HARI TANGGAL 1 JUNI 1945

Diposting oleh Asri Bintoro on Sabtu, 01 Juni 2013



Meskipun golongan tua sebagian dan kadang kadang masih suka bersilang selisih pendapat tentang Pancasila saya sebetulnya tak paham apakah sekarang pengetahuan tentang Pancasila masih digeluti ,setidak tidaknya masih menjadi perhatian angkatan muda atau tidak 

Hari tanggal 1 Juni 1945 mestinya merupakan hari penting bagi bangsa Indonesia .  Tanggal 1 Juni ini adalah hari dipidatokannya dasar negara kita Pancasila didepan Panitia Pembentuk Negara  , sehingga disebut hari lahirnya Pancasila .Orang berpendapat 1 Juni sangat penting kita hormati bahkan dianggap setengah keramat , bukankah  1 Juni ini merupakan hari Lahirnya dan awal peristiwa kemerdekaan kita .

Alasan alasan mengapa diatas saya sebut kata "mestinya" , karena kadang kadang peristiwa penting pun dapat     tenggelam atau ditenggelamkan oleh peristiwa yang lain sehingga peranan yang penting tersebut kurang penting dibanding peristiwa yang lain . Itu sangat tergantung dengan pemimpin incubance yang menguasai  dan dikuasai sikon  .
Dimanapun peristiwa lahir "dislameti " ditandai dengan peringatan , atau sedikit selamatan . Tujuannya tentu untuk selamat ,agar semua dapat  berjalan mulus ,langgeng tak ada "sambe kala ".
Tetapi orang sekarang sudah menjadi orang yang super rasional , Yang irrational  tak mendapat tempat lagi .bahkan tanpa mau tahu apa  yang terjadi oleh ulah ini , tak peduli dengan apa yang  mereka hasilkan tetap ngenyek ilmu ilmu yang irrational. Menagapa begitu ?

 Padahal  yang irrasional dunianya lebih luas dari pada yang rasional yang hanya berada didalam tengkorak yang sangat sempit .



Karena itu  kadang kadang hari itu nyaris terlupakan karena bertumpuk tumpuknya masalah lain yang diaggap lebih penting , sehingga perhatian terhadap Lahirnya Pancasila hanya terpampang  dalam kalender saja .

Secara rasional kadang kadang orang berpendapat Pancasila hanya perlu kita hormati sejak 18 Agustus 1945 karena baru sejak tanggal itu Pancasila menjadi  Preambule UUD 45 .

Bahkan  dalam urusan Pancasila yang sama ,lahirnya Pancasila kadang kadang  dianggap kurang penting .Manusia lain justru lebih menonjolkan Pancasila sebagai mengandung kesaktian yang menolong bangsa ini .Lalu diciptakan istilah "Kesaktian Pancasila " , justru dengan disertai ritual ritual yang sangat megah , ketimbang peristiwa Lahirnya Pancasila .


Mungkin yang lain lagi mempunyai anggapan lain lagi , ada Pancasila atau tidak sama aja . Pancasila toh hanya wacana yang kebetulan dapat bertengger dalam UUD negara  , yang penting sandang pangan papan , biar rakyatnya jadi lemu lemu ,sugih duwit  kabeh ,pinter pinter . Nanti kalau semua kaya kaya dan pintar pintar kan negara  adil makmur .

Baiklah memang  Pancasila , pura pura atau tidak sebaiknya diperhatikan ,"buat eneng eneng ", biar rakyat tak marah .        
Pada dasarnya rakyat mung monat manut saja , bahkan umpama  ini umpama ada pemimpin yang vokalis mengatakan Pancasila ? No way .Semua wakil kita juga sendika dawuh saja , meskipun sebelumnya mereka itu  manggala manggala yang jempolan , paling terkemuka .
.
Kelihatannya hanya Pak Amin Rais Ketua MPR yang masih waras dan  punya prinsip , Sebagai mesin reformasi , Ketua MPR yang punya kekuatan "idu geni " beliau tak mau main main dengan Pancasila .Apa ada yang berani menolak  instruksi beliau  kepada rakyat ketika itu ? Tak ada kan ?  Wong beliau  sudah ngregem kasekten  yang bisa gawe  "abang birunya " negara Indonesia, Pasca Pak Harto  . Beliau memang dibawa sikon ,tetapi lalu menguasai sikon .Tetapi beliau masih eling dan tak mau berbuat sakersa kersanya   .
Sekalipun tak jelas Pancasila yang mana , Pancasila harus dipertahankan , karena kita hanya dapat dipersatukan dengan Pancasila.
Maaf jika saya katakan " yang mana " , karena banyak istilah lain yang sangat tergantung sikon .Selain Pancasila , mungkin juga nasionalisme , adil makmur ,bhineka tumgal ika , persatuan , kesatuan dan banyak lagi.

Pancasila mengalir mengapung diatas kali yang tak Pancasilais , mengalir terus entah diperhatikan orang atau tidak .

Apakah Pancasila menurut ajaran Buku buku TUBAPI atau cukup yang dari TAP MPR .
 Followernya berteriak teriak ditepinya , Ini bukan jalan Pancasila .Suaranya ditelan oleh suara kali yang mengalir deras,semua mengalir , tak terbendung .

Sebetulnya yang kurang perhatian kapada Pancasila itu juga kecelik .Pahamnya yang tak Pancasilais ternyata tak menghasilkan buah yang dapat dinikmati semuanya dengan bahagia ,sesuai yang diharapkannya . Justru yang dihasilkan hal hal berlawanan dengan ide Pancasila  .Lalu marah marah .
Jadi sugih malah jadi penyakit negara, jadi pinter malah kongkalikong, pat gulipat ,hukum menjadi maju tak gentar berapa bisa mbayar atau wani piro , disumpah malah nyolongan .
Rakyat kita kok neko neko , angel diatur . Sudah dicarikan sandang papan pangan dan uang nganti njungkir walik  kok orangnya ora lemu lemu , ora sugih sugih malah ming gelutan wae, gegeran wae malah ngundat undat .

Sudah dibebaske dan tak perlu ngapal apal Pancasila tak perlu ritual ritual Pancasila , tak perlu belajar , TAP MPR No. II/MPR 1978 , TAP MPR 11/98 ,TUBAPI ,KLOMPENCAPIR dan disuruh belajar komputer malah njur nguplek uplek nggoleki situs situs internet njur niru sing elek elek .
Padahal itu belum seberapa. Kalau Pancasila menurut penggalinya sendiri , justru harus ada "revolusi belum selesai " umwertung alle werte lebih dulu ,menjebol bangunan lama njur kembali ke  kepribadian sendiri ,Pancasila .

Panjang banget,suwe banget ora leren leren ora ana entekke ? Bikin deg degan terus . Bunyinya juga serem banget  revolusi belum selesai .Itu karena Bapak  yang suka rame rame dengan agitasinya
Sebetulnya tidak .Pendek saja  al. bunyinya begini kalau orang Jawa sudah nJawani ,ora lali Jawane , kalau orang Bali ora lali Baline , orang Batak orang lali Batake dll .Yang Holland denken dan Holland weten wis  entek . Itu sebenarnya  yang boleh disebut "revolusi sudah selesai " kembali ke pribadian sendiri Pancasila . Tetapi karena bunyinya yang serem , menakutkan orang "revolusi belum selesai " kaya sendaren benginging ,kaya bledeg ngampar ampar terus  ya dijawab orang yang tak paham ,  dijawab dengan instruksi " stop revolusi revolusi  sudah selesai sekarang . Diamlah" revolusi belum selesai" . 

Kita kualat ?.Sudah jauh kita berjalan , kualatnya sudah kelewatan .
What next ?
Sekarang semua sudah terjadi ,semua bisa membaca media apa saja .Tak ada yang bisa ditutupi .Ya begitu adanya .Kalau di Kompasiana ada kolom siapa yang menilai ,negara pun akan ada yang menilai .


1 Juni juga dapat kita jadikan milestone sampai dimana dan dimana kita berada atau malah mau kemana lagi .
 

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar