkan hal yang salah itu diteruskan .Tertibkan budaya grebeg supaya mengajari orang berbuat baik .
Pada upacara "nyawer" atau menabur uang receh logam bercampur beras kuning pada upacara temon penganten , atau pada acara perpisahan antara jenazah dan keluarga yang ditinggal , upacara itu memacu orang untuk berebut untuk mendapatkan uang receh yang disebar itu . Ini juga uapacara yng mengandung ajaran dan contoh yang bertentangan dengan ajaran orang Jawa yang wani ngalah ,sabar sareh , laku utomo . Lalu di Klaten ada upacara yang unik .Ialah upacara Ongkowiyu . Orang berdiri diatas panggung yang dibangun khusus untuk keperluan itu , dari atas panggung para petugas melemparkan apem , kuwih apem kesegala penjuru dimana rakyat telah berkumpul untuk menerimanya dengan berebut . Tak pelak lagi bahwa banyak apem yang jatuh ke tanah , yang terinjak injak dan mubasir . Kalau tetap dimakanpun artinya makan yang kurang higenis .
Tentu tak baik menghilangkan tradisi yang sudah lama dimiliki oleh orang setempat ,tetapi tradisi tradisi demikian tampaknya perlu dikaji ulang jangan terjebak seperti ajaran orang anarki tetapi perlu diarahkan agar orang Jawa lebih meningkatkan budayanya , diarahkan pada perilaku yang lebih mendidik , laku utomo . Wahai para budayawan Jawa , nuwun sewu mbok inggih sami kerso paring fatwa sauger dados tambahing kautaman para kawula .
Inilah yang mengherankan .Apakah hal itu disengaja , agar nilai keberkahannya lebih besar atau atau kesakralannya menjajadi lebih besar , untuk apa ? Mengapa wong Jawa kok tak nJawani to. Malah kosok balen karo Jawane . Adat Jawane ngulon wonge malah diwarahi ngetan ?
Mengapa dibiarkan demikian . Mengapa golongan ahli ahli budaya , penjaga budaya tak dapat memberi arahan dan penjelasan agar semua menjadi lebih bermanfaat dan lebih tertib dan orang tak terjebak atau malah dituntun dalam kebiasaan , adat budaya yang ugal ugalan , dan rusak rusakan , awur awuran dan awut awutan . ( Vide : Buku Kejawen 2002 jilidan ke 2 .AGGRA) .
Apakah tak lebih baik diarahkan pada pembentukan watak yang baik , kebiasaan yang baik, aklak yang baik sesuai yang diajarkan budaya Jawa yang adi luhung .
Perwiro untuk tidak berebut, dulu orang tahun perwiro , isin rebutan kaya wong sing wis kesrakat banget .

Mengapa bukan budaya sabar sareh yang dikembangkan , budaya antri suatu latihan untuk kesabaran , ketertiban , unggah ungguh menghormati yang perlu dihormati ,kata orang Sunda nu sepuh dipayun , nu ngarora di pengker .




bintoroasri@ yahoo.co.id.




AGGRA INSTITUTE
TAMAN BELAJAR PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME

Alamat : E mail bintooasri@yahoo.co.id .



8. Jawaban atas seruan Bapak Ayip Rosidi dan lain lain yang mengkawatirkan hilangnya budaya pluralisme dan mulltikulturalisme .

Dalam Visi Konperensi Internasional Budaya Sunda I di Bandung pada tahun 2001 berserulah Pak Ayip Rosadi " Di antara negara dan bangsa di dunia , Indonesia adalah salah satu yang mempunyai budaya sangat beragam .Keberagaman itu dilembagakan dalam lambang negara "Bhineka Tunggal Ika "beragam macam namun satu jua . Akan tetapi keberagaman itu , walaupun sering dibangga banggakan secara verbal , tidak pernah secara konseptual dan berencana dijaga dan dipelihara bahkan dikalahkan oleh jargon "persatuan dan kesatuan " yang bersifat monolistis ,tetapi yang juga tak pernah diuraikan secara konseptual tetapi juga pernah secara konseptual . Kompas 24-8-2001 . "Jika tidak ada keseriusan bersama untuk membangun bahasa daerah .kita harus siap menyaksikan menyaksikan punahnya bahasa daerah termasuk bahasa Sunda .Kita tahu pemerintah sulit diharapkan .Di tangan kita bersama masa depan bahasa daerah berada ."
"Pemerintah lain we teu ngarti soal budaya daerah . Pemerintah teu daek ngarti soal pentingna budaya daerah kaasup bahasa daerahna ." Suara Pembaruan Selasa 11 Juli 2006 .



Dalam no. lain tulisan tulisan ini , disebut budaya Kekinian mendapat kemenangan dan Kekunoan tercampak


Dalam buku Manusia Jawa disebut oleh Pak Drs Marbangun Harjoworogo bahwa budaya Jawa secara lambat tetapi pasti , sedang menuju kematiannya "



Kalau kami sebut ada peperangan antara budaya kekunoan , pluralisme dan multikulturalisme , atau budaya budaya daerah , melawan budaya kekinian , modernisme , rasionaisme dan liberalisme sesungguhnya itu kurang adil . Karena yang ada , adalah adanya budaya pluralisme multikulturalisme , budaya daerah yang telah termarginalisasikan dari pemikiran rakyat atau sebagian besar rakyat disatu pihak dan makin gencarnya pembinaan budaya modern dipihak yang lain lagi .
Barangkali sudah terlalu lama seruan Pak Ayip Rosadi tersebut , toh belum pernah pernah ada reaksi baik dari konco konco sendiri maupun pihak yang berwewenang yang merespon pernyataan tersebut . Yang lain tak direspon tak mengapa karena sifatnya sekedar analisis saja tanpa dibebani tuntutan yang serius ? Jika dalam masa orde lama atau orde baru meskipun sedikit masih ada upaya bangkitnya budaya budaya daerah , tetapi juga sekaligus ada usaha membunuh budaya daerah , maka sesudah era reformasi tampak kehidupan budaya daerah tampak lebih pudar , selain objek objek yang diduga akan mendatangkan uang bagi pemerintah .

Sungguh penulis kurang mengerti mengapa pemerintah yang ini tampak tak begitu bersahabat dan kurang peduli dengan kehidupan budaya daerah , selain yang mendatangkan uang . Dalam setiap proper test terhadap para menteri selalu diuji bagaimana kementeriannya dapat menciptakan uang . Bolehlah Depatemen Tenaga Kerja mengirimkan calon calon pahlawan devisa , tetapi mudah mudahan jangan sampai ada pengiriman tentara bayaran , karena hal itu sungguhpun dapat mendatangkan uang banyak, tetapi keterlaluan .
Tak pernah ada dipersoalkan moral, harga diri kemanusiaan , kebersamaan dan tampaknya uang adalah segala galanya . Mungkin dalam dalilnya ada uang semua beres , bahkan dalam pepatah Cina ada uang , kera kerapun dapat diupah untuk mendorong batu gilingan .
Pada hal dalam praktek kita lihat dari luar , karena uang persoalan persoalan tak kunjung selesai , dan begitu seterusnya tak henti hentinya muncul kasus kasus baru gara gara masalah uang .
Pola ini seperti petunjuk dan panutan ke bawah , oleh karena itu eselon dibawah dan kebawahnya tentu akan mengikuti panutannya .
Meskipun Pak Ayip Rosidi menyerukan hal hal yang legal yang ada pasal pasalnya dalam UUD45 bahkan seharusnya menjadi beban kerja para legislatif bahkan ekskutif bahkan yudikatip namun semua diam , sungguh bisa dimengrti dan sungguh tak dapat dimengerti bahwa hal tersebut tak pernah mendapat respon dari manapun . Apakah mereka tak mengerti makna pasal pasal itu , tak sempat memikirkan pasal pasal tersebut atau bagaimana ? Yang jelas nasib budaya budaya daerah termarginalisasikan dengan segala akibat akibatnya .
Sungguh lelah dan letih Pak Ayip Rosidi , selalu meneriakkan hal hal budaya daerah namun tak mendapat respon , sermentara beliau tiap hari menyaksikan budaya daerahnya (Sunda) lambat tapi pasti akan menemui kematiannya ,sementara budaya modern aau budaya lain dari mana mana siap mengambil alih tempatnya .

Kita ulangi seruan Pak Ajip Rosidi " Jika tidak ada keseriusan bersama untuk mengembangkan bahasa daerah , kita harus siap menyaksikan punahnya bahasa daerah termasuk bahasa Sunda . Kita tahu pemerintah sulit diharapkan . Di tangan kita bersamalah di masa depan bahasa daerah kita berada "tegas Pak Ayip tampak senang hadir pada diskusi di UI .Ia sekarang tahu , di UI muncul kesadaran mengenai arti penting pengembangan bahasa daerah ."
Kata keseriusan dan bersama tampaknya mudah dikatakan tetapi kenyataannya sukar diperoleh .Dari 11 Juli 2006 sampai sekarang sudah terentang waktu yang panjang , bagaimana kaadaan keseriusan dan bersama yang ada ?
Kalau dalam tiap sawah 1 HA menghasilkan 7 ton semusim maka dalam kurun dari 11 Jui 2006 sampai sekarang sudah berjalan 4 tahun .Kalau panen 1 kali setahun sudah menghasilkan 4 x 7 ton = 28 ton .Kalau setahun dua kali panen sudah menghasilan 56 ton .Bagaimana dengan keseriusan dan bersama me revitalisasi bahasa Sunda . Maju , mundur atau malah makin hilang ?
Penulis tak mengerti apa yang diorasikan Pak Ajip Rosidi dalam rangka sarasehan kebangsaan pada Senin Kliwon 7 April 2008 yang juga dihadiri oleh Pak Sultan Hamengkubuwono X apakah membicarakan kesulitan kesulitan seperti diuraikan tersebut diatas . Masalah bahasa dan budaya Jawa sebenarnya mempunyai masalah yang sama , terpuruk oleh deru pembangunan .Pembangunan yang gegap gempita benar benar mempesona , merampas perhatian seluruh penduduk negeri . Adalah Pak Ajip Rosidi mestinya dengan kelompoknya yang tak punya kuasa apa apa , Pak Pak Ajip yang tak punya kemampuan dan kuasa untuk melaksnakan buah pikirannya cuma dapat pasrah dan bersungut sungut , membodohkan orang yang tak sudi membantunya dalam upaya merevitalisasi budaya Sunda . Berbeda dengan Pak Ajip , maka Pak Sultan Hamungkubuwono X adalah Raja spiritual yang punya kuasa untuk ditaati sampai pejah gesang , sabdanya dijunjung diembun embunan , Pak Sultan Hamengkobuwono X adalah Gebernur yang punya kuasa untuk mengatur dan membeayai apa yang harus dikerjakan , sehingga bis idu geni , sakecape dadi .
Dalam rangka menyambut edisi ulang tahun ke-2 Majalah Kabare Jogya , sabda beliau

" Menurut guru besar antropologi-sosiologi FISIP-Unpad, Dr.Kusnaka Adimihardja, bahwa krisis penggunan bahasa ibu berdampak negatif terhadap kelestarian alam .Karena marginalisasi bahasa daerah , ternyata telah ikut meminggirkan kearifan lokal yang termuat dalam idiom idiom lokal yang berkaitan erat dengan pengetahuan sosial , ekologi dan kelestarian lingkungan .Warna warna lokal yang bermuatan kearifan lokal semacam itulah , menurut hemat saya , yang perlu digali , untuk diangkat dan dikembangkan dengan lebih dalam dan tajam sebagai wahana pembelajaran bagi generasi muda untuk memahami nilai nilai budayanya ".

Nuwun sewu , nyuwun pangapunten lan sih kawelasan dalem bilih penulis kurang paham mengapa sabda itu terhenti pada kata menurut hemat saya . Masalahnya sekarang sudah nyata yaitu adanya krisis penggunaan bahasa ibu bagi hampir seluruh orang Jawa , dan kenyataan ini memang berdampak negatip terhadap kelestarian alam , dan telah disadari bahwa hal itu ternyata juga ikut meminggirkan kearifan lokal yang termuat dalam idiom idiom lokal . Siapa sebetulnya yang mampu menyetop gejala yang kurang baik , yang seperti penyakit kian hari kian menggrogoti budaya Jawa .
Jawabannya tentu yang tahu dan mampu .Yang tahu tetapi tk mampu , tak mungkin dapat beraksi .Yang mampu tetapi thu juga demikian . Tentu yang tahu dan mampu .Siapakah sebetulnya yang paling bertanggung jawab terhadap itu semua ? Yang tahu tetapi tak mampu mau apa ? Yang mampu tapi tak tahu ya percumah saja .

Kalau sudah ada orang yang yang telah menemukan dan memahami adanya kelainan atau abnormalitas dalam masyarakat , dan beliau mestinya mempunyai ke mampuan dan punya kuasa untuk mengembalikan keabnormalan itu ketempat yang proposional
, maka selesailah semua karen akar masalah sudah ditemukan dan diatasi . Tetapi agak kurang dapat difahami jika kalimat tersebut terhenti dengan menurut hemat saya .
Ternyata tak ada satupun pihak yang bertanggung jawab surud dan memudarnya budaya Jawa , dengan aksi yang n
yata .
Sekali lagi kiranya perlu kejelasan siapa sebetulnya yang mempunyai tanggung jawab terhadap kemunduran budaya khususnya Jawa ? Siapa sebetulnya yang disebut penjaga budaya Jawa . pengayom budaya dan para kawula orang Jawa ? Siapa yang dapat dan mampu mengembalikan apa yang ditakutkan oleh Pak Kusnaka , agar keadaan yang tak normal dapat kembali pada kedudukan yang semestinya lagi . Siapa yang harus menjadi pelaku "
keseriusan bersama" sesuai dengan pikiran Pak Ajip Rosidi tersebut diatas .
Rasa ewuh pakewuh yang selalu merugikan orang Jawa perlu dirasionalkan sedikit untuk kepentingan bersama . Dahulu adalah orang orang Belanda yang selalu mengritik bahkan mengintervensi keraton jika dianggap orang keraton menyimpang dari kebiasaan ( nganeh anehi ) , sekarang Belanda telah pergi , tak ada lagi yang dapat mengusik kembalinya absolutisme kerajaan , meskipun hanya dalam pikiran .
Orang Sunda selalu iri terhadap orang Jawa yang memiliki raja dan keraton dan orang Bali memiliki banjar banjar yang dapat mengakselerasi revitalisasi budaya Jawa dan Bali , betulkah kenyatannya demikian ?

Bali sedikit lagi menjadi Hawai , uang memang berlimpah , tetapi itu bukan satu satunya tujuan . Orang Bali kuno membuat Bali dengan ke Baliannya yang mengagumkan dunia bukan untuk tujuan duniawiyah , ngumbar nafsu hura hura dan mengeruk uang , tetapi untuk diabdikan kepada Sang Dewata demi mendapat kedamaian batiniah .
Di Surakarta yang disebut sebagai penjaga dan pengayom budaya Jawa , untuk mengatasi masalah dalam negeri sendiri saja tampak sudah sangat berat dan ruwet , tentu sangat sulit diharapkan untuk berbuat yang lebih dari yang telah dikerjakan , selain meneruskan saja budaya tradisi atau tradisi yang sudah rotine , yang juga menuju budaya yang tak punya roh .

Di Semarang ada Gubernur , Jendral Bibit Waluyo yang mempunyai jangkauan lintas kabupaten dapat menjadi koordinator , misalnya dalam hal pengembangan budaya dan bahasa daerah . Mengapa kami sergah beliau sebagai pecinta budaya daerah ? Dengan mengenakan busana daerah pada saat mencalonkan sebagai Gubernur Jawa Tengah , sudah memberikan tanda tanda adanya kecintaan beliau terhadap budaya daerah . Aanya tanda tanda orang Jawa yang tak minder memarkan pakaean daerhnya . Ada tanda tanda sebagai wong Jawa ora lali Jawane , ada tanda tanda sebagai wong Jawa sing nJawani . Tampaknya kecil kemungkinannya jika beliau tak akan rumongso handarbeki dan hangrungkebi budaya sendiri , njur tansah kepilut budaya sing aneh aneh . Tentu saja semua itu tidak keluar dari aturannya NKRI . Barangkali orang akan lebih menyukai beliau karena orang percaya bahwa beliau akan punya pikiran rumongso handarbeni dan hangrungkebi budayane .
Patut didadekake panutan .Kalau beliau pensiun tokoh sperti ini perlu dilamar untuk diangkat sebagai Kepala Non Formal Ngleluri (Pengembangan ) budaya daerah (Jawa ) , Penjaga Budaya Jawa . Sebetulnya penulis tak akan memuji muji orang , sebab takut jika pujiannya akan menjadikan orang lain iri dan membenci orang yang dipujinya .Padahal Gubernur sebagai kepala daerah memang sudah seharusnya memajukan budaya daerahnya .

Jawaban terhadap seruan Pak Ajip Rosidi yang memberi warning akan segera matinya budaya daerah .

Sekalipun tak ada respon atau aksi dari pihak pihak yang dikira mempunyai tanggung jawab terhadap budaya dan bahasa daerah , sekalipun tak melalui jalur formal struktural , tetapi mengingat budaya daerah adalah roh dari bangsa bangsa yang memilikinya , maka sekalipun betapapun buruknya ternyata budaya daerah masih tampak eksis seperti batangpadi yang tengah kebanjiran . Pucuk pucuk sisa itulah mungkin yang harus dipiara oleh
" Keseriusan bersama " , agar budaya daerah tak mati .

Bapak Joko Widodo , Wali kota Solo , kiranya dapat kita cermati sebagai sosok pejabat yang dapat memadukan pengetahuan , kemampuan , kemauan melangkah secara nyata dalam melindungi budayanya , budaya daerah .

Dalam masa jabatannya banyak sekali digelar kegiatan kegiatan yang berkaitan dengan budaya daerah baik atas prakarsa kraton sebagai pelaksana budaya tradisi yang sudah turun temurun misalnya peragaan busana Jawa , kirab kirab , jamasan pusaka dll .
Kegiatan LSM budaya yang bertujuan untuk revitalisasi budaya daerah , kirab kirab yang non kraton , kumpulan kumpulan karawitan , macapatan , klenengan , beksan dll.
Kegiatan formal struktural yang dilakukan pemerintah daerah yang juga berkenaan dengan revitalisai budaya daerah , misalnya penelitian kembali aksara Jawa , penggunaan aksara Jawa untuk papan papa nama instansi , mewajibkan berbicara bahasa Jawa , baju batik , lomba lomba kesenian daerah . Sebetulnya masih buuaaanyak lagi hal hal yang perlu dan akan dikerjakan oleh Pak Jakowi atau Pak Wali sehubungan dengan revitalisasi budaya daerah .
Dalam buku Seri Kejawen Terbitan AGGRA Inst . Jilidan 2 ada termuat panguda rasaning penulis yang antara lain berbunyi ,
" mendah regenge yen ing keluarga sing bapak lan ibune pada pada wong Jawa , njur sakeluarga mbiasaake nganggo basa Jawa ing padinane . Mendah anoragane (anggun dan berwibawane ) yen para pengangeng Jawa paring sesorah marang andahane utawa masyarakate sing uga wong Jawa migunaake basa Jawa . Mendah endahe yen wong Jawa ing wayah wayah penting isih pada pating sliwer kersa nganggem busana Jawa . Upama ing dina upacara negara ,upacara tradisional , dina gede (lebaran ) malah luwih matuk maneh yen ing wanci pemilihan lurah , pemilihan kada pada ngagem busana daerah , jan gandem temenan . Pada seneng nonton wayang maneh , ben ora pada nonton tontonan sing marakake tawuran .Pada seneng maca buku buku Jawa sing kebak pitutur becik lan ora porno , pada ngrungoake gending gending sing laras , keroncong , pokoke sing ora marahi wong pada gelut lan brangasan .
Beliau (Pak Jakowi ) adalah sosok yang pantes disebut sebagai model priyayi Jawa kini , yang nJawani dan ora lali karo Jawane. Beliau termasuk angkatan tua yang berjiwa muda , juga tokoh muda yang menjiwai kekunoan . Beliau sebagai modernis tak pernah bingung dan tahu menempatkan mana modernisasi yang perlu dituladani ,tetapi tidak terlalu mendewakan modernisasi lebih lebih yang ugal ugalan dan mudah mudahan tak terseret arus jeram modernisasi yang membahayakan kehidupan orang dan kebiasaan Solo , dan mudah mudahan sebagai bagian dari pecinta kekunoan beliau tetap konsisten menjaga yang kuno kuno dan tak punya niat untuk mematikan yang kuno kuno hanya karena iming iming untuk jadi kaya raya tetapi yang menyebabkn dosa .
Karena itu kalau beliau pensiun pantas dilamar untuk diangkat sebagai Ketua Non Formal Ngleluri (Pengembangan ) budaya daerah (Jawa ) , menopang upaya penjaga budaya yang sudah ada tanpa mengurangi kaluhuran penjaga budaya Jawa yang sudah ada itu.
Lalu ada sosok Bapak Dr. Sahid Gitosardjono , orang kaya di Jakarta yang juga ikut andil mendongkrak ketenaran kota Solo dengan terbitnya koran SOLO POS .
Kalau Pak Ayip Rosidi ,Ketua Yayasan RANCAGE di Bandung , tetapi lalu pindah rumah ke Blabag Magelang belum mengerti , penulis laporkan sebenarnya kedua beliaulah yang pantas diberi hadiah RANCAGE , karena beliaulah yang dengan nyata telah bersama rakyat Solo membuat Solo hidup budaya daerah setempat hidup lagi setelah sekian lama kembang kempis .

Mudah mudahan pemimpin pemimpin daerah kita dimana saja , dengan diterimanya undang undang otonomi , yang pertama kali dikerjakan adalah membangkitkan kembali budaya daerah sendiri dululah sebelum terinspirasi dengan kerja yang aneh aneh lain , karena tugas yang penulis sebutkan itu bukan tugas main main , tetapi tugas yang telah diamanatkan oleh para leluhur lewat UUD 45 .

Namun sungguh mengerikan , jika kita membayangkan adanya nafsu keinginan yang begitu besar untuk menjadikan kota Solo menjadi super modern . Keinginan yang sebetulnya agen kesrakahan yang telah lama mengintai dan bersiap membuldoser kedamaian kota yang lembut damai . Yang selalu diingat ingatdan dirindukan oleh siapa saja . Solo didirikan adalah untuk menjadi model dari keadaan tata tentrem kerto raharjo , bukan dipersiapkan untuk ladang menanam uang, ketamaan dan kerakusan . Sama halnya dengan keramat keramat , petilasan petilasan , pedepokan pedepokan, pertapaan pertataan , bahkan kraton kraton didirikan oleh nenek moyang dimaksud sebagai tempat orang mencari kedamaian , ketentraman , keteduhan dan bukan dipersiapkan untuk menjadi ladang yang menghasilkan uang yang berlimpah limpah . Orang dulu berpendirian tak mengapa dikatakan tidak maju , dielek elek , dila ala sebagai orang kuno yang kolot , yang tidak sugih , karena yang dicari kedamaian , keteduhan , ketenteraman , tata tentrem kerto raharjo . Yang pinter sundul langit , yang tandange sabendino jumpalitan kaya Burisrawa , mburu kemajuan , toh tak bisa merubah kodrat Illahi , nek kesel turu , nek tuwo ya njur mati , musnah ora ana sing digawa mati . Inggih punapa mboten .
Mungkinkah Solo akan mengikuti jejak kota Bandung atau Bali yang super sibuk ?
Mungkinkah Solo akan mengikuti jejak kota Bandung atau Bali yang super padat , sesak ,panas , mengganti suasana yang santai damai menjadi hingar bingar ?

bintorosri@yahoo.co.id .


Selanjutnya no berikut 9,10 dan 12 ada tempat lain dengan alamat (bloger ) yang sama .


AGGRA INSTITUTE
TAMAN BELAJAR TENTANG PLURALISME MULTIKULTURALISME

Alamat E mail : bintoroasri@yahoo.co.id

10 - 2 - 2008

9. BUDAYA PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME I


KEKUNOAN DAN KEKINIAN .



Kita kaum tua ,tua atau kaum kolot, sepuh (bahasa Sunda) tak apa-apa selalu tak kebagian peran dalam pembangunan (pembangunan negara ) . Diberi peran pun juga bingung sebab kita kaum kekunoan umumnya punya jalur dan ilmu sendiri yang berbeda dengan kaum kekinian. Tujuan kaum kekunoan jelas , menuju hidup tata tentrem kerta raharjo , sedangkan tujuan tujuan kaum kekinian suit diikuti sebab tujuannya agak nggladrah dan selalu ngambra obra .

Yang disebut kekinian adalah segala cabang kehidupan yang berlaku dan diberlakukan dan berhubungan dengan masalah yang disebut rasionalisasi, liberalisasi, demokrasi, westernissasi, modernisasi, materialisme, pragmatisme

Golongan tua golongan sepuh atau dalam bahasa Sunda disebut kolot keukeuh pageuh dalam kepercayaan pada yang disebut ke adi luhungan nenek moyang, idealisme nenek moyang baik itu yang disebut Sundaisme, Javanisme atau Hanacarakanisme.

Pemikiran golongan tua pelakunya adalah orang tua ,orang yang dituakan (kokolot ) , yang katanya atau mengaku mampu melihat jauh kedepan dan mempunyai pemikiran yang jauh diatas pemikiran kekinian karena pemikiran orang tua didasarkan oleh kemampuan berolah rasa (spritualisme,irrasionalisme , mistik yang penuh misteri ) yang digali dari bumi sendiri .
Lalu ada pebedaan lagi antara yang tua dan yang muda yaitu tujuan hidup orang dulu mengutamakan tata tentrem, kerta raharja lahir batin , adil, makmur ,sejahtera dalam kebersamaan. Mungkin tujuan kaum kekinian juga tak jauh berbeda yaitu mau hidup makmur . Perbedaannya tak perlu ada, gotong royong ,tak perlu memikirkan orang lain yang berarti tak perlu kebersamaan .
Namun perlu kita jelaskan sebelumnya bahwa yang disebut golongan tua atau kolot tak selalu terdiri dari kaum tua yang renta.
Golongan tua yang belum tentu orang tua ini , dalam hati, dan dalam keterbatasannya selalu mengamati tingkah polah golongan kekinian yang tak seluruhnya berbeda dengan golongan kekunoan , bahkan bisa jadi sama yaitu berusaha, dan bercita cita untuk menghadirkan adil makmur bagi seluruh rakyat tetapi seperti diketahui dan dirasakan tak kunjung sampai .

Bahkan gambaran dari cita cita golongan kekinian yang disebut adil makmur juga tak jelas , apa adil makmur dalam kebersamaan seperti cita citanya orang golongan kuno ? Apa semua orang harus kaya , seperti Liem Swi Liong semua atau paling tidak semua mempunyai penghasilan rata rata $2000 , sebulan , mempunyai rumah yang lengkap dengan kicthen set , dengan perabotan yang baik , punya mobil , sekolah yang berkualitas , kesehatan terjamin dll .
Tentu golongan ini tak sudi ikut ikutan mempunyai cita cita seperti cita cita orang kuno , yang hanya memikirkan tata tentrem kerta raharjo . Bahasanya saja sudah tak menarik .
Menurut nalarnya karena mereka orang modern , yang liberal tampak akan selalu dalam barisan individualisme yang mestinya berseberangan dengan asas kebersamaan .

Seperti sudah dikatakan golongan tua atau yang penulis sebut golongan kekunoan , tidak selalu harus terdiri dari orang tua tetapi juga ,terdiri barisan intelektualisten yang berada di fakultas-fakultas budaya universitas mana saja , pecinta ilmu tua ajaran nenek moyang ,yang ternyata juga terdiri dari golongan-golongan yang masih muda belia.

Sebut saja Prof.Dr.Ayip Rosidi, Prof.Dr.Rus Rusyana, Prof.Dr.Dadang Kurnia, Prof.Dr. Edi S Sukadjati, Dr. Suparlan Supajar di UGM dan masih ada sederet yang lain , beliau-beliau trgolong masih sangat muda . Jika mereka kemudian menjadi tua tua , itu disebabkan umurnya yang tambah , sedangkan pikirannya tidak .

Apa penulis mau mengangkat perbedaan-perbedaan atau membandingkan kedua golongan itu ?
Itu tak mungkin karena golongan tua tak pernah mempunyai kesempatan untuk mengaplikasikan ilmunya , bahkan mungkin tak siap jika misalnya ada kesempatan untuk itu .
Betulkah pikiran orang tua telah jauh tertinggal dan ketinggalan ?
Sulit dimengerti . Sesuatu yang lama tak dipergunakan semakin lama semakin menjadi usang .Sungguhpun demikian keistimewannya tetap tersimpan dalam pikiran pikiran orang yang sengaja atau terlanjur mendalaminya .
Yang lelas yang kuno kuno sengaja atau tidak , dipinggirkan untuk memberi jalan lajunya pembangunan orang kekinian .
Golongan kekinian berjalan sendiri dan dengan demikian pesatnya . Namun dimana mana chaos masyarakat terjadi , berbagai macam chaos yang terjadi dari bermacam macam sebab . Chaos karena orang yang akan dimakmurkan bukan menjadi makmur malah jadi korban kemajuan dan pembangunan , dan yang didapat hanya keadaan babak belur.

Atau itukah yang disebut pembangunan atau kemajuan ?

Kemajuan yang seperti terjadi sekarangkah yang kita cari ?
Di Jawa barat yang dulu adem ayem , tata tentrem kerta raharja dengan seni seninya yang begitu lembut menyentuh hati, kini suasana yang demkian sudah sulit dicari . Bahkan senimannya , rumah senimannya , alat peraganya tinggal sedikit tersisa dimuseum , semua telah berubah menjadi modern .

Ketika semua kemajuan diukur dengan keberhasilan dalam mengumpulkan uang baik itu perorangan maupun instansi sementara ini tampaknya uang dijadikan segala galanya . Mungkin tak aneh jika yang berhasil pun tak akan berbagi dengan yang lain di mana dalam reformasi dan liberalisasi tak ada kebersamaan , masing masing harus bersaing dalam mengurus kepentingan sendiri . Yang kuat , yang pinter menang ."Asu gede menang kerahe " yang bodoh dan lemah terabaikan .
Tak usah di urai tentang fenomena-fenomena yang terjadi saat ini sebagai hasil kerja dengan pedoman-pedoman sesuai dengan kaum kekinian , karena semua sudah kita alami sendiri dalam keseharian kita .
Semua tampak sebagai kesementaraan saja ,tak ada yang stabil , yang proposional.
Menurut golongan kekinian tujuannya sebenarnya mencari jalan yang praktis dan pragmatis agar semua orang cepat menjadi kaya dan makmur , namun kenyataannya tak bisa berjalan sebagaimana mestinya . Yang mnjadi kaya raya ada , tetapi yang teringgal tak kurang dn malah merupakan bagian terbanyak .

Memang bisa saja segala sesuatu yang tidak proposinal didiamkan saja lama lama juga dapat dirasakan sebagai proposional yang tidak mengganggu , namun jika dibiarkan terus , maka sebagai halnya penyakit makin lama makin akan memperparah keadaan . Lalu membikin susah atau malah tak bisa diobati lagi dan mati
.

Yang mengherankan ialah mengapa timbul golongan tua .
Golongan tua ini terdiri dari orang orang yang mencintai budaya lokal yang plural dan multikulturalisme yang percaya bahwa adil makmur sejahtera
hanya dapat tercipta dengan konsep konsep leluhur kita yang sudah mumpuni .

Namun semua itu berbeda dengan ilmu modern yang telah mempunyai konsep konsep sampai sedetail detailnya , ilmu kuna belum mempyunyai hal yang demikian . Sebagai permulaan barulah Pedoman Penhayatan Pengamalan Pancasila (P4) dapat kita sebut konsep konsep yang sudah memadai , sesuai dengan sistimatka modern .Pengembangan ilmu tua ini berhenti sementara sesuai dengan kebijaksanan penguasa .
.
Itulah sayangnya bahwa konsep konsep leluhur ini tak dapat sejalan atau betentangan dengan ilmu modernisasi , yaitu ilmu barat (westernisasi ) yang kini berkembang dan berkuasa di bumi ini .Padahal keduanya menuju masyrakat yang kaya dan makmur .

Perbedaan itu memang sudah dimulai dari permulaan sejarah bangsa Indonesia .

Bung Karno sekalipun beliau diselimuti oleh ilmu westernisasi sudah sejak dulu berharap keluar dari siklus westernisasi , dan dengan kemampuan yang ada beliau menggunakan kesempatan berusaha untuk menggali nilai nilai luhur bangsa sendiri , kembali ke kepribadian sendiri .
Tampak diluar tak ada kesesuaian paham antara Pak Karno dan Pak Harto namung sesungguhnya kedua beliau adalah satu guru satu ilmu , seje godonge , nek digeget pada pahite .Kedua beliau adalah pewaris nilai niai luhur nenek moyang , sehingga sekalipun modern masih dalam barisan kekunoan .
Hanya mengingat Pak Harto memang tak mempunyai latar pendidikan yang modern , maka penggalian penggalian ilmu kunonya lebih terarah dan mantab .

Perselisihn yang terjadi betapapun sengitnya hanya hanya karena pada masalah siapa yang harus memimpin.
Pak Harto meletakkan dasar dasar untuk menjadikan yang kuno dapat dibuka dengan sistimatika modern . Pak Harto berusaha mendekatkan ilmu yang kuno kuno unuk diserap menjadi dasar dsar kepimpinan modern kita . BP 7 adalah upaya yang mulia dan itu ujud nyata dari upaya menjunjung tinggi ajaran leluhur .
Bagaiman hasil penataran P4 dahulu , pelajaran PMP yang diselenggarakan orde baru . Meskipun telah menghabiskan dana yang begitu besar tampaknya yang kuno kuno yang diwakili oleh lembaga BP 7 musnah tak meninggalkan jejak , yang disebabkan oleh

yaitu yang pertama akumulasi kekeliruan diluar ajaran P4 itu sendiri .
Kurang waspanya terhadap trik trik yang dimainkan oleh golongan modernisasi untuk menjegal lajunya pertumbuhan ilmu kuno yang dipermodernisasi .

Dahulu banyak diangkat orang terpercaya untuk mendampingi Pak Harto yang disumpah dan mngucapkan janji setia setiap saat . Tetapi pada akhirnya bahkan orang yang dulu membangga banggakan diri dan dibanggakan sebagai manggala manggala yang ahli dalam ilmu pengendaian diri yang dimaksudkan sebagai fondasinya pilar pilar ajaran , ternyata hanya krupuk krupuk yang tak berharga yang sedikitpun tak mengerti apa yang diomongkan .Mereka ternyata hanya musang berbulu ayam , yang menjadi musuh dalam selimutnya orde baru .

Terlalu jelekkah ajaran ajaran dalam P4 sehingga diburak orang ? Negara kita terlalu besar ,penduduknya banyak sekali . Untuk memilih orang orang yang benar kadang kadang sulit .Direkrut sekenanya , seperti yang kejadian itulah akibatnya .Banyak orang yang seperti kemlandeyan atau sengaja menjadi kemlandean untuk akhirnya ngajak sempal .Setelah pohon besar itu tumbang , monyet monyet berhaburan meninggalkannya (Dikutip dari peribahasa Cina ) .

bintoroasri@yahoo.co.id


-------------------------------------------------------------------------------------------------



AGGRA INSTITUTE
TAMAN BELAJAR TENTANG PLURALISME DAN MULTIKUTURALISME

alamat : bintoroasri@yahoo.co.id

10 - 02- 2008

10. BUDAYA PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME


APA KATA ORNG PRIBUMI
APA KATA ORNG NON PRIBUMI (CINA )


SIEM SIANG SHEME


Masalah Cina sudah di mulai dari jaman Singhasari yaitu ketika kaisar Khu Blai Kan ingin meluaskan empriumnya ke nusantara yang kecuali mengejar kejayaan tentunya sang kaisar ini juga memikirkan lahan kehidupan baru bagi warganya yang selalu dilanda oleh kemiskinan akibat peperangan dan alam yang tak bersahabat.
Tetapi pada tahun 1700 ternyata yang merasa lebih terusik keberadaannya, kedamaiannya bukanlah orang pribumi yang mestinya berang karena kehadiran orang Cina , tetapi yang berang justru orang Belanda yang kepentingannya tergangu oleh kehadiran orang Cina .
Demkianlah di hari mendatang ketika Belanda pergi dari Batavia ternyata kaum pribumi yng harus berhadapan dengan etnis non pribumi (Cina).
Meskipun hal seperti itu sudah berlangsung ratusan tahun tampaknya pembauran yang terjadi , hanya terbatas pada adanya toleransi , hidup berdampingan secara baik tak saling mengganggu inilah yang bisa dicapai. Sebab kenyataannya yang terjadi masih adanya bentuk masyarakat orang non pri (orang Cina) yang tetap lain dengan penduduk pribumi .
Jika kenyataannya kedua golongan tersebut tidak bisa berbaur dalam arti besatu dalam kesatuan yang solid lalu siapa yang disalahkan.
AGGRA INSTITUTE mancoba menelusuri benang kusut hubungan orang pribumi dan orang non pribumi yang seperti minyak dan air.
AGGRA INSTITUTE sudah menerbitkan buku APA KATA HATI ORANG PRIBUMI DAN APA KATA HATI NON PRIBUMI yang sedikit banyak menguak hal hal yng tersembunyi .


bintoroasri@yahoo.co.id





--------------------------------------------------------------------------------------------------


AGGRA INSTITUTE
TAMAN BELAJAR TENTNG PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME
10- 10 -2009


11, BUDAYA PLURALISME DN MULTIKULTURALISME

BUDAYA SUNDA .

Andai kata kita berpergian dari Jakarta menuju ke Pangandaran lewat Cianjur atau Puncak, maka seperti dimanapun di daerah Jawa Barat akan kita jumpai pemandangn yang sama. Orang Sunda yang bergegas gegas menyebrang jalan, diantara kepadatan lalu lintas, orang Sunda mengejar-ngejar pembeli dengan menawarkan dagangannya, yaitu orang kaya bermobil dari Jakarta. Orang sibuk dan bergegas ada di mana-mana. Sekalipun kita jauh berjalan tak akan kita temui daerah yang damai, dimana kita dapat santai dengan tenang .
Dimana-mana ada pembangunan, tukang-tukang kuli-kuli sibuk. Tanah berbukit diratakan, yang legok di urug, pohon pohon digunduli pemandangan yang indah bertukar dengan daerah yang berantakan , kering dan gersang . Lapak lapak berserakan sepanjang jalan yang padat .

Kawasan Puncak
Lamun diajak ka Bandung ku bapa, kuring sok hanget pisan.
Sok resep dijalanna. Komo lamun geus nepi ka Puncak mah hate asa tengtrem. Hawana tiis, pemandanganna endah, lamun aya di daerah puncak pass, jalan teh maniula ileu, lir oray keur ngaleor. Ampis satuntung tinggalkan kebon enteh ngampar lir permadani hejo.
Memang tara bosen kuring mah aya di alam bebas teh. Lamun neuteup pemandangan sok rasa ka nu nyiptakeunana Pangeran Anu Maha Suci tos maparing rochmat dina wujud alam Jawa Barat anu sakitu endah jeung suburna, asa moal aya duanana. "Tah ieu teh rahmad Alloh anu kudu di jaga, di pusi-pusi. Komo kawasan Puncak mah gede pisan manfaatna, boh keur urang jakarta jeung sabudereunana.

Yang seperti ini sudah tak ada.

Pembabatan hutan atau penggundulan daerah resapan untuk lahan usaha dan pemukiman baru berjalan demikian cepat dengan akibat-akibat yang tak mengenakkan. Suhu udara naik, tanah longsor, banjir juga terjadi di daerah ketinggian seperti di Bandung. Penghijauan sangat lamban itu pun kadang tak jadi karena di gusur lagi untuk pembangunan kantor atau pabrik. Padahal orang tahu apa akibat dari ulah-ulah yang diperbuat, tetapi perusakan lingkungan berjalan terus. Udara berubah menjadi panas dan debu beterbangan di musim ketiga yang kerontang ,dan berlumpur waktu musim hujan . Begitu pula penduduknya yang semula lembut menjadi cepat marah , kejadian kekerasan dan kekasaran bukan hal yang aneh karena terjadi hampir setiap hari .

Pembangunan mal dan villa terus bejalan apakah itu sesuai dengan peruntukan atau tidak . Teguran teguran tak digubris karena yang ditegur orang yang lebih kaya dan lebih kuasa dari yang menegur . Pembangunan kebun kebun modern , kolam kolam ikan ada dimana mana . Tempat makan berakan dimana mana .Objek objek wisata dibuka disegala sudut wilayah , apakah merusak lingkungan atau peradaban setempat tak masalah . karena demi pembangunan yang berkonotsi uang semua yang sakralpun diprofankan untuk diacak acak , begitukah komando atasan negeri ini ? Mending semua itu buat orang Sunda yang katanya pewaris bumi ini .
Pembangunan Jawa Barat yang begitu hebat benar-benar begitu pesat dan hebat. Orang , bangsa bangsa di dunia terkagum kagum mengapa bumi yang paling indah ini dihancurkan demi uang . Seolah olah uang dapat mendatangkan kebahagian yang benar . Nyatanya mereka yang tergusur tanahnya karena uang dalam waktu yang cepat hidupnya susah .
Pelaksana pembangunan dapat pujian setinggi langit dan angka rapornyapun rata rata diatas sembilan .

Yang menjadi pertanyaan, benarkah pembangunan yang demikian hebat itu memberi manfaat bagi orang Sunda penduduk asli daerah Pasundan, atau malah memberikan mudarat bagi penduduk setempat.

Betulkan pembangunan Jawa Barat yang demikian pesat dapat mengangkat derajat kesejahteraan bagi orang Sunda, sehingga orang Sunda dapat menjadi sugih dan menjadi tuan di buminya sendiri, atau malah menjadikan orang Sunda terpuruk, kehilangan segala galanya. Maju dengan pesat adalah harapan bagi semua, tetapi jika majunya hanya memberi musibah dan akibat-akibat yang lain tentu perlu ada evaluasi lagi seribu kali. Pendirian yang lain mengatakan apapun yang terjadi pembangunan harus berjalan terus karena dari karyanyalah yang menjalankan roda pembangunan mendapat nilai dirapornya.

Sepanjang perjalanan sejauh itu, hampir tak terdengar suara-suara degung yang mendayu atau suara kecapi suling yang melengking lengking meninggi dan merendah dari warung-warung sepanjang jalan, apakah orang sudah tak menganggap itu penting , karena toh sudah ada banyak uang pengganti yang menghibur . Orang berbahasa Sunda pun sudah sangat jarang. Tak apa , toh orang Sunda hanya berbicara dengan orang para pembeli yang punya duwit yang bukan orang Sunda . Kelompok diskusi Simpay ( Paguyuban Guar Sunda ) mengadakan diskusi bertempat di Gedung IX Fakultas Ilmu Pengetahun Budaya UI di Depok , dihadiri pa Ayip Rosidi .Semua peserta diskusi dihruskan menggunakan bahasa daerah Sunda. Ternyata hanya satu atau dua tiga orang yang mampu berbicara Sunda sampai habis . banyak mahasiwa yang orang Sunda asli yang juga tak mahir berbahasa Sunda .Kenyataan buruk ini tampaknya juga tak menimpa Bahasa Sunda . Pengguna Bahasa Daerah lain juga banyak yang sudah tak mampu menggunakan bahasa daerahnya . Kalau saja bahasa daerah merupakan identitas bangsa bangsa daerah , maka dengan hilangnya identitas itu , hilanglah bangsa bahasa kebangsan daerahanya .

Bagaimana dan apa yang harus diwariskannya generasi berikunya ?

Budaya budaya daerah yang memiliki tempat tempat khusus untuk memelihara kesakralan kesakralan tempat untuk mengajarkan pengendalian diri , kesederhanaan, kejujuran , ketenangan , kedamaian , tempat belajar mensucikan diri pun dikorbankan , diobrk abrik dijual dan dibeli orang oleh orang yang belum tentu tak serakah dan tak tamak, dibeli dengan uangnya belum tentu diperoleh dengan halal .

Bagaimana jika identitas Sunda itu sudah pergi dari daerah Pesundan ?

Presiden melalui Pak Jero Wancik berkata " kebudayaan itu lebih penting lagi , karena dari kebudayaan itu kita akan dapat identitas bangsa yang akan diwariskan kepada generasi kita berikutnya . Identitas bangsa akan terus dipakai turun menurun dan dicontoh bangsa lain .

Agenda pembangunan yang hanya mempunyai satu acara memburu uang , tampaknya tak sesuai dengan niat gerakan mebangkitkan kebudayaan , justru kebudayaan itu akan dimangsa oleh yang dinamakan mafia ekonomi , economical animal .

Akibatnya ?

Phenomena diatas sudah menceritakan itu semuanya . Tahun tahun yang lalu pariwisata ditargetkan memasukkan devisa US $ 5 miyard atau Rp.50 trilyun pertahun .

Apa artinya? Tentulah tempat yang berpotennsi mengembalikan eksistensi budaya tergusur , oleh kepentingn yng berseberangn dengan nilai budaya itu sendiri .
Masih Sundakah daerah Sunda?
Masih orang Sundakah penduduk daerah Sunda?
Masih orang Sundakah penduduk Jawa Barat?.
Atau biarlah apa yang terjadi, asal segelintir orang Sunda yang dapat untung makin jaya, meskipun untuk diri sendiri. Tampaknya orang Sunda juga sudah cuek terhadap kearifan kearifan lokal yang selama itu sangat dipegang teguh .

Kebersamaan silih asih, silih asuh, silih asah adalah kata-kata yang sudah jarang diperdengarkan atau didengar, kecuali pada seremoni-seremoni .

Menurut Faisal Syahreza , Penyair ,Sekretaris ,Komite Sastra Dewan Kesenian Cianjur ,

" Pitutur bijak yang lahir dari adat leluhur sering kali berupa petuah penyelamatan masyarakat dari perkembangan zaman yang cenderung tidak manusiawi . Ditengah tengah masyarakat yang mulai terbiasa dengan maraknya tindakan kekerasan dan kehilangan kepekaan terhadap pentingnya humanisasi dalam diri , barangkali dibutuhkan ajaran ajaran kelembutan . Ajaran yang mampu mengembalikan naluri kemanusiaan seperti dulu kala lagi saat hakekat seorang manusia begitu hidup dalam harmonis , dengan manusia lainnya , dengan alamnya dan tentu saja dengan Tuhannya . Wilayah dan ruang tradisi sangat berpotensi dalam perkembangan kehidupan masyarakatnya . Segala yang terkandung di dalamnya adalah hasil perenungan dari nenek moyang yang sengaja diwariskan atas kesadaran kebutuhan memberi bekal hidup yang baik bagi masyarakatnya ".

Dalam Sambutan Edisi Ulang Tahun ke-2 Majalah KABARE JOGYA Kanjeng Sinuwun Sultan Hamengkubuwono X , rajanya orang Jogya atau rajanya orang Jawa mengatakan ;

Menurut guru besar antropologi -sosiologi FISIP UNPAD , Dr.Kusnaka Adimihardja ,bahwa krisis penggunaan bahasa ibu berdampak negatip terhadap kelestarian alam . Karena marginalissi bahasa daerah , ternyata telah ikut meminggirkan kearifan lokal yang termuat dalam idiom idiom lokal yang berkaitan erat dengan pengetahuan sosial .ekologi dan kelestarian lingkungan .Warna warna lokal yang bermuatan kearifan lokal semacam itulah , menurut hemat saya yang perlu digali , untuk diangkat dan dikembangkan dengan lebih dalam dan tajam sebagai wahana pembelajaran bagi generasi muda untuk memahami nilai nilai budayanya .

Masih banyak lagi pendapat pendapat yang mengawatirkan hari depan budaya daerah kita, kearifan kearifan lokal . Kita terus maju ke depan seperti menentang ketidakpastian , untuk melewati jembatan yang rusak .
Dalam resensi terhadadap buku Merajut Kembali Indonesia Kita karya sampean Dalem Kanjeng Sultan Hamengkubuono X , Rifqi Muhamad , Pustakawan PIPMI UGM , menulis " Dalam buku ini , kesadaran berindonesia kita diungkit kembali ,Kenapa ?Kini Indonesia tidak ubahnya rumah besar yang mulai keropos , berlobang lobang dan nyaris roboh " rumah besar yang mulai keropos , berlubang lubang dan nyaris roboh " .
Banyak orang mengajak, mari kita mencari jalan selamat , kembali menghayati petuah petuah , pedoman pedoman hidup dari nenek moyang , kearifan lokal yang terkandung dalam pluralisme dan multikulturalisme .
Banyak teori teori yang mengatakan,kalau masyarakat mau menjadi tenang , negara tenteram , tata , temtrem karta raharjo , please back to pluralism and multikulturalism , budaya Bhineka Tunggal Ika , budaya nenek moyang ,yang juga dilembagakan dalam UUD 45 , sebagai penyeimbang budaya yang anu saukur mburu duwit .
Adalah Studiklub Teater Bandung membuat pertunjukkan yang membuat terkesimak ratusn mahasiswa Universitas Maranatha Bandung .Sang sutradara IGN Arya Sanjaya , menyuguhkan ceritera ,
repertoir pertama berjudul "Symponi Nomor Empat" menggambarkan seorang pemain gitar panggung dan persahabatan ."saya ingin menonjolkan bahwa persahabtaan adalah yang utama .

Repertoir ke dua berjudul Symphoni April .Ceritanya tentang kehidupan pebisnis periklanan yang berhasil tetapi depresi dan memilih mengubah haluan hidupnya dengan menjadi pemain harpa .Dengan bermain harpa membawa kedamain sehingga psikomania yang dimilikinya hilang . "Pesan moral cerita ini adalah bahwa uang dalam hidup ini bukan segalanya ."

AGGRA INSTITUTE mungkin tidak bermaksud mengkritik, hanya mungkin karena gaya bahasanya yang tak sehalus gaya Sunda , kedengaran sebagai sebuah kritik yang tyak mengenakkan . Sedang maksud sebenarnya adalah berbicara dalam hati saja ( nguda rasa ) apakah semua komponen masyarakat utamanya para tokoh-tokohnya, para budayawan belum mengingatkan kapada penguasanya agar intropeksi apa yang kita kerjakan sudah sesuai dengan idealisme Sundaisme atau malah menjadi Sundaneese kills Sundaism.

Dari jauh tampak para ahli budaya Sunda, budayawan-budayawan Sunda, pecinta budaya Sunda, berjajar berbaris menyaksikan pembuldozeranatas semua yang berbau ke Sundaan . Etnis Sunda, Budaya Sunda, bumi Pasundan miliknya .Mereka tercenung dengan mbrebesmili dan tak berdaya. Menyaksikan etnisnya dan budaya dan buminya tergusur tanpa proteksi , menjadi kocar kacir dan hampir tak ada identitas Sunda satupun yang tampak .

Diseberangnya juga berbaris berbanjar banjar para tokoh kekinian yang dengan bangga membusungkan dada membanggakan keberhasilannya karena telah berhasil membuldozer yang kuno kuno dan merubah tanah Sunda menjadi lebih modern , lebih semarak dengan lagu rock dan dangdutnya lengkap dengan hidngan cepat saji .

Tentu mereka yang kalah tak mungkin berani melawan seperti Kartosuwiryo pada tahun 1950 an, atau seperti Surya Kartalegawa pada awal kemerdekaan. Tak sanggup mengatakan ,meskipun hanya berkata " tidak ", karena takut menjadi orang yang dicap anasionalistis,provinsialistis , premordialistis,anti persatuan dan kesatuan, tidak modern, anti pembangunan dan jargon-jargon seperti itu.

Pasrah saja, mungkinkah?

Ada sebuah kidung yang menasehati orang, tetapi juga bangsa. Eling sebelum semua berakhir.

Kaduhung tara ti heula.
(Penyesalan kemudian tak berguna)

Eling-eling maka eling
Rumingkang di bumi alam,
Darma wawayangan wae
Ragap taya pangawasa
Lamun kasasarna lampah
Nafsu nu matak kaduhung
Badan anu katempuhan.

Dalam kehidupan pun demikian , harus ingat dan waspada ,karena menyesali setelah semua hilang tak berguna.

AGGRA sendiri sebenarnya juga belum begitu paham tentang idealisme Sundaisme, sehingga perlu menggali-gali pelajaran Sundaisme yang disusun dan sebagian merupakan pertanyaan mengenai apa yang dapat kita temui dan apa yang seharusnya , dengan judul BUDAYA SUNDA MASIH PERLUKAH DAN MAUKAH ORANG SUNDA MENEGAKKAN PAYUNG KI SUNDA KEMBALI?

Mungkin ada yang berminat ngaluhurkeun Budaya Sunda bersama, cobalah hubungi situs kami

bintoroasri@yahoo.co.id


----------------------------------------------------------------------------------------------



AGGRA INSITUTE
TAMAN BELAJAR BUDYA PLURALISME MULTIKULTURALISME

10 -5 - 2009
bintoroasri@yahoo.co.id

12 .BUDAYA PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME .

Sebuah Tekateki

Kalau misalnya kita membuat teka-reki, mengapa keadaaan negara selalu gonjang-ganjing dan kapan keadaan semacam ini akan berhenti dan kembali tenang,jenjem , tata tentrem kerto raharjo lagi . Orang dapat hidup lebih santai lagi , orang dapat nonton wayang , mendengar klenengan , ngelaras , menggembala kerbau sapi uro uro dengan senangnya . Dulu kita kok dapat hidup lebih senang , sekalipun kita relatif lebih kekurangan di segala bidang . Tetapi sumber sumber kekayaan negara masih utuh , kedung kedung masih banyak ikannya , hutannya masih rungkut dan adem . Pendek kata tata tentem kerta raharja . Tata tentrem kerto raharjonya tentu lebih sederhana , mengingat kita dulu masih bodoh bodoh , yang pandai cuma bangsanya kaum penjajah dan orang orang yang mendapat kebaikan istimewa dari penjajah . Sekarang kita sudah merdeka , orangnya pandai pandai . Sandang pangan dan papan melimpah bagi yang punya . Yang tidak punya panggah saja seperti keadaan sebelum merdeka . Tetapi mengapa baik yang punya maupun yang tak punya tetap kedandapan ?


Sejak adanya reformasi masyarakat malah selalu usreg dan gelisah belum ada tanda-tanda kapan ketidak pastian (istilah Pak Sultan) akan berakhir. Pada hal usaha rakyat berserta pemerintahnya untuk mengatasi hal ini boleh dikatakan sudah all out, toh belum mantra-mantra mengembalikan situasi seperti semula apa lagi lebih baik. Misalnya MPR telah mengandemen UUD 1945 yang sebenarnya perlu disakralkan tetapi malah diorak arik seenaknya, mudah mudahan tak kualat .Kekurangan uang sudah dipenuhi dengan menunda hutang dan malah meneken hutang-hutang baru lagi. Kekayan berupa hutan , juga yang di laut , juga yng berupa tambang sudah habis di jual atau dikapling , tinggal sisa sisa . Presiden sudah berganti beberapa kali, pembatu-pembantu presiden adalah orang-orang atau pakar-pakar pilihan berpendidikan modern berijazah dari universitas yang top, ada yang dari Harvard ada yang dari Barkerley dan yang lain lain yang tak tanggung tanggung , sudah di proper test tentang kecakapannya, dalam keadaan sehat jasmani dan rohaninya sesuai dengan surat keterangan dokter, berkelakuan baik dan tak pernah tersangkut urusan kriminal sesuai dengan surat keterangan kepolisian, bebas narkoba dan terdiri dari orang-orang yang bertakwa, dan terakhir sudah disumpah sesuai dengan agamanya masing-masing. Toh kericuhan , kekacauan bahkan krimilalitas belum menda-menda.

Sebetulnya agak janggal penderitaan rakyat semacam ini kok di buat teka-teki, kayaknya menyepelekan masalah atau cuek tehadap masalah. Justru itu dilakukan karena menunggu selesainya ketidak pastian ini sudah terlalu lama, sehingga kalau kita tegang terus otak bisa fatique, tak bisa tidur lalu stress dan penyakit datang.

Memang matematika (ilmu pasti) tidak selamanya dapat memecahkan masalah, rasionalisasi terbatas tak bisa untuk menebak keajaiban alam yang sangat luas. Namun tak apa jika generasi ini mencoba-coba menguasai alam berdasarkan logika yang didewa-dewakan.

Tepa palupinya adalah, misalnya kita menanam sebatang pohon. Telah kita pilih dari bibit yang unggul dan bebas hama, lalu kita tanam dilahan yang dipersiapkan sesuai dengan aturan-aturan dalam ilmu pertanian. Diberi rabuk lalu di jaga agar tak diserang virus atau hama. Disinilah keanehannya pohon itu menggik-menggik saja, layu, merana, hidup enggan mati tak hendak.

Ada yang lebih kuasa menentukan keadaan dari ilmu manusia.

Ada contoh lagi, misalnya kita merawat seorang anak. Anak dirawat sesuai aturan kesehatan yang dikatakan dokter. Bahkan sejak kehamilan dini sudah selalu memeriksakan diri ke dokter. Persalinan dilakukan di rumah sakit berkelas dengan bantuan dokter ahli. Dirawat dengan amat teliti, diberi gizi, vitamin dan obat-obatan sesuai dengan kebutuhan. Sungguh aneh jika toh akhirnya menunjukkan gejala-gejala kelainan baik fisik maupun mentalnya.

Ternyata masih ada yang lebih kuasa menentukan hidup ini dari pada ilmu-ilmu kedokteran, betapa pun modernnya.

Begitu pun dalam mengurus negara, ada yang lebih kuasa dari segala ilmu yang dihimpunnya.
Baru saja kita alami betapa dahsyatnya kemauan rakyat untuk bereformasi . Reformasi sudah dilakukan toh keadaan usreg terus , saben dino udreg udregan ora ana mendane , piye to ki ? . Budaya demokrasi yang menjadi kebanggaan dan diagul agulkan berubah menjadi budaya poyok poyokan (saling melecehkan ) , saling memojokkan , saling sikut , bertemunya keserakahan melawan ketamakan , ora idep isin , berkecamuknya budaya kekerasan dan kekasaran dan budaya kurang ajar makin marak . Budi luhur sudah terlupakan .

Rupanya betapapun cermatnya mengurus negara , jika masyarakatnya masih usreg , atau udreg udregan terus . kuwi tandane ana sing ora atau durung beres . Apakah yang dikehendaki rakyat belum sesuai dengan yang diberikan negara . Apa ada aturan aturan atau kebijksanaan yang kurang dikehendaki rakyat ? Apa rakyat kecewa karena yang dijanjikan para pemimpin belum ada buktinya . Apa rakyat merasa bahwa mandat yang diberikan tak memberikan manfaat bagi rakyat .
Apakah memang masyarakatnya yang rewel , mencari cari alasan agar dapat memeras penguasa .Apa penguasanya yang bertindak aneh ,sehingga rakyat menggugatnya .
Orang muda selalu berrnafsu ingin meminggirkan golongan tua, arogansinya selalu mengatakan orang tua lamban tak njamani danoang muda ingin tampil memamerkan kepandaiannya itu wajar, namun pada umumnya pemimpin baru umumnya agak gagap pada kedudukan barunya , itulah saatnya para penjual mulut manis berbaris untuk menjilat jilat . Sebenarnya yang muda tak boleh begitu saja meninggalkan peranan golongan tua. Sama halnya seorang anak yang merasa pintar berkendara. Justru karena kecakapannya ia berdemonstrasi, sekali salah perhitungan ia jungkir balik masuk got, karena melupakan nasehat-nasehat orang tuanya , untuk selalu hati hati .
Aja grusa grusu , alon alon waton klakon . Yen kesusu apa sing dijangka , grusa grusu apa sing digoleki , eling ana pirang pirang kendala sepanjang kita berjalan . Memang sayang tradisi timbang terima jabatan tak ada lagi , pergantian pimpinan tinggi biasanya diawali dengan perseteruan , sehingga pemimpinan baru bukan kelanjutan dari pimpinan lama , tetapi pimpinan baru dengan gaya baru dan lain lain yang serba baru .

Ada hal yang telah dilupakan oleh para pemimpin, pakar-pakar muda yang modernis yaitu ilmu-ilmu orang tua warisan leluhur sendiri. Dalam jaman penjajahan dahulu penjajah Belanda membiarkan ,orang Jawa dibiasakan menerima pelajaran tentang kehalusan, kesantunan dari kearifan lokal yang diajarkan melalui sekolah formal. Tentu saja hanya bangsa-bangsa yang memiliki kearifan lokal saja yang dapat mengajarkan kesantunan bermasyarakat. Sayangnya dengan makin majunya peradaban manusia Indonesia , ilmu ilmu westernisasi dan modernisasi, rasionalisasi dan liberalisasi terlalu kuat menghancurkan kearifan lokal, menjadi sebab hilangnya upaya-upaya pengendalian diri, kesantunan dalam kebersamaan terabaikan. Kesantunan dan kehalusan memang tampaknya tak cocok dengan alam kekinian, justru menjadi bahan tertawaan bagi orang yang tak pernah memiliki kesantunan . Barulah nanti setelah merasakan kekasaran dan kekasaran dari alam rasionademokrasi yang beliau puji sebagai suatu sistim yang paling baik untuk pemerintahannya , merasa perlu memperbaiki demokrasi .


Kita kembali berteka-teki

Pertanyaannya :
Mengapa kerisauan, kegelisahan masyarakat yang terjadi sejak awal reformasi hingga kini, tak bisa berhenti.

Jawablah pertanyaan ini dengan jawaban yang anda anggap paling benar.

a) Karena kita menerapkan sistim yang tak cocok dengan kepribadian bangsa sendiri. Belanda mula-mula menjajah kita juga begitu, tetapi karena lalu merubah haluan dengan menghargai pluralisme dan multikulturalisme, pemerintah Hindia Belanda sanggup bertahan 300 tahun.

b) Karena kita semua kuwalat kepada leluhur kita yaitu meninggalkan budaya warisan yangsarat dengan kearifan-kearifan lokal

c) Karena pemimpin-pemimpin kita bukan orang kuat yang dilambari atau di topang ilmu-ilmu yang mempunyai kekuatan spritual yang memperkuat kedudukannya, malah cenderung melecehkannya, akibatnya sangat rapuh mendapat goyangan gempa sedikit sudah bingung

d) Pemilihan pakar-pakar yang paling jenius pun, perimbangan-perimbangan kekuatan yang dilakukan dengan cermat, pertumbuhan ekonomi yang signifikan, tak menjamin bakal kembalinya masyarakat setenang jaman sebelumnya

e) Karena keadaan yang tak stabil, alam pun berbuat menghambat lajunya modernisasi yang akan menghancurkan alam buminya, penduduknya, budayanya (defensifnya alam)

f) Teriakan batin rakyat yang menimbulkan kekuatan untuk menghambat nafsu atasan yang makin memperjauh jarak dan lupa pada tujuan adil makmur

Kalau ternyata sulit menebak tak usah ditebak, karena semua itu betul ,
sulit untuk mencerna ilmu ini, jika belum mempelajari ilmu pluralisme dan multikulturalisme. Bukan penulis ini yang menjadi gudangnya ilmu itu. penulis sekedar memberi tahu gudang pakarnya ilmu ini ada di fakultas fakultas budaya , khususnya Fakultas Budaya Universitas Pajajaran Bandung juga para dalang , para guru ilmu kebatinan ahli ahli dalam bidang pluralisme dan multikulturalisme , yang berjenis jenis bobot dan cakrawalanya .

alamat email : bintoroasri@yahoo.com.id


------------------------------------------------------------------------------------------------

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar