BUDAYA JAWA ADI LUHUNG = ?

Diposting oleh Asri Bintoro on Rabu, 10 Februari 2010



AGGRA INSTITUTE
ANGGAYUH GAPURANING NUGRAHA GUNG
( MENGGAPAI GERBANG KEBERKAHAN TUHAN )
TAMAN BELAJAR PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME


Alamat ; Komplek Mekatani No 15 Cempaka Baru Jakarta Pusat Rt 004/04 Kode Pos 10650
Puspita Raya Blok L/7 Sektor 3.2. BSD City Tangerang
E-mail : bintoroasri@yahoo.co.id.



Pluralisme dan multikulturalisme ialah suatu pikiran yang membiarkan , yang tak menolak , menerima , bahkan tak berkeberatan jika keadaan keberadaan bangsa kita terdiri dari macam macam suku bangsa atau bangsa bangsa , hidup bersama sama dalam satu lingkungan negara kesatuan dengan tetap memelihara budaya ,kepercayaan , keyakinan, tradisi kebiasaan dan keyakinan politik masing masing . Keadaan plural dan multilultural ini dalam bahasa kunonya disebut bhineka (aneka ragam ) , tetapi diupayakan agar tetap tunggal ika ( menjadi satu ) .

"Bhineka Tunggal Ika " menjadi seloka yang indah , juga dijadikan pedoman bagi kehidupan budaya yang pluralistis dan multikulturalistis .

Menurut sejarahnya seloka tersebut diambil dari kitab SUTASOMA karya pujangga keraton Majapahit yang berjuluk Empu TANTULAR . Seloka tersebut terselip dalam kalimat yang terkenal "Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrowa " . Seloka ini menjadi begitu berharga karena terpaterikan sebagai pasal dari UUD 45 R.I.yaitu pasal 36 A yang berbunyi Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika . Pasal 36 C Ketentuan lebih lanjut mengenai Bendera ,Bahasa dan Lambang Negara , serta Lagu Kebangsaan diatur dengan undang-undang .

Mengingat adanya kenyataan bahwa kita memimiliki suku suku , budaya , kepercayaan dan keyakinan yang pluralistis dan multikulturalistis , semua itu yang menyebabkan kita perlu mengerti dan mematuhi hakekat dari tembung "Bhineka Tunggal Ika" .


Sejauh mengenai budaya , Bhineka Tunggal Ika , diatur dalam UUD 45 Pasal 32

(1) Negara memajukan kebudayan nasional di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai nilai budayanya .
(2) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional .
Pasal 36 C menyebutkan Ketentuan lebih lanjut mengenai Bendera , Bahasa , dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan diatur dengan undang-undang .
Kewenangan Pemerintah Daerah Sepanjang mengenai budaya diatur dalam UUD 45 Pasal 18 ayat (5) Pemerintah Daerah menjalankan otonomi seluas luasnya , kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang undang ditentukan sebagai urusan Pemerinah Pusat .
UUD 45 Pasal 18 ayat (6) Pemerintah daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan .

UUD 45 Pasal 18 A (ayat 1 )Hubungan wewenang antara pemerintahan Pusat dan pemerintah daerah provinsi , kabupaten dan kota atau antara provinsi dan kabupaten dan kota diatur dengan undang undang dengan mmperhatikan kekhususan dan keragaman daerah . UUD 45 Pasal 18 B (Ayat1 ) Negara mengakui dan menghormati satuan satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau yang bersifat istimewa yang diatur dengan undang undang . UUD 45 Pasal 18 B (Ayat 2) Negara mengakui dan menghormati kesatuan kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang undang .


---------------------------------------------------------

Tulisan ini memuat , antara lain ;

1. Budaya pluralisme dan Mulltikulturalisme ,Budaya Jawa Adiluhung
2. Budaya Pluralisme dan Multikulturalisme 1
3.Budaya Pluralisme dan Multikulturalisme 2
4.Budaya Pluralisme dan Multikulturalisme 3
5.Budaya Pluralisme dan Multikulturalisme 4
6. Budaya Pluralisme dan Multikulturalisme 5
7. Budaya Jawa memang lama tersimpan Nyaris mengalami pembusukan
8.Jawaban atas pendapat Pak Ajip Rosidi
9.Budaya Kekunoan , Pluralisme dan Multikulturalisme , Warisan leluhur , kearifan lokal dan Budaya Kekinian westernisasi, modernisasi yang serba rasional .
10. Budaya pluralisme dan Multikulturalisme
Apa kata hati orang pribumi
Apa kata hati orang non pribumi (Cina ) Siem Siang Shenme
ll.Budaya Pluralisme dan Multikulturalisme Tanah Parahyangan (
Budaya Sunda)
12.Budaya Pluralisme dan Multikulturalisme Sebuah Teka Teki .
13 .Budaya Pluralisme dan Multikulturalisme

14. Budaya Pluralisme dan Multikulturalisme

15.Budaya Pluralisme dan Multikulturalisme

l6 .Budaya Pluralisme dan Multikulturalisme

17.Budaya Pluralisme dan Multikulturalisme (kalau kita menuju ke )
18.Budaya Pluralisme dan Multikulturalisme
(Apa kata hati orang Pribumi
dan apa kata hati orang non pribumi )

19 .Budaya Pluralisme dan Multikulturalisme
20. Budaya Pluralisme dan Multikulturalisme

























AGGRA INSTITUTE
TAMAN BELAJAR PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME

E mail bintoroasri @ yahoo co.id .


1 . BUDAYA JAWA ADI LUHUNG = ?


10-02-2010


Budaya Jawa dalam konteks pluralisme dan multukulturalisme hanyalah sebagai salah satu komponen dari pluralisme dan multikulturaisme .Karena penulis adalah orang Jawa , mungkin wajar saja jika lalu memberikan perhatian pertama pada budaya Jawa . Tentu saja penulis lebih memahami walaupun sedikit Budaya Jawa tersebut , dibanding untuk memahanmi budaya budaya suku bangsa lain yang sangat beragam di negara ini .
Mengingat Budaya Jawa atau eksistensi Budaya Jawa kini tengah menghadapi pemarginalisasian yang sama seperti yang juga dialami budaya daerah lainnya , maka sebenarnya membicarakan nasib budaya Jawa , seperti sudah mewakili budaya budaya lainnya .Budaya budaya daerah pada waktu ini bahkan sudah sejak lama dikatakan sebagai mengalami marginalisasi atau katakanlah tercampak dari kehidupan berbangsa dan bernegara di negara kita ini .
Sebelum kita membicarakan Budaya Jawa lebih jauh , kiranya perlu penjelasan lebih dahulu pada hal hal yang sering menjadi tanda tanya . Kalau orang Jawa mengikutkan kata adi luhung sesudah kata budaya Jawa , tak kurang tak lebih adalah sebagai pemantas karena begitu cintanya orang Jawa terhadap budaya warisan leluhurnya ,yang begitu dijunjung tinggi . Budaya Jawa seperti budaya daerah lainnya memuat yang disebut kearifan kearifan lokal .Kearifan lokal ini timbul dan terbentuk dari pengalaman pengalaman hidup yang sangat panjang yang kemudian digunakan sebagai tuntunan hidup orang Jawa , lahir batin , Tuntunan budi pekerti . pengendalian diri ,eling dan waspada dalam semua tindakan peka semua yang agal maupun yang alus dan tuntunan terhadap patrap atau perilaku , tingkah laku disertai harapan supaya budaya tersebut dapat menjadi sesuatu yang berharga yang dapat dijadikan penuntun hidup , memberi kecerahan dan pencerahan dan melindungi pada siapa yang percaya .
Sebagaimana tujuan hidup orang Jawa yang selalu mendambakan tata tentrem kerta raharjo , untuk itu setiap orang Jawa dulu diajar untuk menghormat kepada yang pertama adalah Gusti Allah , sang Pencipta . Menghormat segala makluk di sakurebing langit salumahing bumi ,karena dengan menghormati ciptaan Nya juga berarti menghormati Sang Penciptanya . Saling menghormat intinya , menghindari bentrokan . Namun bukan tak mungkin bahwa sesuai dengan tingkat berpikirnya orang orang ,kadang kadang orang orang memberikan penghormatan kepada ciptaanNya secara berlebihan , sehingga terkesan kadang kadang tampak musrik , yang pahal tak ada tujuan untuk berbuat seperti itu . Namun orang orang yang ingin menyudutkan . tak mau memahami bahwa kekeliruan tersebut sifatnya hanya khilaf saja mengingat tingkat berpikir mereka masih belum cukup tinggi .Demikian pula kata kata adi luhung yang benar bukan dinyatakan dengan membusungkan dada dengan perasaan lebih besar dari yang lain dan bukan merupakan penonjolan diri sebagai lebih unggul dari yang lain lain ,sehingga sepertinya mengecilkan yang lain , melainkan sekedar luapan dan ungkapan emosi betapa orangJawa sangat mengagungkan budayanya tanpa dengan maksud merendahkan yan g lain.
Mengingat pada akhir akhir ini , bahkan sejak reformasi nasib pluralisme dan multikulturalisme makin termarginalisasikan (ditinggalkan) , dengan meninggalkan dampak dampak yang kurang menyenangkan misalnya keadaan yang usreg , kondisi masyaakat yang resah gelisah terus yang diwarnai dengan gegeran , kekisruhan , unjuk rasa, kekerasan yang diakhiri dengan amuk masa , terjadi dimana mana dan kapan saja dan terjadi dari sebab seribu satu masalah ,masalah sosial , ekonomi juga poltik ,maka kepada yang kesdu , mari kita coba untuk mengingat ingat lagi apakah pluralisme dan multikulturalisme ( budaya budaya daerah ) tidak perlu kita cermati lagi untuk membawa kembali pikiran yang kalut menuju cita cita luhur masyarakat Indonesia , khususnya orang Jawa yaitu kembali ke cita cita untuk hidup tata tentrem kerto raharjo , yang artinya berupaya untuk meredam hal hal yang tidak proposional , kembali pulih menjadi proposional kembali , mengusahkan agar masyarakat menjadi jenjem dan tentrem .Mengapa para leluhur kita selalu mengajarkan hidup tata tentrem kertaraharjo , gotong royong , selalu dalam kebersamaan ? Artinya kalau sedang susah semua merasa nandang susah sama sama susah , kalau senang sama ama senang . Baik susah maupun senang harus berbagi , tak ada orang susah sendiri , atau senang sendiri , semua harus berbagi . Abot enteng pada bareng bareng dilakoni kanti barang . Para leluhur kita yang waskita telah melihat dari jauh jauh hari , hidup secara individualistis tidak akan mendatangkan kesenangan baik bagi diri sendiri orang , maupun kebersamaan. Hidup induvidualistis dan liberal penuh dengan persaingan persaingan , pertengkaran , perkelahian yang tidak bikin hidup , tetapi harus selalu siap menghadapi stres . Ini adalah gya hidup yang berlawanan dengan cita cita tata tentrem kerta raharjo .


Membawa kembali pikiran yang kalut menuju cita cita untuk kembali hidup tata tentrem kerta raharjo tentulah dengan mengenangkan dan menjujung kembali cita cita semula , gaya hidup , budaya , kebiasaan , pitutur pitutur yang diwariskan nenek moyang yang penuh dengan kebijakan lokal yang tentunya lebih pas dengan orang setempat , ketimbang modernisasi yang asing bagi penduduk setempat.
Tentu saja pikiran kita tak boleh membayangkan kondisi masyarakat nenek moyang kita seperti didramatisir dalam sinetron , misalnya ditampilkn dalam suasana yang penuh kekumuhan , kedekilan , tinggal dalam gubug gubug atau gua yang kotor penuh kepulan asap kemenyan, karena sesungguhnyanenek nenek moyang kita telah terbukti mempunyai keahlian dalam meredam segala macam hal yang semua itu semula asing dengan sifat sendiri sendiri menjadi satu budaya nusantara , khususna untuk daerah Jawa disebut budaya Jawa yang adiuhung . Ada pesan para leluhur, leluhur yang tentu gentur tapane dan waskita sekali, ngerti sadurunge winarah , waspada permana tingal ,ngerti yen ing tembe budaya Jawa bakal pada disepeleake dening bangsane dewe .
Pesan itu tampaknya sangat sederhana, namun jika dijabarkan bisa jadi ngambra-ambra, menjadi jembar jangkauannya tak mengenal ruang dan waktu yang penting asal ada orang Jawa disitu.

Begini " Wong Jawa kudu nJawani, wong Jawa aja lali karo Jawane " NJawani berarti mencintai dan menjiwai segala sesuatu yang tersebut sebagai Jawa, sebagai sesuatu yang baik yang harus diteladani , baik yang lahiriyah maupun batiniah . Aja lali karo Jawane, berarti jangan melupakan segala sesuatu yang mempunyai nafas Jawa, terutama budayanya yang merupakan jalan keselamatan dan identitas lahir batin orang Jawa, bangsa Jawa , dalam lingkup negara Indonesia .

Atau begini , nJawani itu adalah berlaku atau perilaku , bertindak sebagaimana diajarkan oleh guru guru Jawa kepada orang Jawa tentang budi luhur . budi pekerti .
Ajaran budi pekerti itu untuk mengarahkan orang supaya mempunyai budiluhur.
Budi luhur ialah dapat menghormati orang lain ,membuat orang lain lega ,
membuat orang lain senang .
Membuat orang lain senang pada hakekatnya seperti membuat diri sendiri senang juga .Semua itu akan menuju pada muaranya tata tentrem karto raharjo . Tata tentrem karto raharjo hanya dapat terwujut jika masih ada orang yang dapat menghormat orang lain , memberi kelegaan kepada orang lain dan berusaha untuk menyenangkan orang lain .Contoh :Orang memberikan suguhan kepada tamu dengan maksud menyenangkan tamunya,sebaliknyatamunya harus menyantak kue yang disuguhkan kepada nya agar yang punya rumah puas atau lega . Hal hal seperti itu juga salah satu upaya untuk mempertebal kerukunan dan mengurangi atau memperhalus perbedaan agar tak ada gejolak ,Yaitu gejolak yang sangat tak disukai oleh tata tentrem kerto raharjo . masyarakat seperti itu dalam versi Jawa disebut masyarakat gotong royong , dalam masyarakat orang Sunda mungkin yang disebut silih asah, silih asih , silih asuh . Inilah barang kali inti dari segala pesan leluhur yang telah dirancang sejak dulu karena leluhur sudah mengetahui jalan sejarahnya orang Jawa suatu saat akan keluar rel , lali karo Jawane .Seperti kereta api , setiap kereta api keluar rel itu namanya anjlok , kalau tidak ya nggoling . Mengapa begitu ? Karena budaya Jawa pernah menjadi budaya yang besar dan tinggi yaitu ketika orang Jawa menjadi orang yang menangan (jagoan ) . Karena menjadi orang menangan mempunyai tempat yang tinggi , dan siapaun dan apapun yang berada ditempat tinggi siap dihajar angin kencang . Seperti angin itulah berbagai budaya asing menyerbu untuk meniadakan , ngruyuk dan mengalahkan budaya Jawa , sehingga orang Jawa bingung , lelah , pusing , mendengar semua propaganda , tekanan , ajakan untuk mengikuti ajakan ajakan dari luar sehingga nyaris kehilangan kebanggaannya , nyaris kehilangan kepercayaan diri , nyaris kehilangan jati dirinya menjadi orang Jawa yang kalahan . Aja lali karo Jawane suatu petuah agar orang selalu eling dan waspada . Eling lan waspada jangan sampai merusak bebrayan yaitu inti dari tata tentrem kerta raharjo . Aja grusa grusu tegese semua hal perlu diawali dengan penelitian yang cermat , dikerjakan dengan alon alon tetapi ngati ati ,gemi nastiti sabar sareh , patitis , ora mindogaweni dan harus kelakon .

PENYIMPANGAN DAN SALAH MENGERTI


Namun demikian bukan berarti semua itu dapat berjalan dengan mulus mulus saja, para kawula yang sudah mengerti sedikit sdikit tentang budaya Jawa kadang malah mempunyai tafsiran atau aturan yang kurang tepat mengenai masalah Jawaisme . Sehingga kadang kadang keadaan menjadi jauh dari yang dikehendaki , dan hal itu kadang kadang malah digunakan untuk meracuni para kawula sendiri, dan untuk keuntungan diri sendiri .Berbagai ancaman dari pihak luar selalu menghantui untuk mengenyahkan budaya secara phisik dan secara idiil dan kini keadaan budaya Jawa sedang dalam karoban lawan dan sedang muncul tenggelam dan demikianlah kini pluralisme dan multikulturalisme tak pernah betul betul muncul kecuali yang ada kaitannya dengan bisnis atau uang. Barangkali golongan modern untuk saat ini , dapat menikmati kemenangannya sampai akan tiba saatnya akan datang golongan modern yang lain yang akan memorak perandakannya .Semua menunggu giliran .Lihat banyak embrio embrio yang akan merupakan penerus modernisasi atau malah merupakan ancaman ancaman modernisasi dari faksi lain yang sangat banyak .
Bagaimana para kadang , bisakah yang kami sampaikan dipahami . Nrimo ing pandum itu juga harus ingat apakah suatu pengorbanan itu juga tepat , artinya dapat berguna dan meningkatkan kebersamaan dan tak merusak tata tentrem karto raharjo . Sanyari bumi sadumuk batuk adalah pernyataan yang paling dahsyat , sebetulnya bukan ancaman main mainan , tetapi ketegasan orang Jawa yang tak akan takut untuk membela kehormatan maupun kekayaannya walaupun misalnya hanya diganggu kecil kecilan , bahkan kalau perlu berkorban nyawa .

Masihkah banyakkah orang Jawa yang nJawani , tegese ora lali karo Jawane .

Walaupun sulit dipahami , tetapi mugkin masih dapat dimengerti .Memang kadang kadang ada orang Jawa, tidak nJawani lagi artinya malu untuk memanggul budaya Jawanya, malu menghayati budayanya, malu dikenal mempunyai identitas Jawa.Siapa tidak teguh hatinya siapa tak kokoh hatinya sebagai orang Jawa , akan kentir (tergeser ) ke arah yang dihendaki oleh orang yang ingin menggeser . Penulis juga sering membaca , pemimpin pemimpin (budayawan ) Sunda juga mengeluh seperti itu . (Vide: Buku Kejawen 2002 Jilidan 2 .AGGRA ) .
Tetapi hal seperti itu perlu kita maklumi karena sebetulnya kita diam diam sudah lama dalam keadaan perang budaya . Semua itu terjadi karena pengaruh dan akibat perang budaya tsb .
Perang budaya selalu terjadi pada setiap hari karena pergaulan manusia , yang selalu ingin menang sendiri dalam segala hal . Dalam skala kecil suatu kelompok ingin menang dari kelompok lain , dalam skala lebih besar misalnya bangsa ingin menang terhadap bangsa lain dalam skala negara , suatu negara ingin memenangkan perang terhadap negara lain . Manusia setiap waktu juga ingin menghilangangkan perang tersebut , tetapi perang , persaingan , perkelaian adalah kodrat manusia juga kodrat makluk makluk yang lain . Memenangkan kan perang seungguhnya merupakan dambaan setiap makluk . Karena dengan memenangkan perang , setidaknya dapat menyebabkan pesaing yang memusuhinya paling tidak tidak akan mengganggu kemerdekaannya , sedang lebih jauh dapat memanfaatkan musuh yang dikalahkan untuk menuruti kehendaknya . Konggres konggres perdamaian umumnya melarang negara lain untuk memusuhi negera anggota konggres , yang sebenarnya berisi ancaman perang terhadap negera lawan . Konggres perdamaian dalam hal ini isinya adalah tantangan perang terhadap negara lain yang bukan anggota .
Tampaknya perang budaya lebih dahsyat dari perang phisik yang frontal , perang budaya seperti kanker , meracuni bagian bagian organ manusia yang akhirnya tak dapat bergerak lagi . Perang budaya sama dengan perang dengan lelembut , ada tetapi tak ada , tak ada tetapi ada .
Dalam perang budaya ini , segala macam akal digunakan untuk menghancurkan budaya . Untuk budaya Jawa mestinya banyak sekali kepintaran yang digunakan untum melemahkan budaya Jawa, sebagi roh bangsa Jawa . Uang , kekuasaan, yang agal yang alus dan masih banyak cara lagi yang kita tak tahu .
Apakah apa yang akan penulis katakan ini hanya resonansi dari perkataan orang lain sebelumnya , penulis tak tahu .
Begini , katanya "Kalau akan menguasai suatu bangsa , kuasai budayanya . karena budaya adalah roh bangsa . Karena itu kuasai rohnya dulu , nanti semuanya gampang , baik ekonomi maupun politiknya ".

Untuk menaklukkan Indonesia , taklukkan pluralisme dan multikulturalisme dulu , karena disitulah letak roh bangsa . Untuk menguasai bangsa Jawa , taklukkan budaya Jawa , nanti orang Jawa mudah dijadikan pembantu pembantu yang miskin yang sangat murah , dijadikan pasar yang ramai yang memberi keutungan yang besar bagi produk produk negara manapun yang bisa mengalahkannya .
Bahkan hal yang demikian itu sudah lama sekali mungkin sejak runtuhnya kerajaan Jawa di Majapahit, segala yang berbau kebesaran Jawa dikikis dan dibasmi hal ini barangkali sebagai upaya untuk mengantisipasi kembalinya Jawanisasi lagi , baik oleh kekawatiran bukan orang Jawa , tetapi juga pihak asing yang paham akan kekuatan budaya Jawa , paling tidak mengurangi peran peran penting orang dan budaya Jawa dalam masyarakat.

Misalnya antara lain ;
1.Bahasa, atau bahasa Jawa . Bahasa atau bahasa Jawa , menurut para ahli ahlinya , bukan saja dapat menunjukkan karakter bangsa, tetapi bisa juga berperan membentuk dan menunjukkan karakter bangsa. Dengan berbahasa Jawa meskipun sedikit ia sudah menunjukkan salah satu identitas , jati diri juga . Ia memelihara harga dirinya dihadapan orang lain. Dan orang lain akan tahu siapa yang ia hadapi .
Untuk membuktikan postulat ini katanya sangat mudah. Setiap anak memiliki bahasa ibu, dan pasti karakternya akan dipengaruhi nilai-nilai dan tradisi yang melekat dan terawetkan dalam bahasa ibunya, dan pola ini akan berlangsung turun menurun. Ketika bahasa Jawa mulai hilang dari masyarakat Jawa , berubahlah sifat , sepak terjang orang Jawa menjadi seperti bukan orang Jawa lagi . Penulis tak tak memuji orang Jawa , apakah karakternya nya baik atau tidak , melainkan hanya mengatakan bahwa orang Jawa juga punya identitas , jati diri dan harga diri .
Ketika bahasa Jawa mulai menghilang dari masyarakat Jawa , berarti mulai hilanglah identitas orang Jawa , jati diri dan dan sebentar lagi harga dirinya .

2.Unggah-ungguh Jawa.

Menurut kaca mata sekarang (kekinian ) mungkin unggah ungguh merupakan hal yang berlebihan. Menurut kaca mata westernissi dan rasionalisme , serta pragmatisme , unggah ungguh sungguh merupakan hal yang sangat menganggu dan tak ada manfaatnya untuk kemajuan . Tidak memberikan keuntungan yang nyata dalam yang dapat dihitung dengan uang.

Bukankah dalam jaman ini hanya uanglah satu satu ukuran kemajuan atau kemunduran ?

Sebaliknya yang jelas menurut pengertian orang Jawa, unggah ungguh merupakan upaya para leluhur kita, yang dimaksud untuk menciptakan tata cara pergaulan agar menjadi tertib dalam mencapai masyarakat yang sesuai cita-cita Jawa yaitu adem ayem, tata tentrem dan karta raharjo . Bahkan jika perlu mempersempit pengethuan tentang uang , dengan mengutamakan pengetahuan tentang moral .Itulah keinginan terbesar dan terujung cita cita orang Jawa . Jaman dulu dalam pikiran pikiran orang Jawa tak pernah terlintas pikiran untuk sugih banda bandu , tetapi yang paling penting ialah urip tata tentrem kerta raharjo , guyub rukun , gotong royong . Dene sekarang ujug ujug menjadi lain ,adalah merupakan akibat dari ulah masyarakat lain dan lingkungan yang membentuknya .

3. Kepercayaan kepercayaan Jawa yang sudah menjadi sandangan (agama,ageman, ageming aji )nya orang Jawa . Oleh para leluhur yang mewariskannya , tentu sudah didisain sesuai dengan kondisi dan yang dibutuhkan orang Jawa. Baik dalam hubungannya manusia satu sama lain, dengan alam gaib dan alam gumelar. Semua hal yang gumelar diatas bumi dan sakurebing langit , dihormati , karena pada dasarnya semua hal ciptaan Gusti Allah semata . Andap asor, sabar sareh, tansah karyenak ,gawe legane atining liyan , semua itu masuk dalam yang disebut sebagai budi luhur . Yang semua itu hakekatnya adalah menghormati Sang Penciptanya .
Semua upaya diarahkan agar supaya orang berbudi luhur , guyub rukun dalam kesantunan dan tidak brangasan, tidak bedigasan, tidak petakilan.

4. Adat istiadat yang merupakan tradisi disesuaikan dengan kebutuhan, telah diwariskan turun-temurun dan mendarah daging. Semua itu di maksud menjaga hubungan manusia dengan Tuhan , manusia dengan manusia lain , manusia dengan alam sekeliling , alam gumelar salumahin bumi sakurebing langit ,agar selalu selaras dan serasi. Ditanamkan sebagai fondamen yang kokoh agar budaya tak mudah goyah diterpa pengaruh dari luar .

5. Dalam bersenipun , misalnya busana, gending-gending, wayang, tarian-tarian Jawa , suka uro-uro dan ngelaras, semua dalam nafas yang sama, mencapai tujuan hidup orang Jawa, hidup rukun, tata tentrem, kerta raharjo. Semua yang tersebut diatas itu adalah bagian budaya Jawa yang nenjadi identitas orang Jawa . Meskipun penulis kurang memahami satu persatu kesenian daerah secara mendalam , penulis mempunyai keyakinan semua budaya yang menjadi roh dari bangsa bangsa yang pluralistis dan multikulturalistis di negara ini bernuansa dan mempunyai tujuan yng kurang lebih sama . Dalam ilmu modern yang sedang berkembang kini, hal hal seperti ini disebut idiom-idiom lokal, kearifan kearifan lokal , kebijakan lokal , yang timbul sebagai hasil pengalaman pengalaman , yang dialami para leluhur selama sekian ratus tahun dan membuahkan kesimpulan yang menjadi pedoman seperti itu (semua ini kita namai saja kekunoan yang sama sekali tak mengandung maksud jelek , sekedar istilah yang artinya semua itu berasal dari warisan para leluhur ) . Orang orang yang mengaku modernis dan nasionalistis biasanya tak berkenan untuk mengenang hal hal kuno yang dianggap provinsialitis , premordialistis ini , mereka berpendirian bahwa kita ini mau maju kenapa mesti mundur . Menurut pendapat penulis , orang orang modern dan nasionalistis sekrang ibaratnya orang yang memiliki pisau pisau atau senjata yang benar benar tajam , dan siapapun tentu bangga memilikinya , akan tetapi apa bila cara penggunaannya kurang trampil pasti akan mengakibatkan musibah baik bagi diri sendiri atau orang lain disekitarnya . Berbeda dari orang yang modernis dan nasionalistis sekarang , para founding father kita ternyata lebih bijak dari orang orang modern dan nasionalistis yang penganut budaya kekinian .Malah leluhur juga founding fater kita masih dapat mewariskan wewaler wewaler mengenai perlu dihormatinya pluralisme dan multikulturalisme agar persatuan dan kekompakan bangsa selalu terjaga , dengan mewajibkan setiap anggautanya saling menghormati , saling asih , saling asuh, saling asah satu sama lain .
Banyak orang orang yang ngungun dan bertanya dalam hati. Mengapa keadaan sekarang kok tansah usreg , gegeran terus ora ana mendane . Pada hal terus terang keadaan sandang pangan lebih cukup dibanding dulu . Mung rada nguciwani dene isih ana wong wong sing kesrakat , mangka jaman biyen
nalika pada susah prasetyane sajanne kita kabeh berjuang bareng bareng mestine kudu wis bareng bareng makmur .
Sing percaya bahwa keadaan kemelut sekarang ini disebabkan oleh karena orang orang kini yang mengaku lebih pintar , boleh dikatakan telah tak maelu lagi prasetya prasetya tersebut . nJur pada bek bekan , menang menangan . Boleh dikata melecehkan warisan leluhur tersebut dengan cara meninggalkan budaya yang dianggap kuno dan memang kuno sekalipun disitu termuat banyak sekali wewaler wewaler , kebijakan kebijakan ,yang akhir akhir ini disebut kearifan kearifan lokal .Kekunoannya orang Jawa yang kadang kadang disebut Javaisme .

Jalan Alternatif .

Jika disebutkan kemelut yang terjadi sekarang yang tak menda menda ini disebabkan kita telah melecehkan dan meninggalkan yang kuno kuno tersebut ,apakah belum terpikir bahwa untuk mengembalikan masyarakat menjadi jenjem dan tak selalu gonjang ganjing , kita perlu kembali menggali kearifan kearifan lokal untuk mendasari setiap tindakan kita . Dapatkah pikiran pikiran kuno atau kebijaksaan lokal , diajukan sebagai saran baru untuk mencari solusi atas banyak masalah yang belum terselesaikan .

Pikiran ini timbul , setelah melihat sepak terjang westerinisasi ,modernisasi, nasionalisme , demokrasi dan globalissi yang paska reformasi , makin kuwalahan untuk mengatasi chaos masyarakat yang makin ricuh , riuh rendah , hingar bingar . Semua yang sedang melanda bumi ini , westernisasi , modernisasi leberalisasi , demokrasi , dalam tulisan kami, kami disebut budaya kekinian .
Sedangkan idiom idiom , kearifan kearifan dan kebijaksanaan lokal kami sebut kekunoan sebagai hal yang sebaliknya dari kekinian .
Dan kekunoan terdengar atau mempunyai konotasi yang jelek , jika orang tak menghayati dengan baik kata tersebut . Dalam perang budaya diantara kita , pergolakan antara yang kuno (budaya kekunoan ) budaya pikiran pikiran warisan leluhur kita dan pikiran pikiran yang modern yang mula mula berasal dari westernisasi , yang disebut budaya kekinian, tenyata budaya kekinian dapat menguasai bumi kita , sejak runtuhnya kerajaan Mataram II . Kemenangan budaya kekinian ; Dengan kemenangan penjajah Belanda budaya westerinisasi mulai melangkah , murubah wajah budaya Jawa kuno , dan kini hal tersebut diteruskan oleh pewaris pewarisnya . Sejak kemenangan budaya kekinian hampir semua tatanan bangsa dan negara berubah dan diubah sesuai dengan kemeauan golongan pemenang perang , tatanan kuno diubah menjadi tatanan modern . Budaya kekunoan tercampak : Dengan tercampaknya budaya kekunoan berdampak makin pudarnya semangat orang Jawa dan pemilik budaya budaya daerah lain . Orang orang daerah mestinya harus rumongso handarbeni dan hanggrungkebi masing masing budayanya . Dengan semakin tercampaknya kekunoan , dengan makin terabaikannya ilmu ilmu warisan kuno leluhur, makin termarginalisasikannya kearifan kearifan lokal , antara lain dengan semakin pudarnya budaya Jawa , merupakan kehilangan yang terlalu besar bagi orang Jawa , yang tak mungkin dapat dirasakan orang lain .
Bukan itu saja , bahkan orang Jawa lebih jauh telah melihat dampak dampak yang terjadi karena terpinggirnya kearifan lokal , berdampak buruk terhadap alam maupun manusianya , dengan sendirnya budayanya dan lain lainnya .
Tanpa kita sadari banyak hal yang terjadi. Tiba-tiba banyak orang Jawa yang tak bisa bahasa Jawa. Tiba-tiba banyak orang Jawa yang tak mengerti unggah-ungguh Jawa. Tiba-tiba banyak orang Jawa yang tidak menyukai budaya Jawa dalam arti busana, seni budaya, tari, gending. Orang Jawa melihat orang Jawa lain mengenakan busanaJawa seperti melihat janggitan atau ilu-ilu. Orang Jawa melihat tradisi Jawa yang dilakukan orang Jawa lain seperti hal yang aneh dan dilecehkan, ditertawakan tanpa memahami maksud yang terkandung di dalamnya. Orang nanggap wayang sudah hampir tak ada. Ledek, klenengan, uyon-uyon hampir menjadi cerita masa lalu, tayuban boleh dikatakan sudah tak ada. Bagaimana pikiran para ahli Jawa (Jawanolog ), budayawan budayawan Jawa, pecinta pecinta budaya Jawa , terhadap makin curesnya budaya Jawa . Bagaimana tanggung jawab penjaga budaya Jawa, apa masih merasa menjadi pengayom orang Jawa dan budaya Jawa. Bagaimana pikiran Pak Soejiwo Tejo , yang terkenal sebagai dalang edan , tetapi seorang budayawan Jawa yang rasionalistis . Beberapa waktu yang lalu ketika melihat Pak Ki Mantep Sudarsono dalang kondang yang kami anggap tonggak budaya Jawa yang diharapkan akan dapat kokoh bersemi , ikut ikut melecehkan lakon lakon wayang Jawa yang sakral dengan memasuki ketoprak humor ,banyak orang Jawa yang mbrebes mili . Kini ketua grup entertaimen itu sudah mati (bukan ki Manteb ), tetapi kini bahkan banyak sekali grup lawak , grup entertainmen yang ikut ikut menyeret budaya Jawa ke dalam dunia hiburan yang dangkal tetapi mahal . Terhadap semua yang dapat dikatagorikan pelecehan budaya ,penulis beserta konco konco hanya berdoa agar yang Mbau Reksonya budaya Jawa tak memberi siku kepada mereka yang sudah melecehkan budaya Jawa dan agar mereka tidak kuwalat .
Dalam kaca mata penulis , kini hanya dukun dan dalanglah yang dapat dianggap cagar budaya daerah yang masih ada . Keduanya dan terutama penjaga tradisi kalangan dukunlah yang paling mendapat serangan yang paling hebat , dari manusia kini .

Namun sebenarnya tak semua orang Jawa menyesali kehilangan budayanya itu, bahkan banyak yang bangga bahwa minggirnya budaya lokal sebagai suksesnya pembangunan dan modernisasi. Golongan ini memang umumnya orang Jawa yang tak pernah tersentuh pendidikan budaya Jawa, sebab sejak dimulainya perjuangan merebut kemerdekaan bahkan sejak kemerdekaan dirancang ,pemimpin pemimpin kita hanya uplek dengan upaya persatuan untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Karena kesibukan dan kesibukan dalam perjuangan ( yang sepi ing pamrih ) mereka kurang paham dengan minggirnya atau terpinggirnya budaya lokal (Jawa ) , bahkan seperti memberi peluang atau dorongan kepada budaya yang tak sesuai dengan adat kebiasaan dan budaya orang orang Jawa , dan tetapi juga merupakan ancaman yang akan merusak segala galanya. Apa lagi masih ada sisa sia upaya de Javanisasi untuk menghambat lajunya orang Jawa dalam meraih keberhasilan keberhasilan dalam masyarakat , baik oleh kolonials maupun oleh orang Jawa sendiri ,juga oleh golongn orang yang lain lagi .
Kalau masyarakat negara kita ini kita umpamakan kolam perikanan yang besar , keberadaan pluralisme dan multikuturalisme adalah semestinya seperti sekat sekat yang membatasi petak petak tertentu .Gunanya untuk melindungi agar ikan yang besar besar misalnya piranha , lele , gabus tak memangsa ikan yang kecil kecil yang lebih lemah . Kenyataan menunjukkan dengan tak disosialisasikanya pasal Bhineka Tunggal Ika , atau pluralisme dan multikulturalisme masih ditambah lagi dengan semangat liberalisme yang menggebu gebu sesudah reformasi , nasionalisme ,liberalisme , maka matilah ikan ikan kecil jadi mangsa ikan besar karena belum adanya proteksi .Dalam ephoria reformasi memang hal tersebut (matinya budaya daerah ) belum terasakan , yang terasa hanyalah keriaan yang tak ada batasnya meskipun intinya pedangkalan dan pengroposan pikiran anggota bangsa . Orang Jawa yang sejak mulanya selalu diajari nrimo ing pandum , setelah kerja selesai biasanya hanya menunggu dan menunggu pandum yang akan diberikan , karena kaprawiran Jawa mengharamkan untuk menanyakan bagiannya , berebut bagian . Tidak perwiro dan orang Jawa biasanya tak sudi untuk menanyakan bagiannya meskipun bagiannya bagian yang halal . Tak perwiro (isin ) berlaku seperti orang miskin untuk meminta , menuntut walaupun haknya , hanya selalu menunggu menunggu pandum yang akan diberikan dengan tetap saja menderita susah , menjadi pembantu , terpental keluar negeri , menjadi tukang tukang , kuli kuli , petani gurem. Ini bukan mengada ada , boleh disensus . Bahasa yang diatas telah dikatakan dapat menunjukkan karakter bangsa , tetapi juga dapat berperan dalam membentuk karakter bangsa , misalnya kalau bahasa yang bukan bahasa Jawa menggusur bahasa Jawa dan tentu selain akan menguasai pergaulan juga akan mempengaruhi menguasai karakter bangsa Jawa , dengan sendirinya menyebabkan terjadinya perubahan karakter orang Jawa dari karakter yang yang dulu dibiasakan halus halus, yang selalu menjauhi gejolak , menjadi kasar dan keras sesuai dengan masyarakat yang membentuknya . Adanya transformasi karakter bangsa menyebabkan dampak yang besar bagi budaya bangsa, nasib bangsa dan alamnya . Nasionalisme dan persatuan sangat diperlukan untuk mempersatukan semangat perjuangan merebut Indonesia merdeka mengangkat derajat bangsa bersama sama . Tetapi sesudah itu kita selesai dan memenangkan kemerdekaan , mestinya kita kembali ke nasionalisme yang mempunyai pluralisme dan multikulturalisme . Kemabali pada tempat semula lagi . Tak berebut ,tak saling melanggar, tak saling berebut menang ,tak saling berebut kuasa untuk menikmati kesenangan sendiri sendiri dengan meninggalkan asas asas kebersamaan . Kita bersatu keluar , dan bersatu kedalam dalam arti tak bentrok berebut segala sesuatu . Tetapi tetap menghormati hak hak kuajiban masing masing seperti semula . Ke dalam kita punya urusan dan kebutuhan yang berbeda dan itu harus dihormati oleh masing masin dan harus ada aturannya . Semua perbedaan itu telah dipahami sejak semula itu , sebetulnya telah ada aturannya dan dilembagakan dalam Bhineka Tunggal Ika . Yang terjadi ternyata lain , semua berjalan tak sesuai dengan jiwa Bhineka Tunggal Ika , bahkan ternyata mulai ada persaingan dan gusur menggusur , Unggah ungguh Jawa dengan gaya gaya lembut dan sangat alus yang menjadikan orang Jawa sangat jatmiko , merak ati , birowo anorogo , diganti dengan pergaulan kini yang demokratis ,egaliter tak membedakan yang halus dan yang kasar , tak mengenal unggah ungguh . Adat dan kebiasaan yang ramah , grapyak , sumanak berubah menjadi yang dikatakan orang Jawa kasar dan urakan . Budaya dalam arti gending gending , seni tari yang halus yang dulu sangat menjiwai orang Jawa kini tak ada atau hampir tak terdengar ,diganti dan berganti dengan hingar bingarnya musik tanpa makna , dan tiap akhir pertunjukan diwarnai kericuhan dan tawuran. Yang nggegirisi dan perlu diwaspadai adalah model grudag grudug ,mrana mrene , membuat kericuhan, urakan , awur awuran dan awut awutan , tetapi dilindungui HAM sungguh mencengkam , dapat mengarah pada kehancuran bangsa . Memang ketidak proposionalan kalau didiamkan akan menjadi hal yang biasa yang tak usah mengusik pikiran kita .tetapi itu akan seperti ngingu mala mungguh cangklakan , kalu tak diobati dapat jadi kanker ". Barangkali agak berlebihan , jika sebelumnya AGGRA INSTITUTE hanya merupakan kumpulan orang orang tua untuk meneliti warisan nenek moyang yang terlantarkan , namun karena dalam perjalanan waktu ternyata ditemukan masalah yang sungguh sungguh besar yang dapat mempengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara . maka langkah langkah perlu diperlebar disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi dan kebutuhan yang diperlukan . Masuk dalam bidang politik ? Tidak , hanya masalahnya politik kadang kadang merupakan bagian dari budaya manusia , maka seperti itulah jadinya .
Dulu ketika mengusur penjajah memang kita memerlukan persatuan yang solid agar kekuatan kita tak pecah. Kita perlu nasionalisme .Nasionalisme yang kita perlukan ialah untuk menggalang kekuatan untuk mengusir penjajah .
Ada sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 . Namun sebenarnya setelah sampai ke gerbang kemerdekaan seharusnya kita kembali keasal mula yaitu hidupnya keaneragaman dalam berbudaya budaya Bhineka Tunggal Ika . UUD 45, Panca Sila , Bhineka Tunggal Ika adalah rel perjalanan kita yang sebenarnya tak boleh ditinggalkan . Sebagaimana kata seorang kyai dasar dasar kebangsaan kita adalah seperti rel kereta api yang kokoh , bukan taksi yang dapat disewa pemesannya. Pilar pilar cita cita bangsa kita itu kini sengaja atau tidak , tertinggalkan , dan tampak orang tak begitu serius dengan hal ini .Banyak orang sudah meneriakkan bahaya termarginalisasikannya pluralisme dan multikulturalisme .
Suatu kondisi yang sangat menyentuh perasaan orang Jawa (yang masih punya rasa ke Jawaannya ) ialah makin hilangnya ke Jawaan dari bumi Jawa .
Apakah kira kira juga akan ada usaha yang mengamandemen nama tanah Jawa agar menjadi lebih moderen lagi ? Kalau kita masih menganggap bahasa Jawa sebagai tiang utama ke Jawaan , maka sesungguhnya sosok ke Jawaan telah miring sekali . Bagi orang Jawa semestinya memandang hilangnya bahasa Jawa merupakan masalah besar . Alangkah galaunya kita , melihat fakta makin jarangnya orang bisa berbahasa Jawa dan menggunakan bahasa Jawa .

Penjaga budaya Jawa yang seharusnya concern dengan ketahanan budaya Jawa , pengayom bangsa Jawa justru sibuk dengan hal yang remeh temeh dan tetek bengek, bahkan seolah olah melecehkan budaya nenek moyang yang telah mengangkatnya pada kedudukan paling tinggi diantara sesamanya. Barangkali juga bukan karena apa apa ,hanya karena bingung tak tahu apa yang mesti dilakukan atau tahu terlalu banyak yang harus dikerjakan sehingga menjadi bingung . Kalau penjaga gawangnya sudah teledor , tentulah jangan pernah mengharap kemenangan justru akan terjadi gol yang terus menerus , artinya barisan Jawa kebobolan bola terus . Disinilah perlunya seleksi (evaluasi ) terhadap penjaga budaya Jawa , jika ternyata penjaga budaya Jawa yang diberi kepercayaan tak dapat mengemban tugas yang dipercayakannya . Dasar keturunan memang penting karena dari situ dapat dilihat seperti apa bobot bebetnya .Tetapi jika tak dapat memenuhi tugasnya , perlu dievaluasi .
Sebab tugas menjaga buadaya Jawa suatu tugas yang bukan main main . Jika hanya dengan dasar keturunan , seperti sekarang inilah akibatnya .Kita semua yang menanggung kerugian dengan hampir hilangnya budaya Jawa .
Mangro tingal antara jangkauan yang lebih jauh , dan kuajiban harus hangrungkebi budaya Jawa seharusnya jangan membuat bingung . Perlu mengingat tepa palupi , seperti mburu mburu uceng jebule mengko malah kelangan deleg . Mengharap hujan di langit , air ditempayan ditumpahkan. Memimpikan merak dihutan , punai di tangan dilepaskan . Semua orang perlu mawas diri , tak ada yang sempurna . Dalam budaya Jawapun harus ada demokrasi .Budaya Jawa adalah budayanya seluruh orang Jawa ,semesinya tak tergantung pada satu orang yang mengaku penjaga budaya Jawa tetapi selalu kebobolan terus . Budaya Jawa banyak mempunyai tangan .Tak hanya satu tangan . Mengapa harus bertumpu hanya pada satu tangan jika tangan itu lembek . Dulu Belanda dapat dengan kasar mengintervensi kerajaan , jika sang raja kerkuasa ,bertingkah . Rikuh ewuh pakewuh perlu di revisi agar ada pengetahuan modern yang masuk walaupun sedikit , karena tak ada yang absolulisme untuk masa sekarang . Jangan samapi ada orang yang menepuk dada kebal hukum karena dapat duduk ditempat tinggi , jika kenyataannya dimana mana , kesana kemari dan disana sisni hanya diapusi .

Upaya Orde Baru melindungi budaya daerah :
Dengan tujuan melindungi pribuminya yang lemah , pemerintah orde baru terpaksa mengeluarkan peraturan yang dirasakan membekap orang Cina, budaya Cina . Sambate orang Cina kaya swarane sendaren layangan jinantur , benginging terus minta larangan berkebudayaannya dicabut . Itulah perasan rumngsa handarbeni dan rumongso hangrungkebinya orang Cina terhadap budayanya betul betul masuk dalam hati , yang sebetulnya perlu kita teladani . Tetapi justru kita orang Indonesia umumnya malah emoh ngrungkebi budaya sendiri , akhirnya ketahanannya tipis tipis saja dan mudah hilang , gampang dihancurkan orang yang ingin menguasai , dan menjadikan kita bangsa batur dan pelayan . Bangsa batur dan bangsa pelayan dari tingkat terendah sampai tinggi, dari jadi pembantunya orang baik baik sampai menjadi pembantunya orang yang paling edan.
Barangkali belum hilang dari ingatan sejak pemerintah mencabut larangan dan menghidupkan budaya Cina, Imlek 2007 menjadi euphorianya kemenangan orang Cina di negara ini . Lalu datang bahaya uang yang akan menelan habis keberadaan orang pribumi yang tanpa proteksi .

Tentunya memang bukan hanya sampai disitu saja yang dikawatirkan para orang pandai, yaitu bukan hanya matinya bahasa Jawa thok , tetapi seperti telah banyak dikawatirkan para ahli , akan terjadi pergeseran manusia dari asalnya , bergantinya penduduk , budaya , bergantinya hubungan manusia dengan alam lingkungan , berubahnya tata alam yang akan mengacaukan atau menyebabkan hilangnya idiom idiom lokal , yang merupakan sumber karifan lokal yang dicadangkan menjadi tuntunan dan pedoman hidup orang Jawa itu juga menjadi hilang , maka gelaplah orang Jawa tak punya tuntunan lagi .Dengan hilangnya kearifan lokal dikawatirkan timbulnya orang Jawa baru yang lain yang mungkin sangat berlainan dengan bangsa Jawa yang lalu . Misalnya hal tersebut akan diikuti oleh tumpulnya olah rasa, alusing budi . Dulu banyak tindakan atau reaksi reaksi dalam bermasyarakat yang didasarkan dengan olah rasa . Misalnya orang cukup dihukum atau diperintah dengan ulat (mimik raut muka) atau sindiran dan tak usah memakai bahasa verbal yang membentak bentak .
Orang mengabaikan unggah ungguh dalam berbahasa dan bergaul ,mengabaikan adat dan kebiasaan Jawa dan menjadilah bukan orang Jawa lagi .
Alam orang Jawa yang teduh ,ayem yang bernuansa spiritual dan serba irrasional , dan serba misterius dapat pudar dan jugar mengikuti perangai masyarakat pemiliknya. Karena pemiliknya tak mengindahkan miliknya lagi , tergiur sesuatu yang dikiran lebih baik .

Tanda tandanya selain manusianya yang berubah alamnya juga berubah . dahulu dalam suasana yang masih tata tentrem kerta raharjo , alam juga ikut tata tentrem kerto raharjo . Karena ketenangannya bahkan suara pasar dapat terdengar sampai jauh yang dinamakan kumandang . Dengn kemajuan jaman alam ikut berubah . Pasar yang du berkumandang sekarang pasar ilang kumandange , kali yang dulu mempunyai daerah yang dalam tempat banyak ikan , sekarang tak terawat menjadi kali ilang kedunge , wong wadon ilang wirange , wong edan oleh papan , wong gede ilang kaprawirane , para priyayi ilang kawibawane , para pandita wiku ora mandi pitutur lan japa mantrane , wong tuwo ora diregani anak putune , leluhur pada ora dipaelu turun turune dsb .
Lalu bagaimana sikap orang Jawa menghadapi masalah modernisasi ,nasionalisme kekinian disatu sisi dan menyaksikan makin hilangnya budaya Jawa kekunoan di sisi lain .

Founding father kita yang waskito sudah mengatur sejak lama hanya barangkali kita tak peka untuk menangkap pesan tersebut . Kita harus ingat , kesatuan kita , nasionalisme kita adalah wadah dari bhineka tunggal ika , nasionalisme secara keseluruhan kumpulan yang bhineka , dalam satu wadah tunggal ika . Bhineka Tunggal Ika ini harus menjadi pedoman dalam mengelola masyarakat dan masyarakat saknegara dan bukan hanya dijadikan slogan belaka .

Sebagian kecil orang Jawa menangisi karena hilangnya khasnah budaya yang adhi luhung , yang telah dihimpun , dibentuk oleh nenek moyang kita . Yang ikut menangisi hilangnya budaya Jawa adalah orang Jawa kita yang ada di Suriname , ahli ahli sastra kuno di negeri Belanda , bahkan mereka kecuali menangis juga mengharap kembalinya kejayaan budaya Jawa kembali , meskipun tidak dalam bentuk plek seperti yang kuno kuno , melainkan yang telah diadakan pembaruan dan penyesuaian dengan alam kemajuan . Penyesuian mana tidak boleh merubah roh budaya Jawa yang immaterialistis . irrasionalistis , yang spiritulistis , penuh pengendalian diri , makin mensolidkan kebersamaan . Ingin bangkit kembali menjadi orang Jawa seutuhnya , kembali menekuni budaya Jawa , seperti harus mengembalikan lagi , sikon bangsa dan budaya Jawa yang selama ini terpuruk .
Sedang sebagian lagi tak bersikap atau masa bodo ,karena hanya memiliki pengetahuan budaya Jawa yang minim , atau karena takut dikatakan tidak modern , kuno , ketinggalan jaman , gugon tuhon , balane setan dan lain lain , suatu perkataan yang menyakitkan . akhirnya mereka ragu ragu dalam meyakini budaya Jawa sebagai rohnya bangsa Jawa .
Namun umumnya orang Jawa masih memiliki rasa solidaritas ke Jawaan yang tinggi meskipun tak memiliki pengetahuan budaya Jawa sama skali , golongan ini adalah golongan muda Jawa di luar daerah berbahasa Jawa . Dalam pemilu siapa tahu ada solidaritas kesukuan yang masih kental meskipun dalam hukum pemilu , solidasitas suku ras tak boleh menjadi acuhan .
Dalam pemilihan kepala negara keberadaan orang Jawa yang mayoritas belum pernah terkalahkan , kecuali suatu selingan ketika B.J.Habibi menjadi presiden yang ke 3 , itupun karena dipaksa oleh keadaan darurat .Kecuali nanti dibuat undang undang baru yang mewajibkan presiden harus dipilih secara begiliran diantara suku suku yang ada di Indonesia .
Kepada yang kepingin jadi presiden , penulis serukan buatlah usul inisiatip untuk membuat undang undang seperti itu .Tak sulit kok , wakil wakil orang Jawa yang mayoritas itu biasanya sambil terkantuk kantuk hanya bilang "inggih kados pundi kemawon saenipun , Setuju ." Pokoke dibayar .Lho orang Jawa kok serendah itu nilainya ?

Contoh :
Dalam Sumpah Pemuda 1928 , wakil wakil Jawa "setuju " bahasa Melayu menjadi bahasa nasional , meskipun bahasa Jawa merupakan bahasa yang di pakai 70 % orang Indonesia . Sekarang bahasa Indonesia betul betul akan menggilas bahasa daerah . Wakil wakil orang Jawa biasanya "Inggih sendika kadospundi kemawon saenipun .Setuju . Gawe leganing liyan .
Ternyata di Singapore , Malaysia bahasa nasionalnya tidak satu , toh semua berjalan baik baik saja . Saya punya teman orang Cina , mengatakan , Sekarang orang Cina sudah banyak , berjuta juta , kenapa negara tidak mengijinkan bahasa Mandarin menjadi bahasa nasional dan bahasa resmi .Itupun kalau diajukan ke forum wakil wakil orang Jawa akan berkata "kados pundi saenipun kemawon " Barang kali untuk yang akan datang , dengan bercermin dengan apa yang terjadi sebelumnya kelak wakil wakil orang Jawa akan "inggih kados pundi saenipun kemawon " terhadap semua usul amandemen UUD45 meskipun akan menggusur budaya Jawa , apa lagi orang orang Jawa disitu bukan mewakili ras tetapi parpol yang telah mencincang suku suku, ras dan ada lagi . Bhineka Tunggal Ika tak diamademen karena kurangnya pemahaman maksud didalamnya sehingga diabiarkan begitu saja , dianggap lambang yang tak punya implikasi politis . Misalnya ada yang memahami jika Bhineka Tunggal Ika , yang merupakan pasal pluralisme dan multikulturalisme yang akan merupakan rintangan bagi liberalisasi dan praktisisme dan pramagtisme pasti sudah diamandemen , dan hilang sebagai pasal dalam UUD45 . Oleh karena itu hingga sekarangpun pasa Bhioneka tunggal Ika tetap masih belum tersentuh karena belum ada yang menemukan apa yang terkandung di dalamnya .
Penderitaan yang berat beratus tahun menyebabkan hilangnya kenangan masa kejayaan masa yang lalu tatkala bangsa Jawa berada pada puncak puncak kejayaan .

Kegelamoran duniawi masa kini yang sangat materealistis, betul-betul menutup mata terhadap mutiara-mutiara kebaikan ajaran para leluhur.
Disini lah beratnya perjuangan batin orang Jawa, mungkin pemimpin Jawa telah mengambil sikap yang jingah, di satu sisi berjuang menyatukan bangsa dalam rangka nasionalisme , modernisasi , rasionalisasi sesuai dengan jamannya , disisi lain harus melindungi budaya pluralisme, multikulturalisme dan kedua sisi itu dilindungi oleh UUD 45.
Dalam UUD 45 disebutkan adanya budaya pluralisme dan multikulturalisme yaitu disebutnya Bhineka Tunggal Ika , tetapi penjelasannya kiranya perlu uraian yang lebih jelas. Demikian juga maksud maksud dari pada nasionalisme yang kita anut agar kepentingan yang satu tak mengancam keberadaan yang lain.
Dengan semakin surutnya semangat menguasi budaya Jawa, bangsa Jawa kehilangan terlalu besar , wani ngalahnya orang Jawa ternyata kelewatan lebih-lebih dalam berinteraksi. dengan sesama bangsa lain yang tak mau mengalah mundur selangkah pun dan mau menang sendiri. Kalau kita mengimbangi bersikap seperti itu tentu nerak aturan budaya Jawa yang wani ngalah luhur wekasane. Dalam budaya Jawa orang Jawa tak boleh main keras. Harus lembut jatmiko, birawa anoraga (sama seperti ABRI atau polisi sekarang, sekalipun dilempari, dihina, disawiah-sawiah oleh pengunjuk rasa yang ngajak rusak-rusakan harus sabaaaar, sareh . Piye to iki ?
Mbo yen biso wong Jowo ojo melu-melu kakean akal sing koyo mengkono, kuwi mesti pokale dudu wong Jowo. Presiden sing maune seneng ono demonstrasi tondo demokrasine hidup, bareng "kena batunya "baru sadar kalau demonstran itu dekat dengan anarki. Ora ono sing jenenge demonstrasi santun-santunan . Demokrasi intine adu kuat , ora akeh akehan bala ya ngadu akeh akehan banda . Ora ana sing jenenge tayangan televisi sing ora bungah lan semangat ngelek elek lan menghancurkan wong liya .

Buku pikiran-pikiran hasil renungan kami dan para kanca pencinta budaya Jawa antara lain ;

Buku seri kejawen 2002 Jilidan 1
Uraian umum tentang budaya Jawa, sedikit tentang sejarah Jawa, petunjuk jangan sampai ada orang Jawa melecehkan budaya Jawa karena bisa kuwalat

Buku seri Kejawen 2002 Jilidan 2.
Selang-seling menggunakan bahasa Jawa untuk mengingat-ingat bahwa bahasa Jawa mempunyai undausuk. Menceritakan sebab-sebab bangsa Jawa dari jaman kejayaan sampai bangsa Jawa terpuruk seperti sekarang.

Buku APA KATA ORANG PRIBUMI ,APA KATA ORANG NON PRIBUMI (SIEM SIANG SHENME .

Peranan aristokratisme dan kolonialisme dalam membelenggu orang Jawa. Kedatangan orang Cina membentuk sejarah hubungan orang Cina dan Jawa. Lalu ada cerita tentang TKI dan TKW orang Jawa di luar negeri.

Buku " Hangudi Luhuring Budaya Jawa ".
Berisi pemikiran-pemikiran untuk Hangudi Luhuring Budaya Jawa. Pak Harto sebagai penggagas budaya baru dan manusia Indonesia baru ternyata sebetulnya masih orang Jawa berbudaya Jawa yang kental, percaya dan mempergunakan ilmu Jawa, menjadi petinggi Jawa terlama dalam sejarah. Ternyata pak Harto hanya terseret kroni kroninya . Meh wae dadi wong Jowo jekek , yang juga kill Jawanism.

Ada sebuah kritik dari Bapak Drs.H. Sutadi mantan Inspektur pada Inspektorat Jendral P & K di Jakarta, beliau mengritik bahwa pandangan penulis terlalu Jawa sentris.
Penjelasannya adalah memang agak sulit memberikan keterangan tentang orang Jawa dan budayanya kalau tidak Jawa sentris. Apalagi dalam keadaan bangsa Jawa terpuruk dan kalah dalam medan perebutan berbagai hal secara nasional. Orang Jawa patut dikasihani karena dalam perebutan pekerjaan atau kemakmuran boleh dikata orang Jawa selalu kalah. Ini disebabkan minimnya modal, pembongsangan keberanian dan kecerdikan orang Jawa sejak jaman aristokrasi, kolonial dan neo kolonial yang menjadikan orang-orang Jawa bermental rendah diri (bukan merendah) . Karena itu upaya pertama memang harus mengembalikan jati diri, keberanian dan harga diri orang Jawa yang hilang. Reformasi ,demokrasi , liberalisasi bukan semua berpengaruh jelek pada orang Jawa , lihat dalam era ini orang Jawapun bangkit , berani bertanya tentang ketidak jujuran kecurangan petingginya , tidak mengalah dan sendika dawuh saja . Biarlah sementera seperti itu . Sesudah tegak penuh kesadaran barulah bermanuver. Siapa yang perlu dimanuver .Yang perlu dimanuver tentu saja yang telah memanuver pulralisme dan multukulkuraliss Jawa . Sesudah memanuver kembali ke adat Jawa yang baik . Jawa sentris untuk kalangan orang Jawa sendiri tak mengapa, sebetulnya sama saja dengan orang yang mengatakan budaya Jawa yang adi luhung, sepertinya selalu membangga-banggakan budaya sendiri lebih unggul dari orang lain . Tetapi itu tak apa sekedar luapan hati atas kebanggaanya terhadap budaya sendiri . Kiranya orang lain harus mengerti bahwa pernyataan itu tidak merendahkan kebudayaanorang orang lain , sekedar pernyataan bangga terhadap milik yang dipunyainya , tak ada niatan untuk chauvinisme . Kalau tidak Jawa sentris lalu bagaimana?
Bahkan begitu cintanya orang Jawa terhadap budayanya sampai sampai ada pernyataan , "Kemanapun kita mencari ilmu , betapapun tingginya ilmu yang kita dapat dari mana asalnya pun asal ilmu itu , tampaknya tak akan ada yang cocok untuk diterapkan dibumi orang Jawa . Tak akan ada yang membuat orang Jawa puas dan tenang , karena tujuan tujuan hidup yang ditawarkan kepada orang Jawa bukan yang dicari oleh orang Jawa . Tujuan hidup orang Jawa ternyata bukan seperti yang model sekarang yang memburu buru kesejahteraan materi semata(duniawiyah ) .Tujuan hidup orang Jawa bukan yang terlalu mengidolaan kemegahan ,dan kekayaan ,keglamuran , kesenagan lahir , itu memang dicari tatapi mung sacukupe ora perlu ngaya ,yang dicari adalah suasana yang adem ayem , tata tentrem kerta raharjo. Sing nyimpang saka kuwi mau bakal cedak memalane , gede reribet lan sambekalane .Dene ing akhir tembe kudu nunggu piwales dosa dosane . Jadi sekali lagi kita katakan tujuannya saja sudah geseh . Sebetulnya tak perlu budaya lain , budaya sendiri sudah lebih baik . Jika budaya lain kita perlukan buat tambah tambah dan buat pemantas karena kitapun harus bergaul dengan masyarakat internasional .
Yen dudu kita dewe kabeh , njur sapa sing tresna lan mbelani budayane dewe ?

"Wis pokoke dudu slogan maneh , Budaya Jawa pancen budaya adi luhung temenan .Piye olehku ora muji muji lan mundi mundi , Piye olehku ora fanatik sebab tumraping wong Jawa ,kaya kaya ora ana budaya liyane sing luwih becik maneh ketimbang budaya Jawa . "


Dene sekarang tak seperti itu , diatas sudah dikatakan budaya daerah , kekunoan sedang kalah perang , penjaga budayanya bukan kiper yang baik sehingga buadaya Jawa kebanjiran gol .Semua sepak terjang sekarang atas dasar kekinian dengan segala warna budayanya .

Namun begitu ada pesan agar kita tak terlelap dengan kebanggaan seperti digambarkan oleh cita cita orang Jawa , yaitu cit cita tata tentrem kertaraharjo , tetapi juga perlu mempunyai semangat berupaya agar cita cita tersebut dapat dipahami lebih lebih perlu penerapannya di dunia nyata .
Ada pesan dari sampean dalem Kanjeng Gusti Pakubuwono IV "Pesunen sariranira , Kaprawiran den kaeksi " .

bintoroasri@yahoo.co.id




------------------------------------------------------------------------------------------------




AGGRA INSTIUTE
TAMAN BELAJAR TENTANG BUDAYA PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME
E mail : bintoroasri @yahoo .co.id



2 . BUDAYA PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME
10-2-2010
Fenomenanya adalah adanya banyak satuan,komunitas , kelompok masyarakat, suku besar dan kecil yang mempunyai identitas atau budaya, bahasa, tradisi ,adat istiadat dan kebiasaan atau kepercayaan masing-masing yang berbeda-beda pula ,bertempat tinggal atau mempunyai daerah yang berbeda-beda.
Suku bangsa (orang ) Aceh mempunyai budaya (bahasa , tradisi ,seni budaya) Aceh . Orang Batak mempunyai bahasa , tradisi ,kepercayaan , seni budaya Batak . Orang Minangkabau mempunyai budaya sendiri Orang Palembang ,Lampung ,Bengkulu Orang Melayu , orang Jawa , orang Sunda , orang Bali , orang Timor ,orang Bugis , orang Ambon ,orang Maluku , orang Papua dan masih banyak lagi .
Pluralisme atau multikulturalisme adalah pikiran atau paham yang menerima dan tak mengusik adanya berbagai hal tersebut bahkan dihargainya sebagai untaian mutu manikam dalam wadah bhineka tunggal ika yang merupakan sesuatu yang indah dan merupakan kekayaan bangsa yang mahal . Dalam skala negara misalnya Indonesia keadaan tersebut dapat berupa tergelarnya daerah daerah dengan identitas masing-masing namun terikat dalam suatu kesatuan atau teronggok dalam suatu wadah yang cantik yaitu wadah Bhineka Tunggal Ika. Banyak hal yang dapat dipetik dari adanya negara Pluralisme dan Multikulturalisme ini . Menguasai pluralisme dan multikulturalisme , Jika menyangkut daerah yang berbeda , maka penanganan penanganan masalah semestinya , dilakukan secara khusus menurut aturan atau cara yang sesuai dengan daerah itu dan karena itu tak terpusat.Tetapi walaupun sebagai negara bagian dari negara kesatuan , daerah tak boleh lepas dari kendali atau aturan aturan dari Pusat . Jika terjadi suatu masalah , daerahlah yang harus dapat mengatasinya dengan cepat dan tepat karena daerah-daerah akan lebih mengenal daerah dan persoalannya sendiri. Pengaturan dan kontrol lebih efisien. Kekuasaan Pusat yang terlalu besar akan menghilangkan kekhususan daerah , pemerintahan menjadi kurang effisien karena Pusat harus memikul beban terlalu besar . Tetapi pemikiran tersebut belum akan disetujui oleh orang Pusat karena hal tersebut akan mempersempit kekuasaan Pusat atas daerah daerah . Pemerintah Pusat akan lebih sulit untuk mengontrol wilayahnya yang sangat luas ,karena terhalang ada pemerintah daerah disana sehingga hal tsb . dapat mengurangi kewibawaan pusat .Pementh Pusat akan kesulitan untuk meratakan kemakmuran daerah karena tidak semua daerah makmur dan tak semua daerah miskin . Kekuasaan daerah selalu dicurigai bisa memberi celah-celah adanya saparatisme . Pusat akan kurang bersepaham dengan adanya peranan yang besar dari pemerintah daerah karena kita bukan negara sarikat . Sesuai dengan paham modernis yang serba praktis dan pragmatis ini , maka Pusat bahkan akan mengadakan cara kerja yang lebih efisien lagi misalnya menguniformkan berbagai hal unuk mengurangi adanya perbedaaan , perbedaan itu di lebur menjadi sesuatu yang baru yang uniform . Manusianya menjadi satu bangsa dengan manusia yang baru yang satu identitas yang sama , budaya yang satu dan baru.
Karena Pemerintah Pusat yang sentralistis harus mentackle semua masalah ,dan mengatasi semua masalah , mengontrol semua daerah, tentu saja pemerintah pusat akan mencari cara agar semua pekerjaan menjadi lebih efisien , perlu mengadakan uniformisasi dan sentralisasi dalam segala bidang dan harus otoriter. Otoriter memang alat untuk berjalannya sentralisasi . Siapapun yang mencoba mensentralisasi persoalan negara dapat diramalkan akan menuju sebagai otoriter .
Pak Harto sebagai orang pluralis dan multikulturalis yang sangat menghargai budaya budaya daerah , terjebak oleh ulah para pembantunya yang westernisasi dan modern yang selalu ingin pragmatisme dan sentralisme dan membawa beliau sebagai otoritarian , yang dapat dipergunakan untuk melindungi kepentingan atau konsep konsep pragmatisme dan praktisisme modernisasi .
Ternyata rejim ini gagal mewujudkan uniformasi disegala bidang , mendapat perlawanan dari golongan westernisasi lain . Sungguh kurang dapat dimengerti jika kemudin semua pembntunya dan arsitek arsiteknya yang mestinya bertanggung jawab atas kegagalannya ternyata cuci tangan sebagai orang yang tak bertanggung jawab . Dan Pak Harto memanggul beban segunung sendirian , beban yang diciptakan oleh ulah ulah para kroninya .
Dalam bidang budaya dan pemerintahan telah mewariskan banyak uniformisasi .

Busana resmi pejabat dari gubernur sampai dengan lurah . Alangkah seramnya busana yang diadopsi dari petinggi petinggi kolonial , mempunyai nuansa militer . Kenapa mesti diganti demikian wong daerah daerah sudah mempunyai busana busana sendiri yang lebih bagus ?
Telah mewariskan uniformasi nama perangkat kelurahan disesuaikan dengan nama perangkat perkantoran nasional seperti Kades , Sekdes , Kaur dan lain lain . Untuk sampai menjangkau urusan sedetil itu pemerintah pusat harus benar-benar kuat sentosa.
Apakah hal ini akan terus berlanjut ? Apakah semua atribut di daerah akan dihapus ? Apa budaya daerah akan dihapus ?
Hal ini tampaknya sepele namun sudah merupakan suatu isyarat adanya pelanggaran terhadap budaya daerah daerah . Kekuasaan Pusat yang terlalu besar dan terlalu detail , seperti mengabaikan kemampuan orang daerah itu sendiri untuk menyelesaikan masalahnya .
Hal ini pasti akan menimbulkan perasaan tak enak bagi daerah, akan merasa kurang dihargai, terjajah, didikte , dianggap bodoh dan selalu curiga jangan-jangan pemerintah Pusat akan mengambil semuanya. Pusat yang kuat dan otoriter memang dapat menghadirkan kemajuan yang luar biasa, tapi rentan dengan protes-protes perpecahan dari daerah.

Contohnya negara yang dapat melesat menjadi super power yaitu USSR setelah otoriannya dikalahkan ,menjadi berantakan. Demikian pula negara Yugoslavia yang sangat maju dikawasannya juga berakhir dengan berantakan. tak usahlah jauh jauh , negara kita sendiri , dibawah Pak Karno dan dibawah Pak Harto , bukan main banyaknya pujian dari negara negara yang menyukainya , toh dua duanya bangkrut oleh ulah anggautanya sendiri yang justru setiap hari sudah mengucapkan sumpah dan janji setia .

Sejak jaman dulu pro dan kontra semacam itu berlangsung karena orang mempertahankan pendirian masing-masing, lebih-lebIh jika orang tak berpijak pada sejarah dan mengabaikan atau tak memahami UUD 45.

Dalam masa perjuangan kemerdekaan sudah ada paham kooperatif (golongan co) dengan penjajah dan golongan non koopertaif (golongan non ) dengan penjajah yang berubah menjadi golongan unitaris dan federal.
Golongan co menghendaki , nantilah kemerdekan kita umumkan setelah persiapan persiapan cukup memadai , penjajah kita juga akan membantu persiapan tersebut , sehingga semua berjalan mulus (ini golongan tua yang moderat .
Golongan non , berkata tidak . Penjajah selalu berbohong dengan janji janjinya . Kita merdeka sekarang juga , kemerdekaan harus kita rebut . Tak apa apa jika kita lantas haru tidur beralas tikar saja , karena kita mikin .Tunggu mainnya penjajah kelilangan kita , segera akan bangkrut, karena selama ini penjajah makan dengan mengisap darah kita (Insulinde verloren , ramspoed geboren .

Kita berhasil merebut kemerdekaan dengan paksa , darah dan air mata mengalir membashi tanah tumpah darah , sayang kemerdekaan yang kita tegakkan memang dalam persiapan yang masih masih morat marit . Ternyata keadaan chaos semacam ini masih terasa hingga sekarang , dengan intermezo (tenang semu ) sedikit pada jaman orde baru .
Apa yang diprediksi para pemuda ternyata tak benar .Kehilangan Indonesia ternyata tak menyebabkan Belanda bangkrut , malah Belanda dapat jadi ketua konsorsium yang meminjami uang kepada kita .

Founding father kita yang arif telah meninggalkan warisan UUD 45 . UUD 45 sesuatu yang diciptakan dan dan direncanakan dalam suasana tenang dan pikiran berjalan tanpa emosi , karena mereka masih dibawah kekuasan Jepang belum terpengaruh pembagian kekuasaan . Sejarah perebutan kekuasaan dari awalnya diwarnai dengan semangat yang menggebu gebu ,sehingga mengesampingkan pertimbangan pertimbangan yang rasional .
Namun demikian bagaimanapun lakon menggapai Indonesia , negara Indonesia dapat diwujudkan dengan UUD45 . dalam UUD45 tercantum negara kesatuan berbentuk republik ( sesuai ide orang unitaris) yang mengharapkan adanya negara besar yang utuh yang dasarnya bertujuan menjadi terhormat diantara bangsa seanteronya .
Namun hal tersebut di barengi atau dipagari dengan pasal bhineka tunggal ika dimana bangunan negara kesatuan betapapun besar dan kuatnya ,harus berdiri dan terdiri bhineka tunggal ika (menampung ide-ide kaum federalis). Pasal Bhineka Tunggal Ika adalah pagar agar negara kesatuan , agar Pusat tak otoriter dan tak memaksakan seluruh kehendaknya kepada seluruh kesatuan masyarakat, yaitu anggauta negara yang lebih kecil dan agar pemerintah pusat tidak memerasnya. Melanggar Bhineka Tunggal Ika berarti musibah bagi satuan-satuan masyarakat negeri yang kecil. Tanpa Bhineka Tunggal Ika satuan masyarakat negara yang lebih kecil dengan mudah akan dimakan pusat atau dimakan satuan masyarakat negara yang lebih kuat, seperti ikan kecil dimakan ikan besar/piranha. Atau janganlah negara kita seperti hutan belantara , dimana berkumpul berbagai hewan dari yang besar yang kuat berkumpul dengan yang lemah dan kecil . Kini unsur bhineka Betawi sudah dimakan ikan besar dan hilang. Unsur bhineka Jawa Barat menunggu gilirannya, Bali hampir hilang ke Baliannya sesudah itu unsur Bhineka Jawa dan yang lain-lain tinggal menunggu giliran selanjutnya. Dalam masa jauh ke depan sudah tampak budaya Indonesia pun akan di caplok ikan yang jauh lebih besar lagi .
Tinggal terserah pada unsur-unsur bhineka itu sendiri ingin bertahan, kuat bertahan, untuk mempertahankan jati dirinya atau pasrah siap melebur diri dan hilang .
Pemimpin kita yang masih tergolong founding father sendiri kadang kadang lupa atas azaz kebersamaan , kompromi , gotong royong ,karena tabiat dan kebiasaannya yang selalu memaksakan kehendaknya dan selalu menang . Dengan semboyan Indonesia merdeka sekarang juga , kita merebut kemerdekaan , menunjukkan kemauan yang keras dan yang memaksakan kehendak , yang sulit berkompromi , yang demikian itu berlanjut hingga berhasil memegang kekuasaan tertinggi . Tetapi sepintar pintar orang kadang kadang masih ada yang lebih pintar lagi . Sebulan beliau menjadi Presiden dan Perdana Menteri ada orang datang yang meminta kekuasaan Perdana Menterinya . Kedudukan itu diberikan padanya karena ia mengaku dan dipercaya lebih piawai dalam menata pemerintahan , karena ia memang sekolah untuk itu dinegara Belanda .
Kita ingat periode 1945 /1957 adalah periode mempertahankan kemerdekaan secara phisik . Pemerintahan jatuh bangun setiap saat . Perundingan perundingan dengan Belanda terus berjalan , yang sebetulnya sangat mengurangi korban berjatuhan dan kerusakan kerusakan lebih parah .Namun kemajuan itu menurut ukuran para penguasa yang lain kurang signifikan . Kemajuan kemajuan yang dicapai sangat sedikit sekali atau boleh dikatakan tak ada . Bung Karno tak dapat sabar lagi melihat kondisi yang demikian akhirnya tak dapat mempercayai lagi sistim barat diterapkan dalam alam Indonesia . Bung Karno tahun 1957 mengatakan kita kembali kekepribadian sendiri .
UUD45 dikembalikan secara utuh , Sosialisme dikembalikan pada sosialisme Indonesia yang ada gotong royongnya , Demokrasinya adalah demokrasi yang punya tujuan , dipimpin oleh hikmat kebijaksanan dalam persatuan , Ekonominya mengutamakan kebersamaan dan kemakmuran bersama .Budayanya harus yang sesuai kepribadian sendiri .

Disini ada perubahan , dan orang selalu akan setuju akan adanya perubahan untuk perbaikan . Dalam menertibkan sisa sisa liberalisme barat orde lama mulai dengan national building . Dengan doktrinnya Bung Karno memukau dunia .Negaranya menjadi kekuatan yang disegani negara sekelinglingnya . Konsep konsepnya dikenang oleh negara Asia Afrika yang tertindas penjajahan .Doktrinnya dikembangkan keseluruh dunia dengan judul "To Make The World A New " Ia layak memjadi pemimpin , pemimpin tertinggi bangsanya . Namun sayang , hukum alam sudah mengatur , bukan hukum manusia . Apapun dan siapapun , pemimpin yang merasa dirinya sukses selalu akan tumbuh menjadi arrogan . Negara harus terpusat sebagai negara kesatuan , dimana pemerintah pusat berkuasa dan daerah daerah wajib tunduk , sendiko dawuh . Berpikir lain dari itu disebut mbalelo dan berat hukumannya . Ada unsur arogan atau megalomia untuk berkuasa atas negara yang sangat besar ini , sekalipun kemudian timbul pelbagai masalah di daerah yang tak suka didikte pusat terus . Kecuali arogansi , dari kekuasaan itu timbul kemauan untuk menguasai , kecuali untuk kepentingan pusat juga terikut untuk kebesaran pribadi . Biar rakyat masih makan nasi aking , pemimpin harus berpenampilan keren . Kalau raja yang tak berdaulat saja punya banyak isteri , tentu saja pemimpin yang berdaulat tak mau kalah . Nafsu nafsu ingin punya kekuasaan yang besar ini semakin besar dan puncaknya ialah ingin mengusai Malaysia dan malahan Maphilindo . Pemimpin negara lain yang berjuang tidak dengan darah dan air mata ,tak boleh menjadi pemimpin besar . Ini merupakan ekses ekses yang terjadi karena kekuasaan yang besar . Lalu orde lama jatuh .

Pemimpin Pusat orde baru , meskipun membatalkan pengganyangan negara jiran Malaysia , merubah haluan untuk melebarkan sayap ke Timor Leste , hal ini menjadikan dunia marah dan mencegahnya , karena dianggap adanya ekspansi , aneksasi . Kembali ke soal Bhineka Tunggal Ika , melihat maraknya ikan piranha bergetayangan mengancam kolam kolam ikan lain , sementara proteksi pembatas pembatas Bhineka Tunggal Ika tak segera dipahami , apa lagi dibangun , dalam Konferensi Budaya Sunda Internasional di Bandung tahun 2001 ,berserulah Prof Dr. Ayip Rosidi ,

"Di antara negara dan bangsa di dunia ,Indonesia adalah salah satu yang mempunyai budaya sangat beragam .Keberagaman itu dilembagakan dalam lambang negara "Bhineka Tunggal Ika " baragam macam namun satu jua . Akan tatapi keberagaman itu , walaupun sering dibangga bangakan secara verbal , tidak pernah secara konseptual dan berencana dijaga dan dipelihara bahkan dikalahkan oleh jargon "persatuan dan kesatuan " yang bersifat monolitis , tetapi yang juga tak pernah diuraikan secara konseptual ."



Prof .Dr. Ajip Rosidi


Namun hingga kini tak satupun ada tanggapan yang sesuai dengan yang dimaksudkan . Mungkin bukan salahnya penguasa yang ekskutif tidak menanggapi seruan itu , karena penguasa itu sendiri belum tentu paham terhadap makna pasal Bhineka Tunggal Ika dan memahami maksud founding father kita mencantumkan Pasal itu dalam UUD 45 . Dalam penjelasan UUD 45 tidak tercantum maksud adanya Bhineka Tunggal Ika selain lambang sekedar penjelasan adanya kebhinekaan itu . Tak ada penjelasan atau perintah yang mengharuskan adanya perlindungan terhadap Bhineka Tunggal Ika .Seolah olah hidup di alam Bhineka Tunggal Ika adakah seperti hidup di hutan belantara , atau misalnya ikan hidup di lautan bebas . Kemungkinan lain adalah adanya arogansi penguasa yang merasa tak perlu menggubris protes protes yang lembut dan yang santun ,seperti yang disuarakan Pa Ayip tersebut . Tak merasa perlu mendengar protes yang tak sesuai dengan program program yang sudah terpolakan . Daerah daerah lebih gampang dan lebih baik menyembah ke atas yang akan memberi reward dari pada melayani dialog , keluh kesah masyarakat, seperti diserukan Pa Ayip . Namun sebetulnya rombongan seorang akademisi yang bergelar profesor doktor dan ahli di bidangnya bukan rombongan yang main main , sehingga seharusnya perlu diperhatikan sehingga ada kerja sama antara yang tahu tapi tak kuasa dan yang kuasa tapi tak tahu . kalau kedua hal ini dapat bekerja sama ,pembangunan yang demikian maju , tentu akan ada manfaatnya bagi para kawula semuanya dari yang gede sampai panghalusna . Misalnya ada orang yang tahu Bandung akan tenggelam tetapi ia tak kuasa mengantisipasinya , sedangkan yang kuasa mengantisipasi memiliki kemampuan mencegahnya tak mengerti masalahnya , sementara banjir mulai mendekat .Mengapa kedua kekuatan ini tak kerja sama ? Pak Ayip seorang yang tahu ,tetapi tak kuasa , apa daya .
Lain halnya di Jawa . Sayang sekali di Jawa dalam arti daerah tempat asli pengguna bahasa Jawa berada , dimana penjaga budaya , pengayom bangsa Jawa berada, kecakapan bahasa Jawa penduduknya sangat mundur . Jangan jangan akan segera sirna bersama komponen budaya yang lain . Mengapa pemimpin Jawa di tanah Jawa tak mengembangkan, tidak hangrungkebi dan handarbeni budaya Jawa ? Pada hal apa yang kurang ? Semua kekuasan , kekuasaan yang eksekutif dan spiritual ( penjaga budaya Jawa , pengayom budaya ) semua sudah tumplek blek , sudah berada di satu tangan . Mengapa budaya Jawa disana bernaib sama seperti di tempat lain ? Termarjinalisasikan ?

Nasib Bineka Tunggal Ika tak sebaik kata sakti Pancasila dalam UUD45 . Orde baru begitu intensnya untuk mencerdaskan bangsa antara lain untuk memahami dasar dasar negara sendiri khususnya dan untuk mencerdaskan bangsa sebagai manusia politik yang harus menentukan hidupnya sendiri dalam demokrasi . (Sadar untuk memilih dan paham menentukan pilihan ) .
Dalam menyambut Edisi Ulang Tahu ke -2 majalah KABARE JOGYA Pak Sultan Hamengkubuwono "Menurut guru besar antropologi -sosiologi FISIP Unpad Dr. Kusnaka Adimihardja , bahwa krisis penggunaan bahasa ibu berdampak negatif terhadap kearifan kelestarian alam , Karena marginalisasi bahasa daerah , ternyata telah ikut meminggirkan kearifan lokal yang termuat dalam idiom idiom lokal yang berkaitan erat dengan pengetahuan sosial ekologi , dan kelestarian alam lingkungan . Warna warna lokal yang bermuatan kearifan lokal semacam itulah , menurut hemat saya yang perlu digali untuk diangkat dan dikembangkan dengan lebih dalam dan lebih tajam sebagai wahana pembelelajaran bagi generasi muda untuk memahami niali nilai budayanya . " Sayang kalimat itu terpenggal sampai disitu . Menurut pendapat para kawula , para kuli kuli alangkah baiknya jika sabda Kanjeng Sultan itu sekaligus dijadikan dawuh dan bukan sekedar sambutan ila ila saja . Dengan bersabda seperti itu beliau baik sebagai pengjaga budaya dan pengayom para kawula tentu sudah menjadi lebih waskito tentang apa yang terjadi dan apa yang bakal terjadi sehinga perlu dengan cepat diantisipasi . Kekuasaan eksekutif ada , kekuasaan spiritual ada , yang membuat heran mengapa sabda beliau terpenggal sekian saja . Lalu siapa yang harus menindak lanjuti sabda beliau dan bagaimana ?. Mungkinkah ada rasa merasa kurang percaya diri , kurang percaya tentang keadiluhungan budaya Jawa . Takut dikatakan akan mbalelo , tak pernah ada cerita orang Jawa mbalelo pada negaranya .Takut dikatakan kuno , tak modern , spiritualis , irrasionalis .
Sebetulnya tinggal milih yang kuno dengan serious atau yang modern dengan serious , mangro tingal menghambat semuanya .
Sebaiknya berbagi , karena darah raja, sentana sentana disitu banyak .Berbagi adalah jalan terbaik bagi semuanya . Dahulu pada jaman kolonial justru orang Belanda yang selalu mengintervensi mengatur segala sepakterjang orang orang keraton .
Seharusnya kalimat itu tak berhenti pada menurut hemat saya , tetapi perlu
instruksi yang akan menjadi pedoman dan menyemangati para mantri bupati saandahanipun . Sadaya sampun sumadiyo nyadong dawuh ing saben dinten dalah ing ratrinipun .
Meskipun demikian penulis sangat marah jika ada orang mengatakan bahwa penjaga budaya kita tak bisa bahasa Jawa . Meskipun orang itu mengatakan "buktinya saya tak pernah mendengar sesorah beliau dalam bahasa Jawa ." Punulis bilang sama orang itu , ojo sembrono ,tak boleh berkata begitu , dengan berkata begitu nanti kamu kuwalat . E betul betul mati dia , wong memang dianya sudah tuwo . Sayang sekali jika penduduk Yogyakarta , tempat pusatnya budaya Jawa , tempat istananya pengayom dan penjaga budaya Jawa , tempat orang yang mengerti budaya Jawa , tempat orang yang punya kuasa mempertahankan bahkan merevitalisasi budaya Jawa tempat orang eksekutif yang mengarti dan mampu membawa budaya Jawa lebih membudaya lagi , namun sepi sepi saja dari aksi yang diharapkan . Jika semua termasuk yang mengerti dan yang kuasa hanya terhenti pada kalimat ,menurut hemat saya , lalu siapa yang harus menindak lanjuti ? Seperti orang khotbah di mesjid, takut disangka sok pinter sendiri dan ngajari orang , maka tulisan saya sebenarnya juga hanya panguda rasa , atau berkata pada diri sendiri , perkara orang lain tahu tak mengapa ,wong tujuuannya baik . Atau seperti Ebit G.Ade yang hanya bisa mengadu pada langit , matahari dan rumput yang bergoyang . Dahulu sebetulnya banyak tokoh-tokoh moderat yang sebenarnya belum tentu tak republikein dan tak mendukung perjuangan kemerdekaan republik kita, namun aktifitas mereka terpaksa dibatasi dan mereka membatasi diri mengingat mereka berdampingan dengan orang-orang yang sedang semangat-semangatnya mengobarkan revolusi.

Kelihatannya perjuangan kita agak lain dengan perjuangan kemerdekaan negara jiran kita Malaysia terutama dalam persiapan persiapannya. Malaysia dapat bekerja ber -kooperatif dengan penjajahnya dan dengan persiapan yang matang , sehingga disana tak banyak pahlawan karena itu tidak banyak jatuh korban dan tak banyak kerusakan . Kerusakan fisik dapat diperbaiki kerusakan moral berdampak lebih jauh.
Kita semua yang merasa menjadi produk perjuangan fisik kemerdekaan tentu bangga terbuai dalam eufora kemenangan dalam menghantam pemerintah kolonial yang bercokol 350 tahun. Sebaliknya kalau kita balik-balik catatan sejarah , sebetulnya kita yang ketika itu yang bagai di bakar api semangat untuk menjebol tatanan lama tatanan kolonial dan aristokratis dan membangun tatanan baru , agak keburu nafsu dan kurang hati hati . Padahal hakekatnya tatanan lama adalah pluralisme dan multikulturalisme , warisan leluhur sejak dulu yang sebetulnya kita selamatkan . Karena revolusi menjebol dan membangun maka tampaknya revolusinya Bung Karno yang tak pernah selesai itu kebablasan . Kita mestinya memerdekan budaya budaya yang berisi kebijakan lokal yang beragam yang terkandung dalam pluralisme dan multikuturalisme . Sedang yang terjadi adalah pluralisme dan multikulturalisme dijebol dan diganti dengan yang serba baru dan tatanan baru misalnya ide membangun manusia indonesia baru, budaya baru , yang sebetulnya itu tak benar menurut UUD nya . Karena itu ketika kita sadar kita insyaf bahwa kita telah melanggar kesepakatan konstitusionel, mari kita kembali pada pluralisme dan multikulturalisme .
Timbul pertanyaan :
Dulu Pak Harto , karena mengikuti para pembantunya yang modernis , praktis dan pragmatis terjebak dalam sentralisasi dan proyek menjadikan bangsa Indonesia menjadi manusia Indonesia baru seutuhya tetapi gagal bersama robohnya regim yang merencanakannya. Lalu sekarang keutuhan dari unsur-unsur pluralisme dan multikulturalime makin terpinggirkan lagi oleh pergeseran ke monolitis kembali dan yang akhirnya ingin meniadakan pluralisme dan multikulturalisme dan kemungkinan mengganti yang baru yang monolitis lagi . Tetapi jangan lupa ikan globalisasi telah menunggu untuk mencaplok ikan yang sedang kebingungan . Kali ini pluraisme dan multikulturalisme bukan diganti dengan budaya Indonesia baru tetapi budaya global, sesuai dengan visi penguasanya yang modern rasional dan westernis. Akhirnya tak lama lagi hanya akan ada ikan piranha saja yang hidup di kolam Indonesia ,setelah ikan-ikan lain dimangsanya. Yang menguasai kolam bukan ikan pluralisme dan multikulturalisme tetapi juga bukan ikan Indonesia , tetapi ikan globalisasi .
Meskipun pengertian budaya globalisasi , baru memasyarakat setelah konperensi APEC di Seatle tahun 1983 , namun sesungguhnya kita sudah mengalami hal hal yang global sejak dulu . Agama agama yang mengglobal semua masuk nusantara , budaya budaya lama yang mengglobal pernah masuk nusantara , segala macam bangsa pernah masuk nusantara . Sehingga kata globalisasi bukan hal yang aneh bagi telinga kita . Memang ternyata globalisasi tak menakutkan bagi kita , bahkan makin hari makin menggemaskan . Globalisasi bukan hal yang menakutkan bahkan orang orang kita yang menarik narik globalissi untuk memasuki kawasan kita .

Disinilah pintarnya globalisasi .Siapa yang akan menguasai suatu bangsa , kalahkan dulu budayanya , siapa ingin menguasai masyarakat atau negara telikung dulu pemimpinnya , semua akan beres .Dan justru yang menjadi kebingungan kita adalah suatu kenyataan bahwa globalisasi sekarang sudah mempunyai arti baru yaitu sinonimnya Amerikanisasi .

Globalisasi adalah sinonim dengan Amerikanisasi . Pengaruh Ameriki bukan main dahsyatnya , merambah dari masriki sampai maghribi . Apa yang tak terjangkau pengaruh Amerika , dari yang remeh temeh sampai yang raksasa , bahkan selain keperluan orang hidup ,keperluan orang matipun menjadi perhatiannya semua berbau Ameriki . Di Krawang ada kuburan besar yang indah namanya San Diego kota pangkalan laut AS , di Tanggerang ada perumahan namanya Palm Spring , seperti daerah di San Fransisco , ada Gold Coast . Komplek komplek perumahan , ada cluster , ada rumah rumah minimalis ,ada apartemen , ada kondonimium . dan ada Gold Coast .
Di kota kecamatan Tangerang yang dulu kecil , sekarang tumbuh menjadi metropolis benuansa Amerika secara komplit.
Makanan cepat saji a la Ameriki ada berderet deret di pinggir jalan mana saja , Penddidikan Bahasa , bahasa Amerika (Inggris ) mengagumkan , siapa dapat bahasa itu mempunyai nilai tambah berlipat ganda,
Lagu, musik
, siapa yang tak tahu Michel Jackson , Madona, Celine Dion . Bahkan buku buku tulis kini , sudah bersampul dengan nama nama kota atau universitas di Amer1ka . Ini adalah pengenalan Amerika sejak usia dini . Ada Havard , Cambrigde , C olombia , Departemen store model Amerika ada dimana mana , Tenaga ahli yang terkemuka adalah yang eks . Universitas Amerika utamanya ekonom , teknolog bahkan dalam disiplin ilmu apapun , termasuk bidang humaniora yang eks Amerika dapat kedudukan lebih terhormat . Masih sederet lagi barang barang yang sangat dibutuhkan dan tidak begitu penting yang didatangkan dari Amerika . Dari A sampai Z yang penting atau tak penting kita telah memilih made in Ameriki . Seolah olah kita negara kaya yang dengan tak usah berbuat apa dan tak usah pintarpun semua sudah ada , tinggal pesan . Kita bangga mengkonsumsi yang serba asing . Ternyata itu keliru , kecuali kita menjadi bodoh , apa yang dilempar kebumi kita adalah barang sisa (turahan ) yang menyimpannya saja sulit .
Ilmu asing : Kita tentu bangga dapat mempelajari ilmu asing . Jangan jangan ilmu yang diberikan kepada kitapun ilmu ilmu sisa . Guru yang baik tentu tidak bodoh , tak akan memberikan seluruh kepintarannya kepada muridnya . Karena itu jangan terlalu berbangga diri menajdi ilmuwan ala Amerika . Amerika bagaimanapun tak akan memberikan sesuatu yang dapat membahayakan Amerika sendiri , misalnya pesawat pesawat yang canggih , ilmu ilmunya yang canggih . Buktinya kita dengan mudah dibikin berantakan oleh Geoge Soros dan I.M .F . Buktinya kita dengan mudah dibuat berantakan oleh ilmunya orang Cina ,orang Cinalah yang menguasai ekonomi kita. Bagaimana pintarnyapun tentang falsafah Jawa , dalang dan dukun dukun, ahli ahli magic tak akan diappriciate oleh kalangan ilmu pengetahuan modern .Justru pemerintah Hindia Belanda justru sangat intens memperhatiakan budaya Jawa dan menjadikan budaya daerah sebagai mensuport pemeruintah yang terbukti sanggup bertahan hinga 350 tahun .
Memang lalu kenapa jika kita ,tak suka dijejali Amerikanisme ?
Sebetulnya sepanjang mendatangkan kebaikan tak apa , demikian juga dengan modernissi . Modernisasi yang mengajarkan tepat waktu , sopan berlalu lintas ,budaya antri , meningkatkan kualitas hidup adalah sesuatu yang baik , tetapi jika misalnya pengaruh itu akan mendatangkan kejelekan misalnya akan menggusur pluralisme dan multikulkuralisme harus diwasdai .
Apa dua pertanyaan yang menggelitik :

1. Siapa yang harus mewaspadai dan mencegahnya , wong semua orang pada mengucapkan well come dan appriciate . 2. Tetapi mengapa kita harus memaksakan diri menjadi Amerikan , jika orang Amerika sendiri terkagum kagum dengan budaya kita yang pluralistis dan multikulturalistis ? Setelah mendengar cerita ini ada seorang anak muda Sunda bertanya, bagaimana ini pak, hal ini sudah berjalan begitu jauh tentu sulit untuk mengembalikkan pada titik awalnya. Atas pertanyaan itu penulis menjawab, kalau sudah titis tulis , apabila kita manusia tak mampu atau tak kuasa mengatasi hal yang berat ini percaya lah, alam sendiri atau gusti Allah sendiri yang akan menolong menertibkannya . Tetapi seperti pepatah Cina diatas langit ada langit . Dalam kenyataan yang kita lihat sehari hari , betapun ekonom ekonom kita yang canggih canggih berasal dari Ameriki , doktor doktor hukum kita yang fenomenal ,sebetulnya dalam kenyataan semua itu belum mampu menandingi ilmunya orang Glodok dan selalu dibuat main mainan oleh orang Cina .

bintoroasri@yahoo.co.id.0302135 ---------------------------------------------------------------------------------------



AGGRA INSITUTE

TAMAN BELAJAR PLURALISME DNMULTIKULTURALISME
E mail : bintoroasri /yahoo.co.id.

3 PENDIDIKAN DULU ADALAH KERAS , TULUS DAN JUJUR

Semakin jauh kita berjalan semakin banyak yang kita lihat dan kita alami , semakin tinggi kita berada diketinggian pemandangan semakin luas , tetapi juga semakin besar angin menerpa dan itu dapat membuat kita jatuh . Orang tua dulu mengajar anaknya dengan sangat keras , begitupun yang dilakukan oleh para guru sekolahan . Hukuman phisik jangan ditanya lagi . Seorang murid yang kedapatan melakukan pelanggaran atau bertingkah yang dianggap kurang ajar , melanggar sopan santun terhadap siapa saja , bisa dihajar dengan keras . Tak ada HAM , tak akan ada yang melapor kepada polisi . Undang undangnya hanyalah " kalau memang mau belajar , harus menerima keadaan seperti itu " . Tetapi gurupun dapat diyakini berlaku jujur ,dan dapat dipercaya akan tulus dan selalu akan membuat keputusan untuk kebaikan , hampir tak ada guru korupsi , ngakali calon murid , memeras murid dengan jual buku dan formulir formulir dan soal soal tes baik untuk latihan latihan maupun ujian resmi . Tak ada murud terlibat narkoba , pornografi dan pornoaksi , tak ada murid tawuran , mengroyok guru . Jika ada keributan dikalangaa guru , rata rata berkisar persoalan wanita , skandal dengan wanita seprofesi pada tempat yang sama . Guru formal di sekolahan , maupun guru informal kebatinan , sama saja , kebanyakan sangat menghargai integritasnya sebagai guru , dan sadar harus memberi contoh sebagai sosok yang patut digugu ditiru .Setiap guru mengajarkan budi pekerti yang halus , kejujuran dan bagi guru formal ditambah dengan menambah kecerdasan atau daya pikir . Murid murid sangat patuh dan taat pada gurungya , Hubungan guru dan murid seperti makluk dengan dewanya . Sangat dekat tetapi ada jarak sopan santun .Itu guru dulu yang justru mendapat gelar pahlawan tanpa tanda jasa . Tujuannya, pendidikan keras agar anak anak dapat tahan banting menghadapi kesulitan dan tantangan di medan medan kehidupan yang keras , memilki kejujuran , unggah ungguh yang benar , peka terhadap yang harus ditolong dalam hidup kebersamaan dan mempunyai pikiran yang cerdas . Pendeknya banyak hal yang diharapkan dari pendidikan yang dapat diringkas agar berkelakuan baik dan cerdas , sehat jasmani dan rohani . Namun kadang kadang justru pendidikan dilakukan dengan sangat lembut misalnya dengan memberi petuah petuah , tepa palupi , pelajaran budi pekerti tentang kesantunan, kelembutan , kejujuran , tepo slira dan yang semacam itu . Semua itu masih mempunyai dasar dasar mempertahankan adat kebiasaan , budaya kuno yang disebut pluralisme dan multikulturalisme . Namun cara cara dulu mungkin menurut orang sekarang dikatakan terlalu bertele tele . Sesuai dengan kemajuan jaman dan sesuai dengan kegiatan pemimpin yang menjadi contoh kehidupan . Contoh contoh dijaman ini , semua hal hendaknya diarahkan kepada tujuan yang praktis dan pragmatis , bagaimana nanti dapat berusaha atau jadi pegawai yang gajinya besar , ekonomi oriented , yaitu cara bagaimana orang dapat berusaha dan cepat mendapat uang yang banyak . Sesudah cukup banyak , harus mengejar yang banyak sekali , begitu seterusnya seperti tak berujung .Namun tidak semua pemimpin modern begitu .Hanya karena pemimpinnya kaum homo economic , kebijakannya seperti itu . Semua persoalan bersumber dan mengarah pada uang .Pikiran yang praktis itu barangkali mempunyai dalil " Dengan banyak uang semua masalah akan selesai .Rakyat akan makmur . Pemimpin demikian itu sebetulnya juga tak salah , wong memang kepintarannya cuma itu .Pengetahuan lain tak perlu , wong memang tak tahu ". Kalau mengerti sedikit tentang humaniora dan agama mestinya tak sekaku demikian . Sebetulnya kurang etis apalagi menurut ukuran timur jika semua hal diarahkan untuk memperoleh uang . Tempat tempat sakral atau kesakralan tempat mendinginkan hati agar tak srakah , loba tamak , dijadikan tempat entertaimen yang mendapatkan uang tak peduli nanti akan ada perbuatan yang berlawanan dengan kesakralan itu sendiri atau tidak . Dalam pendidikan atau lapangan apapun , sangat tepatlah jika homo economic , mendidik homo economic lagi . Guru tak perlu mempunyai perasaan berdedikasi lagi karena mereka bekerja toh dibayar . Profesional dalam arti mendapat uang gaji , honor atau uang lelah . Guru tak boleh menghukum muridnya apa lagi hukuman pisik . Murid tak perlu hormat kepada guru , toh murid lebih kaya dan muridlah yang menggaji guru . Guru sekarang seperti tukang gali sumur , mengerjakan menggali sumur . Orang pesan ukurannya dan berapa harus bayar .Sesudah dibayar , habis perkara . Bedanya hanya kalau tukang gali sumur akan menghasilkan sumur yang sesusi dengan gambar yang disepakati , guru sekolahan tidak . Harapan harapan orangtua murid yang begitu tinggi , agar anaknya pandai , patuh ,soleh dan berbakti kepada orag tua kadang kadang tak sesuai dengan hasil kerja yang diberikan .Ketika orang tua murid komplain mengapa anaknya tak sesuai dengan harapannya ,meskipun dia sudah keluar begitu banyak uang . Jawaban guru , enteng saja .
Bagaimana mau baik , bagaimana dari seekor kmbing hitam dapat melahirkan seekor kambing putih ? Orang tua murid terdiam , ia ingat pepatah pepatah kuno , bagaimana buntut itu hanya ikut kepalanya . Anak mencotoh orang tuanya . Maka selesailah masalah itu , karena tak diperpanjang lagi . Sekolah tetap berjalan terus , tak masalah apa diajarkan budi pekerti agar anak mempunyai moral yang baik atau tidak . Toh untuk orang jahat sudah ada penjagaan polisi ,jaksa dan hakim . Hubungan murid dan guru seperti hubungan penjual sayur dan pembeli di pasar . Guru tak perlu punya keprihatinan lagi kalau murid gagal , justru bersedih untuk diri sendiri, yaitu karena kegagalan meraih reputasi . Sebetulnya kami tak ingin cerita yang macam macam namun bagaimana orang akan tahu jika tak diceritakan ? Kalau kita ribut memberikan saran agar membuat orang menjadi berakal budi yang tinggi , mempunyai kejujuran dan mempunyai laku utomo selalu dikatakan kuno , tidak maju , dan hampir selalu dijawab moral itu akan terbentuk karena proses hidup berinteraksi dalam masayarakat . Yang penting orang harus kaya .Interaksi antara masyarakat kaya itu adalah kebaikan . Karena itu pendidikan harus mengutamakan orang menjadi kaya . Moral dan budaya , perlu di proper est , mendatangkan uang atau tidak . Kalau tidak tunda dulu nanti boleh dipikir setelah rakyat kaya . Kelak jika anak didik itu menjadi orang atau pemimpin tentu hanya akan menjadi pemimpin yang hanya mengintip intip adakah peluang untuk mendapat kemajuan bagi dirinya. Tak mengenal kata sopan santun , karena tak dibiasakan bersopan santun , Tak mengenal dedikasi karena tak pernah dikenalkan pengertian dedikasi Tak mengenal patriotisme , karena tak diajarkan patriotisme Tak mengenal kaprawiran ,karena tak dikenalkan dengan kata itu Tak mengenal cinta sesama karena tak dibiasakan untuk itu . Selain orang Cina , priyayi dulu dulu umumnya kurang suka berhubungan dengan orang berduit , lebih lebih yang dicireni kurang bermoral . Sebabnya banyak orang terkecoh , ketika berhubungan dengan orang berduit , sehingga keluar fatwa orang tua "anak kecil tak boleh main duit " . maksudnya sejak kecil atau anak anak janganlah dibiasakan berurusan dengan duit yang banyak , sebab dengan duit yang banyak , kecenderungannya untuk berbuat tidak baik terbuka lebar . Orang tua dulu sangat concern dalam melindungi anak anaknya , sehingga tampaknya terlalu kejam ter hadap anak anak . Ketika orde baru insyaf akan kemiskinan rakyat dan negara , dan kepentingan kepentingan pribadi dan para kroni , hanya dapat diatasi oleh modernis modernis homo economic , boleh dikata sejak itu orde baru mengerahkan banyak potensi homo economic dan peran peran ASPRI yang terdiri kaum kuno segera tersingkir . Dan sejak saat itulah banyak sekali kemajuan phisik yang dapat dicapai , namun sebenarnya lebih banyak lagi kekayaan kita yang luber keluar yang mambak mambak dan mubasir . Kelebihan pendapatan di dalam negeri selalu mandeg dibagian atas , habis dikuras untuk kepentingan pribadi pemimpin pemimpin dan kroni. Kerakusan orde baru dan kroninya memang keterlaluan . Dan kerakusan orde baru yang mengerahkan mesin homo economicnya begitu menguatirkan kelompok homo conomc lain , maka kelompok lain segera memasang kuda kuda untuk melawannya dengan mengerahkan mesin homo economicnya pula . Maka sebetulnya terjadilah pertempuran modernis yang satu melawan kelompok modernis yang lain yang dibantu rakyat yang dijarahnya . Kekuasaan Pak Harto beserta homo economicnya ternyata kalah . Pak Harto yang selama itu adalah orang Jawa dengan ilmu kunonya yang kental , dengan bantuan dan nasehat para ASPRI dan dukun dukun beliau yang selalu menjujung ilmu Jawanya , sebetulnya sudah baik , "berjalan alon alon waton klakon " . Kesalahannya kenapa tiba tiba berbalik mengikuti anutan pengetahuan modernis yang tak dipahaminya yang mengajak berlari kencang tapi cepat masuk ke dalam jurang . Alam sesudah reformasi , alam demokrasi dan liberalisasi membebaskan semua ikatan yang selama ini diterapkan oleh orde baru . Alam demokrasi yang mengijinkan orang untuk bebas menentukan arah sendiri . Tak bisa digambarkan betapa tunggang langgangnya orang memperebutkan kesempatan untuk meraih yang selama ini terkungkung . Golongan homo economic yang sudah menguasai lumbung negara, sekalipun tuan tuannya telah pergi justru memperkuat posisinya . Justru sisa sisa kekunoan Pak Harto dibersihkan lagi agar tak bisa ngaru biru langkah langkah homo economicnya . Kekunoan yang merupakan penyeimbang modernissi tak diperlukan karena hal itu hanya akan mengganggu gerakan langkah homo economic .Atau kekunoan itu cukup dijadikan alat bantu langkah homo economic . Tempat peninggalan , tempat tempat yang sangat dihormati secara adat , simbul simbul kekunoan , tradisi adat yang semula dijunjung tinggi , yang sebetulnya sebagai alat pengendalian diri dari watak tamak dan serakah , justru dijadikan sarana mendulang uang bagi pariwisata , suatu tujuan yang sangat bertentangan dengan maksud pembuatnya . Kanekes ,suatu daerah di Banten adalah merupakan model yang sudah sangat langka bagaimana orang dapat mencontoh tentang hidup dalam kejujuran , dalam kesederhaan ,dalam kebersamaan , dalam kedamaian , sekarang sudah mulai diusik oleh hingar bingarnya ketamakan , kesrakahan modernisme dan akan habis dalam waktu yang tak akan lama . Dengan tak adanya alat penyeimbang itu , segala sesuatu berjalan tentunya berjalan pincang . Tak ada keseimbangan itu yang menyebabkan kegoncangan .Kita orang tua berpikir begitu , barangkali itulah sebab kegonjang ganjingan tak mempunyai tanda tanda akan surut , selama penjaga keseimbangan itu belum dipulihkan . Namun bagi orang yang tak hirau akan ke gonjang ganjingan tak usah risau ,pakailah ilmu cuek , menurutkan benernya sendiri "apapun yang tadinya dirasa mengganjal, biarkan saja lama lama juga akan menjadi hal yang biasa" .Riuh rendahnya tawuran , riuh rendah demonstran , orang kelaparan , orang tak bisa sekolah , tak bisa berobat karena tak punya uang , yang semula mengganjal pikiran ,lama lama kalau sudah biasa tidak akan merupakan hal yang menggajal . Pendek kata dapat ditinggal untuk berkeraoke ,memancing atau mengarang lagu dan tak usah risau . "Ajaran untuk pemimpin . Tenanglah , siapa yang ribut (knock the door ) kemplanglah dia . Tak berani mengemplang kasih kursi di wantimraj ( Dewan pertimbangan raja, Sudah baik sebagai DPA . dirubah rubah jadi Watimraj ) , atau kalau kursinya habis kasih uang saja ". Kita kembali pada pendidikan . Perbedaan dunia pendidikan dulu dan sekarang sangatlah jauh . Demikian hasil anak anak didiknya . Orang orang hasil pendidikan jaman dulu biasanya , seperti gurunya amat menjaga intergritas jabatannya , menjaga moral , kebersamaan . Sayang karena selalu diajar tentang kejujuran , dedikasi , mereka tak paham bahwa di dunia ini ada sisi kejahatan yang amat pintar . Justru kejujuran penjabat ini kadang kadang ditunggangi oleh kepentingan orang jahat . Lain dengan alam kemudiannya dimana pendidikan adalah pendidikan modern seperti sudah kami katakan , menghasilkan orang orang cerdas , tanpa memerlukan intergritas, tanpa perlu mengingat kata dedikasi . Karena itu dalam alam modern dan demokrasi perlu disiapkan segala perangkat untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang negatif . Misalnya disetiap sudut ada pengawasan , baik yang formal maupun informal misalnya LSM , Para pengamat dari segala sektor .Aparat aparat pengawasan .Tetapi alangkah besarnya anggaran untuk itu , tentu kurang efficien . dalam alam kekunoan fatwa dukun yang dilecehkan orang modern mempunyai kekuatan mengendalikan penyimpangan yang besar ,tanpa anggaran yang besar , sama halnya satu kata "ora ilok "dapat bekerja secara efficien mengganti tugas ribuan aparat pengawasan . Namun tak tahu mengapa kearifan kearifan lokal yang ada dalam pluralisme dan multikulturalisme tersebut tak masuk dalam pemikiran penyelenggara negara, yang seperti tak punya agenda lain selain mengejar pertumbuhan ekonomi yang makin menjauhkan gap antara yang berhasil dan yang tak punya kesempatan untuk berhasil . Selalu menyebabkan keributan yang tak akan habis habisnya . Kadang kadang hati ini sedih mendengar bahwa uang yang dipinjam dari mana mana dan yang dikumpulkan negara dari mana mana hanya digunakan hal yang mubasir , atau dicuri dalam jumlah yang tak kepalang tanggung . Dalam hati berkata " njuk kapan kita orang kecil olehe kebagian pembagian mobil mercy ?


bintoroasri @yahoo.co.id



--------------------------------------------------------------------------------------------------


AGGRA INSTITUTE

TAMAN BELAJAR PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME

Alamat : bintoroasri @ yahoo.co.id

4 . BUDAYA PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME
MAGANGAN (PEMILIHAN UMUM LURAH )

Sebelum kemerdekaan lurah lurah di Jawa dipilih oleh penduduk desanya dalam suatu pemilihan umum lurah (magangan ) . Itu adalah suatu realita yang kasat mata dapat dilihat oleh semua orang yang menyaksikan . Dulupun sudah ada istilah jurdil (jujur dan adil ) , dengan pengertian siapa yang tak jurdil dihukum .Dan alhamdullilah hampir tak ada orang dihukum karena adanya magangan ini . Apakah hal itu sudah merupakan suatu model demokrasi yang mantab , meskipun itu terjadi dinegara yang belum mengumumkan sebagai negara demokrasi . Rakyat betul betul terlibat dalam persoalan kekuasaan di kelurahan itu .Rakyat aktif dalam pemilihan yang akan menentukan nasib desanya . Rakyat paham betul dengan kualifikasi jago yang magang menjadi lurah ini , karena jago jago tersebut adalah tetangga tetangga yang ada disebelah rumahnya . Rakyat selalu niteni (mengamati ) kelakuan jago tersebut sepanjang hidupnya dan itulah trackrekord nya . Mestinya demokrasi cara cara kuno itulah yang dinamakan demokrasi langsung dan mendekati kebenaran , jujur dan adil . Di Jawa Barat ada tradisi yang disebut Ngariung Mungpulung . Ngariung Mungpulung hanya terjadi dalam keluarga , baik keluaga yang sedang sedang saja maupun yang besar . Selain untuk acara silaturachmi keluarga , juga menyelesaikan masalah atau persoalan baik persoalan sedang maupun besar . Pimpinan adalah pimpinan keluarga berdasar "kolot di payun , nu ngarora di pengker " . Kolot bukan berarti harus tua umurnya ,tetapi yang mempunyai kebijakan atau ilmu yang lebih tinggi dari yang lain atau mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dalam silsilah pancakaki . Betul hal ini hanya menyangkut masalah dalam masyarakat kecil . Tetapi azas "kolot di payun , nu ngarora di pengker " akan terbawa dalam menentukan untuk memilih lurah .Kedekatan yang didasarkan ikatan keluarga yang masih sangat kuat .Segi baiknya karena masing masing mengenal betul akan track record masing masing calon dengan jelas , akan dipilih pemimpin yang benar benar dikenalnya . Tidak baiknya ialah ikatan keluarga kadang kadang mengurangi pikiran rasional dalam pemilihan , petot belo dulur sorangan , baik buruk dipilih karena masih keluarga . Sehingga akhirnya kepala desa dan kepala keluarga bahkan kepala adat spiritual menjadi satu . Keputusan keputusan demokrasi semacam ini mempunyai ikatan spiritual karena itu sangat ditaati . Tak akan ada demontrasi , atau jika ada demontrasi dapat cepat diselesaikan dalam ngariung mungpulung atas dasar musyawarah dan mupakat . Keputusan keputusan politik dalam demokrasi tersebut semua dapat diselesaikan dalam ngariung mungpulung dalam skala kecil maupun besar . Yang kecil dapat langsung misalnya tingkat desa , yang besar dengan berjenjang keatas sesuai dengan wilayah kita yang sangat luas .Bahkan kalau perlu bukan tak mungkin demokrasi adat kita , kita tingkatkan menjadi demokrasi nasional berdasarkan adat kita . Demokrasi perwakilan seperti tersebut diatas tampak lebih kena pada sasaran , efisien dan praktis mengingat jumlah wilayah dan jumlah penduduk yang amat banyak . Irit , tidak orod dan tidak rebjek . Adat adat kita , karuhun kita juga telah mengenal demokrasi , tetapi tak ada yang namaya demontrasi yang kini termasuk dalam HAM . Sungguh kurang dapat dimengerti jika para modernis justru mengambil contoh contoh yang jauh , sedangkan disini banyak model model yang lebih baik, dapat dilaksanakan dengan efisien bahkan dapat menghemat triljunan rupiah yang dapat dihemat untuk membantu orang miskin . Rupanya ada ketentuan baru apapun yang kita kerjakan sebelum sesuai dengan kemauan orang barat yang biasanya kreditor , tidak syah dan bukan sesuatu yang maju . Yang penting asal ada persetujuan sang kreditor , pemilihan umum kaya apapun itu artinya ada demokrasi . Tak perlu memusingkan tentang peduli tingkat pengetahuan rakyat baik tingkat kecerdasan umum atau politik . maupun pengetahuan rakyat atas kualitas jago jago yang dimaksudkan dapat mewakilinya . Tak peduli apakah akan berdampak dapat menggusur peranan budaya daerah karena partai politik bukan dn tidak mesti wakil wakil daerah yang terdiri dari orang daerah itu yang mengerti budaya daerah setempat . Memperkuat nasionalisme dalam arti memperkuat sentralisasi kekuasaan dipusat dan terpusat . Dengan menggunakan terminologi terminologi dengan bahasa asing ternyata dapat mendongkrak martabat mungkin sepuluh kali lipat . dan orang modern memang sedang gandrung gandrungnya untuk berusaha duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan orang modern di luar negeri . Otaknya (brain ) dicuci dengan pengetahuan bule bahkan kalau dapat kulitnyapun mau dikupas diganti dengan kulit yang bule . Bagaimana maunya his master voice atau pihak luar yang berkuasa terhadap keberadaan pemimpin pemimpin kita , karena kita banyak sekali mempunyai bargaining bargaining dan malah utang utang dengan dunia luar . Pada waktu sekarang banyak sekali jenis jenis demokrasi dan makna demokrasi , sampai membingungkan . Dan pegangan orang tentang demokrasi adalah kalau menguntungkan dirinya , itu demokrasi yang betul , manakala merugikan itu demokrasi yang kurang betul . Contoh : Seorang pemimpin biasanya mula mula berjanji akan berbuat all out untuk kesejahteran rakyatnya , yaitu jika dapat terpilih menjadi pemimpin .Ketika ia betul betul terpilih oleh demokrasi dan menjadi pemimpin, ia mengatakan itulah demokrasi yang benar , penghimpun aspirasi rakyat . Tetapi ketika ia menjalankan amanat yang diberikan rakyat secara kurang betul , dan tak menepati janjinya , rakyat tiap hari berdemonstrasi menggugat kekeliruannya itu . Pemimpin itu berkata , itu demokrasi tak betul .Rakyat sudah memberikan amanatnya , kenapa sekarang jadi crewet . Ia pura pura lupa pada janjinya atau tak mau tahu jika kebijakannya tak sesuai dengan yang dimaui rakyatnya . Sekarang ada demokrasi liberal , "sekarang mau apa saja yang monggo , wong jamannya sudah demokrasi ". Tetapi bagaimana dengan demokrasi ini , jika kelompok yang satu merugikan orang lain . Yang liberal berkata tak apa merugikan orang lain , salah sendiri mau dirugikan . Yang penting asal menguntungkan diri sendiri . Dalam alam liberal patokannya kan kemerdekaan pribadi (liberisasi ) ,mengutamakan kepentingan induvidual ,dan menjamin persaingan bebas . Yang lemah dan bodo jika tak ada proteksi betul betul dapat terinjak injak . tetapi kalau ada proteksi proteksian menjadi tak liberal lagi . Ada demokrasi prosedural , yang mengutamakan pokoknya ada pemilihan umum yang dapat melegimitasi pemerintahan menjadi demokratis , ini sangat rentan sekali mana kala rakyat tahu bahwa rakyat sebenarnya hanya dijadikan alat melegimitasi pemerintahan . Demokrasi ini dapat menghasilkan pemimpin dengan mayoritas suara yang diperolehnya , namun dengan mandat yang diberikan rakyat terbanyak tiba tiba bisa jadi diktator atas nama rakyat jika terpaksa mempertahankan diri Ada demokrasi rakyat ini betul betul membingungkan yaitu bahwa jika misalnya Korea Utara yang jelas jelas dipimpin oleh diktatornya, toh masih bisa menyebut diri sebagai negara demokrasi rakyat , Demokrasi terpimpin ialah demokrasi di Indonesia 1957 s/d 1967 didukung oleh mayoritas rakyat , sebagian lagi mengatakan bukan demokrasi tetapi diktator . Sekalipun mayoritas telah dimenangkan pemimpin yang satu , toh yang kalah ngotot mengatakan itu tak adil . Demokrasi pembangunan adalah demokrasi di Indonesia dari tahun 1967 s/d 1998 , didukung oleh mayoritas rakyat Indonesia dan sebagian kecil rakyat mengatakan saat tersebut ialah saat negara dipimpin oleh diktator pula . Ada demokrasi ekonomi . Bahkan dalam kemajuan ekonomi yang mencapai pertumbuhan diatas 7 ,5 % , atau bahkan rata rata perkapita mencapai $ 2.500 pertahun . Tetapi benarkah itu dapat dirasakan rakyat . kalau tumbuhnya kegiatan ekonomi dalam persaingan , dapatkah yang kecil mempertahankan haknya jika tiba t iba direbut oleh yang lebih besar dan kuat.Apakah slogan slogan untuk kesejahteraan rakyat benar benar dilasanakan sesuai dengan bunyinya dan yang tak menipu rakyatnya . ( Ingat doa rakyat yang tertipu sangat besar sawabnya ) . Demokrasi politik , biasanya dilaksanakan dalam memberikan hak memilih dan dipilih dan sekalipun berpedoman jurdil , sulit dikatakan demikian . Bahwa pernah seluruh anggauta KPU dihukum bukan karena berhubungan dengan hak pilih dan dipilih tetapi karena soal korupsi . Pemimpin pemimpin dunia yang terkenal baik yang berada dalam negara demokrasi maupun bukan tak mungkin dapat berada dalam singgasananya tanpa pemilihan , semua pasti melalui pemilhan . Pemimpin pemimpin di dunia bisa saja melakukan mengadakan pemilihan yang jurdil atau tidak . Demokrasi persamaan hak dan kesetaraan dalam kedudukan , biasanya semua warga mempunyai kedudukan yang sama di muka hukum , tetapi ditempat lain tak sama . Dulu Presiden Megawati mengeluhkan bergesernya tertib pemerintahan yang disebut pemerintahan abu abu , bergesernya pemerintahan systim presidentil bergeser ke sistim pemerintahan yang parlementer , sekarangpun Presiden SBY berkeluh kesah yang sama , setelah right or wrong mengalami hal yang sama yaitu menjadi bulan bulanan parlemen . Apa yang kami sebut diatas adalah gambaran gambaran Indonesia selama beberapa dekade , selalu berputar putar dalam poros yang yang sama karena intinya sama . Ternyata semua itu hanya istilah , memodernkan masalah dari istilah istilah kuno dan kolot menjadi istilah keren , sesuai dengan ajaran modern yang dipelajari orang modern . Orang modern hanya mengerti ajaran orang modern , dan menganggap ajaran yang dipahami adalah ajaran paling benar , dan tak sedikitpun ingin mendekati yang kuno kuno dan kolot agar tak menjadikan orang ketinggalan jaman dan tak modern . Sekaranglah waktunya orang tidak hanya mengukur ilmu seseorang , tetapi kelompokpun sudah memberikan nilai lebih berlipat ganda . Barang siapa masuk dalam kelompok modern akan mendapat penghargaan yang lebih besar dari pada tetap berada pada kelompok orang kuno . Apalagi kelompok orang modern menjadi kelompok penguasa yang menentukan . Para ahli ketata negaraan kita , ahli sistim demokrasi kita betapun warnanya demokrasi yang dihasilkan , tentu sangat membanggakan buah pikirannya , karena itu janganlah terlalu diharap dapat menjamin bertahannya pluralisme dan multikulturalisme dan belum tentu dapat memunculkan kembali pluralisme dan multukulkuralisme sebelum orang modern yang seperti batu karang ini memahami kekeliruannya dan kegagalannya .

bintoroasri@yahoo.co.id




--------------------------------------------------------------------------------------




AGGRA INSTITUTE
TAMAN BELAJAR PLURALISME MULTIKULTURALISME

Alamat : bintoroasri @yahoo.co.id


5 . BUDAYA PLURALISME MULTIKULTURALISME 4


Mula mula kami ( saya dan konco konco yang sepaham ) telah bersepakat untuk menjadikan padepokan kami yang dinamakan AGGRA INSTITUTE ini sebagai pendopo atau pura untuk berkumpulnya kawan kawan yang ingin mengumpulkan peninggalan peninggalan kuno , warisan nenek moyang yang ingin kita teliti apakah sesungguhnya masih relevan dan dapat kita manfaatkan dalam kehidupan sekarang ini atu malah kita campakkan saja karena hanya akan jadi beban pemikiran saja ? (Vide : 1.Buku Apa Kata Hati Orang Pribumi dan Apa Kata Hati Orang Non Pribumi (Cina) l atau Siem Siang Shenme ? 2. Hangudi Luhuring Budaya Jawa ) .
Belajar dari orang non pribumi (Cina ) . Jika orang non pribumi (Cina ) yang memiliki sikon sosial ekonomi jauh lebih baik dari kita , sudah maju maju dan jauh lebih baik segala galanya dari kita orang pribumi , toh masih begitu mencintai hangroso handarbeni budayanya , bahkan dibelain bermusuhan (karena rumongso harus hangrungkebi ) budaya kunonya dari tindakan orde baru yang tak bersahabat dengan eksistensi budaya Cina , tentu ada hikmah hikmah yang tersimpan dari budaya budaya Cina kunonya . Betapa modernnya orang orang non pribumi (Cina ) , dilingkungan rumah dari yang yang super modern sampai yang kumuh , sepanjang toko toko tercium bau hio . Ada meja meja persembahan makanan buat arwah leluhur . Hari Ceng Beng di tempat tempat tertentu banyak dibanjiri orang non pribumi dan pribumi .Orang non pribumi betapapun modernnya masih taat ngeluri warisan leluhur , mempunyai takut kualat dengan warisan leluhurnya jika tak meneruskan pesan pesannya itu . Barangkali kesuksesan orang non pribumi (Cina ) juga karena masih ada kedekatan dengan arwah leluhurnya , ada bantuan spiritual dari kepercayan kepada roh nenek moyang dan dewa dewa . Mengapa kita yang masih dalam tataran jauh dari orang non pribumi (Cina ) dalam segala galanya tidak belajar dari orang Cina , menghargai budaya budaya daerahnya sebagai mana mestinya . Jika ada perhatian hanya terbatas pada pengertian yang sangat dangkal , misalnya seni yang sebenarnya berguna sebagai tuntunan hidup yang beraklak dan bermoral , cukup sekedar menjadi sarana mendatangkan uang yang justru yang bertentangan dengan maksud pendiriannya . Tempat sakral yang dimaksud sebagai tempat keteduhan bertapa , bersemedi , merenung , untuk mendinginkan hati dan pikiran , diobrak abrik menjadi tempat yang hingar bingar untuk mendulang uang memuaskan nafsu nafsu ketamakan . Meskipun sebenarnya kita tak perlu merendahkan diri sendiri , tetapi perlu instrospeksi , apakah yang dapat kita banggakan prestasi kita ?
Alam kita memang kaya , tetapi hasilnya banyak dicuri orang . Alam yang yang indah diaduk aduk , hutan digunduli , kedung diurug , dengan akibat banjir atau longsor , udarapun kian panas .
Kepintaran teknologi , apakah yang dapat kita banggakan jika HP , elektronika , digital sampai alat alat dapurpun semua impor . Agrobisnis , dipasaran lebih banyak hasil hasil bumi luaran . Keuangan dan ekonomi , bukankah sudah jelas ahli ahli kita hanya menjadi mainan orang orang non pribumi .Perdagangan , bukankah semua jalur dagang milik orang non pribumi (Cina ) . Apakah yang dapat kita banggakan dari diri kita orang pribumi . Jika kami katakan demikian bukanlah ingin memperbesar kecemburuan , hanyalah sekedar mengingatkan para orang pintar kita sendiri yang terlalu membunsungkan dada atas "keberhasilannya ", berbangga bangga dalam barisan orang modern yang berhasil . Keberhasilan beberapa perorangan janganlah dijadikan ukuran keberhasilan umum . Golongan orang tua heran atas aktivitas golongan muda , mengapa meninggalkan nilai nilai luhur budaya sendiri padahal itu semua mungkin dapat menopang pembangunan ?

"Ut lubil ilmi walau bits Sin "
Belajarlah sampai negeri Cina .


Dengan adanya sikon baru utamanya dengan makin terdesaknya budaya budaya daerah , maka AGRRA INTITUTE ingin lebih menyegarkan semangatnya dan melebarkn cakrawalanya tak dibatasi oleh ruangan kederahan yang sempit tetapi ingin menjangkau budaya budaya daerah lain sepanjang hal itu masih dalam satu jalan , karena sesunggungnya Bhineka Tunggal Ika adalah Berbeda beda tetapi satu .satu tetapi berbeda . Budaya daerah adalah berbeda beda tetapi mengalami satu nasib terancam penggusuran oleh kemajuan . Mengapa harus menyalahkan kemajuan , tentu bukan itu maksudnya .Yang jelas janganlah kemajuan begitu tega memarginalkan budaya daerah . Meskipun dari dahulupun dikhotomi orang modern dan orang kuno sudah ada , yaitu ketika generasi tua katakanlah generasi yang masih mengalami pendidikan kolonial Belanda masih ada , masih banyak orang yang ingat pada budaya daerah misalnya Pela Gadongnya orang Ambon , Dawuhan Nan Tilu orang Batak , Tata Kramanya orang Jawa . pati kramanya orang Sunda yang semua itu mengarahkan pada budi luhur . Ternyata kolonis Belanda diam diam mengakui bahwa sesungguhnya bangsa ini mempunyai budaya yang tinggi yang dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan tata pemerintahan kolonial di negeri ini . Diangkatlah raja kecil kecil , yaitu bupati yang menjadi wakil gubermen Hindia Belanda . Bupati dengan pengetahuan budaya Jawa ternyata menjadi aparat yang effisien bagi pemerintah Hindia Belanda . negara tata tentrempun dambaan penjajah dan itu klop dengan falsafat bangsa Jawa ketika itu .Karena itu institute institute yang mengurus budaya dibuka dan pendidikan budaya dan bahasa daerah diutamakan dengan tujuan untuk menghasilkan manusia berbudi dan beraklak moral yang baik , mempunyai tata krama dan intergritas untuk keberhasilan pemerintah Hindia Belanda . sayang senjata ini berada pada pemerintah kolonial dan manfaatnya untuk pemerintah kolonial yang malah sanggup bertahan menjajah kita selama 350 tahun . Dulu dalam kurun waktu pemerintahan Pak Karno dan Pak Harto yang masih dapat mengingat sisa cara cara pemerintahan di Hindia Belanda . Mereka tak jarang berkelahi dengan kaum modern murni artinya tak mengenal dan tak belajar budaya daerah , karena belajar di luar negeri baik di Eropa maupun di Amerika . Bahkan Pak Karno yang menyadari bahwa dirinya bukan berpendidikan tata negara yang modern , setelah sebulan menjadi perdana menteri , dari tanggal 18 Agustus 1945 sampai dengan 13 Nopembr 1945 pernah mengalah, rela memberikan kesempatan kepada negarawan negarawan muda yang modern untuk memraktekkan ilmunya. Mula mula Pak Karno memberikan mandat pada Sutan Syahrir pada tanggal 14-11-1945 sebagai Perdana Menteri Kabinet Parlementer Pertama . Hanya dalam waktu setahun lebih kabinet ini jatuh, digantikan kabinet Amir Syarifudin pada Juli 1948 , Kabinet inipun jatuh pada Januari 1948 digantikan oleh Perdana Menteri Drs.Moh .Hatta Kabinet dengan Perdana Menteri Drs.Moh.Hatta inipun jatuh pada Agustusi 1948 digantikan Perdana Menteri Moh .Natsir dari September 1950 s-d Maret 1951. Selanjutnya Perdana Menteri Moh.Natsir diganntikan oleh Perdana Menteri Dr. Sukiman Wiryosanjoyo dri April 1951 s-d Pebruari 1952 Perdana Menteri Mr.Wilopo dari April 1952 s-d Juli 1953 Perdana Menteri Mr. Ali sastroamidjoyo I dari 3-1955 Perdana Menteri Burhanudin Harahap dari 1955 -1955 Perdana Menteri Alisastro Amidjoyo II 1955 Karena sekian lama tak berhasil sebagaimana diharapkan ,akhirnya Pak Karno tak dapat percaya lagi pada kaum modern yang liberal , tetapi kembali kepada kepribadian sendiri pada Juli 1957. Bahkan Pak Harto menyingkirkan Pak Karno hanya karena Pak Harto ingin menjadikan Indonesia berdasarkan budi perkerti dan aklak Pancasila yang lebih cepat lagi . Dalam regim Pak Hartolah cita cita dan kepribadian sendiri betul diupayakan untuk dibumikan dibumi sendiri . Selanjutnya menyadari diri beliau bukan dari akademisi lalu mencari tenga tenaga yang diangap mumpuni yaitu Widjoyonomic dan para teknokrat yang diharapkan akan dapat mewujujudkan kemakmuran bersama . Namun setelah ditinggalkan atau melepaskan para asprinya , usaha Pak Harto terganjal oleh banyak musang berbulu ayam yang adalah homo ekonomic dan para tehnokrat yang menjadi pembantu pembantu beliau , yang ternyata memmpunyai teori teori kapitalistis yang justru berseberangan dengan kepribadian sendiri . Nasib Pak Harto yang bermaksud baik , menghadirkan kemamuran Indionesia ecara lebih cepat tenyata berahir dengan fatal , seolah olah pembantu pembantunya kroni kroninya seperti kemlandeyan ngajak sempal . Betul saja setelah pohon itu roboh maka monyet monyet berlarian kian kemari . Perang rasionalisasi dari westernisasi dan pikiran pikiran yang masih memuat kebijaksaan lokal terus berlanjut , bahkan hingga kini . Kalaulah dapat dibedakan dua kekuatan yang meskipun sama tujuannya tetapi lain jalannya . Tujuannyanya kesejahteraan rakyat , kemakmuran bersama . Golongan kuno masih menuntut azas kebersamaan dan budiluhur , pengendalian diri , duga prayogo .. Yang western sentris , orientasinya modernisasi ,liberisasi , demokrasi ,individualistis, praktis dan pragmatis .uniformisasi, sentralisasi dan persaingan bebas . Yang kuno berbasis pada budaya kuno , atau yang dikenal sebagai mempertahankan kepribadian sendiri yang terpusat pada penegendalian diri , kearifan kearifan lokal , spiritual , irrasionalisasi dan kebersamaan . Selama Indonesia merdeka maka tata kenegaraan dipraktekan dengan theori weternisasi .Meskipun Sukarno bukan seorang liberalis , memberikan kesempatan pada golongan modernisasi dari 1945 s/d 1957 .Namun karena selama kurun waktu tersebut tidak ada kemajuan yang dicapai maka kepercayaan tersebut dicabut , dan Sukarno mencari jati diri dengan kembali pada kepribadian sendiri (artinya mendalami budaya lokal yang kuno ) . Kebaikan dari periode ini adalah periode diplomasi yang ternyata dapat membawa Indonesia ke tujuan merdeka dengan menghindari kerusakan yang besar ,jika dihadapi dengan konfrontatif akan banyak kerugian karena sebenarnya orang orang yang bersimpati pada penjajah Belanda juga tak sedikit . Maka sesudah tugas itu selesai para petugas itu dihukum . Sukarno membuktikan bahwa kepribadian sendiri sanggup dan cukup layak untuk menyelenggarakan negara .Keberhasilan Soekarno antara 1957 s/d 1965 menimbulkan arrogansinya dan ini dianggap tak baik, lebih lebih jika menganggap keberhasilannya itu sebagai keberhasilan perorangan sehingga beliau mengangkat diri sebagai Pemimpin Besar . Suharto kurang sabar dan puas mengenai pelaksanaan membumikan kepribadian bangsa sendiri menjadi landasan tata negara , sehingga beliau bersama para asprinya menyingkirkan Soekarno yang maksudnya ingin memperjelas ide kepribadian Indonesia agar dapat diterima rakyat . Dalam periode inilah yang kuno kuno dapat membawa Indonesia pada tataran yang adi luhung . National bulding mendapat perhatin yang sangat besar . Pendidikan bangsa atas cita citanya bangsa diperdalam . Boleh dikata hampir tak ada orang Indonesia yang tak mengerti negaranya , dasar dasar negaranya , cita cita negaranya . Pendidikan bangsa akan merupakan dasar demokrasi . Namun sekali lagi persaingan antara yang modern dan yang kuno tetap berjalan , justru ditengah tengah kekunoan para homoeconomic sanggup meminggirkan para aspri , Sultan, penasehat spiriritual yang lain , sehingga yang berdiri dibelakang Preseden adalah modernis sebagai pembantu . Keruan saja pola pikir Pak Harto mulai berubah , menjadi economi oriented , menikmati liberalisasi usaha , menjalankan pragmatisme dengan mengadakan sentralisasi , KKN dan otoriter . Sekali lagi terjadi arogansi , beliau diangkat atau mengangkat diri sebagai Bapak Pembangunan yang makmur beserta kroninya . Kepribadian sendiri sebetulnya sudah ditinggalkan Soeharto , karena itu jika ada persaingan adalah persaingan antara golongan modernissi yang satu dengan kaum modernisasi yang lain . Pak Harto dijebak dengan hutang yang tak terukur oleh para homo ecomomic pembantunya ,sehingga jatuhlah beliau tatkala terjadi resesi . Apa kesimpulannya tulisan ini ?
Lihat pergulatan antara kekuasaan yang bertumpu pada westerinisasi , modernisasi , rasionalisme , liberalisasi ,dan kekuasaan yang bertumpu pada kepribadian sendiri .Dengan pelbagai akal dan cara westernisasi selalu berusaha dan berhasil merembes kepemerintahan siapapun .Lihat jika kepribadian sendiri ,yang diusung oleh kedua presiden pemimpin pemimpin besar telah kandas , telah kandas menjadi landasan bernegara .Sekarang bagaimana kepribadian sendiri mau bertahan , jika tak ada yang sudi mempertahankan lagi bahkan mengertipun tidak ? Lihat kekandasan dari ide menegakkan kepribadian sendiri , lalu diikuti oleh makin jauhnya kemandirian bangsa sendiri dan makin jauhnya tujuan dengan sendirinya tujuan tata tentrem kerta raharjo .

bintoroasri@yahoo.co.id .

----------------------------------------------------------------------------------------------


AGGARA INSTITUTE TAMAN BELAJAR PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME
Alamat :bintoroasri @yahoo.co.id .

6.BUDAYA PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME 5

Golongan penguasa yang terdiri dari westernis ,mempunyai ciri ciri yang jelas , berjalan diatas modernisasi dan induvidualisme . Westernis dan modernis jelas berkehendak untuk mengusung paham paham barat yang adalah pemikiran yang serba rasional , liberisasi dan demokrasi , kemerdekaan pribadi , pesaingan bebas , praktis dan pragmatisme . Jangkauan pandangan yang rasionalistis selalu dibatasi pada yang kasat mata , dan dapat diterima akal sehat dan tak ingin ada batas untuk memenuhi kepuasannya .Yang lain dianggap kurang perlu dan perlu dibiarkan saja .Namun tampaknya apa yang kita sebut sebagai westernisasi sekarang juga sudah tak demikian lagi tetapi cenderung menjadi globalisasi . Apa yang disebut globalsasi menurut phenomena phenomenanya , menurut penulis dapat diarartikan Amerikanisasi .
Bung Karno dulu mencita citakan tata tentrem kertoraharjo sebagai mana orang Jawa umumnya , tetapi beliau kadang kadang mengaku tak pernah menyukai keadaan yang tenteram damai , tetapi kesenangan beliau menyaksikan sesuatu yang bergolak yang menantang. Melihat lukisanpun tak ingin yang lembut , teduh tenang tetapi yang bergolak menantang . Tetapi banyak lukisan lukisan lembut yang mempunyai nilai tinggi menghiasi istana .Patung patung yang berdiri megah sepanjang ibukota yang didirikan semasa rejim beliau berkuasa adalah karya yang bergolak , patung Pembebasan Irian Barat di lapangan Banteng , patung di Tugu Miring Pancoran , patung olah raga di Kebayoran Baru , semua patung itu dibuat kasar , bergolak dan menantang . Justru patung tugu tani di Prapatan meskipun menyandang bedil dibuat halus , seperti patung patung yang ada di diistana Bogor . Barang kali itulah jiwa yang berkecamuk dalam diri presiden pertama kita . Presiden pertama kita yang kita cintai juga menjadi ajang perjuangan antara kekunoan dan kekinian , antara kekinian yang satu dengan kekinian yang lain . Antara cita cia tata tentrem kertaraharjo yang teduh damai dengan faham revolusi belum dan tak akan selesai . Hingga sekarangpun kami pikir juga tak sedikit orang yang masih belum memahami maksud Bung Karno tentang revolusi belum selesai . Tetapi harus bilang "yes" , sebab kalau tidak dapat dikatakan kaum reaksioner dan kontra revolusi . Karena itu aneh , jika kemudian slogan dari orang liberal ini yang tak puas puasnya dalam menumpuk kekayaan dipraktekkan oleh orang yang anti liberalis yang juga menghendaki revolusi selalu belum selesai .Kedua faham yang gelisah ini sudah tentu tak sesuai dengan tujuan hidup orang Jawa (Javaisme ) yang selalu memimpikan hidup tata tentrem kerta raharjo . Kami sebetulnya juga sedang sibuk memahami sifat sifat dari aliran yang lain dari yang tersebut diatas dan sibuk mencari istilah untuk menamakan sebutannya . Golongan kekunoan di negara kita sebetulnya juga tak sepenuhnya atau tidak serta merta tidak dapat menerima (menolak ) westernisasi, modernisasi , rasionalisasi , tetapi apa yang datang kemudian dianggap sebagai melengkapi yang sudah ada . Sesuai dengan tujuan masyarakat itu yang adalah hidup tata tentrem, karta raharjo , maka landasan yang sudah ada misalnya mempertahankn budi luhur , budi pekerti , pengendalian diri, keselarasan ,perlu diperkokoh dan kalau dapat masih perlu ditambahkan modernisasi yang menurut seleksi dapat untuk menambah mempercepat tujuannya , misalnya soal disiplin .Disiplin menepati waktu , disiplin menepati aturan aturan yng berlaku dan budaya antri , tidak sembrono dan selalu berlaku yang tertib .

Mengingat tujuan tata tentrem kerta raharjo yang sangat sederhana , sebenarnya kurang perlu untuk terlalu memacu keadaan karena semua sudah berada pada platfom tujuan , tinggal mengurug bagian bagian yang masih rendah dengan meratakan bagian yang menonjol . Namun untuk mencapai tata tata tentrem kerta raharjo walaupun tampak sederhana tentu harus ada aturan aturan yang kuat ,eksekutip yang kuat , karena harus ada batas hak dan wewenang masyarakat berbangsa dan bernegara yang tak boleh dilanggar . Pemerintah yang berlandaskan faham faham kuno ini , adalah dari jenis paham revolusi sudah selesai , tak perlu ada revolusi lagi . Sekalipun Bung Karno menikmati kata tata tentrem karto raharjo ,yang menunjukkankeingnannya untuk hidup tenang , tetapi Bung Karno akan marah jika mendengar kata revolusi sudah selesai , mungkin sekedar gensi untuk memodulir teorinya . Sebetulnya ada peperangan batin dalam diri Pak Karno , disatu pihak beliau sangat mencintai budaya "kepribadian sendiri " yang tujuannya tata tentrem kerto raharjo ,dilain pihak Pak Karno ingin bergelora terus sebagai pemimpin besar revolusi belum selesai ? Revolusi membongkar dan membangun , mungkin Pak Karno juga tak bermaksud membangun revolusi seperti di Rusia yang selalu menyebarkan raja pati , Pak Karno tampaknya bukan tipe yang suka pada kekejaman . Atau malah ingin merombak dan membangun pemerintah modern ala barat tetapi juga bukan membangun komunisme ala Rusia , tetapi justru untuk kembali menggali nilai nilai luhur bangsa sendiri yang beliau namakan kepribadian bangsa sendiri . Kepribadian sendiri yang diperjuangkan .Apakah dibalik pikiran Bung Karno tersembunyi pikiran bahwa Revolusi tak akan selesai sebelum kribadian sendiri mengusai negeri ini ?. Begitu pula Pak Harto dan Presiden Mega mestinya menyebut demikian sekalipun tak mengatakan begitu . Yang lain lain adalah golongan westernisasi , yang tampaknya menganggap apa yang disebut kebijakan atau kearifan lokal sebagai hal yang baru akan dipikirkan jika akal sehat (rasionalisme ) sudah tak dapat mengatasi masalah , masalahnya bukan apa apa , karena tak pernah mendalami P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila ) lebih lebih bertambah hari PMP ditiadakan , maka generasi yang akan datang tak akan mengerti Pancasila , Bhineka Tunggal Ika , pluralisme dan multikulturalisme , yang semua itu nanti akan cukup terpampang sebagai lambang dan slogan negara penghias dinding . Nasib kalimat kalimat keramat itu akan sama dengan nasib budaya daerah dihapus dari pelajaran sekolah. Sungguh menyedihkan bahwa semua itu tak ada tak satupun ada pembelanya . Untuk mengganti hal hal yang idialistik tersebut , penguasa akan menciptakan atau menjadikan rakyat Indonesia kaya raya semua . Yang kurang dapat dipahami mengapa penguasa yang sekarang justru terdiri dari orang Jawa , mengapa tampak sangat alergis terhadap budaya Jawa atau plurlisme dan multikulturalisme , selain mengenakan blangkon dan sungkeman pada saat tertentu . Penguasa sekarang malah boleh dikatakan yang paling ekstrim yang tak pernah memikirkan budaya , budaya daerah , pluralisme dan multikulturalisme , selain mengapriasiasi budaya Cina . Barangkali tak ada pemerintah lain yang begitu intensnya memikirkn ekonomi dan keuangan seperti pemerintah sekarang , begitu intens barangkali berupaya untuk membuktikan bahwa janji pemerintah untuk merealisasikan kesejahteraan bukan omong kosong . Begitu mata melek yang diingat hanyalah angka pertumbuhan , deretan angka angka statistik atau dimaklumi saja krena lagi kemaruk baru mendapatkan gelar dibidang itu . Pada hal menurut pengalaman adalah sebaliknya, selalu memikirkan uang yang tujuannya mempercepat hilangnya kemiskinan dan ingin menghadirkan kesejahteran bagi rakyatnya secepatnya , meskipun sebab sebabnya berbeda beda kenyataannya selalu mennai kerugian kerugian yang menyengsarakan rakyat kecil . Sebetulnya semangat pimpinan manapun ,mula- mula terlalu semangat untuk maju . Yang sekarangpun ini tak lebih dari semangat pendahulunya . Tetapi seperti pemimpin sebelumnya ,begitu semangat kerjanya , justru kian hari selalu mendapat masalah dalam bidang keuangan . Banyak sekali masalah keuangan yang muncul pada tahun tahun pertama jabatan presiden SBY yang ke dua ini . Barangkali semakin banyak uang pendapatan negara yang dapat dikumpulkan, akan semakin ruwet dan rumit membaginya , memanagenya karena semakin banyaknya tumbuh kebutuhan kebutuhan baru , baik yang semestinya , maupun yang akal akalan . Semakin orang pinter orang semakin banyak akalanya untuk kebaikan dan akal akalannya untuk berbuat yang tak benar . Kita sebetulnya belum bisa menebak apa sebetulnya keinginan pemimpin jaman pada saat ini . Kita tak mau menebak nebak , karena kadang kadang menebak dengan melihat sesuatu yang kasat mata , ternyata mendapatkan hal yang kurang tepat atau malah berlawanan .
Kita lihat orde baru . Orde baru sibuk mengerahkan homo economic dari Amerika dan barat lainnya. Menyingkirkan aspri aspri yang tua . Lalu begitu bersemangat membongsai peranan orang Cina di negeri ini , yang semua kita kurang memahami maksudnya selain tampak melakukan kekejaman terhadap orang Cina . Dan logis saja jika orang Cina lalu membencinya setengah mati . Ternyata dibalik itu semua adalah adanya upaya orde baru mengerem laju kekuasaan dan kecakapan orang Cina yang ingin menguasai mula mula memang dimulai dari ekonomi kita , dan selanjutnya . Nyata sekali dengan tumbangnya orde baru , gelombang ekonomi , budaya ,dan kekayaan orang Cina melanda bahkan mengurug negara kita kembali . Dari pemerintah yang ini selain berita tentang pertumbuhan angka statistik hampir tak satu kalimatpun pernah bersahabat dengan pluralisme dan multikulturalisme selain di depan perayaan perayaan Imlek sejak 2007 . Jarang sekali terdengar disebutnya pilar pilar negara pilar pilar kebanggaan bangsa ,pendidikan moral, budi pekerti .Atau hal itu dianggap tak perlu , karena satu satu yang diperlukan manusia atau manusia kita adalah menjadi kaya raya , banyak uang . Karena itu dari segi pertumbuhan pemerintah telah banyak mengeluarkan kebijakan dan bantuan bantuan untuk mengatasi kemiskinan , artinya meskipun dari orde liberalisasi masih juga memikirkan pemberantasan kemiskinan dan kebersamaan . Bapak Wim Tangkilisang , Pemimpin Harian Umum Suara Pembaruan yang bukan orang Jawa dan sudah pernah mengikuti P4 atau belum kurang jelas , dengan bahasanya menyatakan " SBY mengatakan " dalam demokrasi , landasan bagi seluruh tujuan pemerintah dalam segala programnya adalah bagaimana memberikan kemaslahatan terbesar bagi sebagian besar rakyat ." To provide the greatest good to the greatest member of peolple "Namun pertanyaan besarnya adalah terletak pada persoalan apakah presiden SBY mempraktikan apa yang diucapkannya . Presiden SBY telah melakukan semampunya apa yang diucapkannya .Tetapi dia tak dapat melakukan sendirian .Semua orang , tidak hanya kabinet atau partainya , tetapi seluruh pihak yang terlibat dalam pelayanan masyarakat harus memperhatikan seruan itu. Akan menjadi tragedi bagi Indonesia , jika seruan Presiden untuk kebaikan terbesar itu hanya menjadi teriakan di padang belantara ." Banyak sekali tugas tugas pemerintah yang belum terselesaikan . Dapatkah dalam waktu yang tinggal 4 atau 3 tahun dapat menuntaskan semuanya .Tetapi umpama kelak tugas itu tak terselesaikan maka yang paling akan di pertanyakan adalah soal pembinaan moral budi , karena soal itu yang sama sekali kurang mendapat perhatian sebagaimana mestinya . Dari moral benegara atau berpolitik , moral berdemokrasi , moral berekonomi , moral dalam pergaulan /bersosial , dan karena banyak orang yang tak bermoral atau bermoral rendah .

bintoroasri @ yahoo .co.id .




AGGRA INSTITUTE

TAMAN BELAJAR PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME
Alamat :E mail bintoroasri @ yahoo.co.id


7 . BUDAYA JAWA MEMANG TERLALU LAMA TERSIMPAN NYARIS MENGALAMI PEMBUSUKAN
Kami kadang kadang heran , jika ada orang pintar membanding bandingkan budaya daerah khususnya Jawa yang dikatakan kolot , lamban , nguler kambang , ketinggalan jaman tak sesuai dengan derap langkah pembangunan . Orang semacam ini sesuai dengan jaman yang melahirkannya tentu tak salah , mereka hanya melihat kenyataan yang ada disekelilingnya , memang begitu . Barangkali orang yang berpikiran seperti itu perlu diberi pemahaman , Pertama tujuan hidup yang diajarkan Budaya Jawa itu tak sama dengan pendapat yang diajarkan orang pada waktu sekarang . Tujuan hidupnya adalah tata tentrem kerta raharjo . Sesuai dengan tujuan hidupnya tentu saja agak aneh jika kita harus nubras nubras dengan derap langkah pembangunan yang menggebu gebu , buat apa direwangi nubras nubras barang , malah menggebu gebu jika toh akhirnya tidak akan berujung pada tata tentrem kertoraharjo . Buat apa kita mengerahkan segala daya dan dan dana jika akhirnya akan sampai pada keadaan gegeran saja , usreg , ora tau jenjem wong pijer pada rebutan terus. Pijer rebutan panguwasa lan donya brana , ngumbar kesrakahan dan ketamaan .
Ajaran orang dulu adalah hidup tak perlu ngoyo , wong keprluan hidup ini sebenarnya sederhana sekali , dapat dipenuhi dengan santai . Jika kebutuhannya dibikin sederhana tentu kita tak susah . Asal jangan srakah mau menguasai bumi ini semuanya saisi isinya . Masalahnya sebenarnya terletak pada kemuan kita sendiri , apakah akan memilih mengembangkan kebutuhan sederhana secukupnya saja , atau sedang sedang saja sehingga tujuan tata tentrem kertaraharjo tercapai atau kita akan ngumbar kebutuhankita secara besar besaran yang penuh dengan keglamuran, kemubziran yang hingar bingar . Jangan mengira orang tua kita itu dulu bodoh bodoh dan tak maju . Dari dulu orang pendahulu kita sebenarnya juga sudah tahu , buaaanyak sekali kekayaan hutan dan tambang tersimpan dalam bumi kita . Pemerintah Hindia Belanda rupanya lebih hati hati dalam memanage kekayaan negeri dari pada orang sekarang , dibanding orang orang modern . Orang dulu berpikir buat apa kita gali dan habiskan wong kebutuhan hidup sudah tercukupi .
Lihat apa manfaatnya bagi penduduknya jika berton ton di gali di Timika (Papua) , jutaan hektar kayu di babad di hutan hutan luar Jawa.

Supaya kita kaya ? Kita siapa , wong buktinya kita selalu kurugan utang .


Ekonom kita pintera kaya bisa njara langit , dengan gelar gelar gemerlpan , tiap bulan dipanggil unuk menerima penghargaan internasional dan macam macam pemhagaan lain , apalah artinya bagi rakyatnya jika pungkasane ora wurung ya mung pinter utang lan ngurus utang , kanggo keuntungan diri pribadi dan golongannya yang malah sudah sugih sugih , sedang wong miskin tetep miskin . Leres punapa mboten ?
Tahun 1946 ketika kita masih baru menjadi bayi negara merdeka , sudah bisa menyumbang saudara kita orang India yang menderita kelaparan . Aneh jika kita sudah banyak doktor doktor malah banyak utang , dan banyak kecolongan dari yang teri sampai yang geden gedenan .
Kalau mau memakai gaya hidup yang sederhana , hidup akan penuh dengan ketenangan , mau hidup yang sedang sedang masih dapat bertenang tenang . Hidup sederhana atau sedang sedang saja ,tak perlu direwangi nganti paribasane teken janggut suku jaja dan nubras nubras masih direwangi nyolong nyolong segala . Kalau mau cepat maju , mau maju kemana . Gusti Allah yang Maha Adil , Maha Welas Asih sudah memberikan lahan yang subur , buat kemaslahatan bersama .

Yen kelingan prasetyan biyen , berjuang bersama , nandur bersama , mestine ya dimanfaatkan bersama , ben makmur bersama . Ana akeh dibage akeh oleh setitik dibagi setitik . Mestinya begitu . Mengapa ribut . Tetapi mana kala manusia sudah mulai ingin memasuki dunia untuk memenuhi gaya hidup yang besar besaran ,itulah saat manusia merambah daerah tidak tenang . Untuk naik kedaerah yang lebih tinggi banyak kesulitan tetapi manusia menyukai kesulitan itu .Ini memang agak aneh orang yang kebanjiran harta benda malah menjadi tak tenang , tetapi menyenangkan . Orang ini menjadi lebih bingung dari pada orang yang masih dalam tataran sederhana atau sedang sedang saja .Barangkali berdasarkan pengalaman yang demikian itu maka leluhur kita menetapkan memilih jalan kesederhanaan tetapi tentrem . Kedua , perlu dipahami bahwa sejak jaman Majapahit budaya Jawa terdesak . dikejar dan dimusuhi sebagai budaya kuno yang harus dibasmi oleh golongan pendatang yang ingin mengambil alih kekuasan setidaknya eksistensi budaya Jawa , sehingga budaya Jawa sekian ratus tahun harus tersimpan atau harus hidup kucing kucingan dengan vandalisme yang ingin memusnahkan . Karena itu kemunculan budaya yang sekian ratus tahun tak pernah mengalami sentuhan menjadi tampak aneh ,seaneh munculnya makluk aneh dari lautan atau rimba raya . Dan itu yang membuat orang orang apa lagi orang muda tak mengenal sosok yang aneh itu . Founding father kita sebenarnya telah memberi isyarat bahkan syarat dan warisan itu dicantumkan dalam lambang negara Bhineka Tunggal Ika , tentu maksudnya , memberi tahu kepada kita penerus bangsa , agar memahami dan kemudian menggali apa sebetulnya yang termasuk dalam Bhineka Tunggal Ika . Bhineka Tunggal Ika ialah keberadaan pluralisme dan multikulturlisme yang ada yang merupakan inti kekayaan pada setiap daerah sebagai budaya budaya daerah . Budaya budaya daerah yang bermuatan idiom idiom lokal , kearifan lokal yang berisi nilai nilai luhur yang spiritualistis yang moralistis dan berdasarkan kebersamaan , yang dahulu dipakai sebagai tuntunan hidup bangsa kita yang perlu selalu diugemi . Namun isyarat isyarat founding fathers kita tak dapat diterima dan diterjemahkan oleh ilmu pendidikan modern . Sebetulnya substansi dari pada kekuasaan otonomi telah diarahkan UUD45 untuk memahami , menghidupkan budaya daerah sebagai isi dari negara kesatuan kita . Pemegang kekuasaan otonomi daerah sebelum mulai dengan program programnya yang lain seharusnya perlu memprioritaskan kehidupan budaya daerah lebih dulu . Memprioritaskan budaya daerah bagi pemerintah daerah seperti kuajiban mutlak, conditio sine qua non , karena hal itu perintah yang ada pasalnya dalam UUD45 . Hal yang harus diperhatikan . Budaya daerah diprioritaskan karena tercantum dalam UUD45 , yaitu yang memiliki kandungan kearifan kearifan lokal yang sesungguhnya dapat menjadi pegangan hidup suku suku bangsa se negara secara lebih pas. Kearifan kearifan lokal sebagai pegangan hidup yang pas dan syah adalah termaterielkan sebagai UUD45 . Setiap kali ada penyelewengan , pembelokkan dari UUD45 , sehingga negara berdiri pada dasar yang tak pas , selalu secara otomatis akan diikuti keadaan yang bergolak atau setidak tidaknya kisruh setiap hari . Ada saja masalah yang menjadi kendala orang berkerja . Contoh , lihat Kraton Ngamartopun setiap kali kehilangan jimat Kalimasadanya juga gonjang ganjing seperti itu . Mungkin belum banyak orang yang sempat berpikir mengapa keadaan selalu usreg tak pernah jenjem ,tenang sebentarpun. Bahkan ada kekawatiran jika keadaan usreg yang dibiarkan dan lama lama menjadi biasa , maka nanti setelah tak tekendali dapat membahayakan .Dahulupun Pak Hatta (salahsatu proklmator kemerdekaan bangsa telh memberi tahu bahhwa korupsipun jika dibiarkn menjadi kebudayaan . Keadaan yang tak proposional yang tiap hari terjadi lama lama menjadi biasa dan menjadi proporsional , tetapi itu seperti kanker yang akan terus tumbuh dan akan membahayakan .
Karena itu kiranya perlu pengkajian apakah signalemen AGGRA yang menyatakan bahwa keadaan yang usreg selama ini karena negara terletak pada dasar yang kurang pas . ? Apa lalu akan diperhatian atau dibiarkan saja nanti lama lama toh menjadi biasa . Jika kurang pas , apakah tak perlu diupayakan agar diletakkan pada tempat yang lebih pas lagi . Bahkan penulis berpikir sejak seprana seprene gegeran kok ora uwis uwis mestine isih ana sing durung pas . Sugiha donya brana sing mubra mubru ora mekakat yen durung pas karo tujuan tata tentrem kerta raharjo , kaya kaya negera durung bisa jenjem , tentrem ora ana reridu ,adoh saka memala , adoh saka sambekala. Selanjutnya kali ini AGGRA bukan akan mengemukakan telaah masalah , kali ini AGGRA ingin mendapatkan penjelasan dari para budayawan , budayawan Jawa , Javanolog , ahli ahli budaya Jawa atau bahkan para penjaga budaya Jawa , atas masalah seperti yang kami kemukakan ini. Meneruskan pertanyaan sidang pembaca AGGRA yang umumnya orang Jawa yang begitu intens mengikuti budaya Jawa , kepada pengelola siapa saja yang mengurus kaprajuritan kraton kraton , apakah tata pacak baris pasukan kraton memang begitu sejak dulu. Dulu kapan ? Tak berubah rubah , meskipun gunung Merapi sudah berkali kali meletus ? Apakah pasukan Diponegoro yang gagah gagah , kalau baris seperti pasukan kraton pada grebeg .Apakah Maesa Jenar prajurit yang terkenal . kalau baris juga seperti jalannya orang sunat . Apakah akan melanggar dan kuwalat jika mencari koreografer yang baik , yang dapat membangun citra parjurit kraton yang gagah pideksa tetapi tak melanggar kesakralan kraton. Pacak baris kraton adalah wajah budaya Jawa budaya kraton yang setiap waktu muncul sebagai kelengkapan berbagai upacara dan setiap kali memunculkan wajah kepribadian orang Jawa yang katanya adiluhung tentu harus sesuai dengan sebutan yang dipasangkan dengan budaya Jawa yang adiluhung .
Atau mencari penampakan yang lebih asli lagi , mungkin prajurit dulu tak memakai baju , tetapi menampakkan otot otot yang kuat , gerakan yang tangkas dan gagah bersenjatakan senjata kuno kuno , prajurit pajurit mana ,yang patut atau layak jika sekirnya harus maju kemedan perang . Bukan prajurit yang nyuklun , jalannya kaya orang baru snat atau tampak kurang gizi .
Prajurit atau angkatan bersenjata apapun tingkatannya , itulah wajah negaranya ,wajah pemerintahnya, wajah ekonominya .
Ada lagi contoh yang lain upacara tradisional yang paling dekat dengan keraton, istana penjaga budaya Jawa . Upacara grebeg atau upacara jamasan kereta kencana . Upacara tradisional ini selalu diakhiri dengan acara berebut .Berebut hampir merupakan puncak puncak acara . Berebut gunungan yang berisi makanan dan bahan makanan . Bahkan kadang kadang seperti kumpulannya orang yang kurang waras , gunungan yang belum ditaruh ditanah dan didoakanpun sudah ramai ramai diperebutkan .Karena diperebutkan akhirnya banyak makanan yang rusak dan mubasir terinjak injak . Sedangkan pada upacara jamasan kereta kencana diakhiri dengan memperebutkan air bekas cucian kereta . Terlepas dari yang lain lain , kami kurang mengerti mengapa orang Jawa yang disatu sisi selalu diajarkan untuk berperilaku utomo yang halus , sabar ,santun , wani ngalah , nrimo , ternyata dalam upacara itu dibiasakan untuk berebut .Padahal berebut adalah perbuatan kasar yang tak utomo , mengabaikan sopan santun dan kehalusan berwacana . Bukankah ini seperti membiarkan bahkan memberi contoh agar orang berbuat seperti itu dalam segala hal .Misalnya nyata nyata dalam tiap antrian baik dirumah sakit , diloket kereta orang berdesakan berebut . Orang mau naik bis harus berebut . Budaya sabar sareh dan antri seolah tak diingat lagi .Orang dijalan saling berebut dahulu mendahului berdesak desakan baik itu orang jalan kaki apa lagi berkendaraan . Adalah Pangeran Haryo Puger pengageng kraton Surakarta , satu dari sekian budayawan Jawa yang mempunyai pendapat lain ,yaitu tidak membiarkan hal yang salah itu diteruskan .Tertibkan budaya grebeg supaya mengajari orang berbuat baik . Pada upacara "nyawer" atau menabur uang receh logam bercampur beras kuning pada upacara temon penganten , atau pada acara perpisahan antara jenazah dan keluarga yang ditinggal , upacara itu memacu orang untuk berebut untuk mendapatkan uang receh yang disebar itu . Ini juga uapacara yng mengandung ajaran dan contoh yang bertentangan dengan ajaran orang Jawa yang wani ngalah ,sabar sareh , laku utomo . Lalu di Klaten ada upacara yang unik .Ialah upacara Ongkowiyu . Orang berdiri diatas panggung yang dibangun khusus untuk keperluan itu , dari atas panggung para petugas melemparkan apem , kuwih apem kesegala penjuru dimana rakyat telah berkumpul untuk menerimanya dengan berebut . Tak pelak lagi bahwa banyak apem yang jatuh ke tanah , yang terinjak injak dan mubasir . Kalau tetap dimakanpun artinya makan yang kurang higenis . Tentu tak baik menghilangkan tradisi yang sudah lama dimiliki oleh orang setempat ,tetapi tradisi tradisi demikian tampaknya perlu dikaji ulang jangan terjebak seperti ajaran orang anarki tetapi perlu diarahkan agar orang Jawa lebih meningkatkan budayanya , diarahkan pada perilaku yang lebih mendidik , laku utomo . Wahai para budayawan Jawa , nuwun sewu mbok inggih sami kerso paring fatwa sauger dados tambahing kautaman para kawula . Inilah yang mengherankan .Apakah hal itu disengaja , agar nilai keberkahannya lebih besar atau atau kesakralannya menjajadi lebih besar , untuk apa ? Mengapa wong Jawa kok tak nJawani to. Malah kosok balen karo Jawane . Adat Jawane ngulon wonge malah diwarahi ngetan ? Mengapa dibiarkan demikian . Mengapa golongan ahli ahli budaya , penjaga budaya tak dapat memberi arahan dan penjelasan agar semua menjadi lebih bermanfaat dan lebih tertib dan orang tak terjebak atau malah dituntun dalam kebiasaan , adat budaya yang ugal ugalan , dan rusak rusakan , awur awuran dan awut awutan . ( Vide : Buku Kejawen 2002 jilidan ke 2 .AGGRA) . Apakah tak lebih baik diarahkan pada pembentukan watak yang baik , kebiasaan yang baik, aklak yang baik sesuai yang diajarkan budaya Jawa yang adi luhung . Perwiro untuk tidak berebut, dulu orang tahun perwiro , isin rebutan kaya wong sing wis kesrakat banget . Mengapa bukan budaya sabar sareh yang dikembangkan , budaya antri suatu latihan untuk kesabaran , ketertiban , unggah ungguh menghormati yang perlu dihormati ,kata orang Sunda nu sepuh dipayun , nu ngarora di pengker .

bintoroasri@ yahoo.co.id.

----------------------------------------------------------------------------------------------

AGGRA INSTITUTE

TAMAN BELAJAR PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME
Alamat : E mail bintooasri@yahoo.co.id .


8. Jawaban atas seruan Bapak Ayip Rosidi dan lain lain yang mengkawatirkan hilangnya budaya pluralisme dan mulltikulturalisme .

Dalam Visi Konperensi Internasional Budaya Sunda I di Bandung pada tahun 2001 berserulah Pak Ayip Rosidi
" Di antara negara dan bangsa di dunia , Indonesia adalah salah satu yang mempunyai budaya sangat beragam .Keberagaman itu dilembagakan dalam lambang negara "Bhineka Tunggal Ika "beragam macam namun satu jua . Akan tetapi keberagaman itu , walaupun sering dibangga banggakan secara verbal , tidak pernah secara konseptual dan berencana dijaga dan dipelihara bahkan dikalahkan oleh jargon " persatuan dan kesatuan " yang bersifat monolistis ,tetapi yang juga tak pernah diuraikan secara konseptual . Kompas 24-8-2001 .

"Jika tidak ada keseriusan bersama untuk membangun bahasa daerah .kita harus siap menyaksikan menyaksikan punahnya bahasa daerah termasuk bahasa Sunda .Kita tahu pemerintah sulit diharapkan .Di tangan kita bersama masa depan bahasa daerah berada ."
"Si polan lain we teu ngarti soal budaya daerah . Si polan teu daek ngarti soal pentingna budaya daerah kaasup bahasa daerahna ." Suara Pembaruan Selasa 11 Juli 2006 .


Letih Pak Ayip Rosidi , selalu meneriakkan hal hal budaya daerah namun tak mendapat respon , sermentara beliau tiap hari menyaksikan budaya daerahnya (Sunda) lambat tapi pasti akan menemui kematiannya , sementara budaya modern atau budaya lain dari mana mana siap mengambil alih tempatnya .
Dalam no. lain tulisan tulisan ini , disebut budaya Kekinian mendapat kemenangan dan Kekunoan tercampak

Dalam buku Manusia Jawa disebut oleh Pak Drs Marbangun Harjoworogo bahwa budaya Jawa secara lambat tetapi pasti , sedang menuju kematiannya "

Kalau kami sebut ada peperangan antara budaya kekunoan , pluralisme dan multikulturalisme , atau budaya budaya daerah , melawan budaya kekinian , modernisme , rasionaisme dan liberalisme sesungguhnya itu kurang adil . Karena yang ada , adalah adanya budaya pluralisme multikulturalisme , budaya daerah yang telah termarginalisasikan dari pemikiran rakyat atau sebagian besar rakyat disatu pihak dan makin gencarnya pembinaan budaya modern dipihak yang lain lagi .
Barangkali sudah terlalu lama seruan Pak Ayip Rosadi tersebut , toh belum pernah pernah ada reaksi baik dari konco konco sendiri maupun pihak yang berwewenang yang merespon pernyataan tersebut . Yang lain tak direspon tak mengapa karena sifatnya sekedar analisis saja tanpa dibebani tuntutan yang serius ? Jika dalam masa orde lama atau orde baru meskipun sedikit masih ada upaya bangkitnya budaya budaya daerah , tetapi juga sekaligus ada penyusup penyusup yang berusaha membunuh budaya daerah , maka sesudah era reformasi kehidupan budaya daerah tampak lebih pudar , kecuali objek objek yang diduga akan mendatangkan uang bagi pemerintah , melalui sektor pariwisata .

Sungguh penulis kurang mengerti mengapa pemerintah yang ini tampak tak begitu bersahabat dan kurang peduli dengan kehidupan budaya daerah , selain yang mendatangkan uang melalui sektor pariwisata . Dalam setiap proper test terhadap para menteri selalu diuji bagaimana kementeriannya dapat menciptakan uang . Bolehlah Depatemen Tenaga Kerja mengirimkan calon calon pahlawan devisa , yang terdiri dari , TKI TKW ,tenaga tenaga para medis dan para ahli ahli keluar negeri tetapi mudah mudahan jangan sampai ada pengiriman tentara bayaran , karena hal itu sungguhpun dapat mendatangkan uang banyak, tetapi keterlaluan .
Tak pernah ada dipersoalkan moral, harga diri kemanusiaan , kebersamaan dan tampaknya uang adalah segala galanya . Mungkin dalam dalilnya ada uang semua beres , bahkan dalam pepatah Cina ada uang , kera kerapun dapat diupah untuk mendorong batu gilingan .
Pada hal dalam praktek kita lihat dari luar , karena uang persoalan persoalan tak kunjung selesai , dan begitu seterusnya tak henti hentinya muncul kasus kasus baru gara gara masalah uang . Pola ini seperti petunjuk dan panutan ke bawah , oleh karena itu eselon dibawah dan kebawahnya tentu akan mengikuti panutannya .

Meskipun Pak Ayip Rosidi menyerukan hal hal yang legal yang ada pasal pasalnya dalam UUD45 bahkan seharusnya menjadi beban kerja para legislatif bahkan ekskutif bahkan yudikatip namun semua diam , sungguh bisa dimengerti dan sungguh tak dapat dimengerti bahwa hal tersebut tak pernah mendapat respon dari manapun . Apakah mereka tak mengerti makna pasal pasal itu , tak sempat memikirkan pasal pasal tersebut atau bagaimana ? Yang jelas nasib budaya budaya daerah termarginalisasikan dengan segala akibat akibatnya , gara gara semua orang memburu uang , yang tidak cepat tak kebagian . Sungguh lelah dan Kita ulangi seruan Pak Ajip Rosidi " Jika tidak ada keseriusan bersama untuk mengembangkan bahasa daerah , kita harus siap menyaksikan punahnya bahasa daerah termasuk bahasa Sunda . Kita tahu pemerintah sulit diharapkan . Di tangan kita bersamalah di masa depan bahasa daerah kita berada "tegas Pak Ayip tampak senang hadir pada diskusi di UI .
Ia sekarang tahu , di UI muncul kesadaran mengenai arti penting pengembangan bahasa daerah ."
Kata keseriusan dan bersama tampaknya mudah dikatakan tetapi kenyataannya sukar diperoleh .Dari 11 Juli 2006 sampai sekarang sudah terentang waktu yang panjang , bagaimana kaadaan keseriusan dan bersama yang ada ? Kalau dalam tiap sawah 1 HA menghasilkan 7 ton semusim maka dalam kurun dari 11 Jui 2006 sampai sekarang sudah berjalan 4 tahun .Kalau panen 1 kali setahun sudah menghasilkan 4 x 7 ton = 28 ton .Kalau setahun dua kali panen sudah menghasilan 56 ton .Bagaimana dengan keseriusan dan bersama me revitalisasi bahasa Sunda . Maju , mundur atau malah makin hilang ?
Penulis tak mengerti apa yang diorasikan Pak Ajip Rosidi dalam rangka sarasehan kebangsaan pada Senin Kliwon 7 April 2008 yang juga dihadiri oleh Pak Sultan Hamengkubuwono X apakah membicarakan kesulitan kesulitan seperti diuraikan tersebut diatas . Masalah bahasa dan budaya Jawa sebenarnya mempunyai masalah yang sama , terpuruk oleh deru pembangunan .Pembangunan yang gegap gempita benar benar mempesona , merampas perhatian seluruh penduduk negeri .
Adalah Pak Ajip Rosidi mestinya dengan kelompoknya yang tak punya kuasa dan kemampuan apa apa . Pak Pak Ajip yang tak punya kemampuan dan kuasa untuk melaksanakan buah pikirannya selain cuma dapat mengumpat dan pasrah dan bersungut sungut , membodohkan orang yang tak sudi membantunya dalam upaya merevitalisasi budaya Sunda . Bahkan mungkin karena lelahnya menyingkir ke Jawa Tengah ke daerah Magelang untuk mencari kekuatan baru.?

Berbeda dengan Pak Ajip , maka Pak Sultan Hamungkubuwono X adalah Raja spiritual yang punya kuasa untuk ditaati sampai pejah gesang , sabdanya dijunjung diembun embunan , Pak Sultan Hamengkobuwono X adalah Gebernur yang punya kuasa untuk mengatur dan membeayai apa yang harus dikerjakan , sehingga bisa idu geni , sakecape dadi . Dalam rangka menyambut edisi ulang tahun ke-2 Majalah Kabare Jogya , sabda beliau " Menurut guru besar antropologi-sosiologi FISIP-Unpad, Dr.Kusnaka Adimihardja, bahwa krisis penggunan bahasa ibu berdampak negatif terhadap kelestarian alam .Karena marginalisasi bahasa daerah , ternyata telah ikut meminggirkan kearifan lokal yang termuat dalam idiom idiom lokal yang berkaitan erat dengan pengetahuan sosial , ekologi dan kelestarian lingkungan .Warna warna lokal yang bermuatan kearifan lokal semacam itulah , menurut hemat saya , yang perlu digali , untuk diangkat dan dikembangkan dengan lebih dalam dan tajam sebagai wahana pembelajaran bagi generasi muda untuk memahami nilai nilai budayanya ". Nuwun sewu , nyuwun pangapunten lan sih kawelasan dalem bilih penulis kurang paham mengapa sabda itu terhenti pada kata menurut hemat saya .

Masalahnya sekarang sudah nyata yaitu adanya krisis penggunaan bahasa ibu bagi hampir seluruh orang Jawa , dan kenyataan ini memang berdampak negatip terhadap kelestarian alam , dan telah disadari bahwa hal itu ternyata juga ikut meminggirkan kearifan lokal yang termuat dalam idiom idiom lokal .
Siapa sebetulnya yang mampu menyetop gejala yang kurang baik , yang seperti penyakit kian hari kian menggrogoti budaya Jawa .
Jawabannya tentu yang tahu dan mampu .Yang tahu tetapi tak mampu , tak mungkin dapat beraksi .Yang mampu tetapi tahu juga demikian . Tentu yang tahu dan mampu .Siapakah sebetulnya yang paling bertanggung jawab terhadap itu semua ? Yang tahu tetapi tak mampu mau apa ? Yang mampu tapi tak tahu ya percumah sajah .

Kalau sudah ada orang yang yang telah mengetahui dan memahami adanya hal hal yang mengkawatirkan ,kelainan kelainan atau abnormalitas dalam masyarakat , dan beliau mestinya mempunyai kemampuan dan punya kuasa untuk mengembalikan keabnormalan itu ketempat yang proposional , maka selesailah semua karena akar masalah sudah ditemukan dan diatasi .

Tetapi agak kurang dapat difahami jika kalimat tersebut terhenti dengan
menurut hemat saya .Bagaimana akan bisa mengatakan s e m u a p a s t i b i s a ?

Ternyata tak ada satupun pihak yang bertanggung jawab surud dan memudarnya budaya Jawa , dengan aksi yang nyata .

Kadang kadang semua merasa bertanggung jawab termasuk para kawula . Sekali lagi kiranya perlu kejelasan siapa sebetulnya yang mempunyai tanggung jawab terhadap kemunduran budaya khususnya Jawa ? Siapa sebetulnya yang disebut penjaga budaya Jawa , pengayom budaya . Bagaimana jika orang yang diserahi tanggung jawab atau penjaga budaya sudah bosen dan tak maelu lagi terhadap eksistensi budaya Jawa karena telah berubah menjadi orang modern ? Apa lalu budya kita yang adiluhung dilembarakake wae , diburak rame reme njur ora ana sing ngopeni ?

Siapa yang dapat dan mampu secara nyata mengembalikan apa yang ditakutkan oleh Pak Kusnaka , agar keadaan yang tak normal dapat kembali pada kedudukan yang semestinya lagi . Siapa yang harus menjadi pelaku " keseriusan bersama" sesuai dengan pikiran Pak Ajip Rosidi tersebut diatas .

Rasa ewuh pakewuh yang selalu merugikan orang Jawa perlu dirasionalkan sedikit untuk kepentingan bersama . Dahulu adalah orang orang Belanda yang selalu mengritik bahkan mengintervensi keraton jika dianggap orang keraton menyimpang dari kebiasaan ( nganeh anehi ) , sekarang Belanda telah pergi , tak ada lagi yang dapat mengusik kembalinya absolutisme kerajaan , meskipun absolutismenya hanya dalam pikiran dan omongan .

Orang Sunda selalu iri terhadap orang Jawa yang memiliki raja dan keraton dan orang Bali memiliki banjar banjar , orang Batak memiliki huta , orang padang memiliki ninik mamak , yang dapat mengakselerasi revitalisasi budaya Jawa dan Bali , betulkah kenyatannya demikian ?

Tidak semudah itu , apa lagi jika keinginan keinginan modernisasi sudah menggebu gebu mengacaukan kuajiban sebagai penjaga budaya Jawa .Mengacaukan tugas pengayom para kawulo yang masih tetap dalam kesetiaan dan benar benar setiap saat masih nenggo dan ngestokaken timbalan dawuh .

Kasihan para kawula , dibelani berkorban untuk keagungan dalem , jebul malah disepelekake bahwa semua itu dinggap sudah kuno , ora njamani .


Anehnya upacara upacara yang glamour yang masih disenanginya dijalankan . Apakah itu untuk kesenangannya , atau untuk menyenangkan para kawulonya ?.


Bali sedikit lagi menjadi Hawai , uang memang berlimpah , tetapi itu bukan satu satunya tujuan . Orang Bali kuno membuat Bali dengan ke Baliannya yang mengagumkan dunia bukan untuk tujuan duniawiyah , ngumbar nafsu hura hura dan mengeruk uang , tetapi untuk diabdikan kepada Sang Dewata demi mendapat kedamaian batiniah dan masyarakat yang tata tentrem kertaraharjo .














Di Surakarta yang disebut sebagai penjaga dan pengayom budaya Jawa , untuk mengatasi masalah dalam negeri sendiri saja tampak sudah sangat berat dan ruwet , tentu sangat sulit diharapkan untuk berbuat yang lebih dari yang telah dikerjakan . Selain meneruskan saja budaya tradisi atau tradisi yang sudah rotine , yang juga menuju budaya yang tak punya roh . Pemberian gelar gelar aristokrat tersiar luas dan itu justru menjadi tanda tanya dan mengurangi kewibawaan kraton , karena peristiwa itu lebih cenderung tampak sebagai mainan dari pada serius . Perebutan tahta menambah keterpurukan keraton .Ada yang orang yang bertanya apakah keraton itu masih keraton beneran yang menjadi penjaga budaya Jawa atau keraton bohongan yang anggautanya masih dapat memberikan contoh contoh budi luhur , mesu budi . Pada jaman dulupun gelar keraton yang demikian memang ada tetapi harus ditebus dengan keutamaan dan kesetiaan yang sangat tinggi dan dengan pengorbanan dan bukan dengan yang lain . Tetapi terserah yang yang kuasa , yang kuasa memang absolit , sumonggo kerso mawon .Sulit dimengerti jika kedudukan penjaga budaya , pengayom para kawulo juga dapat terkuasai penguasa baru yaitu uang .

Lalu ada masalah kriminalitas yang menyibukkan para bangsawan kraton,karena kriminlitas itu mengenai hilangnya aset aset kraton . Dalam kesaksiannya Gusti Moeng mengungkapkan terdakwa HS telah menyalah gunakan kedekatan sebagai keponakan raja Pakoeboewono (PB) XIII Hangabehi .
KR 11 -4-2008 .





Di Semarang ada Gubernur , Jendral Bibit Waluyo , dalam bidang budaya Jawa tampak sebagai golongan muda . Sebagai Gubernur beliau mempunyai jangkauan lintas kabupaten tentu saja dapat menjadi koordinator , misalnya dalam hal pengembangan budaya dan bahasa daerah . Mengapa kami sergah beliau sebagai pecinta budaya daerah ?

Dengan mengenakan busana daerah pada saat mencalonkan sebagai Gubernur Jawa Tengah , sudah memberikan tanda tanda adanya kecintaan beliau terhadap budaya daerah . Adanya tanda tanda orang Jawa yang tak minder memamerkan pakaean daerahnya . Ada tanda tanda sebagai wong Jawa ora lali Jawane , ada tanda tanda sebagai wong Jawa sing nJawani . Tampaknya kecil kemungkinannya jika beliau tak akan rumongso handarbeki dan hangrungkebi budaya sendiri , njur tansah kepilut budaya sing aneh aneh .

Tentu saja semua itu tidak keluar dari aturannya NKRI . Barangkali orang akan lebih menyukai beliau karena orang percaya bahwa beliau akan punya pikiran rumongso handarbeni dan hangrungkebi budayane . Patut didadekake panutan .Kalau beliau pensiun tokoh seperti ini perlu dilamar untuk diangkat sebagai Kepala Non Formal Ngleluri (Pengembangan ) budaya daerah (Jawa ) , Penjaga Budaya Jawa .
Sebetulnya penulis tak akan memuji muji orang , sebab takut jika pujiannya akan menjadikan orang lain iri dan membenci orang yang dipujinya .Padahal Gubernur sebagai kepala daerah memang sudah seharusnya memajukan budaya daerahnya .
Jawaban terhadap seruan Pak Ajip Rosidi yang memberi warning akan segera matinya budaya daerah .
Sekalipun tak ada respon atau aksi dari pihak pihak yang dikira mempunyai tanggung jawab terhadap budaya dan bahasa daerah , sekalipun tak melalui jalur formal struktural , tetapi mengingat budaya daerah adalah roh dari bangsa bangsa yang memilikinya , maka sekalipun betapapun buruknya ternyata budaya daerah masih tampak eksis seperti batang padi yang tengah kebanjiran . Pucuk pucuk sisa itulah mungkin yang harus dipiara oleh " Keseriusan bersama " , agar budaya daerah tak mati.
Dalam rubrik lawang seketeng Majalah Mangle No. 2170 termuat , " dinten Jum'at kamari (9/5) di Gedong YPK Jl.Naripan No. 7-9 Bndung parantos lumangsung dua kagiatan . Kahiji acara ngaleler Anugerah Gubernur Propinsi Jawa Barat ka lima urang penulis Sunda , Kadua , ngawanohkeun ka masyarakat , buku antoloji Cerpon Pinilih MANGLE .
Itukah kegiatan yang dimaksudkan " memelihara dengan kesriusan bersama " ?





Bapak Joko Widodo , Wali kota Solo , kiranya dapat kita cermati sebagai sosok pejabat yang dapat memadukan pengetahuan , kemampuan , kemauan melangkah secara nyata dalam melindungi budayanya , budaya daerah . Dalam masa jabatannya banyak sekali digelar kegiatan kegiatan yang berkaitan dengan budaya daerah baik atas prakarsa kraton sebagai pelaksana budaya tradisi yang sudah turun temurun misalnya peragaan busana Jawa , kirab kirab , jamasan pusaka , perbaikan peninggalan peninggalan dll . Kegiatan LSM budaya yang bertujuan untuk revitalisasi budaya daerah , kirab kirab yang non kraton , kumpulan kumpulan karawitan , macapatan , klenengan , beksan dll. Kegiatan formal struktural yang dilakukan pemerintah daerah yang juga berkenaan dengan revitalisai budaya daerah , misalnya penelitian kembali aksara Jawa , penggunaan aksara Jawa untuk papan papa nama instansi , mewajibkan berbicara bahasa Jawa , baju batik , lomba lomba kesenian daerah . Sebetulnya masih buuaaanyak lagi hal hal yang perlu dan akan dikerjakan oleh Pak Jakowi atau Pak Wali sehubungan dengan revitalisasi budaya daerah .
Di Surakarta diadakan sarasehan penulisan dan diskusi tulisan (aksara )Jawa .
Demikian di luar daerah kraton Solo dan Jogya ,jaban rangkah Jawa Timur , Dulang Mas dan pesisir lor dan juga banyak sekali upacara upacara tradisional daerah yang pelaksanaannya dibawah ancaman ancaman dan cemoohan orang yang tak menyukainya , bahkan yang ini telah berlangsung dari jaman Majapahit , sehingga mengapa pelaksanaan upacara tardisional Jawa dilaksanaka secara dedemitan , sehingga timbul yang disebut ilmu klenik . Bagaimanapun juga masih ada pelaksanaan budaya daerah yang masih terus dilaksanakan baik dengan kesadaran maupun meneruskan tradisi .
Bupati Karanganyar Solo Ibu Rina Iriani , menurut Pak Haryono Soeyono sudah sejak tahun 2006 telah memberikan kontribusi dalam merevitalisasi budaya Jawa dengan memeperkenalkan dan mewajibkan setiap warganya berbahasa kromo pada tiap hari Rebo .
Bahkan dikota kecil Kutoarjo , berdiri sebuah kumpulan Paguyuban yang menamakan diri sebagai Paguyuban Sadulur Makmur yang akan memiliki sebuah langkah kerja nyata untuk keseimbangan hidup bermasyarakat dalam bidang kerja politik , ekonomi sosial dan budaya .

Dalam buku Seri Kejawen Terbitan AGGRA Inst . Jilidan 2 ada termuat panguda rasaning penulis yang antara lain berbunyi , " mendah regenge yen ing keluarga sing bapak lan ibune pada pada wong Jawa , njur sakeluarga mbiasaake nganggo basa Jawa ing padinane . Mendah anoragane (anggun dan berwibawane en para pengangeng Jawa paring sesorah marang andahane utawa masyarakate sing uga wong Jawa migunaake basa Jawa . Mendah endahe yen wong Jawa ing wayah wayah penting isih pada pating sliwer kersa nganggem busana Jawa . Upama ing dina upacara negara ,upacara tradisional , dina gede (lebaran ) malah luwih matuk maneh yen ing wanci pemilihan lurah , pemilihan kada pada ngagem busana daerah , jan gandem temenan . Pada seneng nonton wayang maneh , ben ora pada nonton tontonan sing marakake tawuran .Pada seneng maca buku buku Jawa sing kebak pitutur becik lan ora porno , pada ngrungoake gending gending sing laras , keroncong , pokoke sing ora marahi wong pada gelut lan brangasan . Beliau (Pak Jakowi ) adalah sosok yang pantes disebut sebagai model priyayi Jawa kini , yang nJawani dan ora lali karo Jawane. Beliau termasuk angkatan tua yang berjiwa muda , juga tokoh muda yang menjiwai kekunoan . Beliau sebagai modernis tak pernah bingung dan tahu menempatkan mana modernisasi yang perlu dituladani ,tetapi tidak terlalu mendewakan modernisasi lebih lebih yang ugal ugalan dan mudah mudahan tak terseret arus jeram modernisasi yang membahayakan kehidupan orang dan kebiasaan Solo , dan mudah mudahan sebagai bagian dari pecinta kekunoan beliau tetap konsisten menjaga yang kuno kuno dan tak punya niat untuk mematikan yang kuno kuno hanya karena iming iming untuk jadi kaya raya tetapi yang menyebabkn dosa . Sebetulnya hanya orang orang daerah yang peduli dan sangat peduli dengan budaya dan orang orangnya saja yang pantas di dukung sebagai pemimpin daerah .











Lalu ada sosok Bapak Dr. Sahid Gitosardjono , orang kaya di Jakarta yang juga ikut andil mendongkrak ketenaran kota Solo dengan terbitnya koran SOLO POS , bahkan lebih dari itu memberi semangat yang dapat menjadi Solo lebih hdup dari sebelumnya . Intinya merevitalisasi budaya daerah .
Kalau Pak Ayip Rosidi ,Ketua Yayasan RANCAGE di Bandung , tetapi lalu pindah rumah ke Blabag Magelang belum mengerti , penulis laporkan sebenarnya kedua beliaulah yang pantas diberi hadiah RANCAGE , karena beliaulah yang dengan nyata telah bersama rakyat Solo membuat Solo hidup budaya daerah setempat hidup lagi setelah sekian lama kembang kempis . Mudah mudahan pemimpin pemimpin daerah kita dimana saja , dengan diterimanya undang undang otonomi , yang pertama kali dikerjakan adalah membangkitkan kembali budaya daerah sendiri dululah sebelum terinspirasi dengan kerja yang aneh aneh lain , karena tugas yang penulis sebutkan itu bukan tugas main main , tetapi tugas yang telah diamanatkan oleh para leluhur lewat UUD 45 . Namun sungguh mengerikan , jika kita membayangkan adanya nafsu keinginan yang begitu besar untuk menjadikan kota Solo menjadi super modern , menjadi megapolis . Dengan Solo center ,mall mall , hotel hotel , paragon ,kondomnium , apatemen Keinginan yang sebetulnya agen kesrakahan , ketamakan dan arogansi dupeh banjir uang . Uang yang akan mendatangkan musibah besar , pembangunan besar besaran akan mendatangkan musibah setidak tidaknya bagi orang tak mampu . Banyak TKI ,TKW dari daerah ini artinya telah banyak orang sini yang mulai tergusur ke luar . Apakah pembangunan akan menghabiskan orang ini sampai tuntas ? Tak mungkin pak Suto Pak Noyo yang tinggal di apartemen , kondomnium , bukan si Dadap dan siWaru yang akan jadi tamu di hotek hotel mewah . Arogansi orang berduit memang keterlaluan dan telah lama mengintai dan bersiap membuldoser kedamaian kota yang lembut damai . Kelembutan dan kedamaian yang selalu diingat ingat dan dirindukan oleh siapa saja . Mengapa pikiran harus selalu mendongak ke atas , banyak masalah masalah di bawah yang belum beres .

Orang Amerika dulu waktu miskin punya doctrin America for America .

Solo didirikan adalah untuk menjadi model dari keadaan tata tentrem kerto raharjo , bukan dipersiapkan untuk ladang menanam uang, ketamaan dan kerakusan . Sama halnya dengan keramat keramat , petilasan petilasan , pedepokan pedepokan, pertapaan pertapaan , bahkan kraton kraton didirikan oleh nenek moyang dimaksud sebagai tempat orang mencari kedamaian , ketentraman , keteduhan , mengasah budi dan bukan dipersiapkan untuk menjadi ladang yang menghasilkan uang yang berlimpah limpah , kemeriahan yang makksimal , hura hura yang paling dahsyat .

Orang dulu berpendirian tak mengapa dikatakan tidak maju , dielek elek , diala ala sebagai orang kuno yang kolot , yang tidak sugih , karena yang dicari kedamaian , keteduhan , ketenteraman , tata tentrem kerto raharjo .Itu masalahya kan tinggal memandangnya dari sudut mana ?
Meskipun kita tak sepenuhnya dapat mengikuti petutur WEDATAMA , tetapi pitutur para leluhur hendaknya kita perhatikan untuk memperkaya pertahanan batin kita ,

" Nulada laku utama , Tumrap wong tanah Jawi , Wong agung ing Ngeksi ganda , Panembahan Senapati , Kapati amarsudi, Sudaning hawa lan nepsu , Pinesu tapa brata , tanapi ing siang ratri , Amamangun karyenak tyasing sasami sinambi ing saben mangsa kala kalaning ngasepi lelana teki teki nggayuh geyonganing kayun kayungyun eninging tyas sanityasa prihatin Pungguh pangah cegah dahar lawan guling saben mendra saking lelana leladan sepi ,
ngiseep sepuhing sopana
mrih pana panraweng kapti ,
tistising tyas amarsudi
Mardawaning budaya tulus ,
mesu reh kasudarman
neng tepiting jala nidi sruning brata kataman wahyu . wikan wengkoning samodra , kederan wus den ideri kinemat kemot ing driyo rinegem sanggem adadi.

Nora kaya si Punggung , Ugungan sa dina dina
aja mengkono wong urip .
Lumuh asor kudu unggul
Sumenggah sesongaran .

Yang pinter sundul langit , yang tandange sabendino jumpalitan kaya Burisrawa , mburu kemajuan sing tegese mangane enak enak ,klambine apik apik , umahe bregas ,lungan gampang nganggo mobil utawa montor mabur , duwite ora itungan , toh tak bisa merubah kodrat Illahi , nek kesel turu , nek tuwo bakal kriput ,elek akhire ya mung njur mati , ora ana sing bisa digawa . Ora usah kakehan polah .

Ngati atilah .Yang jaga kubur selalu siap dengan penggada penggadanya untuk melaksanakan pemeriksaan pendahuluhan dan melaksanakan siksa kubur . Samadya samadya wae . Inggih punapa mboten .

Mungkinkah Solo akan mengikuti jejak kota Bandung atau Bali yang super sibuk ? Mungkinkah Solo akan mengikuti jejak kota Bandung atau Bali yang super padat , sesak ,panas , mengganti suasana yang santai damai menjadi hingar bingar ? Untuk tepa palupi , tengok apa yang didapatkan orang Sunda sesudah bandung menjadi megapolis ?
Begitupun keraton Surakarta Hadiningrat yang mestinya menjadi mercu suarnya , kebanggaan budaya dan orang Jawa mengapa tak lebih dan tak kurang seperti telah menjadi fosil fosil yang terpajang di Sangiran , tanpa roh , tanpa greget sama sekali .
Bagaimana pikiran pikiran penjaga budaya Jawanya , budayawan budayawan Jawanya , Javanolog Javanolognya
dengan kondisi yang demikian ? Apakah masih ada yang patuh dengan contoh contoh raja leluhur , yang selalu lara lapa , tapa brata , laku batin , mesu budi , tirakatan ? Yang kapati amarsudi , sudaning hawa , sudaning hawa lan nepsu .Pinesu tapa brata .Tanapi ing siang ratri .Amamangun karyenak tyasing sasami .




bintorosri@yahoo.co.id .



AGGRA INSTITUTE TAMAN BELAJAR TENTANG PLURALISME MULTIKULTURALISME
Alamat E mail : bintoroasri@yahoo.co.id 10 - 2 - 2008

9. BUDAYA KEKUNOAN , PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME
, WARISAN WARISAN LELUHUR , KEARIFAN KEARIFAN LOKAL DAN BUDAYA KEKINIAN ,WESTERNISASI, MORDERNISASI YANG SERBA RASIONAL .

Kita kaum tua ,tua atau kaum kolot, sepuh (bahasa Sunda) tak apa-apa selalu tak kebagian peran dalam pembangunan (pembangunan negara ) . Diberi peran pun juga bingung sebab kita kaum kekunoan umumnya punya jalur dan ilmu sendiri yang berbeda dengan kaum kekinian. Tujuan kaum kekunoan jelas , menuju hidup tata tentrem kerta raharjo , orang Sunda menyebut tata tentrem kerta raharja , gemah ripah loh jinawi rea ketan rea keton , buncit leuit , loba duit sedangkan tujuan tujuan kaum kekinian suit diikuti sebab tujuannya agak nggladrah dan selalu ngambra obra yang sulit dimengerti dan diikuti . Yang disebut kekinian adalah segala cabang kehidupan yang berlaku dan diberlakukan dan berhubungan dengan masalah yang disebut rasional, liberalisasi, demokrasi, westernissasi, modernisasi, materialisme, pragmatisme Golongan tua golongan sepuh atau dalam bahasa Sunda disebut kolot keukeuh pageuh dalam kepercayaan pada yang disebut ke adi luhungan nenek moyang, idealisme nenek moyang baik itu yang disebut Sundaisme, Javanisme atau Hanacarakanisme. Pemikiran golongan tua pelakunya adalah orang tua ,orang yang dituakan (kokolot ) , yang katanya atau mengaku mampu melihat jauh kedepan dan mempunyai pemikiran yang jauh diatas pemikiran kekinian karena pemikiran orang tua didasarkan oleh kemampuan berolah rasa (spritualisme,irrasionalisme , mistik yang penuh misteri ) yang digali dari bumi sendiri . Lalu ada pebedaan lagi antara yang tua dan yang muda yaitu tujuan hidup orang dulu mengutamakan tata tentrem, kerta raharja lahir batin , adil, makmur ,sejahtera dalam kebersamaan. Mungkin tujuan kaum kekinian juga tak jauh berbeda yaitu mau hidup makmur .
Perbedaannya yaitu tak perlu ada gotong royong ,tak perlu memikirkan orang lain yang berarti tak perlu kebersamaan .Jangan ngurusi orang lain sebelum urusan sendiri beres . Jangan urusan dengan orang lain . Yang penting urusan sendiri .
Namun perlu kita jelaskan sebelumnya bahwa yang disebut golongan tua atau kolot tak selalu terdiri dari kaum tua yang renta.
Golongan tua yang belum tentu orang tua ini , dalam hati, dan dalam keterbatasannya selalu mengamati tingkah polah golongan kekinian yang tak seluruhnya berbeda dengan golongan kekunoan , bahkan bisa jadi sama yaitu berusaha, dan bercita cita untuk menghadirkan adil makmur bagi seluruh rakyat tetapi seperti diketahui dan dirasakan tak kunjung sampai .
Bahkan gambaran dari cita cita golongan kekinian yang disebut adil makmur juga tak jelas , apa adil makmur dalam kebersamaan seperti cita citanya orang golongan kuno ? Apa semua orang harus kaya , seperti Liem Swi Liong atau paling tidak semua mempunyai penghasilan rata rata $2000 , sebulan , mempunyai rumah yang lengkap dengan kicthen set , dengan perabotan yang baik , punya mobil , sekolah yang berkualitas , kesehatan terjamin dll . Tentu golongan ini tak sudi ikut ikutan mempunyai cita cita seperti cita cita orang kuno , yang hanya memikirkan tata tentrem kerta raharjo . Bahasanya saja sudah tak menarik . Menurut nalarnya karena mereka orang modern , yang liberal tampak akan selalu dalam barisan individualisme yang mestinya berseberangan dengan asas kebersamaan . Seperti sudah dikatakan golongan tua atau yang penulis sebut golongan kekunoan , tidak selalu harus terdiri dari orang tua tetapi juga ,terdiri barisan intelektualisten yang berada di fakultas-fakultas budaya universitas mana saja , pecinta ilmu tua ajaran nenek moyang ,yang ternyata juga terdiri dari golongan-golongan yang masih muda belia. Sebut saja Prof.Dr.Ayip Rosidi, Prof.Dr.Rus Rusyana, Prof.Dr.Dadang Kurnia, Prof.Dr. Edi S Sukadjati, Dr. Suparlan Supajar di UGM dan masih ada sederet yang lain , beliau-beliau tergolong masih sangat muda . Jika mereka kemudian menjadi tua tua , itu disebabkan umurnya yang tambah , sedangkan pikirannya tidak . Apa penulis mau mengangkat perbedaan-perbedaan atau membandingkan kedua golongan itu ? Itu tak mungkin karena golongan tua tak pernah mempunyai kesempatan untuk mengaplikasikan ilmunya , bahkan mungkin tak siap jika misalnya ada kesempatan untuk itu . Betulkah pikiran orang tua telah jauh tertinggal dan ketinggalan ? Sulit dimengerti . Sesuatu yang lama tak dipergunakan semakin lama semakin menjadi usang .Sungguhpun demikian keistimewannya tetap tersimpan dalam pikiran pikiran orang yang sengaja atau terlanjur mendalaminya . Yang lelas yang kuno kuno sengaja atau tidak , dipinggirkan untuk memberi jalan lajunya pembangunan orang kekinian . Golongan kekinian berjalan sendiri dan dengan demikian pesatnya . Namun dimana mana chaos masyarakat terjadi , berbagai macam chaos yang terjadi dari bermacam macam sebab . Chaos karena orang yang akan dimakmurkan bukan menjadi makmur malah jadi korban kemajuan dan pembangunan , dan yang didapat hanya keadaan babak belur. Atau itukah yang disebut pembangunan atau kemajuan ? Kemajuan yang seperti terjadi sekarangkah yang kita cari ? Di Jawa barat yang dulu adem ayem , tata tentrem kerta raharja dengan seni seninya yang begitu lembut menyentuh hati, kini suasana yang demkian sudah sulit dicari . Bahkan senimannya , rumah senimannya , alat peraganya tinggal sedikit tersisa dimuseum , semua telah berubah menjadi modern . Ketika semua kemajuan diukur dengan keberhasilan dalam mengumpulkan uang baik itu perorangan maupun instansi sementara ini tampaknya uang dijadikan segala galanya . Mungkin tak aneh jika yang berhasil pun tak akan berbagi dengan yang lain di mana dalam reformasi dan liberalisasi tak ada kebersamaan , masing masing harus bersaing dalam mengurus kepentingan sendiri . Yang kuat , yang pinter menang ."Asu gede menang kerahe " yang bodoh dan lemah terabaikan . Tak usah di urai tentang fenomena-fenomena yang terjadi saat ini sebagai hasil kerja dengan pedoman-pedoman sesuai dengan kaum kekinian , karena semua sudah kita alami sendiri dalam keseharian kita . Semua tampak sebagai kesementaraan saja ,tak ada yang stabil , yang proposional. Menurut golongan kekinian tujuannya sebenarnya mencari jalan yang praktis dan pragmatis agar semua orang cepat menjadi kaya dan makmur , namun kenyataannya tak bisa berjalan sebagaimana mestinya . Yang mnjadi kaya raya ada , tetapi yang teringgal tak kurang dn malah merupakan bagian terbanyak .
Memang bisa saja segala sesuatu yang tidak proposinal didiamkan saja lama lama juga dapat dirasakan sebagai proposional yang tidak mengganggu , namun jika dibiarkan terus , maka sebagai halnya penyakit makin lama makin akan memperparah keadaan . Lalu membikin susah atau malah tak bisa diobati lagi dan mati
. Yang mengherankan ialah mengapa timbul golongan tua . Golongan tua ini terdiri dari orang orang yang mencintai budaya lokal yang plural dan multikulturalisme yang percaya bahwa adil makmur sejahtera hanya dapat tercipta dengan konsep konsep leluhur kita yang sudah mumpuni . Namun semua itu berbeda dengan ilmu modern yang telah mempunyai konsep konsep sampai sedetail detailnya , ilmu kuna belum mempyunyai hal yang demikian . Sebagai permulaan barulah Pedoman Penhayatan Pengamalan Pancasila (P4) dapat kita sebut konsep konsep yang sudah memadai , sesuai dengan sistimatika modern .Pengembangan ilmu tua ini berhenti sementara sesuai dengan kebijaksanan penguasa . . Itulah sayangnya bahwa konsep konsep leluhur ini tak dapat sejalan atau betentangan dengan ilmu modernisasi , yaitu ilmu barat (westernisasi ) yang kini berkembang dan berkuasa di bumi ini .Padahal keduanya menuju masyrakat yang kaya dan makmur . Perbedaan itu memang sudah dimulai dari permulaan sejarah bangsa Indonesia . Bung Karno sekalipun beliau diselimuti oleh ilmu westernisasi sudah sejak dulu berharap keluar dari siklus westernisasi , dan dengan kemampuan yang ada beliau menggunakan kesempatan berusaha untuk menggali nilai nilai luhur bangsa sendiri , kembali ke kepribadian sendiri . Tampak diluar tak ada kesesuaian paham antara Pak Karno dan Pak Harto namung sesungguhnya kedua beliau adalah satu guru satu ilmu , seje godonge , nek digeget pada pahite .Kedua beliau adalah pewaris nilai niai luhur nenek moyang , sehingga sekalipun modern masih dalam barisan kekunoan . Hanya mengingat Pak Harto memang tak mempunyai latar pendidikan yang modern , maka penggalian penggalian ilmu kunonya lebih terarah dan mantab . Perselisihan yang terjadi betapapun sengitnya hanya hanya karena pada masalah siapa yang harus memimpin. Pak Harto meletakkan dasar dasar untuk menjadikan yang kuno dapat dibuka dengan sistimatika modern . Pak Harto berusaha mendekatkan ilmu yang kuno kuno unuk diserap menjadi dasar dsar kepimpinan modern kita . BP 7 adalah upaya yang mulia dan itu ujud nyata dari upaya menjunjung tinggi ajaran leluhur . Bagaiman hasil penataran P4 dahulu , pelajaran PMP yang diselenggarakan orde baru . Meskipun telah menghabiskan dana yang begitu besar tampaknya yang kuno kuno yang diwakili oleh lembaga BP 7 musnah tak meninggalkan jejak , yang disebabkan olehyaitu yang pertama akumulasi kekeliruan diluar ajaran P4 itu sendiri . Kurang waspanya terhadap trik trik yang dimainkan oleh golongan modernisasi untuk menjegal lajunya pertumbuhan ilmu kuno yang dipermodernisasi . Dahulu banyak diangkat orang terpercaya untuk mendampingi Pak Harto yang disumpah dan mngucapkan janji setia setiap saat . Tetapi pada akhirnya bahkan orang yang dulu membangga banggakan diri dan dibanggakan sebagai manggala manggala yang ahli dalam ilmu pengendaian diri yang dimaksudkan sebagai fondasinya pilar pilar ajaran , ternyata hanya krupuk krupuk yang tak berharga yang sedikitpun tak mengerti apa yang diomongkan .Mereka ternyata hanya musang berbulu ayam , yang menjadi musuh dalam selimutnya orde baru . Terlalu jelekkah ajaran ajaran dalam P4 sehingga diburak orang ? Negara kita terlalu besar ,penduduknya banyak sekali . Untuk memilih orang orang yang benar kadang kadang sulit .Direkrut sekenanya , seperti yang kejadian itulah akibatnya .Banyak orang yang seperti kemlandeyan atau sengaja menjadi kemlandean untuk akhirnya ngajak sempal .Setelah pohon besar itu tumbang , monyet monyet berhaburan meninggalkannya (Dikutip dari peribahasa Cina ) . bintoroasri@yahoo.co.id




-------------------------------------------------------------------------------------------------





AGGRA INSTITUTE

TAMAN BELAJAR TENTANG PLURALISME DAN MULTIKUTURALISME

alamat : bintoroasri@yahoo.co.id 10 - 02- 2008


10. BUDAYA PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME APA KATA ORANG PRIBUMI APA KATA ORNG NON PRIBUMI (CINA ) SIEM SIANG SHEME

Masalah Cina sudah di mulai dari jaman Singhasari yaitu ketika kaisar Khu Blai Kan ingin meluaskan empriumnya ke nusantara yang kecuali mengejar kejayaan tentunya sang kaisar ini juga memikirkan lahan kehidupan baru bagi warganya yang selalu dilanda oleh kemiskinan akibat peperangan dan alam yang tak bersahabat. Tetapi pada tahun 1700 ternyata yang merasa lebih terusik keberadaannya, kedamaiannya bukanlah orang pribumi yang mestinya berang karena kehadiran orang Cina , tetapi yang berang justru orang Belanda yang kepentingannya tergangu oleh kehadiran orang Cina . Demkianlah di hari mendatang ketika Belanda pergi dari Batavia ternyata kaum pribumi yng harus berhadapan dengan etnis non pribumi (Cina). Meskipun hal seperti itu sudah berlangsung ratusan tahun tampaknya pembauran yang terjadi , hanya terbatas pada adanya toleransi , hidup berdampingan secara baik tak saling mengganggu inilah yang bisa dicapai. Meskipun secara legal tak ada orang non pribumi dan orang pribumi, kenyataan yang terjadi masih adanya bentuk masyarakat orang non pri (orang Cina) yang tetap lain dengan penduduk pribumi . Jika kenyataannya kedua golongan tersebut tidak bisa berbaur dalam arti besatu dalam kesatuan yang solid lalu siapa yang disalahkan.
AGGRA INSTITUTE mancoba menelusuri benang kusut hubungan orang pribumi dan orang non pribumi yang seperti minyak dan air. AGGRA INSTITUTE sudah menerbitkan buku APA KATA HATI ORANG PRIBUMI DAN APA KATA HATI NON PRIBUMI yang sedikit banyak menguak hal hal yng tersembunyi .

Namun masih banyak juga hal hal yang masih tersembunyi . Masihkah orang Cina menyimpan ambisi meneruskan maksud Khu Bhlai Khan untuk menganeksasi wilayah atau bagian wilayah Indonesia ini ? Lalu mendirikan Singapura i , II dan III .

Bukan tak mungkin . Kalau dalam buku " Apa Kata Hati Orang Pribumi Dan Apa Kata Hati Orang Non P ribumi Siem Shiang Shenme I " telah kami ungkapkan agar para orang muda pribumi bersabar , menunggu giliran untuk maju karena orang muda Cina telah maju lebih dulu , tampaknya giiran itu tak akan ada . Karena kemajuan orang muda Cina seperti terus berlari dan berpacu, tanpa memberi giliran orang muda pribumi untuk maju . Dalam pacuan itu hampir di semua lini kehidupan , orang muda Cinalah yang memimpin . Dengan cara apapun tak mungkin orang pribumi memimpin , kecuali memimpin secara semu .Demikian pula modal asing selalu modal orang Cina . tanpa bayang bayang otak orang Cina tampaknya modal asing selain Cina sulit juga untuk bertahan ? Di negeri ini rupanya otak Bakerly , otak Havard , masih harus tunduk dengan otak Glodok , otak Krekot dan otak Petak Sembian . Jika ada yang bertahan , kalau saja orang sekarang masih memiliki jimat "minyak jayeng katong " akan dapat melihat orang yang sesungguhnya ada di sebalik modal asing , globalisasi .

Sesungguhnya masalah Cina ,tetap merupakan teka teki bagi bangsa ini ,

bintoroasri@yahoo.co.id





--------------------------------------------------------------------------------------------------


AGGRA INSTITUTE
TAMAN BELAJAR TENTNG PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME
10- 10 -2009


11, BUDAYA PLURALISME DN MULTIKULTURALISME

TANAH PARAHYANGAN ( BUDAYA SUNDA ).

Andai kata kita berpergian dari Jakarta menuju ke Pangandaran lewat Cianjur atau Puncak, maka seperti dimanapun di daerah Jawa Barat akan kita jumpai pemandangn yang sama. Orang Sunda yang bergegas gegas menyebrang jalan, diantara kepadatan lalu lintas, orang Sunda mengejar-ngejar pembeli dengan menawarkan dagangannya, yaitu orang kaya bermobil dari Jakarta. Orang sibuk dan bergegas ada di mana-mana. Sekalipun kita jauh berjalan tak akan kita temui daerah yang damai, dimana kita dapat santai dengan tenang .
Dimana-mana ada pembangunan, tukang-tukang kuli-kuli sibuk. Tanah berbukit diratakan, yang legok di urug, pohon pohon digunduli pemandangan yang indah bertukar dengan daerah yang berantakan , kering dan gersang . Lapak lapak berserakan sepanjang jalan yang padat .

Kawasan Puncak
Lamun diajak ka Bandung ku bapa, kuring sok hanget pisan.
Sok resep dijalanna. Komo lamun geus nepi ka Puncak mah hate asa tengtrem. Hawana tiis, pemandanganna endah, lamun aya di daerah puncak pass, jalan teh maniula ileu, lir oray keur ngaleor. Ampis satuntung tinggalkan kebon enteh ngampar lir permadani hejo.
Memang tara bosen kuring mah aya di alam bebas teh. Lamun neuteup pemandangan sok rasa ka nu nyiptakeunana Pangeran Anu Maha Suci tos maparing rochmat dina wujud alam Jawa Barat anu sakitu endah jeung suburna, asa moal aya duanana. "Tah ieu teh rahmad Alloh anu kudu di jaga, di pusi-pusi. Komo kawasan Puncak mah gede pisan manfaatna, boh keur urang jakarta jeung sabudereunana.

Yang seperti ini sudah tak ada.

Pembabatan hutan atau penggundulan daerah resapan untuk lahan usaha dan pemukiman baru berjalan demikian cepat dengan akibat-akibat yang tak mengenakkan. Suhu udara naik, tanah longsor, banjir juga terjadi di daerah ketinggian seperti di Bandung. Penghijauan sangat lamban itu pun kadang tak jadi karena di gusur lagi untuk pembangunan kantor atau pabrik. Padahal orang tahu apa akibat dari ulah-ulah yang diperbuat, tetapi perusakan lingkungan berjalan terus. Udara berubah menjadi panas dan debu beterbangan di musim ketiga yang kerontang ,dan berlumpur waktu musim hujan . Begitu pula penduduknya yang semula lembut menjadi cepat marah , kejadian kekerasan dan kekasaran bukan hal yang aneh karena terjadi hampir setiap hari .

Pembangunan mal dan villa terus bejalan apakah itu sesuai dengan peruntukan atau tidak . Teguran teguran tak digubris karena yang ditegur orang yang lebih kaya dan lebih kuasa dari yang menegur . Pembangunan kebun kebun modern , kolam kolam ikan ada dimana mana . Tempat makan berserakan dimana mana .Objek objek wisata dibuka disegala sudut wilayah , apakah merusak lingkungan atau peradaban setempat tak masalah . karena demi pembangunan yang berkonotsi uang semua yang sakralpun diprofankan untuk diacak acak , begitukah komando atasan negeri ini ? Mending semua itu buat orang Sunda yang katanya pewaris bumi ini .
Pembangunan Jawa Barat yang begitu hebat benar-benar begitu pesat dan hebat. Orang , bangsa bangsa di dunia terkagum kagum mengapa bumi yang paling indah ini dihancurkan demi uang . Seolah olah uang dapat mendatangkan kebahagian yang benar . Nyatanya mereka yang tergusur tanahnya karena uang dalam waktu yang cepat hidupnya susah .
Pelaksana pembangunan dapat pujian setinggi langit dan angka rapornyapun rata rata diatas sembilan .

Yang menjadi pertanyaan, benarkah pembangunan yang demikian hebat itu memberi manfaat bagi orang Sunda penduduk asli daerah Pasundan, atau malah memberikan mudarat bagi penduduk setempat.

Betulkan pembangunan Jawa Barat yang demikian pesat dapat mengangkat derajat kesejahteraan bagi orang Sunda, sehingga orang Sunda dapat menjadi sugih dan menjadi tuan di buminya sendiri, atau malah menjadikan orang Sunda terpuruk, kehilangan segala galanya. Maju dengan pesat adalah harapan bagi semua, tetapi jika majunya hanya memberi musibah dan akibat-akibat yang lain tentu perlu ada evaluasi lagi seribu kali.
Tetapi ada pendirian yang lain mengatakan apapun yang terjadi pembangunan harus berjalan terus karena dari situlah rapor nilai pembangunan dan kemajuan akan didapat .Semuhun dawuh disinipun juga malah lebih besar dari yang lain .


Dengar kidung Pak .Prof Dr Rusyana ,


TANJUNG KERTA
Karya Ys.Rusyana

Megana ,euleuh ku suci putih ,
turun nyieun embun embunan gunung nu ngalamuk ,
umpalan di sawah pare keur rampak
dikolong dina balong ting galusur lauk .

Kalapa saparapat tambahan leubeut ku buah ,
petuy , jeruk , kudu , manehpeuy , ngan kari tanggal ,
ayu ku tentrem , eleuh ku tumaninah ,
ieu hati ngadadak sadrah ,

Lir karuhun nu baheula ngabedah
nyadiakeun incu betah bumetah
Ku gede tanggung jawab lelaki ujang
Lantaram kudu ngarasa ngaraksa saben jengkal tanah
pikeun incu betah bumetah .

Apakah syair ini sudah menjadi cerita masa lalu ,atau masih menjadi pendirian yang keukeuh orang Sunda .

Sepanjang perjalanan sejauh itu, hampir tak terdengar suara-suara degung yang mendayu atau suara kecapi suling yang melengking lengking meninggi dan merendah dari warung-warung sepanjang jalan, apakah orang sudah tak menganggap itu penting , karena toh sudah ada banyak uang pengganti yang menghibur . Orang berbahasa Sunda pun sudah sangat jarang. Tak apa , toh orang Sunda hanya berbicara dengan orang para pembeli yang punya duwit yang bukan orang Sunda . Kelompok diskusi Simpay ( Paguyuban Guar Sunda ) mengadakan diskusi bertempat di Gedung IX Fakultas Ilmu Pengetahun Budaya UI di Depok , dihadiri Pak Ayip Rosidi .Semua peserta diskusi dihruskan menggunakan bahasa daerah Sunda. Ternyata hanya satu atau dua tiga orang yang mampu berbicara Sunda sampai habis . banyak mahasiwa yang orang Sunda asli yang juga tak mahir berbahasa Sunda .Kenyataan buruk ini tampaknya juga tak menimpa Bahasa Sunda saja . Pengguna Bahasa Daerah lain juga banyak yang sudah tak mampu menggunakan bahasa daerahnya . Kalau saja bahasa daerah merupakan identitas bangsa bangsa daerah , maka dengan hilangnya identitas itu , hilanglah bangsa bahasa kebangsaan daerahnya .


Bagaimana dan apa yang harus diwariskannya generasi berikunya ?

Budaya budaya daerah yang memiliki tempat tempat khusus untuk memelihara kesakralan kesakralan tempat untuk mengajarkan pengendalian diri , kesederhanaan, kejujuran , ketenangan , kedamaian , tempat belajar mensucikan diri pun dikorbankan , diobrk abrik dijual dan dibeli orang oleh orang yang belum tentu tak serakah dan tak tamak, dibeli dengan uangnya belum tentu diperoleh dengan halal .

Bagaimana jika identitas Sunda itu sudah pergi dari daerah Pesundan ?

Presiden melalui Pak Jero Wancik berkata " kebudayaan itu lebih penting lagi , karena dari kebudayaan itu kita akan dapat identitas bangsa yang akan diwariskan kepada generasi kita berikutnya . Identitas bangsa akan terus dipakai turun menurun dan dicontoh bangsa lain . Sungguh sayang jika kenyataan menunjukkan makin hilangnya kedudayaan nusantara . Apa yang mau dicontoh ,apa yang yang mau dipakai turun temurun , apa yangmau dipkai sbagai identitas bangsa jika kenyatannya budaya pluralisme dan multikulturalisme makin tergeser , nyaris tercampak .

Agenda pembangunan yang hanya mempunyai satu acara memburu uang , tampaknya tak sesuai dengan niat gerakan mebangkitkan kebudayaan nusantara (budaya lokal ) , justru kebudayaan yangplural dan mutikultural itu akan dimangsa oleh yang dinamakan mafia ekonomi , economical animal . Tunggu ikan yang besar besar akan mmangsa ikan ikan teri , lalu ikan piranha akan menhabii ikan yang besar itu .
Orang kecil tak mungkin mencegah (ngelikake) wong pinter , wong gede , paling hanya bisa menggerutu ,
Yang perlu diingat yalah siapapun yang menghancurkan budaya nenek moyang dengan dalih apapun suatu ketika harus menebus dosanya didepan sidang para leluhur dan karuhun yang akan bangkit karena terganggu ketenangannya .

Phenomena diatas sudah menceritakan itu semuanya . Tahun tahun yang lalu pariwisata ditargetkan memasukkan devisa US $ 5 miyard atau Rp.50 trilyun pertahun .
Apa artinya? Tentulah tempat yang berpotennsi mengembalikan eksistensi budaya tergusur , oleh kepentingn yang berseberangn dengan nilai budaya itu sendiri .

Masih Sundakah daerah Sunda?


Masih orang Sundakah penduduk daerah Sunda?

Masih orang Sundakah penduduk Jawa Barat?.
Atau biarlah apa yang terjadi, asal segelintir orang Sunda yang dapat untung makin jaya, meskipun untuk diri sendiri. Tampaknya orang Sunda juga sudah cuek terhadap kearifan kearifan lokal yang selama itu sangat dipegang teguh .

Kebersamaan silih asih, silih asuh, silih asah adalah kata-kata yang sudah jarang diperdengarkan atau didengar, kecuali pada seremoni-seremoni .

Menurut Faisal Syahreza , Penyair ,Sekretaris ,Komite Sastra Dewan Kesenian Cianjur ,

" Pitutur bijak yang lahir dari adat leluhur sering kali berupa petuah penyelamatan masyarakat dari perkembangan zaman yang cenderung tidak manusiawi . Ditengah tengah masyarakat yang mulai terbiasa dengan maraknya tindakan kekerasan dan kehilangan kepekaan terhadap pentingnya humanisasi dalam diri , barangkali dibutuhkan ajaran ajaran kelembutan . Ajaran yang mampu mengembalikan naluri kemanusiaan seperti dulu kala lagi saat hakekat seorang manusia begitu hidup dalam harmonis , dengan manusia lainnya , dengan alamnya dan tentu saja dengan Tuhannya . Wilayah dan ruang tradisi sangat berpotensi dalam perkembangan kehidupan masyarakatnya . Segala yang terkandung di dalamnya adalah hasil perenungan dari nenek moyang yang sengaja diwariskan atas kesadaran kebutuhan memberi bekal hidup yang baik bagi masyarakatnya ".

Dalam Sambutan Edisi Ulang Tahun ke-2 Majalah KABARE JOGYA Kanjeng Sinuwun Sultan Hamengkubuwono X , rajanya orang Jogya atau rajanya orang Jawa mengatakan ;

Menurut guru besar antropologi -sosiologi FISIP UNPAD , Dr.Kusnaka Adimihardja ,bahwa krisis penggunaan bahasa ibu berdampak negatip terhadap kelestarian alam . Karena marginalissi bahasa daerah , ternyata telah ikut meminggirkan kearifan lokal yang termuat dalam idiom idiom lokal yang berkaitan erat dengan pengetahuan sosial .ekologi dan kelestarian lingkungan .Warna warna lokal yang bermuatan kearifan lokal semacam itulah , menurut hemat saya yang perlu digali , untuk diangkat dan dikembangkan dengan lebih dalam dan tajam sebagai wahana pembelajaran bagi generasi muda untuk memahami nilai nilai budayanya .

Masih banyak lagi pendapat pendapat yang mengawatirkan hari depan budaya daerah kita, kearifan kearifan lokal . Kita terus maju ke depan seperti menentang ketidakpastian , untuk melewati jembatan yang rusak .
Dalam resensi terhadadap buku Merajut Kembali Indonesia Kita karya sampean Dalem Kanjeng Sultan Hamengkubuono X , Rifqi Muhamad , Pustakawan PIPMI UGM , menulis " Dalam buku ini , kesadaran berindonesia kita diungkit kembali ,Kenapa ?Kini Indonesia tidak ubahnya rumah besar yang mulai keropos , berlobang lobang dan nyaris roboh " .
Banyak orang mengajak, mari kita mencari jalan selamat , kembali menghayati petuah petuah , pedoman pedoman hidup dari nenek moyang , kearifan lokal yang terkandung dalam pluralisme dan multikulturalisme .
Banyak teori teori yang mengatakan,kalau masyarakat mau menjadi tenang , negara tenteram , tata , temtrem karta raharjo , please back to pluralism and multikulturalism , budaya Bhineka Tunggal Ika , budaya nenek moyang ,yang juga dilembagakan dalam UUD 45 , sebagai penyeimbang budaya yang anu saukur mburu duwit .
Adalah Studiklub Teater Bandung membuat pertunjukkan yang membuat terkesimak ratusn mahasiswa Universitas Maranatha Bandung .Sang sutradara IGN Arya Sanjaya , menyuguhkan ceritera ,
repertoir pertama berjudul "Symponi Nomor Empat" menggambarkan seorang pemain gitar panggung dan persahabatan ."saya ingin menonjolkan bahwa persahabtaan adalah yang utama .

Repertoir ke dua berjudul Symphoni April .Ceritanya tentang kehidupan pebisnis periklanan yang berhasil tetapi depresi dan memilih mengubah haluan hidupnya dengan menjadi pemain harpa .Dengan bermain harpa membawa kedamain sehingga psikomania yang dimilikinya hilang . "Pesan moral cerita ini adalah bahwa uang dalam hidup ini bukan segalanya ."

AGGRA INSTITUTE mungkin tidak bermaksud mengkritik, hanya mungkin karena gaya bahasanya yang tak sehalus gaya Sunda , kedengaran sebagai sebuah kritik yang tak mengenakkan . Sedang maksud sebenarnya adalah berbicara dalam hati saja ( nguda rasa ) apakah semua komponen masyarakat utamanya para tokoh-tokohnya, para budayawan belum mengingatkan kapada penguasanya agar intropeksi apa yang kita kerjakan sudah sesuai dengan idealisme Sundaisme atau malah menjadi Sundaneese kills Sundaism.
Dari jauh tampak para ahli budaya Sunda, budayawan-budayawan Sunda, pecinta budaya Sunda, berjajar berbaris menyaksikan pembuldozeran atas semua yang berbau ke Sundaan . Etnis Sunda, Budaya Sunda, bumi Pasundan miliknya .Mereka tercenung dengan mbrebesmili dan tak berdaya. Menyaksikan etnisnya dan budaya dan buminya tergusur tanpa proteksi , menjadi kocar kacir dan hampir tak ada identitas Sunda satupun yang tampak .

Diseberangnya juga berbaris berbanjar banjar para tokoh kekinian yang dengan bangga membusungkan dada membanggakan keberhasilannya karena telah berhasil membuldozer yang kuno kuno dan merubah tanah Sunda menjadi lebih modern , lebih semarak dengan lagu rock dan dangdutnya lengkap dengan hidangan cepat saji .

Tentu mereka yang kalah tak mungkin berani melawan seperti Kartosuwiryo pada tahun 1950 an, atau seperti Surya Kartalegawa pada awal kemerdekaan. Tak sanggup mengatakan ,meskipun hanya berkata " tidak ", karena takut menjadi orang yang dicap anasionalistis,provinsialistis , premordialistis,anti persatuan dan kesatuan, tidak modern, anti pembangunan dan jargon-jargon seperti itu.

Pasrah saja, mungkinkah?

Ada sebuah kidung yang menasehati orang, tetapi juga bangsa. Eling sebelum semua berakhir.

Kaduhung tara ti heula.
(Penyesalan kemudian tak berguna)

Eling-eling maka eling
Rumingkang di bumi alam,
Darma wawayangan wae
Ragap taya pangawasa
Lamun kasasarna lampah
Nafsu nu matak kaduhung
Badan anu katempuhan.

Dalam kehidupan pun demikian , harus ingat dan waspada ,karena menyesali setelah semua hilang tak berguna.

AGGRA sendiri sebenarnya juga belum begitu paham tentang idealisme Sundaisme, sehingga perlu menggali-gali pelajaran Sundaisme yang disusun dan sebagian merupakan pertanyaan mengenai apa yang dapat kita temui dan apa yang seharusnya , dengan judul BUDAYA SUNDA MASIH PERLUKAH DAN MAUKAH ORANG SUNDA MENEGAKKAN PAYUNG KI SUNDA KEMBALI?

Sekalipun ini membicarakan budaya Sunda , tetapi sesanti panyebar semangat masih berlaku "sura Dira Jaya Ing ngrat Lebur deming Pangastuti ".


bintoroasri@yahoo.co.id



----------------------------------------------------------------------------------------------



AGGRA INSITUTE
TAMAN BELAJAR BUDYA PLURALISME MULTIKULTURALISME

bintoroasri@yahoo.co.id


10 - 5 - 2010


12 .BUDAYA PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME .

Sebuah Tekateki

Kalau misalnya kita membuat teka-reki, mengapa keadaaan negara selalu gonjang-ganjing dan kapan keadaan semacam ini akan berhenti dan kembali tenang , jenjem , tata tentrem kerto raharjo lagi . Orang dapat hidup lebih santai lagi , orang dapat nonton wayang , mendengar klenengan , ngelaras , menggembala kerbau sapi uro uro dengan senangnya . Dulu kita kok dapat hidup lebih senang , sekalipun kita relatif lebih kekurangan di segala bidang . Tetapi sumber sumber kekayaan negara masih utuh , kedung kedung masih banyak ikannya , hutannya masih rungkut dan adem . Pendek kata tata tentem kerta raharja . Tata tentrem kerto raharjonya tentu lebih sederhana , mengingat kita dulu masih bodoh bodoh , yang pandai cuma bangsanya kaum penjajah dan orang orang yang mendapat kebaikan istimewa dari penjajah . Sekarang kita sudah merdeka , orangnya pandai pandai . Sandang pangan dan papan melimpah bagi yang punya . Yang tidak punya panggah saja kedandapan seperti keadaan sebelum merdeka .
Tetapi mengapa baik yang punya maupun yang tak punya tetap kedandapan ? Sehingga keadaan esreg terus ?


Sejak adanya reformasi masyarakat malah selalu usreg dan gelisah belum ada tanda-tanda kapan ketidak pastian (istilah Pak Sultan) akan berakhir. Pada hal usaha rakyat berserta pemerintahnya untuk mengatasi hal ini boleh dikatakan sudah all out, toh belum mantra-mantra mengembalikan situasi seperti semula apa lagi lebih baik. Misalnya MPR telah mengandemen UUD 1945 yang sebenarnya perlu disakralkan tetapi malah diorak arik seenaknya, mudah mudahan tak kualat .Kekurangan uang sudah dipenuhi dengan menunda hutang dan malah meneken hutang-hutang baru lagi. Kekayan berupa hutan , juga yang di laut , juga yang berupa tambang sudah habis di jual atau dikapling , tinggal sisa sisa . Presiden sudah berganti beberapa kali, pembatu-pembantu presiden adalah orang-orang atau pakar-pakar pilihan berpendidikan modern berijazah dari universitas yang top, ada yang dari Harvard ada yang dari Barkerley dan yang lain lain yang tak tanggung tanggung , sudah di proper test tentang kecakapannya, dalam keadaan sehat jasmani dan rohaninya sesuai dengan surat keterangan dokter, berkelakuan baik dan tak pernah tersangkut urusan kriminal sesuai dengan surat keterangan kepolisian, bebas narkoba dan terdiri dari orang-orang yang bertakwa, dan terakhir sudah disumpah sesuai dengan agamanya masing-masing.

Toh kericuhan , kekacauan bahkan krimilalitas belum menda-menda.


Sebetulnya agak janggal penderitaan rakyat semacam ini kok di buat teka-teki, kayaknya menyepelekan masalah atau cuek tehadap masalah. Justru itu dilakukan karena menunggu selesainya ketidak pastian ini sudah terlalu lama, sehingga kalau kita tegang terus otak bisa fatique, tak bisa tidur lalu stress dan penyakit datang.

Memang matematika (ilmu pasti) tidak selamanya dapat memecahkan masalah, rasionalisasi terbatas tak bisa untuk menebak keajaiban alam yang sangat luas. Namun tak apa jika generasi ini mencoba-coba menguasai alam berdasarkan rasionalisasi ,logika dan eksata yang didewa-dewakan.

Tepa palupinya adalah, misalnya kita menanam sebatang pohon. Telah kita pilih dari bibit yang unggul dan bebas hama, lalu kita tanam dilahan yang dipersiapkan sesuai dengan aturan-aturan dalam ilmu pertanian. Diberi rabuk lalu di jaga agar tak diserang virus atau hama. Disinilah keanehannya pohon itu menggik-menggik saja, layu, merana, hidup enggan mati tak hendak.

Ada yang lebih kuasa menentukan keadaan dari ilmu manusia.

Ada contoh lagi, misalnya kita merawat seorang anak. Anak dirawat sesuai aturan kesehatan yang dikatakan dokter. Bahkan sejak kehamilan dini sudah selalu memeriksakan diri ke dokter. Persalinan dilakukan di rumah sakit berkelas dengan bantuan dokter ahli. Dirawat dengan amat teliti, diberi gizi, vitamin dan obat-obatan sesuai dengan kebutuhan. Sungguh aneh jika toh akhirnya menunjukkan gejala-gejala kelainan baik fisik maupun mentalnya.

Ternyata masih ada yang lebih kuasa menentukan hidup ini dari pada ilmu-ilmu kedokteran, betapa pun modernnya.

Begitu pun dalam mengurus negara, ada yang lebih kuasa dari segala ilmu yang dihimpunnya.
Baru saja kita alami betapa dahsyatnya kemauan rakyat untuk bereformasi . Reformasi sudah dilakukan toh keadaan usreg terus , saben dino udreg udregan ora ana mendane , piye to ki ? . Budaya demokrasi yang menjadi kebanggaan dan diagul agulkan berubah menjadi budaya poyok poyokan (saling melecehkan ) , saling memojokkan , saling sikut , bertemunya keserakahan melawan ketamakan , ora idep isin , berkecamuknya budaya kekerasan dan kekasaran dan budaya kurang ajar makin marak . Budi luhur sudah terlupakan .

Rupanya betapapun cermatnya mengurus negara , jika masyarakatnya masih usreg , atau udreg udregan terus . kuwi tandane ana sing ora atau durung beres . Apakah yang dikehendaki rakyat belum sesuai dengan yang diberikan negara . Apa ada aturan aturan atau kebijksanaan yang kurang dikehendaki rakyat ? Apa rakyat kecewa karena yang dijanjikan para pemimpin belum ada buktinya . Apa rakyat merasa bahwa mandat yang diberikan tak memberikan manfaat bagi rakyat .
Apakah memang masyarakatnya yang rewel , mencari cari alasan agar dapat memeras penguasa .Apa penguasanya yang bertindak aneh ,sehingga rakyat menggugatnya .
Orang muda selalu berrnafsu ingin meminggirkan golongan tua, arogansinya selalu mengatakan orang tua lamban tak njamani dan orang muda ingin tampil memamerkan kepandaiannya itu wajar, namun pada umumnya pemimpin baru umumnya agak gagap pada kedudukan barunya , itulah saatnya para penjual mulut manis berbaris untuk menjilat jilat . Sebenarnya yang muda tak boleh begitu saja meninggalkan peranan golongan tua. Sama halnya seorang anak yang merasa pintar berkendara. Justru karena kecakapannya ia berdemonstrasi, sekali salah perhitungan ia jungkir balik masuk got, karena melupakan nasehat-nasehat orang tuanya , untuk selalu hati hati .
Aja grusa grusu , alon alon waton klakon . Yen kesusu apa sing diuber uber , aja grusa grusu apa sing digoleki , eling ana pirang pirang kendala sepanjang kita berjalan . Memang sayang tradisi timbang terima jabatan tak ada lagi , pergantian pimpinan tinggi biasanya diawali dengan perseteruan , sehingga pemimpinan baru bukan kelanjutan dari pimpinan lama , tetapi pimpinan baru dengan gaya baru dan lain lain yang serba baru .

Ada hal yang telah dilupakan oleh para pemimpin, pakar-pakar muda yang modernis yaitu ilmu-ilmu orang tua warisan leluhur sendiri. Dalam jaman penjajahan dahulu penjajah Belanda membiarkan ,orang Jawa dibiasakan menerima pelajaran tentang kehalusan, kesantunan dari kearifan lokal yang diajarkan melalui sekolah formal. Tentu saja hanya bangsa-bangsa yang memiliki kearifan lokal saja yang dapat mengajarkan kesantunan bermasyarakat. Sayangnya dengan makin majunya peradaban manusia Indonesia , ilmu ilmu westernisasi dan modernisasi, rasionalisasi dan liberalisasi terlalu kuat menghancurkan kearifan lokal, menjadi sebab hilangnya upaya-upaya pengendalian diri, kesantunan dalam kebersamaan terabaikan. Kesantunan dan kehalusan memang tampaknya tak cocok dengan alam kekinian, justru menjadi bahan tertawaan bagi orang yang tak pernah memiliki kesantunan . Barulah nanti setelah merasakan kekasaran dan kekasaran dari alam demokrasi yang beliau puji sebagai suatu sistim yang paling baik untuk pemerintahannya , merasa perlu memperbaiki demokrasi .


Kita kembali berteka-teki

Pertanyaannya :
Mengapa kerisauan, kegelisahan masyarakat yang terjadi sejak awal reformasi hingga kini, tak bisa berhenti.

Jawablah pertanyaan ini dengan jawaban yang anda anggap paling benar.

a) Karena kita menerapkan sistim yang tak cocok dengan kepribadian bangsa sendiri. Belanda mula-mula menjajah kita juga begitu, tetapi karena lalu merubah haluan dengan menghargai pluralisme dan multikulturalisme, pemerintah Hindia Belanda sanggup bertahan 300 tahun.

b) Karena kita semua kuwalat kepada leluhur kita yaitu meninggalkan budaya warisan yangsarat dengan kearifan-kearifan lokal

c) Karena pemimpin-pemimpin kita bukan orang kuat yang dilambari atau di topang ilmu-ilmu yang mempunyai kekuatan spritual yang memperkuat kedudukannya, malah cenderung melecehkannya, akibatnya sangat rapuh mendapat goyangan gempa sedikit sudah bingung

d) Pemilihan pakar-pakar yang paling jenius pun, perimbangan-perimbangan kekuatan yang dilakukan dengan cermat, pertumbuhan ekonomi yang signifikan, tak menjamin bakal kembalinya masyarakat setenang jaman sebelumnya

e) Karena keadaan yang tak stabil, alam pun berbuat menghambat lajunya modernisasi yang akan menghancurkan alam buminya, penduduknya, budayanya (defensifnya alam)

f) Teriakan batin rakyat yang menimbulkan kekuatan untuk menghambat nafsu atasan yang makin memperjauh jarak dan lupa pada tujuan adil makmur

Kalau ternyata sulit menebak tak usah ditebak, karena semua itu betul ,
sulit untuk mencerna ilmu ini, jika belum mempelajari ilmu pluralisme dan multikulturalisme. Bukan penulis ini yang menjadi gudangnya ilmu itu. penulis sekedar memberi tahu gudang pakarnya ilmu ini ada di fakultas fakultas budaya , khususnya Fakultas Budaya Universitas Pajajaran Bandung juga para dalang , para guru ilmu kebatinan ahli ahli dalam bidang pluralisme dan multikulturalisme , yang berjenis jenis bobot dan cakrawalanya .

alamat email : bintoroasri@yahoo.com.id



'AGGRA INSTITUTE TAMAN BELAJAR TENTANG PLURALIME DAN MULTIPLURALISME Aggrainstitute@Gmail .com . Alamat : E mail bintoroasri@yahoo.co.id / aggrainstitute@gmail.com (sambungan dari No 12 . bloger - bintorosri@ co.id . 13 .BUDAYA PURALISME DAN MULTI KULTURALISME Nomor ini sebenarnya sudah dibuat ketika penulis menyiapkan tulisan dengan gaya yang lama yang terus menerus . Ketika penulis merubah cara penyajian menjadi bernomor nomor maka tulisan ini mestinya diganti . Tetapi sayang dibuang lalu dimasukkan kembali dengan mendapat nomor seperti yang lain . Kalau dibaca seperti kita mengulangi hal hal yang telah kita telah kita ketahui sebelumnya . Penulis kira tak masalah , karena tujuannya antara lain untuk lebih mendekatkan pikiran kita kepada masalah ke daerahan . Adapun nama AGGRA INSTITUTE dimaksud sebagai ajang tukar pikiran mengenai Budaya Jawa Yang Adiluhung . Kepanjangan dari AGGRA sesuai dengan para pecinta yang ada di dalamnya yang menggunakan bahasa Jawa . Tertulis dalam bahasa Jawa yaitu Angesti Gapuraning Nugraha Gung , yang dapat diartikan Menggapai Gerbang Anugerah Gusti Allah Yang Maha Agung . Mengenang Budaya Jawa Yang Adiluhung bukan berarti ingin mendirikan arogansi berdasar cerita masa lalu , ketika bangsa Jawa menjadi bangsa besar , melainkan ingin mengenal dan mengenang kembali Budaya Jawa Yang Adi Luhung yang telah mampu mengantar bangsa Jawa menjadi bangsa yang besar . Bahwa kami sebagai warga negara tentu saja juga seperti warga negara yang lain, ikut berada di atas perahu Indonesia menuju yang dalam UUD 45 disebut Negara Indonesia yang merdeka , bersatu , berdaulat , adil dan makmur yang dalam versi dalang Jawa disebut tata tentrem kerta raharjo . Sang nakhoda yang mengomandani perahu ini telah berganti ganti , dengan berbagai gaya dan kepiawian masing masing untuk menuju adil makmur. Pertanyaannya ialah sudah sampai dimana perjalanan kita , Sesudah kita merdeka selama paling tidak 60 tahun sudah sampaikah atau kapan kita akan mencapai tujuan adil makmur itu , atau sebetulnya paling tidak kita perlu mengoreksi apakah perjalanan kita masih tetap pada arah pedoman yang benar atau melenceng ? Nahkoda yang piawaipun tentu tiap kali atau melakukan barring terhadap kompas yang menuntun perjalanan kapal . Itulah yang selalu menjadi pemikiran kita , apakah arah kapal kita itu masih benar atau tidak , sebab arah yang kita tuju daratan yang adil makmur ,atau tata tentrem karto raharjo , suatu cita cita impian atau katakanlah lamunan bangsa yang telah tumbuh sejak dan kita bperjuangkan bersama serjak kita belum mempunyi negara , yang hingga daratanmakmur bersama (wong cilik bisa gemuyu ) hingga belum kini belum nampak . Bahkan sepanjang perjalanan yang nampak tanda tanda yang menunjukkan arah yang bebeda dengan arah yang kita tuju . Jangan jangan kita malah sudah terlanjur terlalu jauh menyusuri jalur yang beda bahkan semakin menjauh dari tujuan semula . Demikian pula kalau kita mengenangkan ,mengapa kita membentuk bangsa ini ? Yang semula ubaya atau prasetya kita bertujuan untuk mempersatukan kekuatan yang benar benar ampuh untuk bersama sama berjuang atau berjuang bersama sama membebaskan diri dari penjajahan untuk mencapai kemakmuran bersama , ternyata diujung perjalanan apa yang menjadi niat bersama sama ternyata yang didapat pemenuhan janji yang tidak seperti semuala . Reformasi sebagai upaya yang paling akhir pada saat ini, juga sebagai upaya yang ingin mengadakan pembaruan yang berarti perubahan dan perbaikan , tampaknya juga makin mempertajam kesenjangan , menjauhi tujuan adil makmur . Ada yang mengatakan keberhasilan reformasi adalah tuntutan untuk mengamandemen konstitusi /UUD 45 , peninjauan Dwi Fungsi ABRI , pelaksanaan otonomi di daerah propinsi , kota/ kabupaten rakyat menikmati kebebasan berpolitik , muncul 200 partai politik , kebebasan pers dan kebebasan berunjuk rasa . Sedangkan yang belum dapat diselesaikan adalah penegakan hukum dan pemberantasan korupsi ,kolusi dan nepotisme pemberasan kemiskinan dan pengangguran . Dan dari semua itu puncak keberhasilan reformasi adalah rakyat menikmati kebebasan berpolitik dalam arti munculnya 200 partai politik dan kebebasan pers dan kebebasan berunjuk rasa dengan segala dampaknya . Sedangkan yang belum dapat diselesaikan adalah penegakan hukum ,dan pemberantasan korupsi ,kolusi dan nepotisme .Lalu kapankah adil makmur menjadi perhatian bersama lagi ? Yang menjadi tanda tanya ialah dugaan masuknya neoliberalisme dengan ciri ciri , penanaman modal asing dan penjualan BUMN BUMN . berlakunya pasar bebas kemerdekaan iduvidu yang terlalu bebas hilangnya kebersamaan . Ada orang mengatakan semua hasil besar reformasi ini tak sesuai dengan cita cita kemerdekaan . Tampak sebagian masyarakat Indonesia mulai melupakan cita cita bersama dan Pancasila yang diakui sebagai lambang persatuan . Dalam kancah perpolitikan terlihat adanya keresahan . Dialog jati diri bangsa yang berlangsung di Yogyakarta Saptu yang melahirkn komunike yang intinya berisi keprihatinan terhadap nasib bangsa yang disebabkan berlarutnya krisis moral yang berakar pada lunturnya jati diri bangsa , Sri Sultan Hamengku Buwono ke X berbicara sebagai pembicara kunci menilai reformasi telah tercabut dari akar hakekatnya , yaitu komitmen terhadap perubahan dan perbaikan , karena digantikan oleh ketidak pastian tersebut. Kompas 16-2-2004 . Pakar politik pemerintahan dari UGM Yogyakarta IGN Ari Dwipayana mengatakan di Jogya Kamis (31/5-07 ) "Indonesia memiliki ideologi Pancasila ,tetapi idee yang diambil pemerintah bersumber dari nilai liberalisme .Kebijakan pemerintah yang berseberangan dengan ideologi Pancasila dapat dilihat dari UndangUndang Penanaman Modal yang sangat bepihak ada investor asing .Selain itu privatisasi terhadap air dan sunber daya alam yang dilakukan pemerintah sangat diwarnai idee liberalisme ." Lanjutnya , Pancasila seharusnya menjadi spirit yang menjiwai kebijaksanaan dan Politik Indonesia "kini Pancasila hanya dimaknai sebagai simbol atau slogan yang dianggap sakral . Benarkah politik Indonesia sudah salah arah ? Memang dari awal kita berjalan pada dua rel yang berbeda , yang satu pada rel budaya yang pluralisme dan multikulturalisme dan yang ke dua pemerintahan yang mengaku modern sentralistik rasionalisme dan pragmatis . Pada saat kita bekonsentrasi terhadap nasionalisme , barang kali akan terlalu mengaggetkan kami menulis dengan bertumbu pada budaya Jawa , khususnya budaya Jawa yang adiluhung . Tetapi disini Budaya Jawa sebenarnya secara illegal ingin mewakili budaya kalangan luas yaitu budaya budaya daerah yang beragam ragam yang tergabung dalam budaya pluralisme dan multikuturalisme atau yang ada dalam tiap etnis. Betulkah budaya kita sangat plural dan multikutural , beragam ragam ? Berbicara Bapak Ayip Rosidi , bapaknya budayawan dan ahli ahli Sundaisme , dalam Visi Konferensi Internasional Budaya Sunda Kompas 24 Agustus 2001 " Diantara negara dan bangsa di dunia , Indonesia adalah salah satu yang mempunyai budaya sangat beragam .Keberagaman itu dilembagakan dalam lambang negara "Bhineka Tunggal Ika " beragam macm namun satu jua . Namun keberagaman itu , walaupun sering dibangga banggakan secara verbal , tidakpernah secara konseptual dan berencana dijaga dan dipelihara bahkan dikalahkan oleh jargon "perstuan dan kesatuan "yang bersifat monolitis , tetapi yang juga tak pernah diuraikan secara konseptual ." Redaksi Kompas dalam pengantarnya , pada halaman yang sama "Yayasan kebudayaan Rancage didukung Toyota Foundation dan Pemerintah propinsi Jawa Barat menyelenggarakan Konferensi Internasional Budaya Sunda I (KIBS) di gedung Merdeka Bandung 22-25 Agustus 2001. Konferensi ini diharapkan membersitkan pencerahaan kultur Ki Sunda yang universal ,namun sering " dilupakan " oleh urang Sunda sorangan . " Untuk sementara waktu, AGGRA barangkali belum dapat masuk dalam kancah Budaya Jawa pada umumnya , karena menurut AGGRA masih ada hal yang lebih urgen untuk dibicarakan . Yaitu kenyataan bahwa Budaya Jawa semakin lama tampak semakin menghilang , dan AGGRA perlu kiranya alok alok , elik elik sebelum semua itu hilang sama sekali . Phenomenanya ialah sekitar lingkungan kita , apa lagi di Jakarta tak pernah lagi orang Jawa bertegur sapa dengan orang Jawa lain menggunakan bahasa Jawa . Bahkan sampai di pelosok gunung baik di Jawa Tengah maupun Jawa Timur atau di yang disebut daerah berbahasa Jawa pun, orang berbahasa Jawa sudah sangat jarang . Bahkan di kraton kraton sebagai mercu suar dan sumber budaya Jawa , benteng terachir penjaga budaya Jawa , orang selalu berbahasa Indonesia yang bukan budaya Jawa . Orang orang berbusana Jawa boleh dikatakan sudah tak kelihatan lagi . Gending gending Jawa, klenengan atau suara uyon uyon yang dulu terdengar dimana mana di daerah Jawa dan di rumah rumah orang Jawa di mana saja yang halus dan anggun dan menjadi ciri khas ke Jawaan sudah tak terdengar lagi . Penulis kurang faham apakah instansi resmi , perguruan tinggi , institute institute , yayasan pengkajian terutama yang berkaitan dengan budaya utamanya budaya Jawa sudah memiliki data data tentang akan menghilangnya budaya Jawa di masyarakat ini dan sudahkah ada upaya untuk mengantisipasi gejala yang akan terjadi dengan budaya Jawa dan masyarakat Jawa . Tampaknya sekarang jika ada orang yang berbahasa Jawa biasanya umurnya sudah lanjut , menurut perhitungan tentu mereka akan meninggal . Apakah mereka sudah meninggalkan kepinteran berbahasa berbudaya Jawa pada anak keturunannya . Jika tidak, pasti punahlah bahasa Jawa dalam tempo sesingkat singkatnya . Demikian pula dengan eksistensi budaya Sunda . " Orang Sunda yang hanya mau menggunakan bahasa Indonesia bahkan dirumahnya sendiri sebagian diantaranya menilai menggunakan bahasa Indonesia merupakan wujud nasionalisme . Padahal orang yang menggunakan bahasa Indonesia dirumahnya belum tentu mempunyai kebangsaan yang tebal . Orang yang dirumahnya menggunakan bahasa daerah bukan berarti nasionalismenya tipis " . Kata Pak Ayip Rosidi pada diskusi sympai peguyuban guar Sunda di UI Depok . ( Suara Pembaruan Selasa 11 Juli 2006 . Susahnya Berbahasa Sunda di Universitas Indonesia dan di Indomesia . ) Orang yang mengerti hal itu , biasanya hanya mengelus dada , tak dapat berbuat apa apa , apa yang dapat dibuat wong modalnya cuma ada pengetahuan dan kemauan , tetapi tak punya kuasa tak punya dana atau kemampuan ? Selain kita menghadapi kehilangan besar yaitu Bahasa Jawa atau bahasa daerah , kita juga akan menghadapi dampak dampak yang ditinggalkannya . Sabda Sinuwun Kanjeng Gusti Sultan Hamengkubuwono X dalam menyambut HUT ke 2 nya majalah " Kabare Jogya " Menurut guru besar antropologi-sosiologi FISIP-Unpad, Dr.Kusnaka Adimihardja krisis penggunaan bahasa ibu berdampak negatif terhadap kelestarian alam .Karena marginalisasi bahasa daerah , ternyata ikut meminggirkan kearifan lokal yang termuat dalam idiom -idiom lokal yang berkaitan erat dengan pengetahuan sosial , ekologi, dan kelestarian lingkungan .Warna warna lokal yang bermuatan kearifan lokal semacam itulah , menurut hemat saya , yang perlu digali ,untuk diangkat dan dikembangkan dengan lebih dalam dan tajam sebagai wahana pembelajaran bagi generasi muda untuk memahami nilai -nilai budayanya . " Dari kutipan pendapat Bapak Dr.Kusnaka Adimihardja dapat kita cocokan dengan apa yang telah terjadi dengan alam ini . Betulkah sesudah orang Jawa melupakan bahasanya, alam Jawa menjadi berubah .Ketika orang Jawa memarginalisasikan bahasa ibunya lalu banyak kearifan lokal terpinggir . Sebelum Bapak Dr.Kusnaka Adimihardja menuangkan karyanya yang banyak dibaca orang lain , tentunya beliau telah begitu lama mengamati kehidupan masyarakat Parahyangan umumnya dan Bandung khususnya . Masih banyakkah orang Bandung yang masih berbahasa Sunda yang halus , lembut dan bagaimanakah ketika bahasa Sunda sudah termarginalisasikan ? Masih adakah terdengar suara suara kecapi suling yang melengking tinggi mendayu dayu dan lalu merendah lagi yang terdengar seperti sebuah sendu , masih terdengarkah gending gending dan degung Cianjuran yang sangat sahdu . Lalu bukankah alam Bandung menjadi gersang dan panas . Penggundulan bukit terjadi dimana mana . Orangnya yang dulu mempunyai perangai lembut , ramah , someah lalu berubah menjadi tak pedulian terhadap sasama . Pendek kata sangat banyak perubahan Bandung dulu yang ramah , adem dan indah dengan Bandung sekarang . Raja Jawa itu begitu terkesan pendapat Pak Dr.Kusnaka Adimihardja dan menukil pendapat pak Dr. Kusnaka Amidihardja dan malah menjadikannya sebagai sabda raja . Sabda raja tentunya bukan hal main mainan , tetapi merupakan tengara dari sang Hyang Widi tentang apa yang terjadi dan apa mesti kita buat . Banyak opsi . Opsi I . Menyerah , biarlah bahasa Jawa punah, toh ada bahasa nasional ? Budaya Jawa kita hilang, toh ada budaya globalisasi ? Kearifan kearifan lokal digusur oleh kearifan bukan lokal ? Biarlah unggah ungguh , tata krama hilang , toh ada tata pergaulan modern . Bahkan Eyang Drs Marbangun Hardjowirogo dalam kepasrahannya mengatakan "Sukar diramalkan sampai kapan masih akan terdapat cukup banyak apresiasi pada khalayak penonton pertunjukan wayang kulit terhadap wejangan wejangan yang diberikan seorang dalang .Yang terang saja dari hari kehari apresiasi bukan bertambah , melainkan berkurang . Termasuk didalamnya apresiasi terhadap bahasa dan budaya Jawa yang sukar bisa bertahan terhadap saingannya bahasa dan budaya Indonesia sebagai bahasa dan budaya nasional, yang tambah hari tambah kuat kedudukannya selagi bahasa dan budaya Jawa lambat tapi pasti sedang menuju ajalnya " (Dari buku Manusia Jawa oleh Drs .Marbangun Hardjowirogo .Indayu Pres 1984 . Namun kalau diteliti , sebenarnya Eyang Marbangun Hardjowirogo bukan pasrah secara total . Banyak kalimat kalimat beliau yang sebetulnya tak rela (ngoweli = owel ) melihat yang beliau ceritakan itu akan terjadi .Namun mungkin karena kitidak tahuannya dan ketidak berdayaannya membuahkan gerutuan gerutuannya yang panjang . "Semenjak tanggal 28 Oktober 1928 diikrarkan Sumpah Pemuda yang menghendaki adanya satu bangsa : bangsa Indonesia ; tanah air Indonesia , satu bahasa :bahasa Indonesia , maka diucapkannya sumpah itu berarti berarti dibunyikannya lonceng mati bagi bahasa dan budaya Jawa atau katakankanlah budaya plural multikulturalime yang tak berkemungkinan lebih lama untuk berkembang . Sebaliknya dari bahasa Melayu dengan pengguna bahasa yang kecil , dengan kecerdikannya , memaksa dan suku suku lainnya yang ada untuk mengikutinya , menjadilah bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia . Betulkah ada sifat mengalah yang diambil oleh pemimpin pemimpin politik Jawa seperti Dr.Soetomo , Ki Hadjar Dewantara ,dan Bung karno , untuk memberikan tempat kepada bahasa Melayu sebagai bahasa nasional , atau suatu keterpaksaan atau suatu kekeliruan . Kita tak mengungkit ungkit hal yang sudah lama terjadi , hanya ingin menyampaikan uneg uneg pada wakil wakil kita .Apakah wakil wail kita waktu itu memang dengan sadar dan mengalah untuk menciptakan persatuan dengan memberi kesempatan dan kehormatan kepada bahasa Melayu unuk menjadi bahasa persatuan .Sedangkan bahasa dan budaya orang Jawa di Indonesia meski berdasarkan bilangannya tergolong mayoritas dan masih digunakan , kenapa orang menyerah . Pertanyaannya masihkah orang orang Jawa masih menjadi mayoritas di dalam masyarakat Indonesia baik dahulu maupun sekarang .Tapi sungguhpun menjadi suatu mayoritas , tetapi jika mayoritasnya , lemah dan tak berdaya , tak punya pengaruh tak punya greget selain hanya sendiko dawuh , kados pundi saenipun , , mangga wae kumaha saena ,kelak dalam posisi barunya sajege urip tidak pernah menguntungkan bagi perkembangan bangsanya , selain menjadi bangsa sendiko dawuh dan menjadi batur yang lain . Opsi 2 . Diam , adalah perbuatan yang telah kita lakukan selama ini . Kita melihat bahasa kita yang dijungkir balikkan dikeluarkan dari kurikulum , budaya kita terobrak abrik , dilecehkan dijadikan poyokan dan mainan , mungkin oleh orang kita sendiri . Kita ngalah , kita takut melawan , kita kekes ,miris atau kalah tak berdaya . Kita diam dalam kesadaran , tetapi diam kita sebetulnya karena ketidak percayaan diri kita yang hilang , harga diri kita yang memang sudah sakit yang diakibatkan penjajahan . Kita diam menjadi clila clili , clola clolo dan ingah ingih takut melawan ,takut dikatakan kuno , tidak modern , premordialistis , Jawa sentris , pemecah belah persatuan , tidak nasionalistis , jargon jargon yang dipasang kaum yang ingin mende Jawanisasikan kekuatan Jawa .Para pujangga ,ahli ahli bahasa Jawa , mereka yang tahu persis dan mungkin dapat menjawabnya , kalau tak kekes . Berkata Pak Ayip Rosidi " Jika tidak ada keseriusan bersama untuk mengembangkan bahasa daerah ,kita harus siap menyaksikan punahnya bahasa daerah termasuk bahasa Sunda . Kita tahu pemerintah sulit diharapkan .Di tangan kita bersama masa depan bahasa daerah berada . " Lanjut Pak Ayip "Pamarentah laen wae teu ngarti soal budaya daerah .Pemerentah teu daek ngarti soal pentingna budaya daerah kaasup bahasa daerahna .Pertimbangan ekonomi merupakan faktor yang mempecepat hancurnya bahasa Sunda ." Komentar penulis ,sabarlah Pak Ayip , orang sabar disayang Tuhan . Sungguh besar kesanggupan Pak Ayip ini , beliau berkata di tangan kita bersama masa depan bahasa daerah berada . Kita , siapa kita ?. Wong semua lebih mengapriciate bahasa nasional ,malah bahasa globalisasi . Opsi 3 .Yang belum pernah dilakukan adalah berusaha untuk survive . Berusaha agar Budaya Jawa ( atau budaya daerah ) kita tak mati , sukur dapat berjaya lagi . Survive agar budaya kita benar benar adiluhung dan menjadi tuwan di negeri sendiri . Agar bahasa kita dihargai oleh minimal kita sendiri . Agar kearifan lokal , idiom lokal dapat mempunyai arti lagi . Penjajah dulu dapat menghargai pluralisme dan multikulturalisme . Apakah belum pernah, kita berusaha ke sana? Sudah , tetapi seperti hujan di musim ketiga . Setitik setitik , terpencar pencar , tak mempunyai pengaruh apa , seperti titiktitik embun diatas daun talas . Kita bukan tak menghargai usaha Yayasan Javanologi , Sundanologi , Sundalana . yang telah secara rotin mengadakan sarasean sarasean , tetapi ternyata tak atau belum berpengaruh terhadap operasi penggusuran bahasa dan budaya Jawa (buday plural ,multikultural ) . SENAWANGI (Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia ) dahulu secara rotine mengadakan mengadakan Pekan Wayang 5 tahun sekali .Tujuanya melestarikan ,mengembangkan dan mengagungkan wayang dan menyiapkannya untuk memasuki PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG TAHAP II DAN ABAD 21 (Sambutan Pak Soehartoyo Panitian Pekan Wayang Indonesia VI 1993 dalam Buku Panduan Pameran Seni Rupa Wayang Indonesia . ) Sudah tentu yang dimaksud dengan wayang adalah budaya dan bahasa Jawa keseluruhannya karena semua itu tak terpisahkan , sama halnya meneyebutkan budaya dan bahasa Jawa tentu wayang sudah masuk ke dalamnya . Bahkan Bapak Damardjati Supajar dan Romo Setiono sampai sampai menggelar kirab Patok Negara di Sala yang dimaksud agar orang Jawa kembali dan tidak melupakan Jawanya . Sebenarnya banyak sekali tunas tunas budaya Jawa, budaya Sunda kecil kecil yang tumbuh dimana mana , yang sayang tak terkordinasikan hingga menjadi suatu yang signifikan . Right or wrong penulis mengagumi ulah Bupati Purworejo dulu (Pak Marsaid ) yang sambil goyon parikena mengajak bawahannya untuk nonton wayang ( yang diselenggarakan di pendapa kabupaten, dengan katanya "Yang tidak nonton wayang SK nya ditinjau ), suatu semangat yang berapi api dalam melestarikan budaya Jawa . Dalam buku Ilmu Masayarakat oleh Prof .P.J.Bouman "Mannheim mengemukakan teori , bahwa kemunduran kebudayaan secara massal itu hanya dapat diberantas dengan mempergunakan cara cara massal yang baru pula. Dan alat alat ada pada kita :pers , film dan radio , yang sebagai semua alat tehnik pada asasnya tidaklah baik atau buruk .Yang menentukan baik buruknya adalah untuk apa kita pergunakan alat alat itu . Seandainya kita ingin mengembalikan bahasa dan budaya budaya daerah sebetulnya tidak sesulit itu . Baik dengan menggunakan alat canggih atau tidak yang jelas adanya pemahaman dan semangat. Kita ulangi lagi contohnya Bapak Walikota Sala Bapak Ir.Joko Widodo atau Pak Jakowi kecuali mempunyai pemahaman yang besar terhadap budaya Jawa dan kehidupannya , mempunyai kecintaan dan semangat yang tinggi untuk melestarikan budaya Jawa dan suatu kelebihan yang tak dipunyai pemda lain adalah pemahaman ,kemauan , kemampuan dan wewenang untuk berbuat . Banyak gebragan yang beliau kerjakan . Dari membangun kembali wajah kota Sala dan lingkungannya , lalu banyak sekali memunculkan budaya budaya Jawa dipermukaan . Masyarakat kota Sala baik kawan maupun lawan akan selalu terkenang dan berkenan dengan gebragan Pak Jakowi , yang tidak mengadendakan kepemimpinannya pada soal uang melulu, kalau ada undang undangnya pasti masyarakat minta Pak Jakowi memegang jabatannya selamanya . Jika tidak , patut digadang gadang untuk memegang jabatan yang lebih tinggi .Siapapun kelak yang mengganti Pak Jakowi kiranya dapat nulada pimpinan pendahulunya . Sukur jika beliau memang diturunkan Tuhan untuk ngopeni budaya daerah apakah sebagai pelindung atau pengayom .Semoga . Bapak Dr. Sahid Gitosardjono menerbitkan Solopos yang membuat budaya Jawa bisa bernapas . Penulis gembira sekali kalau ke dua beliau dapat memperoleh RANCAGE yang diberikan secara jujur . Mudah mudahan kelak Bapak Gubernur Jateng Bapak Bibit Waluyo -Ibu Rustriningsih , juga ibu Iriani Ratnaningsih atau pendeknya pemimpin yang lain yang tidak selalu nguplek upleg masalah duit thok , tetapi yang dapat diharapkan lebih menyemarakkan budaya Jawa di bumi Jawa sendiri akan disengkuyung orang banyak dalam segala urusannya . Biarlah orang Semarang mengagung agungkan Laksamana Cheng Ho , tak apa karena Laksamana Chengho di Semarang toh malah jadi pemimpin yang baik disana . Barangkali itulah sebabnya untuk sementara AGGRA belum memasuki alam budaya yang sesungguhnya , karena akan berkonsentrasi pada upaya untuk survivenya budaya yang adiluhung . Dalam buku Seri Kejawen 2002 terbitan AGGRA, juga sudah disebutkan , " Membaca buku Seri Kejawen 2002 Jilidan 2 ini, mungkin pembaca akan kecewa , jika yang ditemui di dalamnya ternyata hanya cerita polesosbud biasa ( soal politik ,ekonomi , sosial ,budaya . Tidak akan ditemukan cerita tentang Jangka Jayabaya ,cerita tentang kehebatan pusaka Naga Sasra Sabuk Inten , tumbak Kyai Baru Klinting yang dapat mlesat ing ngawiyat katon mencorong kaya lintang alihan dari satu kraton ke kraton lainnya .Tak akan ada cerita kerajaan lelembut , sesajen , ilmu ilmu kebatinan .Juga tak akan ada cerita jimat , aji aji atau rapalan rapalan , mantra mantra yang membuat orang sakti mandra guna atau tak akan dijumpai peternakan tuyul atau babi daden daden , atau babi ngepet atau siluman yang mampu menguras kekayaan orang kaya yang punya hobi tidur atau bahkan tak akan dijumpai cerita wayang purwo yang membuat orang tidak tidur semalaman .Tak ada primbon, petung yang dapat membaca peruntungan orang .Yang seperti itulah kelaziman yang disebut Kejawen ." Pak Muji Sutrisno Sj Pengajar di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkoro Jakarta , ngendikane " Kebudayaan adalah hidup sehari hari yang dimaknai dan diberi arti . " Jadi yaitu , kita bicarakan yang perlu dibicarakan lebih bulu , yang agak emergency . baru nanti kita lanjutkan bicara hal hal seperti halnya membicarakan Serat Darmogandul , Gatoloco . Atau yang dilakukan oleh para warkaban ( warga kabupaten Bantul ) uro uro mengupas Babad Tanah Jawa saben Rebo legi . Kita sekarang baru sibuk atau perlu atau harus menyibukkkan diri dengan urusan mengapa bahasa Jawa termarginalisasikan dan dampak dampaknya ? Kalau kita telusuri tampaknya ada pergulatan yang sangat seru tapi tak kentara diantara penganut paham paham poleksosbud yang berbeda beda yang berkuasa di negeri ini . Antara lain , perbedaan seperti ini . Paham yang satu berpendapat bahwa dalam satu negara seharusnya hanya ada satu budaya yang sama . Berbagai budaya sebaiknya dilebur , diciptakan budaya Indonesia baru , agar menjadi satu bangsa yang solid . Perjalanan sejarah kita yang melewati pemberontakan pemberontakan selalu curiga terhadap keragaman yang selalu dicurigai akan menimbulkan terpecahan . Sebetulnya pendapat tersebut terlalu naif , yaitu memandang berbagai pikiran yang berkembang yang beragam ragam selalu dengan kecurigaan . Masalahnya bukankah tahapnya memang masih seperti itu . Dalam tahap konsolidasi memang masyarakat akan selalu usreg dalam mencari pijakan pijakan masing masing .Itu adalah tahap konsolidasi , tahap mencari bentuk kemapanan yang paling pas . Kelompok yang satu itu terkenal sebagai kelompok keras sesuai dengan jamannya . Kelompok pendobrak , kelompoknya orang yang tak sabar yang menginginkan negara merdeka sekarang juga . Tak sudi menunggu menerima kemerdekaan yang direncanakan akan diberikan penjajah . Kelompok ini boleh disebut kelompoknya orang orang non ( maksudnya non koperatif dengan penjajah yang akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia ) . Akhirnya kelompok ini dengan bantuan pemimpin pemimpin tentara Jepang ternyata berhasil menggolkan kemerdekaan. Keberhasilan kelompok ini telah menumbuhkan sifat terlalu percaya diri yang melahirkan watak unitaris dengan tujuan dan kesanggupan menguasai semuanya . Akhirnya semua urusan terkonsentrasi pada suatu kelompok dan dikuasai oleh kelompok yang terkonsentrasi pada suatu tempat . Segala sesuatu tersentralisir dan jadilah negara ini negara sentralistik. Paham yang lain berpendapat biarlah dalam negara ada keragaman budaya , toh keragamanpun dapat dipersatukan . Keberagaman budaya merupakan pernik pernik yang menambahi keindahan negara . Sungguh keliru untuk menilai keberagaman , identik dengan perpecahan . Golongan ini golongan penyabar atau lebih penyabar dari yang pertama . Kita mau berjalan maju haruslah menyiapkan segala sesuatu untuk kemudahan kemudahan di perjalanan , apa lagi kita akan merdeka mengelola negara besar dengan sebaik baiknya , sebaiknya memang harus menyiapkan segala sesuatu secermat mungkin lebih dahulu . Minimal perlu menyiapkan pimpinan pimpinan yang terdidik . Pemimpin negara janganlah pemimpin dadakan atau asal asalan .Untuk itu diperlukan kerja sama dengan penguasa penguasa yang berjalan (kolonial ) yang akan memberikan bimbingan , agar dikemudian negara dapat berjgalan baik . Golongan ini disebut golongan co ( artinya golongan yang masih ingin bekerja sama dengan pemerintah Belanda untuk memepersiapkan kemerdekaan ) . Golongan ini tampak sangat hati hati dalam menuangkan pikirannya , karena menurut akal sehat mengelola negara seluas ini yang bukan sekedar Jakarta dan sekitarnya perlu tenaga trampil yang sangat mengenal daerah itu , dapat menyelamatkan manusia dan budayanya , adat istiadat , kepercayaan daerah setempat atau bahasa dan budaya setempat dengan systim yang dapat dipergunakan untuk menguasai wilayah itu dengan baik (golongan ini desebut golongan federalis ) . Lalu ada pergolakan antar kaum unitaris dan federalis . Seperti pada pergolakan di tempat lain biasanya golongan radikal ( contohnya dalam gerakan reformasi ) biasanya dapat menguasai medan ketimbang yang kurang radikal . Demikian pula dalam pembentukan Republik kita dimasa lalu . Sesudah berakhirnya perang Dunia II dan Belanda ingin meneruskan kembali menguasai negara jajahannya Hindia Belanda , ternyata jajahannya sudah tak ada , sudah menjadi negara Indonesia . Hal ini membuat berang pemerintah Belanda sehingga dengan bantuan sekutunya berusaha mendapatkan kembali Hindia Belanda yang telah menjadi Indonesia . Pemerintah Belanda masih ingat pada mereka, orang orang Indonesia bekas anak didik yang masuk dalam golongan co dan dengan bantuannya mencoba ingin menguasi Hindia Belanda kembali . Sebetulnya keinginan pemerintah Belanda ingin menguasai kembali negeri ini hampir terkabul, karena sebenarnya dalam KMB (perundingan antara pemerintah Belanda dan Indonesia ternyata secara de fakto dan de jure Republik Indonesia hanya merupakan negara Republik Indonesia yang berpusat di Jogyakarta yang mempunyai wilayah RI dan Aceh , dan hanya merupakan bagian dari R.I.S di dalam uni kerajaan Belanda-Indonesia dibawah Ratu Belanda . Ini berarti kemenangan bagi golongan co atau golongan federalis yang penyabar . Namun ternyata banyak sekali orang federalis yang tak tahan gempuran dari orang orang unitaris dan telah berubah atau pura pura menjadi unitaris, sehingga keputusan KMB dibatalkan , Negara federal bubar , bersatu lagi dalam negara kesatuan . Kemenangan kali ini berpihak pada kaum unitaris pendukung NKRI . NKRI menjadi idola bahkan menjadi sakral karena setiap sosok warga negara secara emosional mengiyakan . Kalau kita kaji lebih dalam , apa arti NKRI ? Menurut UUD nya NKRI adalah negara kesatuan ,dengan presidennya Sukarno-Hatta . Apakah R.I.S .? R.I.S adalah negara federal , presidennya juga Sukarno -Hatta . Perbedaannya mungkin kalau dalam NKRI Kepala Daerahnya Gubenur dalam RIS adalah Presiden Kecil atau raja kecil . Mungkin Sukarno tak begitu suka bawahannya terdiri bukan dari kroninya .Beliau akan merasa dosa meninggakan kawan seperjuangannya .Lalu RIS dibubarkan kembali ke NKRI dimana beliau dapat mendudukan kroni kroninya dalam pemerintahan baru . Begitukah ? Contoh keragaman budaya bhineka tunggal ika . Dalam kurun pemerintahan R.I di Jogyakarta (jaman pengungsian ) seluruh pegawai , tentara dan polisi RI harus keluar dari daerah bukan RI pindah ke daerah RI . Manusia dari berbagai suku bangsa ,berbagai budaya dan agama , tumplek blek dalam suatu daerah yang sempit yaitu Jogya dan sekitarnya . Orang Jogya sangat baik ,selalu menawarkan kepada pengungsi yang kesusahan yang perlu bantuan dan penampungan " mari tak apa apa kita mangan ora mangan asal kumpul .Di daerah sangat sempit ini pluralisme dan multikulturalisme berkembang tak ada masalah , jika ada masalah adalah masalah perebutan kekuasaan " . Belanda belum puas sebelum RI bubar , maka daerah yang sempit itupun diserbu , terkenal dengan clash ke 2 . Pemerintah R.I . bubar , yang tak sempat lari ditahan . Inilah contoh pluralisme yang hidup dalam NKRI tak ada masalah .Semua berjalan lancar . Ngarso Dalem Sultan Hamengkubuwono IX tenang tenang saja . Dalam kedudukannya sebagai raja Ngayogyakarta Hadiningrat yang diakui kerajaan Belanda , beliau tak punya urusan dengan sengketa R.I dan Belanda . Dalam daerah daerah pendudukan , inilah terbentuk model masyarakat bhineka tunggal ika , multi etnis , multikultural , masyarakat pluralis yang nyata , dimana orang tersebut dapat hidup dalam kebersamaan , gotong royong , berbagi nasib , ringan sama dijinjing berat sama dipikul , saling menghargai satu sama lain , tenggang rasa tetapi masih miskin dan lugu . Ini contoh pluralisme yang hidup dalam NKRI . Tak ada masalah .Semua berjalan dengan lancar .Timbul petanyaan apakah masyarakat yang demikian itu hanya dapat berkembang dalam keterpaksaan atau dapat berkembang menjadi dasar masyarakat yang lebih luas dan maju . Persaingan antar kelompok lainnya yang ingin membawa negara ini maju ke depan , bahkan sudah dimulai sejak lama . Bermula dari adanya penjajahan negara Jawa ( baik Singasari , Majapahit maupun Mataram atas kerajaan di sekitarnya yang dikenal sebagai adanya Jawanisasi (pengaruh kekuasan Jawa terhadap negara sekitarnya ) . Bagi orang yang bukan orang Jawa ada kecenderungan untuk melakukan perlawanan terhadap perlakuan yang tak adil yang dikenal sebagai men de Javanisasi , bahkan secara kafah mengalir disetiap nadi kehidupan berbangsa besar , bangsa Indonesia . Ada lagi persaingan kelompok intelektualis Eropa di satu sisi, kelompok Amerika di sisi lain . Lulusan dari Amerikapun ada grup grup dari Universitas masing masing , malah ada yang sangat terkenal yang disebut Mafia Berkeley, Harvard . Seperti halnya di Indonesia sendiri ada grup Gajahmada dan grup Universitas Indonesia . Namun mengingat negara kita adalah bekas negara jajahan yang miskin lalu timbul paham yang berkeinginan untuk memberikan hak kemerdekaan sebesar besarnya kepada tiap warganya untuk segera maju dan merdeka berusaha dengan maksud memenuhi kebutuhan sehingga warganya menjadi kaya dengan sandang papan pangan dan uang yang melimpah . Maksudnya menebus ketertinggalan yang lalu . Faham ini dapat menjadi lebih menonjol karena faham ini warisan dari penjajah atau westernisasi , modernisasi yang selalu mengandalkan cara berpikir yang rasionalistis, disebut aliran liberalistis atau neo liberalistis .Dalam kenyatannya karena manusia mempunyai kemampuan dan kecerdasan yang berlain lain maka dengan tidak adanya kebersamaan terjadi pergumulan dan sudah jelas yang lemah , yang bodoh tak akan mendapat bagian seperti yang didapatkan oleh yang kuat , yang menangan yang pinter dan cerdik . Lalu terjadi golongan yang berhasil menjadi kaya , dan ada yang masih tetap tinggal dalam kemiskinan . Karena yang kuat bertambah kuat maka yang kaya akan tambah kaya , yang tak kuat semakin tak berdaya menghadapi yang kuat karena itu akan semakin miskin . Hukum alamnya memang begitu .Paham ini disebut paham liberal atau neoliberal . Tujuannya negara harus menghormati kemerdekan orang secara individuil dan orang bebas berusaha sekuat mungkin . Aturannya adalah hukum yang rasional . Paham yang lain disebut paham kebersamaan ,paham yang menjunjung tinggi nilai budaya asli yaitu yang menginginkan adanya masyarakat yang men cita citakan terciptanya tata tentrem karto raharjo , guyup rukun , gotong royong , budi pekerti , hidup yang selalu dibatasi pengendalian diri dan kebersamaan dan yang tak semata mata disandarkan pada kebutuhan phisik sandang papan pangan dan uang saja . Memang kenyataannya banyak orang atau sebagian besar orang memburu duit yang menjadikan dirinya tak puas puasnya nguber duit untuk menjadikan dirinya kaya raya tanpa batas dan tanpa perlu memikirkan yang lain lagi , dan itulah kenyataan yang ada dinegeri ini ,yaitu upaya ingin segera bebas dari akibat sejarahnya yang lewat . Begitulah kaprahnya orang sekarang . Pada hal banyak contoh , dulu banyak orang Jawa yang dapat hidup tanpa mengejar kejar duit , samadya saja , bahkan kadang kadang masih sibuk memikirkan kebersamaan , hal hal kebatinan . Memang lalu tak menjadi kaya raya karena bukan itu tujuannya . Tujuannya umumnya mempebesar kekayaan batin , hidup tata tentrem , adem ayem , aturannya budi pekerti , budi luhur . Untuk jaman sekarang dengan kemenangan westernisasi , modernisasi dan cara berpikir yang rasionalistis dan semua perhatian terfokus pada kebutuhan phisik yang nyata , maka semua perhatian diarahkan kepada uang .Perhatian kepada kebutuhan non phisik misalnya budaya adat istiadat berkurang , pada hal budaya itu yang mestinya akan mengolah perilaku manusia menuju kebersamaan dan keserasian atau tata tata tentrem . Cara berpikir orang barat yang dikatakan modern dan rasionalistis ini dicontohkan para pendatang pejajah . Orang paham bahwa sebenarnya ada misi orang penjajah menguras sumber alam sebanyak banyaknya .Yaitu mengeruk kekayaan kita untuk dibawa ke negeri asal untuk kemakmuran warganya . Mereka tak perlu tahu sumber alam akan lekas habis , mereka tak perlu tahu dampak dampak yang akan terjadi , toh orang pribumi yang akan merasakan .Atau jika ada pengendalian pengurasan sumber sumber daya , sekedar managemen eksploitasi agar pengiriman bahan bahn dapat berlangsung secara terus mnerus dan teratur . Aneh , ternyata orang pribumi mengapriciate dan bersorak senang . Pekerjaan ini harus cepat karena belum tentu penjajahan ini akan betahan lama , karena banyaknya pesaing penjajah , atau apa yang meraka cari sangat dibutuhkan dinegara asal dan segera . Golongan apapun yang memegang pemerintahan dinegeri ini akan seperti itu , karena basis atau asal pendidikan dan teorinya memang seperti itu . Adapun golongan yang menganut paham kebersamaan yang biasanya orang kuno ,tradisionalis ,irrasionalis , lebih mengutamakan pengendalian diri dan mengedepankan utuhnya kebersamaan yang selalu disetai kelembutan dan kesantunan .Harus pandai mengendalikan diri supaya sumber sumber alam yang ada tak cepat terkuras .Mengendalikan diri agar lingkungan tak rusak . Pengendalian diri agar pergaulan dengan sesama tidak rusak .Pendeknya beraktivitas bersama , untuk kepentingan bersama menjaga kelestarian alam bersama untuk melindungi kelangsungan hidup bersama . Golongan ini biasanya orang kuno ,tradisionalis , irrasionalis spiritualis . Golongan irrasionalistis yang sangat rasional , alon alon waton klakon , patitis , penuh perhitungan , gemi , nastiti ,ngati ati , punya duga prayoga lan empan papan ,suatu model kehidupan yang gotong royong , justru golongan irrasionalistis ini yang punya pikiran yang lebih rasional . Karenanya golongan ini sulit diterima oleh golongan westernisasi , modernisasi dan rasionalis dalam organisasi pemerintahan karena bukan saguru sailmu . Yang dalam lingkungan pemerintahan kolonialis hanya diberi kasta rendah . Memang golongan ini tak punya pendidikan ( maksudnya pendidikan barat ) . tak punya pendidikan modern (maksudnya pendididkan liberal ) dan bukan golongan rasional (artinya tak mau menguras sumber sumber alam setuntas tuntasnya ) , namun golongan tradisional ini adalah menjadi pesaing yang tangguh bagi golongan wersternisasi , moderisasi dan rasional . Dengan kurangnya mendapat perhatian untuk disertakan duduk dalam pemerintahan maka semakin jauhlah masyarakat dari pengertian budaya , makin jauhnya pemerintahan dari kebijaksnan yang berbau budaya .Dan karena budaya Jawa membawahi bahasa Jawa , bahasa Jawa atau bahasa daerah semakin jauh lagi dari pergaulan ( termarginalisasikan ) . Yang manakah sebenarnya paham yang lebih baik dan dapat diterima dan bemanfaat bagi orang banyak . Hukum alam mengatakan yang menanglah yang terbaik . Dalam hukum negara demokrasi juga mengatakan yang menang yang terbaik , yang berkuasa . Vox populi vox dei , itu kata pengagum demokrasi . Demokrasi adalah suatu sistim untuk menciptakan pemerintahan . Sebetulnya seperti senjata . The man behind the gun . Apa jenis senjatanya , siapa yang menggunakan , unuk siapa barulah nanti akan keluar penilaiannya , baik atau tidak . Demokrasi adalah senjata , sangat tergantung pemakainya , pintar atau tidak memainkannya . "Sudah lima presiden memimpin Indonesia .Tidak satupun yang mampu mengantarkn negeri ini bermartabat baik secara ekonomi maupun politik " Begitu yang terbaca dalam Media Indonesia 29 Maret 2008 mengomentari buku Pak Ishak Rafick yang berjudul Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia . " Ada dua kebijakan yang disabdakan oleh Kanjeng Sinuwun Sultan hamengku Buwono X . 1.Setelah menyaksikan termarginalisasikannya bahasa ibu seperti dikemukakan Bapak Dr.Kusnaka Adimihardja seperti diatas selanjutnya beliau membuat himbauan atau pesan "warna warna lokal yang memuat kerifan lokal sumcam itulah , menurut hemat saya ,yang perlu digali dan diangkat dan dikembangkan dengan lebih dalam dan tajam sebagai wahana pembelajaran bagi generasi muda untuk memahami nilai nilai budayanya " Dari pernyataan Sampean dalem tersebut yang kami dapat tangkap intinya ,marilah bergiat untuk kembali dan meningkatkan budaya Jawa , untuk mengembalikan idiom idiom lokal , kearifan kearifan lokal yang sangat diperlukan untuk kembalinya alam agar bersahabat kembali dan pergaulan manusia yang berbudaya . 2. Dalam menyikapi Komunike Jogyakarta Kompas 16 -2-2004 bahwa reformasi telah tercabut dari akar hakekatnya yaitu komitmen terhadap perubahan dan perbaikan karena digantikan oleh ketidak pastian yang sengaja diciptakan oleh mereka yang diuntungkan dari ketidak pastian tersebut , Menyikapi hal tersebut tentunya kita harus kembali ke pada akar hakekat tujuan reformasi yaitu komitmen terhadap perubahan dan perbaikan , kembali kepada kepastian . Kepastian yang bagaimana yang dimaksud , kepastian yang mana yang digantikan ketidak adanya kepastian yang menguntungkan orang yang membuat ketidak pastian itu . Demkian pula yang dimaksud dengan tujuan reformasi yang adalah komitmen terhadp perubahan dan perbaikan apa dan bagaimana . Kados pundi para budayawan Jawa , Javanolog , penjaga budaya Jawa . Jauh dari tempat penulis lamat lamat sepertinya terdengar jawaban serempak "kados pundi kemawon saenipun . " BAHASA IBU YANG TERPINGGIRKAN . Bahasa ibu orang Jawa adalah bahasa Jawa . Bahasa ibu orang Sunda adalah bahasa Sunda dan seterusnya . Mengapa hanya masalah bahasa dijadikan masalah yang akan menjadi masalah yang mempengaruhi kebijaksaan pengelolaan bangsa atau negara .Begitu pentingkah masalah bahasa . Mengapa kita tak mengambil masalah managemen , clean government atau economy to day yang lebih bermanfaat untuk kelangsungan hidup negara ? Dari bahasa dapat terlihat gambaran suatu bangsa , watak bangsa itu , kebiasaan , budaya bangsa itu . Tetapi bahasa juga dapat merubah watak , kebiasaan dan budaya bangsa .Bahkan sesuai dengan pendapat Bapak Dr.Kusnaka Adimihardja , krisis penggunaan bahasa ibu , berdampak terhadap kelestarian alam .Karena memarginalisasi bahasa daerah , ternyata telah ikut meminggirkn kearifan lokal yng termuat dalam idiom idiom lokal yang berkaitan dengan pengetahuan sosial , ekologi dan kelestarian lingkungan . Mengapa bahasa ibu tergeser ? Kita kembali ke tahun 1700 ketika penjajah menjejakkan kakinya di nusantara ini . Sejak penjajahan dimulai ada berbagai alasan dan upaya yang bertujuan untuk meminggirkan bahasa ibu orang Jawa yaitu bahasa Jawa dan budaya Jawa . Terutama mengganti bahasa Jawa dengan bahasa Belanda atau bahasa Melayu untuk dapat melaksanakan penjajahannya di Hindia Belanda . Namun jika kemudin pemerintah Belanda ragu ragu untuk meminggirkan bahasa dan budaya Jawa , yang dipandang masih dapat dipertahankan untuk mempertahankan pemerintahan Hindia Belanda . Orang orang bukan penjajah yang ingin mendeJavanisasi pengaruh Jawa ternyata makin kuat . Karena itu nyata sekali eksistensi budaya Jawa pada jaman pemerintahan Hindia Belanda yang masih dilindungi pemerintah penjajahan ,dan sesudah ada Sumpah Pemuda tahun 1928 , dan sesudah kita merdeka . Bahasa Melayu yang menjadi bahasa Indonesia dan bahasa nasional mendapat dukungan penuh dari pepemerintah karena termasuk didalam UUD 45 Pasal 36 dan 36 c "Bahasa negara ialah bahasa Indonesia . Sebetulnya para founding fathers kita tidak hanya memikirkan eksistensinya bahasa nasional Indonesia saja . Dalam UUD 45 jelas sekali termuat bahwa eksistensi bahasa dan budaya Jawa atau daerah , tak dilarang bahkan didorong untuk mengembangkan budayanya masing masing . Pasal 32 .( 1) Negara memajukan kebudayan nasional Indonesia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai nilai budayanya . (2) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional . Barangkali kami terlalu sombong jika mengatakan banyak orang yang belum tersentuh perhatiannya dengan yang disebut dalam Pasal 36 A dari UUD 45 yang sudah diamendemen , "Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika " , sehingga urusan yang termasuk dalam semboyan keragaman budaya , tak menyentuh kekuasaan yang ada . Barangkali pasal pasal ini tak menarik untuk dipelajari orang karena tak bersangkutan dengan uang dan kekuasaan sehingga membosankan . Barangkali kami terlalu sombong jika mengatakan banyak orang sebetulnya belum tersentuh perhatiannya , belum meminati dengan yang disebut dalam Pasal pasal yang dapat menjadi pancatan bagi budaya misalnya ; Pasal 36 A dari UUD45 "Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika " . Pasal 18 ayat (5) Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas luasnya , kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat . Pasal 18 A Ayat (1) Hubungan wewenang anara Pemerintah pusat dan pemerintahan daerah propinsi , kabupaten dan kota ata antara propinsi dan kabupaten dan kota , diatur dengan undang undang dengan memperhatikan dengan memperhatikan kekhususan dan dan keragaman daerah . Pasal 18 B Ayat (1) Negara menagakui dan menghormati satuan satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang undang . Ayat (2)Negara mengakui dan menghormati kesatuan kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan ssuai dengan perkembangan masyarakat dan Prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang undang . Pasal 32 Ayat (1) Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia ditengah peradaban dengan menjamin kebebasab masyarakat dalam memelihara dan mengembngkan nilai nilai budayanya Ayat (2) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya bangsa . Bagaimana pemerintah daerah akan mengkaji bahasa dan budaya berhubung dengan pasal 18 Ayat (5) , semua belum tahu . Yang jelas apa yang dikatakan memajukan budaya dan bahasa daerah malah belum nyata dengan belum jelas . Di kota Solo , Pak Walikota banyak mengadakan kegiatan budaya yang selain menghidupkan kegiatan budaya Jawa , tetapi juga karena terkait dengan memajukan pariwisata atau sebaliknya . Menurut pengalaman kami , pembelajaran Bahasa Sunda di daerah Jawa Barat sekitar Jagotabek seperti air di daun tales . mungkin demikin pula untuk daerah lain ,tetapi bukan maksud kami mengecilkan jasa para guru . Kami percaya kesungguhan para guru .Tetapi perlu dicari sebab mengapa demikian , dan perlu langkah baru yang lebih baik . Pembelajaran dan pengajaran bahasa daerah tak boleh sekedar ila -ila (asal ada ) . Bagaimana mengatasi lingkungan yang sudah multi etnis . Misalnya kalau Pemda menetapkan tekad agar para warga kembali menghayati budaya daerahnya , perlu menoleh ke belakang . Rasa nasionalisme kita sebenarnya memang mengharamkan segala sesuatu yang berbau kolonial . Tetapi karena tampaknya pemerintah kolonial lebih piawai memelihara keragaman . mengapa kita tak mau belajar dari masa yang sudah itu . Apakah kita memang harus mengharamkan kepiawian pemerintah kolonial atau malah harus belajar banyak dari situ , sehingga makna tunggal ika yang dahulu untuk mendukung kepentingan pemerintah Hindia Belanda , lalu sekarang untuk kepentingan negara kita yang merdeka . Mungkin bukan orang Jawa saja yang makin jauh dari bahasanya , tetapi seluruh bangsa bangsa di Indonesia melihat gejala seperti yang beritahukan Eyang Marbangun Harjowirogo seperti diatas . Taruhlah kita tak usah peduli dengan kematian bahasa dan budaya daerah , karena semua orang telah sepakat memperkuat nasionalisme , tetapi jika dampak dampak hal ini membuat kita kecut , sebenarnya kita harus berhitung lagi . "dengan terpinggirkannya bahasa dan budaya Sunda menyebabkan pembangunan phisik yang hebat yang tak terkendali atau dibalik pembangunan yang hebat tak terkendali menyebabkan terpinggirkannya bahasa dan budaya Sunda " . Tata alam bumi Parahyangan dan Bandung sudah sulit dikendalikan . Bermanfaatkah bagi orang orang Sunda pengorbanan yang sudah diberikan orang Sunda ? Adakah orang Sunda kebanyakan atau kebanyakan orang Sunda mendapat manfaatnya . Tentu ada , menjual jagung, sayuran , buah buahan sepanjang jalan , kuli kuli ,buruh pabrik modal asing, sementara yang berada digedung gedung indah , restoran yang besar besar , mal yang ramai , yang naik sedan sedan baru yang mahal bukan orang Sunda . Tanah , rumah rumah , balong , kebon , sawah , yang akan diwariskan ke anak incu telah terjual . Sungguh sayang belum ada proteksi bangsa Sunda . Meminggirkan bahasa dan budaya ibu , menyebabkan hilangnya idiom idiom , kearifan lokal Sunda . Alampun kaget mendapat perlakuan aneh yang tak seperti biasanya . Yang biasanya dilakukan dengan lemah lembut, sehalus bahasa dan gending gending Sunda , sekarang semua perilaku yang mengandung kehalusan tergusur dan itu sudah tak terdengar . Ustad Zaenuddin MZ , secara pendek mengatakan kalau orangnya nggak ramah dengan alam , alamnyapun tak akan ramah dengan manusia . Daftarnya : 1. Dengan ganasnya manusia menghajar alam . Alamnya digunduli untuk perumahan, pabrik, kebon , akibatnya alam menjadi panas . Lalu banjir dan tanah longsor mengikuti . Dimusim kering kekeringan . Lalu gagal panen , kebakaran hutan . Orang kurang gisi .Tetapi ratusan ribu insinyur tak satupun yang dapat menaikkan air dari sungai atau tempat rendah ketempat yang lebih atas . Rakyat kecil tatap saja harus mengambil air dari tempat jauh dengan memikul , menggendong , padahal ada slang , ada mesin air, atau ada angin untuk kincir dan ada dana yang bisa diminta . Rakyat yang pintar tak mengandalkan insinyur , membuat kincir tradisional sendiri yang umurnya sudah ratusan tahun . Mengapa begitu ? Jika hujan turun Bandung Selatan banjir besar , sekalipun Bandung gudang dan pabriknya insyinyur dan padahal Bandung terletak diketinggian ,yang logikanya air akan cepat turun ke bawah mencari tempat yang rendah . Juga tempat tempat lain di Jawa juga demikian . 2. Manusia berjejal, perumahan berjejal , mobil berjejal tumpah ruah sepanjang jalan raya bahkan di jalan jalan tikus dipenuhi mobil , suara yang bercampur aduk masih diperkeras dengan jutaan pengeras suara . Suara kecapi suling dan gending gending dan degung Sunda yang gemulai terdengar dari radio radio sudah tak ada .Demikian pula suara gamelan , klenengan , uyon uyon Jawa diganti dengan berbagai suara musik yang hingar bingar . 3. Lumpur Lapindo dan lumpur yang lain memberi syarat akan mengikuti Lapindo . ALAM TRADISIONAL ,YANG DIKATAKAN KUNO, IRASIONALISTIS . Ini adalah alamnya para nenek moyang dahulu . yaitu ketika nenek moyang mempunyai jati diri dan kepribadian yang masih utuh . Orang Jawa dulu sangat menggemari wayang kulit , karena dalam wayang kulit yang benar (sebagai lawan wayang kulit instan yang tak punya arti apa apa dipandang dari sudut budaya ) wayang kulit yang benar adalah tempatnya falsafah hidup pandangan hidup ,pedoman hidup orang Jawa , atau dunianya orang Jawa yang indah . Di tempat wayang kulit orang bisa bersilaturachim sambil mengingat dan menyerap ajaran leluhur yang diberikan sang dalang . Dulu Presiden , menteri menteri , jendral jendral , penjabat pejabat tinggi masih pada suka sama sama nanggap dan nonton wayang , dalam wayang kita dapat mendngar kearifan kearifan lokal . Siapapun orang Jawa yang masih nJawani dalam hati mengagumi kepintaran sang dalang . Pak Frans Seda Menteri Perhubungan suka menanggap wayang bagi para bawahannya . Dalang yang benar adalah guru sejatinya orang Jawa , kedudukan tinggi setingkat pendeta dan raja . Memahami betul pakem Barata Yuda dan Ramayana dengan segala isinya . Wejangan wejangan para wali para nabi .Ngerti marang gending gending ,titi laras lan sabetane . Dalang setingkat Pak Manteb Soedarsono , Anom Suroto dan Pak Ekocipto ( dan yang semacam itu ) sebenarnyalah orang yang pantas di gugu ditiru , yang pantes jadi guru besar yang seharusnya diangkat menjadi guru besar dengan gelar gelar diatas Doktor dan diberi pangkat diatas pangkat IV/e bergaji setingkat Ketua Makamah Agung atau pangkat tituler Jendral bintang empat , mendapat rumah dinas atau padepokan , agar tidak susah susah mencari uang diluar bidangnya . Namun kenyataan mengatakan lain , karena dunia sedang menjadi lain , tak memihak aturan dunia timur . Sekarang aturannya aturan barat . banyak orang Jawa yang sudah menjadi Landa Ireng , tak suka wayangan , tak suka slametan . Yang yakin sebagai orang modern harus memakai adat modern . Tak ada aturan pemerintah yang mengatur kepintaran model timur ,budaya sendiri . Masyarakatlah yang akan memberikan penghargaan . Penghargaan kepada para dalang , penghargaan kepada para dukun yang ampuh dan lainnya , penghargaan kepada kepala padepokan , sinden , niyaga . Yang mendapat penghargaan yalah yang semata mata berbau barat . Contoh Bapak R.Ng. Purbocaroko , ilmunya ilmu Jawa , tetapi berkaitan dengan ilmunya orang barat , beliau diakui sebagai ahli Jawa , bergelar Doktor dan bergaji besar . Dalam dunia sekarangpun tak beda , banyak sekali orang yang mencelupkan keahliannya yang spiritualistis dan religius timur ke universitas di Amerika , lalu syah diakui pemerintah dan begaji besar . Ibu Savitri Prastiti Scherer membuat tesis untuk gelarnya dengan judul Keselarasan dan Kejanggalan Pemikiran pemikiran Priyayi Nasionalis Jawa awal Abad XX dengan judul asli Harmony and Dissonance ;Early Nationalist Thought in Jawa Cornell University 19975) Yang masih tradisional tetap kleleran . Yang sungguh lebih kejam jika masyarakatpun terbujuk untuk tak menghargai budaya sendiri . Sungguh sangat aneh jaman sekarang , keberuntungan selalu berpihak pada orang yang memang mendewakan uang . Uang tak suka pada orang yang tak mendewakan dirinya . Atau memang begitulah adanya , jalannya lakon , Tuhan Maha Tahu . Masyarakat yang tradisional , yang mendapatkan predikat kuno serta irrasional , yang selalu berlaku nastiti , ngati ati , alon alon waton klakon , sabar sareh , nrimo ing pandum , yang menunjukkan kemantapan dan kemapanan tingkat tinggi , dicurigai sebagai masyarakat yang lamban , fatalis dan irrasional . Tetapi orang kuno malah heran mengapa orang hidup sekali saja kok ngongso ongso , sing di goleki apa to . Kehidupan orang Jawa dahulu sepenuh dibaktikan untuk mecapai masyarakat yang Tata Tentrem ,Kerto Raharjo . Untuk mencapai tujuan itu disusun Yang disebut Budi luhur , seni yang halus dan kebiasaan , turu longan mngan longan , lan kebiasaaan nglaras . Budaya apa ini . Kalau kita menyaksikan orang dimana mana rebutan , dalam hati timbul panguda rasa ? Apakah model rebutan yang beginian yang diajarkan dan membawa orang Jawa menuju budi luhur . Contohnya dimulai dari kraton sebagai mercu suarnya budaya Jawa . Di depan kraton atau regol (gerbang) peribadatan , orang rebutan gunungan yaitu tumpeng besar dengan lauknya , sayur sayuran dan buah buahan . Semua itu memang disediakan agar orang dapat berebut .Orang rebutan karena takut tak mendapat bagian dari tumpeng yanga sakral itu . Orang rebutan air bekas mencuci kereta pusaka . Orang berebut takut tak mendapat bagian air bekas cucian kereta yang sakral itu. Orang rebutan apem yang disediakan oleh masyarakat untuk selamatan yang tujuannya untuk keselamatan rakyat . Orang rebutan karena takut tak mendapat bagian apem tersebut . Orang rebutan uang receh yang dicampur beras kuning untuk upacara penganten atau orang mati . Rebutan dan serba berebut , seperti satu ajaran dan latihan untuk cakap mendapat yang paling banyak . Seperti ajarane liberalisme , sapa sing kuwat , sing rosa , sing licik , bisa oleh akeh , sing ora kuat , jompo , anak anak , wong cacad ora kebagian apa apa . Pada hal dari sikap rebutan ini banyak yang muspro , mubazir terinjak injak , sementara dipinggiran banyak orang tak kebagian . Suatu sikap dan perbuatan yang malah jauh dari watak perwiro dan budi luhur . Pada hal budaya kita kan mengajarkan sabar sareh , nrimo ing pandum . Kados pundi para budayawan menggah pamanggih kula punika ? Apa budaya yang tak sabar sareh , tak nrimo ing pandum , ngurmati sapada pada tidak kita kembalikan pada yang seharusnya , mbiasaake budaya antri sing melindungi wong cacad jompo lan bocah bocah , apa wis bene wae ngambra ambra . Kita lihat di jalan atau dimana saja budaya berebut nganggo sakepenake dewe juga sudah menjadi adat padinaning masyarakat umumnya . Malah ing bab apa wae rebutan wis dadi kultur sing tanpa kendali . Menurut Eyang Marbangun Hardjowirogo " Semua orang Jawa itu berbudaya satu .Mereka berpikiran dan berperasaan seperti moyang mereka di Jawa Tengah dengan kota kota Yogya ,Sala , sebagai pusat pusat kebudayaan , baik mereka yang masih tinggal di pulau Jawa maupun mereka yang sudah menjadi warga negara Suriname ataupun mereka yang telah menemukan tempat tinggal baru di daerah daerah transmigtasi di luar Jawa , mereka berkiblat pada Yogya dan Sala dalam menghayati hidup budaya mereka .Mereka inilah yang mewakili manusia Jawa dengan ciri ciri lambannya yang begitu khas dan yang sering dianggap tak sesuai lagi dengan kehidupan masa kini yang lebih banyak menuntut kecepatan dalam berpikir dan berbuat selagi orang Jawa umumnya karena mengutamakan kebahagiaan dan keselarasan kurang menyukai ketergesaan dalam hidup ." ( Manusia Jawa - Marbangun Hardjowirogo ) . ALAM WESTERNISASI ,MODERNISASI , RASIONALIS . Pikiran westerinissi ,modernisasi dan rasionalis dibawa oleh penjajah Berbeda dengan alamnya orang tradisional , orang yang mengaku didikan westernisasi , modernisasi yang pikirannya serba rasional , sudah diajari , diajar berpikiran kesusu , ngongso ongso . dan prakis , pragmatis . Kesusu ( harus serba cepat ) tentu masuk akal saja wong penjajah itu harus kerja seefisien mungkin , mereka datang ,lalu mengambil dan harus segera kembali mengantarkan jarahan untuk memburu keuntungan dan memenuhi kebutuhan rakyat di negerinya . Ngongso ongso artinya harus dapat sebanyak banyak , ini dapat dimengerti , wong datang dari jauh jauh tentu harus dapat perolehan yang seimbang . Praktis pragmatis , tegese perkara kerusakan lingkungan dan lain lain ora perlu dipikir wong yang akan mengalami kerugian penduduk pribumi . Tetapi untuk kita mestinya ya tidak cocok , wong kita tak akan kemana mana . Kita pribumi dengan kekayaan yang melimpah di kanan kiri , tak perlu bingung kekurangan . Hasil padi , sayuran ternak, ikan , kayu unuk buah dan bangunan tak kekurangan . Kenapa kita ikut ngongso ongso ? Ikut rebutan . Sebetulnya budaya rebutan harus masuk grup sini . Agar kumpul sesama orang yang suka kesusu dan ngongso ongso . Adanya orang didikan westernisasi , modernisme dan serba rasional diawali oleh kedatangan orang barat yang datang menjajah negeri kita , mereka datang untuk mencari kekayaan mengurasnya dan membawa pulang kenegerinya . Tentu saja harus dilakukan cepat cepat karena diperlukan menolong rakyat di negara asal yang susah .Tidak peduli semua sumber alam habis dan tak peduli meninggalkan dampak pada lingkungan yang merugikan orang pribumi . Kedatangan penjajah atau pendatang asing pencari rejeki ibarat orang jahat masuk dalam rumah kita mengambil semuanya lalu cepat cepat berlalu memanggul jarahannya . Kelakuan seperti inilah yang diajarkan kepada kader kader kaum westernisasi , modernisme dan rasionalis dan ditiru orang jaman sekarang ini . Dan ternyata kader kader ini yang kini dapat menguasai medan .Dengan segala variasinya intinya para kader telah terprogram harus berbuat seperti itu . Tetapi kalau kader itu ternyata orang pribumi dan berhasil mengambil segala sesuatu sebanyak banyaknya buat apa wong tak akan kembali kemana mana , maka jadilah pekerti yang dikatakan pekerti orang rasional yang tak rasional . Kenapa kesusu susu dan ngongso ongso , menguras segala galanya sampai tuntas , yang sebenarnya sumber daya dapat di dicadangkan untuk kebutuhan yang lebih lama , apakah keturunan dibelakang hari tak perlu diberi sisa ? Kalau kita pikir rasionalkah pikiran demikian . Tak apa apa sekedar memenuhi hasrat kesrakahannya menumpuk numpuk harta , menguasai harta di mana mana yang tak satupun dapat dinikmatinya . Bukan tak mungkin dalam kurun waktu nusantara jaya sampai jatuhnya Mataram II orang kita tak pernah mengalami super mewah sesuai dengan jamannya, justru dari keadaan seperti itu mereka dapat menimba pengalaman . Dari sana orang dahulu dapat melahirkan kearifan lokal kearifan lokal yang menutun kearah tata tentrem . ALAM HONGKONG ATAU CINA . Orang Jawa belajar budaya budi luhur di Hongkong . Kini anak buah atau anggauta warga negara yang menjadi TKI/TKW di Hongkong tengah mendalami penghayatan budaya modern . Budaya westernisasi , modernisme dan rasionlisme Hongkong jenis lain dengan yang kita adopsi . Dulu dulunya kami tak tahu , yang kami tak tahu kaya apa Hongkong itu , yang kami tahu Hongkong sekarang . Medernisme Hongkong secara phisik memang hebat sekali , barang kali malah di dunia manapun tak akan ada yang menyamai Hongkong , selain US . Gambarannya adalah , tak usah menceritakan bagaimana kemewahan tuannya , para pembantunya saja yang berasal dari Indonesia atau Philipina rata rata mendapatkan gaji kira kira HK $ 5000,- atau Lima juta rupiah sebulan utuh .Ada tempat tinggal sederhana , dan kesehatan dan makan dijamin secukupnya , dengan jaminan perlindungan hukum yang mantap (tidak kacau ) . Di Hongkong jarang terjadi perbuatan pelecean terhadap TKI/TKW . Siapapun tak salah kalau ngiri terhadap kehidupan di Hong Kong . Dari yang semula kepulauan yang amat buruk , tempat orang orang jahat berubah menjadi wilayah tertib dan makmur Ketertiban , keamanan sangat dijaga . Orang tak boleh dan tak akan berebut dimana saja . Di kereta , di bis , di tempat tempat umum lainnya . Budaya antri sudah menjadi budaya umum di Hongkong , orang harus sabar sareh dan menerima gilirannya . Ini adalah yang dalam budaya Jawa dilambangkan dengan kata nrimo ing pandum . Hidup tak usah serakah apa lagi disertai dengan melanggar hukum unuk memenuhi nafsu keserakahannya .Kebersihan sangat dijaga . Tak boleh dan tak akan ada orang membuang sampah sembarangan , meludah di mana mana , merokok ada tempat tak boleh disebarang tempat . Bukankah warga kita di Hongkong harus menggali dan mempelajari dan membiasakan berbudaya Jawa yang adiluhung kembali . Barang kali kelak sekembali di Indonesia dapat mengajarkan budaya tesebut kepada lingkungannya . Memang kenyataannya budaya budi luhur yang mestinya penuh ketertiban , karyenak atining liyan , menghormati orang tua dan serta orang cacad , tak membuang sampah/ meludah ditempat sembarangan , tak boleh merokok ditempat yang tak ditentukan, pada praktiknya kurang mendapat appresiasi dari perintah maupun rakyat Jawa sendiri . Siapa tahu membanjirnya oarang Jawa ke Hongkong adalah suatu petunjuk dari Yang Maha Kuasa bahwa kita orang Jawa mesti meniti budaya leluhur kita kembali . Meniti budaya Jawa yang adi luhung kembali, suatu conditio sine qua non . Karena semua lapisan masyarakat kita lagi gandrung dengan uang dan terusirnya TKI /TKW gara gara karena mereka di tanah air tak kebagian uang , lalu harus mencari uang ke negara lain , maka ukuran keberhasilan tak lepas dari masalah uang . Baik pemerintah maupun masyarakat umumnya menghargai TKI/TKW hanya karena mereka menghasilkan devisa negara yang besar dan bagi masyarakat lainnya karena mereka pulang membawa kemakmuran . Pemerintah yang semula cuekpun dan memandang pengiriman TKI/TKW sebagai upaya kesementaraan untuk mengatasi kemiskinan yang memalukan dan tak kunjung habis , kini meningkatkan pelayanan terhadap TKI/TKW sebagai program tetap sebagai sektor pendulang devisa . Suatu upaya darurat yang semula hanya untuk mengatasi hal yang tak proposional , lama lama menjadi proposional. Tak satupun lahan yang tak diekploitir untuk menghasilkan, seolah olah di Inonesia ini hanya satu satunya agenda yaitu menghimpun uang , anehnya uang tak cukup cukup , utang bertambah terus . Kemana saja uang itu . Tak satupun berpikir atau berusaha menyerap budaya Hongkong seperti diceritakan . Dan mereka (TKI/TKW) dari Hongkongpun sekembalinya ke tanah air larut kembali dalam budaya kita yang dilanda krisis . Satu hal yang mudah mudahan luput dari pembuat rencana menghimpun uang , jangan sampai angkatan bersenjata kitapun dimanfaatkan untuk menjadi tentara bayaran yang mendatangkan devisa . Sungguh sayang ada saja Saudara kita orang Cina , yang sudah menjadi warga negara yang cinta tanah air , ternyata tak mencontoh bangsanya di Hongkong yang tertib dan baik hati terhadap TKI/TKW .Cina cina disini yang kami sayangkan tersebut , ialah Cina yang berbuat hitam menodahi bangsanya dan melukai pribumi Indonesia yang masih melarat . Sebetulnya Cina yang berbuat hitam tersebut juga tidak berbuat sendiri , banyak sekali dibantu orang pribumi .Orang pribumi yang bodoh dan melarat . Bodoh bukan berarti tak menamatkan universitasnya , tetapi bodoh karena mau menerjang aturan yang akan membelenggunya , hanya sekedar main spekulasi , melarat bukan karena tak banyak uang tetapi karena keserakahannya yang tak terkendali . Semua itu hanya terjadi di negara yang hanya mendewakan uang . Ada orang pinter yang mengritik keadaan sekarang ini , seolah olah kehidupan hanya mempunyai agenda tunggal memburu uang . aggrainstitute@ G-mail .com . ------------------------------------------------------------------------------------------- AGGRA INSTITUTE TAMAN BELAJAR PLURALISME DAN MULTIKULTURALLISME Alamat E .mail : aggrainstitute @ gmail .com. 15.BUDAYA PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME Burung gagak dan serigala ( L'OISEAU NOIRE ET LA RAGE ). Merenungkan ,memikir mikir , tentang bermacam ragam budaya di negara kita yang pluralismr dan multikulturaisme ,maka mengenai persaingan antara kekunoan dan kikinian tak pernah berhenti . Sekalipun kekunoan tak pernah secara legal ikut berperan dalam mengatur negara ,tak pernah mendapatkan pehatian dari negara , tetapi toh sebenarnya juga tak pernah mati sama sekali dalam menyumbangkan aktivitasnya untuk memajukan atau memakmurkan bangsa .meski dapat dinilai kurang proposional , yaitu jika penguasa hanya ingin mengeruk untungnya tetapi telalu pelit untuk mengeluarkan ongkos ongkos unuk keperluan pariwisata .Seseorang yang ingin mengadakan upacara selamatan besar di Toraja yang mungkin bisa menghabiskn beberapa ratus juta rupiah ,biasa ditanggung sendiri . Demikian juga di Bali banyak sekali upacara upacara yang makan beaya , yang terbesar dan paling terkenal ialah ngaben . Sementara orang bersusah payah untuk menyelenggarakan upacara yang mhalitu ,penguasa dan pengusaha sekitarnya dapat memperoleh keuntungan dari peristiwa ini . Meski terkemas dalam program pariwisata , banyak tradisi tradisi yang tanpa sengaja terlestarikan . Masih banyak dilakukan doa doa tradisional , korban korban tradisional , selamatan selamatan ,yang dilakukan dalam rangka pariwisata demi suksesnya memperbesar pendapatan negara . Demikian pula banyak peninggalan peninggalan dan punden punden yang makin terawat . Ada kirab kirab yang selalu dilakukan di seputar kraton dengan mengeluarkan berbagai jimat jimat ,kirab budaya , kirab grebeg .Masih banyak lagi kirab kirab setempat yang tak kalah meriahnya dengan yang diadakan di keraton . Masih banyak orang melakukan korban korban larungan yang dilakukan ditepi pantai , upacara jamasan pusaka dimana mana ,nanggap wayang untuk ruwatan ruwatan ,bersih desa , selamatan kecil atau besar ,yang semua itu sebagai upaya penyelamatan diri dari segala ancaman mara bahaya dan segala sambekala .Bahkan nanggap wayang dari yang paling sederhana sampai Sendratari Ramayana yang diadakan secara besar besaran dan mewah ,semewah kirab kirab yang diadakan diseputar kraton . Ketika penulis sedang menulis bab ini , sambil memdengar seruan dari radio Safari Jakarta yang mengajak masyarakat untuk ikut dalam kirab budaya di Jakarta yang akan menonjolkan busana busana daerah dll. Anehnya di Jakarta justru lebih banyak dapat kita akses siaran stasiun stasiun radio menyiarkan budaya daerah dibanding dengan di kota kota Jawa tengah dan Timur . Yang sudah lama radio P2C , sekarang ada radio Safari , radio Jakarta , radio sam an (kedengarannya begitu ) ,radio Inyong , radio el Shinta . Dahulu sekali sejak kuno makuno Lurah Grabag (Kutoarjo ) , adalah lurah yang paling banyak nanggap wayang , hampir tak pernah lowong selamatan dengan nanggap wayang demi keselamatan desa dan warganya . Ketika musibah serangan tikus besar besaran , diadakan upaya pemberantasan manual ,gropyokan bersama , selain itu Pak Lurah tak lupa nanggap wayang untuk ruwatan sebagai upaya spiritual . Ternyata tikusnya kabur semua . Memang ini upaya spiritual yang irrasional , nyatanya manjur . Yang percaya silahkan yang tidak silahkan . Tetapi saksi mata kejadian ini masih banyak yang hidup. (Vide. Buku Seri Kejawen 2002 Jilidan I ) . Penjelasan ini juga dapat untuk melengkapi jawaban terhadap seruan Pak Ajip Rosidi yang sangat mengkawatirkan punahnya budaya lokal seperti tersebut diatas .juga jawaban atas pernyataan Pak Marbangun Harjowirogo alm . yang memprediksi cepat atau lambat budaya Jawa yang pasti sedang menuju kematiannya . Meskipun yang kami ceritakan sebenarnya hanya pucuk budaya yang tampak diatas banjir budaya lain . perlu diperingatkan sungguhpun pucuk pucuk yang kelihaan dapat dijadikan tanda tanda kehidupan , janganlah pucuk pucuk dijadikan kebanggaan dan kepuasan sehingga melupakan untuk mencari pokoknya pokoknya ,sehingga budaya budaya daerah menjadi adiluhung lagi . Jika lali dan terbuai untuk menikmati pucuk pucuknya saja , sebentar lagi pucuk akan terendam dan hilang dan kita akan kehilangan keseluruhannya . Sesudah reformasi semua orang jadi modern dan rasionalistis hampir tak memikirkan wayang lagi atau budaya daerah pada umumnya ,kegemaran orangpun berubah . Itu tak dilaramg wong kita hidup dalam alam demokratis mau apapun boleh ,monggo saja . Dimana mana orang lebih suka nonton ndolalak atau bergpyang yang seronok dengan dangdut , main friseks dan narkoba , melupakan ilmu ilmu spiritual yang irrasional yang selalu mengingatkan orang pada adanya panen wohing pakarti ing akhir tembe ,kejujuran dan perilaku utomo. Modernisasi mengganti sapta pesona dengan ciptaan ciptaan teknologinya , apa yang menarik dahulu mulai ditinggalkan .Di Bali, di Jawa mungkin dalam sekian dasa warsa lagi , pariwisatanya tak akan difokuskan pada hal hal yang spiritual , tetapi telah disediakan ciptaan teknologi canggih seperti di Hawai atau negara negara yang mengabdi pada kesejahteraan lahir . Dari penyediaan hotel hotel mewah ,segala macam permainan ketangkasan . Tampaknya memang seperti ada upaya evolusi tak kentara , yang membawa orang timur penganut kekunoan yang spiritualis ke peradaban kekinian .Ada evolusi perluasan hegenomi kekuasaan dari modernisasi barat ke dunia timur . Modernisasi barat tampaknya sudah mulai menggenggam orang timur yang tak berdaya dan penuh penyerahan . Akibatnya masyarakat menjadi masyarakat menjadi rentan batin dan tak punya kekuatan batin lagi dalam menghadapi segala cobaan dan bujukan setan .Ada goyangan batin sedikit saja sudah collapse .Perombakan perombakan yang dilakukan oleh kekinian bukan terbatas pada ekonomi dan politik ternyata merambah kesemua lapangan kehidupan . Sungguh menyedihkan jika pemimpin kita sengaja atau tanpa sengaja membawa bangsanya menjadi orang bodoh . Dari mainan anak anak , makanan ringan atau berat , minuman , hiburan , alat hiburan , telpon seluler yang setiap tahun memerlukan berjuta juta unit , alat digital lain ,semua kita tergantung pada produk asing .Apalagi alat alat yang canggih canggih dengan teknologi yang tinggi . Lalu apa sebenarnya kepandaian ahli ahli kita , apa yang mereka kerjakan .Apa mereka bingung dan frustasi juga ? Kembali pada cerita Bupati Purworejo .Kebetulan ada sambekala besar yang menimpa Pak Lurah yang sebetulnya sudah sinengkaken ing ngaluhur jadi Bupati .Padahal Bupati sebelumnya tak pernah lupa nanggap wayang .Nangap wayang , tujuan pertama adalah melestarikan budaya .lalu sebagai upaya membersihkan hal hal yang kotor, menumbuhkan jiwa gotong royong bagi semuanya .Wayang kecuali hiburan banyak sekali manfaatnya .Untuk silaturahmi warga , pendidikan umum , budi pekerti bahkan apa saja yang harus disampaikan kepada masyarakat dapat disampaikan disini .hampir tak ada pertunjukan yang mempunyai isi dan misi selengkap wayang .Wayang dengan dalang baik tak kalah manfaatnya dengan perguruan tinggi formal . Dalang yang baik adalah guru besar , budayawan , rohaniawan , kadang kadan sebagai dukun dalam arti yang bisa menyembuhkan penyakit dan mengusir roh jahat , hampir segalanya .Tentu saja dalam kekinian pak dalang merupakan profesi yang mengganggu modernisasi cara berpikir rasional dan kekinian . Mendapat pinalti untuk dimarginalisasikan . Bagaimana hebatnya dalang tak akan dapat penghargaan formal , berijasah formal , diangkat sebagai pegawai negeri baik tingkat rendah maupun tinggi .Tetapi masyarakatlah yang mengakui keberadaannya , kadang dengan penghormatan yang kadang kadang berlebihan .Tetapi mungkin cara itu yang terbaik , penghormatan yang diberikan dengan adil dihadapan mata ribuan masyarakat , ketimbang penghargaan berdasarkan atas nilai ijazah yang belum tentu tidak palsu . Orang orang tua didaerah , masih percaya ada yang namanya kesiku , kesarik , kuwalad ,lali kepada yang mbaurekso .Untuk peringatan pejabat selanjutnya ,jangan meninggalkan tradisi leluhur , sukur bage sewu bisa ngrembakakake Artinya orang tak boleh berlaku sawiyah wiyah terhadap sesama .Berbaikan dengan sesama makluk , saling menghormat kepada sesama makluk , baik makluk yang kelihatan maupun yang tak kelihatan bukan berarti orang itu musrik .Orang pintar tak mudah menghukum orang lain sebagai musrikin .Ada dalil dalil tentang kemusrikan . Banyak orang yang sengaja memberi misinformation tentang budaya daerah , dengan tujuan menjauhkan orang dari budaya seperti itu .Umumnya oleh orang orang yang tak mengerti pa bengkongnya budaya seperti itu . Seperti kata " eling " kata "alon alon waton klakon " kata " singmbau reso " juga ada yang memberi konotasi yang melecehkan sehingga kata kata tersebut dibenci dan dijauhi orang. mBaureso yang menurut akar katanya berarti "tenaga atau yang bertugas ,mengrekso atau mengreso " menjaga , memelihara melindungi , digambarkan sebagai setan yang menyeramkan yang akan mecekik siapapun yang tak disukainya sebuah gambaran yang jauh dari pangkalnya, bahkan tak ada kaitannya . Yang secara resmi bertujuan menunjang kemajuan pariwisata , toh budaya seperti tersebut diatas masih tak sedikit yang percaya dan menghayati semua itu dengan bersungguh sungguh dan percaya bahwa sebetulnya itulah ( semua itulah ) kepercayaan yang mereka percaya sebagai kepercayaan yang benar .Kepercayaan ini kadang kadang menjadi keder karena serangan dari pihak yang ingin merombaknya .Tinggal terserah bagi pemiliknya bisa dan kuat handarbeninya dan hangkrukebinya atau tidak .Yang jelas barisan rasionalisme adalah yang menjadi musuh utama dan selain itu masih ada upaya dari pihak lain lagi yang sudah lama ingin meniadakan budaya yang dianggap tahayul itu . Setelah berhasil menyingkirkan golongan kekunoan ( Budaya budi luhur, kebersamaan , penerus budaya leluhur yang kuno kuno ) , faksi faksi dari golongn kekinian dan golongan budaya kekinian ( modernisasi , westernisasi , rasional,liberisasi ) , juga perlu bertarung dengan faksi faksi sendiri .Tak mengapa siapapun yang menang toh kenyataannya golongan kekinian juga yang berhasil meraih kesuksessan itu . Demikian dalam skala negara , negara negara modern yang satu harus bersaing , berkelai dengan negara modern lain .Seperti cerita burung gagak yangakan kita ceritakan di bawah ini .Penggunaan alat alat perang yang canggih canggih akan mempercepat kehancuran , mudah mudahan "kono nggone kono wite " jika terjadi disana saja di tempat orang yang suka berkelahi , jangan meleber ke sini . Alat perang yang canggih banyak mudaratnya dari pada manfaatnya . Dulu penulis punya guru bahasa Perancis bernama H.c .Horenweg orang Belanda . Dalam memberikan pelajarannya beliau selalu menampilkan cerita pendek yang lucu lucu .Kalau penulis kaitkan dengan cerita Pak Horenweg tersebut , maka pemimpin kekinian yang sedang bertengkar berebut kemenangan dan yang sudah memperoleh kemenangnya kita ibaratkan dengan burung gagag (l'oiseu noir ) yang bertengger diatas dahan yang siap menikmati dendeng kemenangannya . Seterusnya dalam cerita itu datanglah seekor serigala (la rage ) , yang sebenarnya sejak tadi mengincar dan ingin merebutnya . Kata serigala , " Wahai burung gagak sobatku yang baik .Sudah lama aku mencarimu .Aku mencarimu kemana mana dengan sengaja , karena sebenarnya aku kangen sekali mendengar suaramu yang sangat merdu .Suaramu sungguh merdu , itulah alasanku mencarimu , tak lain hanya ingin mendengarkan suaramu .Perdengarkanlah suaramu yang merdu , wahai sahabatku , untuk mengobati rinduku ." Mendengar pujian sang serigala , hati sang gagak mengembang, berbunga bunga " Benarkah suaraku sangat baik . Lalu timbul keinginan sang burung gagak untuk memperdengarkan suaranya . Karena begitu gembiranya mendengar pujian sang serigala , maka sang burung gagak tanpa pikir panjang membuka paruhnya dan mengeluarkan suaranya keras keras . Dengan tangkas sang serigala yang sudah memprekdisi apa yang akan dilakukan burung gagak yang bodoh tetapi mengaku pandai itu ,dengan cekatan menyambar dendeng yang lepas dari mulut sang burung gagak dan dalam hati serigala berkata " dasar orang dungu tak tipu kowe, kapokmu kapan " , lalu sang serigala itu berlalu dengan membawa dendeng . Pimpinan pimpinan kita yang kekunoan berantem dengan yang kekinian , ternyata yang kekinian menang mengalahkan yang kekunoan .Selanjutnya yang kekinian yang satu beratem dengan kekinian yang lain .Dan diantara keduanya yang menang itulah yang diwakili burung gagak . Apakah benar burung gagak yang menang yang akan dapat menikmati hasil berantemnya ? Kenyataannya tidak , karena hasil itu jatuh ke mulut serigala ? Kita ibaratkan bahwa pemimpin kita ini berantem siang malem , menghabiskan tenaga , mengerahkan segala kemampuannya ,untuk memperbaiki ekonomi , meningkatkan pertumbuhan , menggerakan sektor riil , menyelamatkan pendapatan negara , ternyata ada golongan lain yang lebih cerdik dan pandai dari pada para cerdik cendekiawan keluaran westernisasi dan modern. " Golongan ini dalam hati berkata , " biarlah mereka berantem mengadu ilmu yang tinggi, bertengkar, berpameran kekuatan dan kepiawian di parlemen , mengadu kecakapan ngomong pengadilan yang membuat hingar bingar seluruh kehidupan dan masyarakat , biarlah yang dieksekutip menghabiskan segala tenaga dan pikirannya .Toh yang penting uangnya dapat kita akali .Lalu diam diam kita gunakan untuk pembangunan .Pembangunan swasta bebas tak berkendala , untuk golongannya sekalipun , toh dengan liberalisasi tak terkendala lagi oleh berbagai peraturan . kalau perlu " kaum burung gagak " diberi sedikit sedikit , misalnya a Rp.2 milyar .Bagaimana , bereskan ? " Ada kawan seorang sarjana , yang begitu membanggakan kesarjanaannya , tetapi karena kesal dengan keadaan yang semakin tak jelas , membuat lelcon , " Setinggi tinggi bangau terbang akan kembali kekubangan juga , diplesetkan menjadi setinggi tinggi ahli ekonomi yang berpendidikan hebat hebat yang berdasi , bermobil ,jangan keburu sombong dulu karena tak akan sanggup bersaing dengan orang orang lulusan Glodok ,Petak Sembilan , Mangga Dua yang bersandal jepit tetapi membawa sekarung uang dengan wadah yang butut .Ternyta bahkan orang jahatpun dapat dikelabuhi oleh mereka . Mereka tahu banyak masalah dan rahasia .Dari yang kasat mata ,rasional sampai dengan yang gaib . Sekalipun mereka juga dapat digolongkan modern , mereka tak melupakan kekunoan mereka , rajin membakar hio lengkap dengan ajian ajiannya .Mempunyai meja meja persembahayangan buat tempat sesaji bagi leluhurnya di rumah tangganya , Hasilnya sungguh hebat , tenyata bagi mereka bukan hal yang susah untuk memanage orang lain , bahkan untuk meng-instruct orang lain termasuk pembesar, para cendekiawan yang bangga dengan gelar gelarnya .Kalau mau mereka betul betul mudah menjadi unvisible gouvernment . Siapapun dari kita yang sudah melepas ilmu kekunoan kita ,mendapatkan serangan dari ilmu kuno mereka , akan tunduk seperti kerbau yang dicocok hidungnya, mata yang normalpun tiba tiba tak berfungsi untuk membedakan jurus tipu mereka , itu namanya kena aji sirep .Tak percaya ? Tampak semuanya seperti biasa tetapi bukankah semua luar biasa ? Terbukti seorang tua dari mereka , yang pendidikannya entah apa, dapat membuat orang satu negara susah ,ribut dan berantem sendiri . Mereka paham betul cara cara bagaimana berburu ular .Betapapun ganasnya ular , betapapun manjur bisanya , tangkaplah dulu kepalanya , lalu terserah mau dimasukkan karung atau dikuliti saja atau dipotong untuk obat kuat . aggrainstitute@ gmail com . --------------------------------------------------------------------------------------------- AGGRA INSTITUTE TAMAN BELAJAR TENTANG PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME Alamat ; E mail : aggrainstitute@ gmail com 16.Budaya Pluralisme dan multikulturalisme , sebuah renungan . Mengapa kita (atau penulis ) membuat golongan yang masih mengingat ingat, mengingat kembali kekunoan kita . Itu timbul karena kita melihat sekitar sudah berubah tak seperti yang dicita citakan kan orang tua kita , hidup guyub rukun , gotong royong , tata tentrem kerto raharjo , gemah ripah loh jinawi , repeh rapih . Barang kali sekedar mengingatkan bahwa sesungguhnya soal soal pluralisme dan multikulturalisme ini sudah terpaterikan dalam UUD45 , hanya masalahnya belum pernah mendapat perhatian ,lebih lebih perhatian yang khusus dari pihak manapun .Masih untung pasak pasal ini belum terhapus oleh amandemen yang dilakukan oleh orang yang suka mengamandemen UUD 45 .Mudah mudahan kekuatiran kita , hanya terbatas sebagai kekuatiran kosong ,misalnya jika wakil wakil kita di MPR tak kuat ngomong melainkan hanya inggih inggih kados pundi saenipun terhadap semua manuver pihaklain atau , hanya seperti padi menguning di sawah , setuju saja pada angin yang ingin membawa mereka kemanapun . Suatu hal yang menjadi kekuatiran nyata ialah jika budaya pluralisme dan multikulturalisme (budaya daerah ) kita tinggalkan lebih jauh ,karena hal itu mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap tata nilai , tata kehidupan kita atau tata yang mengatur masyarakat kita , Dari hal itu tampak makin jelasnya tentang adanya perbedaan arah tujuan yang tak seperti tercantum dalam dasar dasar negara kita . Ini ditandai dengan adanya masyarakat yang usreg terus terusan , tanpa ana jenjem jenjemnya , seolah olah sebagai pernyataan bahwa apa yang dberikan bukan yang mereka cari . Masyarakat di ajak mentati budaya taat hukum karena negara ini ngara hukum .Tetapi jika dalam negara yang brdasarkan hukum ini ,kesandung mafia hukum , tentu saja masyarakat akan bosen dan menjauhi budaya berhukum yang tak benar ini , bahkan jika masyarakat sudah bosen dengan kelakuan hukum ini , kelak akan menjauhi hukum . Bertindak sendiri sendiri. Bahkan dulu ada pejabat yang sangat bangga dengan kehidupan berhukum , sehingga hampir semua masalah diserahkan pada hukum .Nyatanya hukunm tak pernah menyelesaikan masalah , bahan penjabat itu mengeluhkan ternyata hukum juga bisa menambah masalah , jahat dan tak berkeadilan . Masyarakat dijanjikan kehidupan yang adil ,nyatanya mencari inti dari arti keadilan saja sudah susah atau yang berkembang sekarang ini sudah merupakan keadilan yang dicita citakan ? Artinya biarlah memang keadaan dunia begitu ada yang kaya ada yang miskin , ada yang kaya sekali ada yang miskin sekali . Ada yang jahat ada yang tidak jahat . Masyarakat akan diberikan kemakmuran .Tampaknya gross nasional product serta kemakmuran meningkat , sekalipun hutang kita juga meningkat banyak , dan hampir semua kekayaan sumber alam habis . Kenaikan kita tentang kesejahteraan bukan seperti samodra kang rob (yang diajarkan ASTABARATHA ) , alon alon tetapi munggah bebarengan .Rata . Memang banyak yang sudah menjadi kaya , tetapi masih banyak juga yang masih dibawah garis kemiskinan .Kalau kita telah merasa sukses dengan dengan pembangunan kesejahteraraan yang kita peroleh ,kesejahteraan seperti inikah yang mendorong kita untuk benegara ? Lalu yang belum sukses bagaimana ? Penguasa bukannya tak mencarikan yang terbaik buat bangsanya , tetapi suatu kenyataan bahwa apa yang diupayakan penguasa sering tak cocok dengan yang dimaui oleh rakyatnya .Bolehlah penguasa dengan kekuasaanya memaksakan kehendaknya kapada rakyatnya karena mereka kuasa ,tetapi jika rakyat tetap tak bersetuju maka tentu akan menolaknya .Belum tentu semua orang mau menyedu susu yang disediakan oleh penguasa sekalipun susu itu penuh gizi dan mahal harganya , mungkin orang malah memilih tape ,getuk , gaplo , growol, kaliguci dan pecel dan besengek yang sudah dikenalnya . Kalau saja keinginan rakyat dan pemerintah dapat klop tentu tak akan muncul masalah .Justru timbulnya masalah karena kenginan penguasa dan yang dikuasainya belum klop . Pembangunan yang menggebu gebu perlu disesuaikan dengan keinginan masyarakat .Karena ternyata masyrakat manusia bukan seperti masyarakat kambing .Masyarakat kambing perlu kandang yang bagus , bersih , higenis , dan makanan yang bergizi .Itu menjadikan masyarakat kambing makmur gembira dan gemuk gemuk .Namun demikian toh mengatur masyarakat kambing tak mudah ,kadang kadang perlu kekerasan digebug, ditendang agar menjadikan masyarakat kambing mematuhi aturan aturan peternak . Namun peternak yang baik perlu jeli terhadap kelakuan kambing .Mengapa tiba tiba sakit mencret , gelisah , berantem tak habis habisnya tentu ada yang tak beres . Mengatur masyarakat manusia ternyata tak semudah mengatur masyarakat kambing . Ada yang mengatakan bahwa semua itu bersumber pada banyaknya uang . Ada uang , semua beres . Mungkin sementara ini karena gencarnya kekuatan uang , orang berpikir seperti itu , lebih lebih kita bekas negara jajahan yang miskin atau bekas orang yang dipermiskin oleh kolonial dan neokolonialis. Tetapi kelak jika manusia sudah kapok dengan ulah uang akan berpikir lain .Manusia punya otak yang dapat membedakan yang benar dan tak benar , yang adil dan tak adil , yang jujur dan yang curang ,yang selalu ditipu dan yang selalu mau menipu ,yang mau menang sendiri maupun yang jadi kalahan . Yang kalah , yang ditipu , yang selalu dicurangi , yang di bodohkan ,yang dianggap lemah akan berusaha untuk , pinter ,untuk kuat untuk merebut kemenangan berikutnya .Selalu begitu .Sampai keadaan menjadi klop . Bisakah keadaan klop ? Barang kali leluhur kita yang sudah kenyang dengan hidup dan siklus siklusnya itu yang menyadari bahwa uang bukan segala galanya .Apakurangnya syarat syarat kita untuk makmur mubra mubru , keceh duwit , wong semua kita punya .Dari sumber alam ,tambang , tanah subur makmur dapat kita jadikan sumber agar kita kaya raya . Uang memang diperlukan tetapi bukan segalanya , tetapi untuk hidup ini ada kebersamaan ada hidup gotong royong , itu yang penting .Itu sebabnya leluhur kita telah memilih opsi tata tentrem kerta raharjo .Segala upaya manusia (budaya dalam arti yang luas maupun yang sempit ) harus bersumber dan diarahkan kepada tujuan TATA TENTREM KARTA RAHARJA . Tak perlu bermewah mewah tetapi juga jangan miskin miskin amat .Pengalaman menunjukkan siapapun yang dapat mengikuti paham ini hidupnya lebih tenang tak kedadanpan , siapa yang berpikir lain dari seperti diajarkan itu akan sellu gelisah dan tak akan pernah merasa telah sampai pada yang mereka cari .Kekayaan yang berlebihan selalu berakhir dengan musibah . Alm. mBah Josonto ,begawan ( disebut mBah Kyai ) yang kenamaan di desa Patuk ,Patutrejo , Kec.Grabag biasanya mempunyai nasehat dan ajaran seperti itu .Kini kharismanya menurun ke sang putrinya .Di daerah ini siapakah pejabat yang tak mendapat restunya ? Nasehat penulis , jangan sekali kali membelakanginya . Bolehlah sekarang para pemilik uang berbangga bangga dan yang belum jenuh berusaha sampai jungkir balik untuk memperpesar kepemilikannya , dengan membangun pengamanan berupa pagar pagar kuat , deposito bank , deposit box , dan innvestasi , jika tak ada kebersamaan dan melupakan gotong royong , semua itu maya belaka , dapat berbalik sebagai musibah yang merusak diri sendiri dan lingkungan bergenerasi . Begitulah juga ajaran orang besar kuno sebagai tersirat dalam pelbagai kitab ,maupun dalam kumpulan kata kata mutiara orang bijak yang semua itu memberi peringatan agar nama kita semua tidak diaduk aduk sebagai penjahat setelah kita tiada . "Hirup darma pawayangan ,hirup ngan ngakonan , hal hal anu ditangtukeun ku Pangeran . Hirup katungkul pati , waktu teu nyaho dimangsa .Hirup ditangtukeun ku maot , anu teu nyaho waktuna . Ulah maot manggih untung ,ulah paeh manggih bagya .Sing bener waktu keur hirup .Supaya ulah diomongkeun dimana geus maot " bintoroasri@ yahoo .co.id . AGGRA INSTUITUTE TAMAN BELAJAR BUDAY PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME Alamat E mail : bintoroasri@ yahoo .co.id 17. Leadership . Ternyata mencari istilah leadership dalam budaya pluralisme dan multikulturalisme tak mudah .Tak semudah mencari istilah itu dalam texbook kekinian .BP7 dalam regime orde baru menterjemahkan leadership dengan istilah kepemimpinan . Ada tiga syarat untuk menjadikan orang atau orang untuk menduduki kepemimpinan . Ki Hajar Dewantoro menyebut bhw ada 3 syarat yang harus ditaati seorang pemimpin . Ing ngarso sung tulada , Ing madya mangun karso , Ing wuri handayani . Hal itu adalah urutan kacang yang didasarkan ngarso , madya , wuri .Namun barang kali jika dikaitkan dengan perbuatan mungkin lebih baik diurut sebagai berikut : Ing ngarso mangun karso ( karsolah yang mendahului semua pekerjaan ) , lalu ing madyo yang berati langkah kedua adalah sung tulodo (langkah kedua adalah membericontoh bagaimana seseorang berbuat , bertindak , beraksi ) , barulah langkah ketiga ing wuri handayani ( artinya seorang pemimpin kecuali sebagai pengambil inisiatif pada setiap perencanaan kerja , lalu memberi contoh bagaimana mengatasi pekerjaan juga di belakang memeriksa barisan , memberi semangat , mengontrol apakah semua berjalan sesuai dengan derap langkah yang telah ditetapkan) . 'Budaya pluralisme dan multikulturalisme , sebagaimana namanya , terdiri dari banyak sekali dalam bentuk dan jumlahnya kalau tiap satuan mempunyai pemimpin , akan banyak sekali pemimpin yang diperlukan . Kalau saja masyarakat yang berbudaya pluralisme dan multikuturalisme ,kita umpamakan dengan kehidupan masyrarakat yang lain , tampaknya lebih mendekati masyarakat gugusan trumbu karang . Semua hidup dalam komunitasnya masing masing , tanpa mencapur tangani urusan masing masing semua hidup dengan warnanya , masing masing dengan bentuknya dan dengan damai dan membentuk suatu keindahan .

AGGRA INSTITUTE TAMAN BELAJAR PLIRALISME DAN MULTIKULTURALISME Apa kata hati orang pribumi ‘ Apa kata orang non pribumi (Cina ) “ Siem Siang Shenme ?” 1 Muharam (puasa ) Penyunting : Asri Bintoro Diterbitkan : AGGRA INSTITUTE
TAMAN BELAJAR PLURALISME
DAN MULTIKULTURALISME
ALAMAT Komplek Mekatani No.15 Cempaka Baru JAKARTA PUSAT 10650 Setting Asrini Printed by Rachmad Sahabat Setia Printing Jakarta
( Isi di luar tanggug jawab percetakan ) ISBN :
1. Pendahuluan . Meskipun saya pernah duduk mendengarkan kuliah Ibu Nio Joe Lian dalam mata kuliah Sejarah Cina di U.I. Jl.Diponegoro , saya hampir tak pernah tertarik dengan masalah masalah Cina .
Ketika masih muda memang sekali waktu saya pernah tertarik dan menaksir seorang amoy , itu karena pertemuan tiap hari dalam fakultas yang sama dan ia begitu sopan . pemalu , lembut , cantik , tetapi cerdas dan yang lebih penting ia begitu perhatian dan begitu baik terhadap saya .
Tetapi karena saya juga melihat contoh contoh yang ada di sekitar saya tentang hubungan asmara antara orang pribumi dan orang non prbumi (Cina ) , misalnya seorang amoy puteri seorang pengusaha di sebuah kota di Jawa Tengah , minggat dari rumah untuk tinggal bersama sorang pribumi karyawan di sebuah perusahaan yang sudah beranak isteri di kampung lain . Contoh ini adalah contoh buruk yang tak patut diteladani . Ada lagi , kawan saya orang pribumi yang mendapatkan isterinya seorang amoy . Tetapi itu terjadi di luar negeri bukan dinegeri kita ini , Keduanya orang pintar dan modern .Contoh ini meskipun baik , juga contoh yang sulit diteladani .
Mengingat kelak akan banyak sekali kendala yang menghadang atau bahkan tantangan yang berat yang antara lain perbedaan ras , budaya , lebih lebih campur tangan keluarga besar dia dan keluarga saya , saya memilih jalan untuk menyerah sebelum bertempur . Apakah sikap saya ini sebagai sikap pengecut atau akan dianggap sebagai sikap yang bijaksana tak pernah saya pikirkan . Tetapi setelah saya lanjut usia mengapa saya begitu perhatian terhadap orang orang Cina dan masalah masalahnya , sepak terjangnya , budaya serta tentu saja sejarahnya .
Dalam buku saya “Apa kata orang pribumi dan apa kata orang non pribumi (Cina ) “ yang dibahasa Cinakan menjadi SIEM SIANG SHENME , yang saya maksud untuk ikut meramaikan buku tulisan Pak Prof. Hembing Wijayakusuma yang berjudul PEMBANTAIAN MASAL 1740 TRAGEDI BERDARAH ANGKE ,saya telah menyinggung sedikit tentang perjalanan sejarah orang Cina di nusantara ini . Begitu banyak masalah hubungan antara orang pribumi dan orang non pribumi (Cina ) , sepertinya tak akan habis digali untuk dibawa kepermukaan dengan maksud menuntaskan hal hal yang gelap yang dapat menimbulkan prasangka dan memperbesar transparasi ( keterus terangan ) . Namun ternyata bukanlah hal mudah . 2.Status Orang Cina jaman dulu dan sekarang .. Meskipun dikatakan sekarang tak ada orang pribumi dan non pribumi (Cina ) , semua telah mempunyai status yang sama , sebagai sesama warga negara yang mempunyai hak pelayanan publik yang sama . Namun tak mungkin tiap kelompok etnis melepaskan begitu saja indentitasnya atau jati dirinya , lebur menjadi satu bangsa Indonesia yang satu dengan identitas , jatidiri yang baru . Pengalaman telsh mrmbuktiksn betapa orde lama maupun orde baru , yang memiliki proyek national building yang ingin mewujutkan manusia Indonesia Baru yang maju , mendapatkan tentangan dari rakyat . Masalahnya rakyat tak mau melepas identitas yang dimilikinya yang merupakan roh komunitasnya dan apalagi karena proyek semacam itu sesungguhnya bertentangan dengan UUD45 pasal Bhineka Tunggal Ika dan pasal pasal budaya , pesan pesan leluhur yang disampaikan kepada kita melalui founding fathers kita . Karena itu bila dalam tulisan ini banyak didapatkan istilah orang pribumi dan orang non pribumi atau orang Cina , bukan maksud kami memperjauh jarak antara mereka , melainkan sekedar membedakan objek objek nyata yang sedang dibicarakan .
Mengapa saya tidak selalu ikut menyebut orang non pribumi (Cina ) dengan sebutan etnis Tionghoa , sebagaimana dicontohkan Pak Prof .H.M. Hembing Widjayakusuma dalam bukunya dan sebagaimana dilazimkan dan dimasyarakatkan pada acara acara jaman ini , karena saya mempunyai kawan kawan blok orang Cina yang gagah gagah , bahkan bangga menyebut diri sebagai orang Chin , suatu adopsi dari dynasti yang membawa keagungan bagi Negara Cina , dynasti Qing atau Chin .Pak Onghokham yang terkenal itu , yang juga cerdik pandai orang Cina tak pernah mempermasalahkan sebutan sebutan itu . Sungguhpun demikian memang ada beberapa kawan yang umumnya orang Cina Jawa , yang risi dirinya disebut atau menyebut dirinya sebagai orang Cina (wong Cino ) dan selalu menyebut dirinya atau mengajak orang lain menyebut dirinya orang Tionghoa yang dalam buku “Apa Kata orang Pribumi , Apa kata orang non pribumi (Cina ) , Siem Siang Shenme ,” mempunyai makna bahasa kromo inggilnya Cina . Bahkan kami mempunyai pikiran mungkinkah orang Cina di sini akan membentuk komunitas baru orang Cina yang lain dengan yang ada di Cina , di Singapura ,di Taiwan ,di Hongkong dan hoakiau lain . Tetapi mungkin dugaan kami yang keliru , sebab kalau kita lihat kanan kiri banyak suku bangsa lain di Indonesia ini yang juga bosen dengan identitas lama ( atau dengan alasan lain ) dan ingin mengganti dengan identitas baru . Orang Jawa banyak yang malu mengakui diri sebagai orang Jawa dengan ciri ciri orang Jawanya .Orang Sunda demikian juga , malu sebagai orang Sunda dengan ciri ciri ke Sundaannya . Mungkin identitas lama tak mencerminkan kemodernan , kemajuan tetapi malah menunjukkan ketertinggalan , keterbelakangan ,pendeknya bukan ciri orang modern , orang kekinian dan ini bukan barang baru , justru sudah berjalan lama . Berkata Prof .Kern “ Een volk dat zijn eigen karakter verliest , word karakterloos ( bangsa yang kehilangan wataknya sendiri menjadi bangsa yang tak berwatak ) dan sedih mendengar dalam Kongres di Yogya , bahwa diantara yang berpidato ada yang berpidato dalam bahasa Olanda , dengan mengaku kerna tidak bisa bahasanya .
Sang Pemula , Pramudya Ananta Tur hal. 146 . Meskipun orang Cina ini semula kebanyakan adalah kuli kuli , orang orang miskin yang berangkat dari negerinya untuk numpang mencari rejeki di negara negara pilihannya xi nan yang ( demikian seperti diceritakan oleh orang orang orang tua orang non pribumi atau Cina ) , mereka mempunyai status orang asing yang merdeka , yang lebih tinggi dari status orang pribumi . Orang pribumi adalah orang taklukan . Orang taklukan menurut undang undangnya adalah budak bagi negara yang memenangkan peperangan . Kata Francoise Valentijn , seorang Belanda “ orang Jawa dari raja sampai rakyatnya adalah budak “ . Betapapun compang campingnya orang Cina , tetap mempertahankan statusnya sebagai orang asing ini . Tak mungkin mereka ingin mengajkan permintaan untuk naturalisasi menjadi orang pribumi yang rendah . Tetap mempunyai status asing yang merdeka adalah lebih terhormat dan lebih tinggi derajatnya dari pada orang pribumi . Apalagi status merdeka yang asing dapat menjadikan mereka dapat saja setingkat dengan orang Belanda , tuannya orang pribumi . Barangkali pikiran yang begini ini yang menyebabkan orang Cina merasa harus selalu tidak sama dengan pribumi dalam arti orang Cina mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dan lebih terhormat . Derajat bangsa bangsa bangsa penduduk (onderdaan) disini waktu itu adalah nomor satu bangsa Belanda dan asing barat karena mereka bangsa bangsa penjajah yang berkuasa .
Nomor dua orang asing timur (Cina,Arab ) yang merdeka . Paling rendah adalah pribumi (inlander ) . Kenyataannya memang demikian , dan selajutnya memang juga demikian , ternyata dalam pembauranpun orang Cina sengaja atau tidak selalu berada pada posisi yang lebih tinggi dan lebih terhormat dibanding dengan pribumi .Misalnya dikantor kantor swasta , diperusahaan , di pabrik pabrik , orang Cina selalu menjadi bos dengan bawahannya orang pribumi . Di toko toko super market samapai tokok eceran gurem , di restoran restoran , di pretek besar sampai yang kecil , orang Cina selalu yang menjadi tauke , kulinya orang pribumi . Juga di rumah tangga , tuan pemilik rumah orang Cina , pembantu , sopir , tukang kebon semua orang pribumi . Tak ada yang sebaliknya . Dan kenyataannya orang Cina sembodo (layak dan dapat memenuhi persyaratan yang diperlukan untuk menunjang tuntutannya untuk berada pada posisi diatas tersebut ) ..Berusaha berprofile meyakinkan , mempnyai kharisma (walaupun sedikit ) dan modal ,untuk menguasai orang orang yang harus di kuasainya (manage ) . Dan memang kenyataannya orang non pribumi (Cina ) telah mengenal dengan baik perangai , watak , adat , kelakuan dan pikiran kita bahkan kebiasaan dan kebisaan kita (ilmu jiwa orang pribumi ) , sejak nenek moyang .
Namun orang non pribumi (Cina ) dapat meraih kedudukan seperti itu bukan dengan mudah , tetapi dengan melalui perjalanan yang panjang yang penuh dengan liku liku penderitaan . Berkata kawan saya Lauw Cai “ Bapak jangan melihat orang Cina di sekitar kita saja (BSD) kalau Bapak melihat ditempat lain masih banyak orang Cina yang susah , di bawah garis kemiskinan .”
Tentu maksudnya ditempat lain itu tak ada pembedaan bos dan bukan , majikan dan bukan , wong orangnya sama sama miskin , baik orang pribuminya dan orang non pribumi (Cina ) nya miskin semua tak bisa mmbayar pembantu meskipun murah .. Memang kebiasaan kita ,orang pribumi ketika melihat orang Cina , selalu mandeg ditempat orang Cina kaya , dan timbul bayangan seolah olah orang Cina kaya semua , dan disitulah tempat yang membuat bingung orang pribumi , mengapa mereka bisa maju , mengapa mereka bisa membeli rumah rumah besar ,bermobil mewah , mempunyai pembantu pembantu ,makannya enak enak dan uangnya banyak , Ada kesenjangan yang luar biasa antara orang Cina yang numpang mencari rejeki (istilah dulu ) dan pribumi pemilik bumi ini . Tumbuh bibit kecemburuan sosial . 3. Arah keinginan putera orang pribumi dan arah keinginan orang non pribumi (Cina) . Kesenjangan yang ada antara orang pribumi yang kaya dan orang pribumi yang miskin , hanya menimbulkan pertanyyaan sedikit , tidak sebesar kesenjangan antara orang pribumi dengan orang non pribumi (Cina ) . Apalagi kesenjangan orang non pribumi (Cina) yang kaya dan yang miskin tak pernah menarik perhatian .
Dalam buku “Apa kata orang pribumi , apa kata hati orang non pribumi (Cina ) Siem Siang Shenme 1 “ kami telah menyinggung sejarah perjuangan orang orang Cina untuk dapat survive di pengembaraan yang kami akhiri dengan pemberian pengertian kepada warga pribumi , agar bersabar menunggu giliran untuk maju , “ tak apa putera putera Cina maju lebih dulu ,karena dalam sejarahnya orang Cina di Indonesia telah mengalami perjuangan yang sangat pahit, hidup diperantauan sebagai orang miskin yang menjadi bulan bulanan orang kolonial dan menjadi olok olok orang pribumi . Selain itu memang mereka tak pernah menjadi orang jajahannya Belanda atau arisstokrasi nusantara .Orang Cina adalah orang merdeka di bawah kerajaan Cina . Mereka boleh bekreasi , bekerja dan belajar dengan merdeka ,dengan kedudukan sebagai orang asing yang mempunyai status setingkat dengan orang Belanda dan hanya tunduk kepada undang undang yang diberlakukan terhadap orang asing atau peraturan yang khusus mengatur orang Cina di Hindia Belanda .” “ Nanti dalam alam yang sudah merdeka , di alam yang tak ada lagi penindasan phisik dan mental oleh penjajahan , apalagi putera putera pribumi generasi baru sudah menjadi besar besar , dan kita orang pribumi telah menemukan jati diri dan percaya diri , maka putera putera pribumilah akan mendapat kesempatan dan giliran untuk maju .” Kalau dapat dikatakan ramalan , betulkah ramalan saya itu menjadi kenyataan ? Setelah dibolak balik diperiksa dari atas kebawah , dari bawah keatas lagi , nampaknya ramalan saya tak benar .
Jurang perbedaan kemajuan yang dicapai putera pribumi dibanding putera putera orang non pribumu (Cina) , betapapun pontang panting putra pribumi kita mengejarnya , bukanlah makin mengecil justru makin lebar .Ketika putera putera kita orang pribumi baru mulai berkutat untuk bangkit dari ketertinggalannya , pemuda orang non pribumi(Cina ) sudah berjalan jauh jauh sekali di depan .
Kalau putera putera orang non pribumi (Cina ) sudah dapat mengusung teknologi yang begitu tinggi ke negara kita ini, tampaknya putera putera pribumi masih jauh dari tataran itu . Paling banter baru dapat menyelesaikan ujian TOFEL bahasa Amerika atau maksimal memiliki gelar tinggi Amerika .
Tetapi sebenarnya itu sebenarnya sudah cukup memberikan kepuasan kepada mereka karena sudah dapat mendongkrak gensi dan mendongkrak derajat mereka di masyarakat dan rata rata orang pribumi hanya cukup dengan itu . yang lain tidak .
Bagi orang pribumi gelar dan pangkat adalah gensi dan itu adalah segalanya . Gelar disiplin apapun apapun , apa ada kaitannya yang membackup pekerjaan atau tidak , yang penting ada gelar sebagai gelar pengganti gelar bangsawan yang ,ulai tak populer .
Ada sedikit kekeliruan saya dalam mendalami gerak langkah orang pribumi sendiri di satu sisi dan kiprah putera putera non pribumi (Cina ) . Cara gerak langkah atau kiprah dari kelompok kelompok ini memang sudah beda arah sejak dulu dan diwarisi oleh keturunan masing masing . Kemajuan model orang pribumi , Sejak awal sekolah , tujuan sekolah mereka sudah berlain lainan . Sebagai orang jajahan atau bekas orang jajahan yang harus tunduk dan patuh kepada atasan atau tuannya , menyebabkan cita cita mengabdi orang pribumi lebih besar dibanding orang non pribumi (Cina ) . Cita cita orang pribumi tak pernah lepas dari cita cita mengabdi , baik kepada pemerintah maupun swasta .Jiwa untuk menjadi abdi telah mendarah daging pada putera putera pribumi karena ditanam oleh kekuasaan aristokrasi dan masa penjajahan yang panjang . Yang di uber uber putra putra pribumi adalah gelar , yang dapat mengatrol gensi mereka .Bagi putera pribumi mendapatkan gelar ialah yang paling diidamkan . Gelar disiplin ilmu apapun . Gelar adalah segalanya .
Perbedaannya adalah karena sekarang pendidikannya tinggi menuntut kedudukan yang lebih terhormat dan gaji yang lebih besar menurut ukuran pribumi . Orang pribumi dulu yang sederhana dan jujur jujur , jangankan memiliki kekayaan jutaan dolar , melihat atau mendengar uang sejeumlah itu pun belum . Jika sekarang lain (artinya orang pribumipun kaya kaya bahkan dengan bim salabimpun dapat kaya , itu lain Tetapi bagi orang non pribumi (Cina ) soal mencari rejeki yang diubah menjadi mencari kekayaan melihat kekayaan yang besar memang bukan aneh . Pada jaman pembantaian masal orang non pribumi (Cina) oleh Belanda 1740 ialah gara gara orang non pribumi (Cina ) kaya kaya yang dapat menyaingi orang Belanda . Ketika Inggris menguasai Hindia Belanda , kakak beradik keluarga orang non pribumi (Cina ) malah dapat membeli dua kabupaten , masing masing Besuki dan Bandawasa (Aja gile ) . Selanjutnya dalam tiap jaman boleh dikata ada orang non pribumi (Cina ) yang menonjol dalam hal kekayaan . Pada jamam orla orang non pribumi (Cina ) yang melegendaris adalah Oei Tiong Ham , pada jaman orba disebut sebut Liem Swi Liong ,dan dalam jaman reformasi ini ( lihat daftar ) .
Jika ada orang orang pribumi yang sukses dalam bidang bidang tertentu , mempunyai prestasi yang menyolok , itu sebetulnya bukan cita citanya , melainkan nasiblah yang membawa ke arah demikian .
Putera seorang kaya pribumi kadang kadang tak bisa menikmati kekayaannya dengan tenang , malah memilih menjadi magang sebagai pesuruh di kantor kecamatan , guru honor yang bisa ada honornya atau kadang kadang tidak , tak lain karena keinginannya yang besar untuk masuk dalam lingkungan penguasa , tempat kaprawiran berada .Meskipun kaya raya dalam hati mereka belum merasa puas karena belum berada persis sesuai dengan cita citanya .Orang kaya yang pekerjaannya non formal , tidak dalam struktural pemerintahan , akan selalu menghibur diri dan berkata “ Meski pekerjaan saya begini, tak kalah dengan gaji pegawai tinggi ‘ Suatu protes bahwa keberadaannya yang memiliki kekayaan banyak , ternyata tidak begitu dipedulikan masyarakat dibanding golongan formal . Selalu ada rasa kurang atau rendah diri karena tak berada diatas relnya . Saya punya teman pegawai rendahan pada bengkel pool kendaraan pemerintah , tetapi karena SK.nya dibuat oleh pejabat yang berwewenang bidang kepegawaian pemerintahan , ia begitu bangganya , seolah olah ia seorang bupati , meskipun pendapatannya sangat minimal .
Dulu saya juga punya kenalan PNS pesuruh U.I di Jalan Diponegoro Jakarta , dengan pangkat terendah Gol. I karena hanya memiliki ijazah SD kelas 3 dan bergaji sangat kecil . Ia punya tugas membersihkan ruangan dan lain lain , yang ketika kantor dan kuliah dimulai harus sudah selesai semua .
Ketika saya diajak mampir di rumahnya diseberang jalan UI yaitu di Paseban ,ternyata ia seorang pengusaha mebeulair yang cukup besar . Mempunyai karyawan puluhan orang , dan berkeluarga besar yang makmur .. Dalam hati saya bertanya apa yang dicari orang tua ini dengan menjadi pesuruh di kantor . Yang dicari ternyata adalah status sebagai orang pemerintah , karena lingkungan pemerintah adalah gensi . Itu contoh kepuasan orang pribumi , bekas kaum terjajah . Bukan uang banyak tetapi gensi . Bahwa akhir akhir ini , orang pribumi juga ikut ikut menyerbu tumpukan uang adalah phenomena baru , sesuai dengan lingkungannya yang berubah . Tetapi meskipun mulai meniti pekerjaan baru memburu uang ,Ditambah lagi masalahnya bukan cakap dan tidak cakap , tetapi dikarenakan oleh falsasah . Banda ditumpuk akeh akeh kanggo apa , wong nek ditinggal mati yo ora digawa . Donya brana mung gawe gendra , pada hal yang dicari orang orang timur dalam kepercayaan apa saja adalah tata tentrem , kerta raharja .
Karena itu kebanyakan orang pribumi kurang piawai mencari uang , karena sesungguhnya mereka bukan keluaran dari daerah yang mengidolakan uang . Yang coba coba mengumpulkan uang banyak ngawur , potong kompas .Dapatnya juga cuma sedikit ,bahkan kalau korupsipun cepat tertangkap dan masuk bui . (Baris ini , mungkin diketawai oleh koruptor yang belum atau tak tertangkap ) . Orang non pribumi (Cina ) ternyata tak pernah mempunyai cita cita mengabdi baik kepada pemerintah maupun swasta . Keberadaan mereka sebagai orang asing tak usah berbaik baik seperti orang pribumi yang harus patuh dan hormat habis habisan kepada pemimpinnya . Yang jelas diperantauan orang non pribumi harus bisa survive . Mereka bagaimanaon harus mandiri .Sejak kecil terlatih untuk usaha . Setidaknya membantu orang tuanya membuka , menjaga dan menutup warung atau tokonya . Terlatih untuk usaha yang memerlukan pembantu bawahan . Jadi tmbul cita cita menjadi manager . Sulit dikatakan ada masa bermain bagi anak anaknya . Kalau saja ada orang non pribumi (Cina ) menjadi pegawai atau karyawan misalnya dokter atau ABRI ,sesunggunya bukan itu yang menjadi impiannya , tetapi itu hanya akibat keadaan yang memaksa .
Orang orang non pribumi ( Cina ) umumnya ingin mandiri . sebagai langkah awal menuju ke tahapan berikut yaitu mencapai prestasi , sekolahpun tak sembarangan ,yang dipilih yang quick yielding , yang akan cepat menghasilkan uang , misalnya ekonomi , bahasa Inggris atau kedokteran , tehnik , Itulah sebagai langkah awal untuk menuju tahap berikutnya .
Sebagai orang timur tentu saja penulis begitu mengagumi tradisi menghormati warisan leluluhr , menghormati arwah nenek moyang , Tian dengan tak lupa membakar hio .
Lalu langkah berikutnya yang lebih penting ialah belajar memanage orang lain atau orang orang lain , untuk dikaryakan menjalankan usaha .Itulah pelajaran pertama menjadi manager .Menjadi tuan yang dapat mengatur ,menguasai, memanfaatkan tenaga orang lain .
Menjadi pegawaipun selalu ada akal yang tak biasa dikerjakan pegawai pribumi .Akalnya selalu tumbuh terus untuk menemukan kreasi kreasi yang lebih dari tugas pokok mereka yang dapat menambah keuntungan . Misalnya seolah olah menjadi agen yang memasukkan peralatan canggih yang diperlukan bidangnya yang tentunya dapat memberi keuntungan yang lebih buat dirinya . Mereka tak tenang duduk mencakung menunggu habis bulan dengan gaji yang rendah . Atau disamping kerja pokoknya mereka memanage orang lain untuk menjaga toko toko nya , bengkel atau restorannya ditempat lain .
Tampaknya pola pola pikiran pendahulunya tak dapat hilang seluruhnya meskipun dunia sudah berganti dengan jaman yang super canggih . Pikiran yang merasa orang Cina datang sekedar menumpang mencari nafkah , atau bahkan mengumpulkan uang untuk dibawa ke negeri leluhur , masih belum hilang meskipun mereka sudah diajarkan untuk hidup berdampingan secara damai dengan masyarakat lain , dan mengaku sama sama bangsa Indonesia . Mengumpulkan harta untuk dibawa ke tanah leluhur sudah tak njamani , tetapi tetap saja orang non pribumi (Cina) tetap rajin dan piawai mengumpulkan harta di bawa pulang kemana ,karena umumnya mereka sudah malas kembali kemasa silam di tanah leluhurnya . Namun ada kebisaan untuk hidup dimana saja mereka suka , tak terkait cinta tanah air seperi orang non pribumi . Tren baru orang non pribumi (Cina ) yang dulu selalu etnosentris kembali ke tanah leluhur sekarang ke Singapura .
Atau mungkin orang non pribumi (Cina ) meskipun secara de jure sudah merupakan masyarakat seperti yang lain , tetapi belum yakin betul apakah betul betul menerima seperti itu dalam hatinya ,apakah masyarakat dalam hati merelakannya . Lihatlah contoh mereka selalu hidup mengelompok dengan sesama etniknya . Tentu saja selain agar ada kesamaan budaya , kesamaan kemampuan untuk membeli hunian yang baik , ada tujuan untuk sama sama menghadapi kemungkinan yang terjadi dari ulah kelompok etnis yang lain . Bahkan nyatanya mereka memilih huni hunian yang dekat dengan alat transportasi ,yang dapat diperlukan untuk jika sewaktu waktu dipaksa keadaan untuk exsodus . Golongan tua orang pribumi (Cina ) yang selalu etnosentris . Tetapi lihatlah model orang Cina golongan muda , yang modern yang dapat dikatakan masih bersih dari polusinya budaya kita .
Lihat bagaimana pilihan sekolah oleh orang Cina yang betul dan yang mampu , analis Lin Che Wei ‘ kelahirnan Bandung 1 Desember 1968 yang menyekolahkan anaknya di Singapura “ Saya tertarik dengan pendidikan disana .Itu sebabnya saya menyekolahkan kedua anak saya disana .Saya tidak mau mendidik anak saya dalam lingkungan yang bisa menerima sikap korupsi .Dari kecil banyak anak yang dari dini sudah melihat ayahnya menyuap oknum polisi , menganggap menegosiasikan nilai hidup hal yang lumrah .Saya imgin mendidik anak saya di dalam lingkungan yang bisa membuat saya bisa tegas mengatakan , you must strick to your value . Soal kewarganegaraan saya merasa tidak harus mengganti hanya karena banyak orang yang membandingkan Indonesia jauh lebih buruk dari Singapura dalam seluruh aspek . Saya setuju .” Kompas , 28 –April 2002. 4 .Orang Cina dan aturan aturan yang ada ; Dalam jaman penjajahan oleh kolonialis Belanda , orang Cina bestatus orang asing timur . Ini untuk membedakan adanya orang asing barat . Orang asing timur ( oosten vremdelingen misalnya orang Cina , orang Arab , India ) memiliki aturan khusus bagi mereka , sedang orang asing barat (Eropa) mempunyai status diberlakukan sama dengan orang Belanda .
Orang Cina sudah menjadi masalah dinegeri ini .sejak lama . bahkan sejak kaisar Khu Blai Khan ingin agar raja Kertanegara di Singasari menjadi raja bawahannya . Demikian pula pemerintah Belanda sejak VOC sudah sibuk dengan urusan urusan yang menyangkut urusan orang Cina .
Hubungan pemerintah VOC dan pemerintah Hindia Belanda dengan orang Cina mengalami pasang surut , kadang kadang semesra dibawah cahaya bulan purnama , tetapi kadang kadang dan tiba tiba VOC atau pemerintah Hindia Belanda seperti kepanjingan setan membuat orang Cina susah .Misalnya pemberlakuan bea masuk yang tinggi . Berbagai macam pajak yang memberatkan , monopoli dagang oleh VOC dan berbagai larangan aktivitas bagi orang Cina . Demikan pula penjabat pejabat orang pribumi pegawai VOC atau Pemerintah Hindia Belanda masih sempat memeras , menambah kesulitan orang Cina .
Olok olok orang pribumi terhadap orang Cina miskin , yang orang Cina miskinnya sendiri tak tersinggng , orang Cina kaya yang tersinggung . Ini yang menyebabkan orang Cina tak mau disebut wong Cino . Puncaknya ialah Pembantaian Masal 1740 Tragedi Berdarah Angke , sebagaimana judul buku Pak Hembing seperti sudah saya sebutkan . Tanggal 17 -8-1945 Indomesia merdeka . Sebetulnya Indonesia mau merdeka atau tidak , tak ada sangkut pautnya dengan orang Cina . Orang Cina cukup membuka dan menutup pintu pintu tokonya manakala ada kejadian atau huru hara . Mereka waktu itu belum bangsa Indonesia .
Kami katakan bahwa itu bukan kekeliruan orang Cina untuk tak menjadi patriot bangsa . Betapapun compang campingnya , orang Cina berada pada status sebagai orang asing . Memang begitulah aturannya . Status orang asing yang merdeka lebih terhormat dari pada orang taklukan seperti orang pribumi .Apa lagi dengan status orang asing yang merdeka , dapat memperoleh derajat yang sama dengan penjajah (Belanda ) . Bahkan dikatakan ada orang Cina yang aktif secara politik dan tetap memperjuangkn status yang sama dengan orang orang Eropa . Kelompok ini masih kental berorientasi ke Cina , menganggap tidak sederajatnya orang Cina dan Belanda sebagai menurunkan martabat . (Lihat Onghokham ) .Bahkan oleh VOC kemudian masalah Cina diangkat menjadi masalah yang menjadi kewenangan hukum VOC , meskipun terbatas mengenai usaha usaha dagangnya . Memang ternyata ada juga orang Cina yang mengurus kewarga negaraannya menjadi warga Negara Belanda , agar keberadannya lebih mantap . Ketika dalam suatu negara pecah perang , orang asing tak perlu dan tak usah repot campur tangan dengan urusan dengan mereka yang bertikai . Tugasnya hanya menunggu dan menunggu siapa yang kalah siapa yang menang . Selain tak ada kuajiban untuk memilih pihak yang mana ang harus dipilih . Memilih salah sartu pihak yang bertikai dapat membuat celaka jika pilihannya keliru . Contoh salah pilih ; Ketika kota kecil Kutoarjo di Jawa Tengah diduduki musuh ( tentara NICA ) ,berarti musuh atau Belnda mendapat kemenangan di kota kecil tersebut . Seorang pemuda Cina yang sudah enak enak menjadi penjaga toko , tergiur untuk memilih menjadi tentara pemerintah yang sedang menang yaitu NICA . Karena ia penjaga toko besar sesuai dengan jaman dan tempatnya , ia banyak dikenali warga pribumi setempat . Suatu kali ia konangan berada dan bersama sama dengan tentara Belanda mengadakan patroli ke daerah daerah sekitar . Ia memilih bergabung menjadi tentara Belanda . Tentu ia dikenali karena ia penjaga toko yang tersohor .
Tanggal 24 Desember 1949 Pemerintah Belanda di tarik dari Kutoarjo ,karena perang berakhir . Pemuda Cina tersebut pergi entah kemana , menghindari rasa malu dan takut pada balas dendam orang orang setempat .
Sebetulnya orang Cina tak berjuang juga tak apa apa memang tak ada kuajiban untuk menjadi patriot . Apalagi kedatangan Belanda disertai pasukan yang syah dari negara pemenang yaitu Inggris yang seolah olah pihak yang benar untuk mengalahkan kaum extremis yang merebut kemerdekaan Indonesia dari tangan Belanda .. Benar benar pilihan yang sulit , Kalau mau memilih , benar benar pilihan yang sulit .Bukan saja bagi orang Cina yang mempunyai status orang asing , Diantara orang pribumi yang boleh dikata semuanya berjuang untuk republik , ada juga orang pribumi yang bingung memilih apakah akan berpihak pada kaum extremis yang republikein atau tetap mengakui pemerintah Hindia Belanda yang ingin mengambil kembali kekuasaanya dari kaum extremis dan ternyata malah banyak juga yang memilih bekerja sama dengan penjajah yang ingin kembali meneruskan penjajahannya , Anatara lain yang didorong oleh keterpaksaan , atau karena keyakinannya bahwa mereka juga menempuh tujuan Indonesia sejahtera . Risikonya mereka menjadi golongan yang di sebut golongan ko atau bekerja sama ,kooperatif dengan Belanda . Risikonya mereka dimusuhi atau bisa di dor oleh golongan non kooperatif , yaitu kaum republikein atau extremis musuh tentara Belanda .
.Kebimbangan orang Cina ini ditambah lagi bahwa dengan berdirinya Republik ini , apakah mereka akan memilih sebagai warga Negara Indonesia atau akan mempertahankan statusnya sebagai orang asing . Kalau dulu mereka selalu dan terus mempertahankan statusnya sebagai orang asing , karena sebagai orang asing derajatnya setaraf dengan penjajah Belanda , dan tak mau disamakan dengan orang pribumi (inlander ) orang jajahan (bangsa budak ) , sekarang ternyata orang pribmi menjadi tuan dinegeri ini , menjadi penguasa di negeri sendiri .
Melihat kebingungan orang Cina , pemerintah Indonesia memutuskan memberikan pilihan kepada orang Cina untuk memilih , apakah mereka akan menjadi warga negara asing atau masuk menjadi warga Negara Indonesia , Dwikenegaraan ( status ganda kewarganegaraan orang Cina ) berakhir , dan mulai jelas mana orang Cina yang warga Negara , dan mana orang Cina yang masih berstatus orang asing , Itu baru terjadi tahun 1959 dengan keluarnya PP 10/1959. “ Akibat PP 10’/1959 ternyata banyak orang Cina yang memang tak menghendaki menjadi warga negara Indonesia , dan ratusan ribu orang Cina dipulangkan kenegri leluhur . Untuk itu pemerintah RR Cina sengaja mengirimkan sebuah kapal untuk mengangkut mereka kedaratan Cina .Peristiwa ini sangat menganggu hubungan RI-RRC dan baru dapat diselesaikan setelah diadakan perundingan antara Bung Karno dan Cho Eng Lai yang sengaja datang ke Jakarta “ (Alwi Shahab , Republika , 23-9-2006 ). Sebelum itu sulit untuk mengatakan bahwa orang orang Cina sudah terlibat dalam pergerakan bangsa Indonesia . Bahwa ada orang orang Cina yang melibatkan diri dalam perjuangan Republik Indonesia , itu bukan suatu pendapat umum orang Cina , melainkan merupakan kekecualian kekecualian . Misalnya sejak jaman Konggres Pemuda sudah ada orang Cina yang duduk sebagai panitia Konggres Pemuda tahun 1928 itu . Dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI ) telah ada orang Cina yang duduk sebagai wakil golongan Cina , misalnya Liem Koen Hian. ,Oei Tjong Hauw , Oei Tiang Tjoei dan Mr. Tan Ken Hoa ( apakah dalam status sebagai warga negara apa tidak , tak pernah jelas ) .
Banyak pedagang pedagang yang membantu perjuangan republikein mengatur penyelundupan ekspor hasil Indonesia keluar negeri dan mendatangkan logistik untuk perjuangan Republik Indonesia . Tugas pedagang adalah mencari untung tak peduli kucing itu hitam atau kucing itu putih yang penting dapat memberikan keuntungan .
Sebaliknya bagi pemimpin kita juga tak peduli mereka orang hitam atau putih tak mengapa , yang penting dapat membantu perjuangan kita . Tentu saja pemimpin pemimpin kita yang dadakan belum mahir untuk urusan urusan besar yang beginian . dan keunggulan kepintaran , jaringan luas orang Cina ternyata juga sangat membantu perjuangan kemerdekaan kita . dalam hal ini tentu saja semua orang Indonesia mengucapkan terima kasih dan tak melupakan bantuan mereka ini .
Dalam bidang national building tercatat ; Yap Tjwan Bing, Siaw Giok Tjan , Tan Po Gwan , Auyung Peng Kun , Yap Thiam Hien , Oh Sien Hong dan Tio Thiam Tjong . Lalu masih ada lagi K.Sindhunata , Yunus Yahya dan kawan kawan yang tak bosan bosannya dan dengan caranya mengabdi dalam national building . 5 . Orang Cina dan Bhineka Tunggal Ika . Dan sesudah itu warga negara orang non pribumi (Cina ) menjadi salah satu dari untaian ratna mutu manikam Bhineka Tunggal Ika . Bhineka Tunggal Ika adalah pluralisme dalam etnis dan kepercayaan , multikulturalisme dalam budaya yang meliputi bahasa , adat , kebiasaan , tradisi . Paham pluralisme dan multikulturalisme ,yaitu paham yang tidak mengusik adanya pluralisme suku suku dan kepercayaan , dan mulultikulturaisme adalah paham yang tak mengusik adanya keberagaman dalam budaya dalam hal bahasa , adat kebiasaan , tradisi mereka ,bahkan mendorong utuh atau mekarnya sikon demikian . . Berbeda dengan keadaan sekarang di mana Bhineka Tunggal Ika hanya terpaterikan dalam UUD 45 , hanya dikenal sebagai lambang atau seloka saja , justru Bhineka Tunggal Ika yaitu pluralisme dan multikuturalisme dulu di jaman penjajahan begitu hidup , dan terus terang orang orang penjajah lebih mengerti dan piawai dalam mengaplikasikan ilmu ini dalam menata masyarakat , atau bahkan dapat memanfaatkan ilmu ini untuk kepentingan mempertahankan stabilitas kekuasaan negara Hindia Belanda yang dapat mencapai kurun begitu lama . Di Jawa Tengah, Jawa Barat , Kalimantan , ada wayang , ada ketoprak, sandieara atau mamanda , semua suku menghormati budaya lokal dan bahasa lokal yang penuh idiom idiom dan kearifan lokal . Memang perjalanan kita belum sampai pada tujuan yaitu tujuan adil makmur sejahtera seperti tercantum dalam Pembukaan UUD 45 atau tata tentrem , kerto raharjo seperti cita cita yang menjadi keyakinan yang ditnggu dan dihapal hapal orang Jawa . Bhineka Tunggal Ika hingga kini merupakan slogan atau seloka yang mati , merupakan hiasan dinding dinding kantor pemerintah tanpa makna . Gambar ayip Berserulah seorang budayawan Sunda Pa Ayip Rosidi pada Konferensi Internasional Budaya Sunda (KIBS 1 ,) 22-25 Agustus 2001 , “ Di antara Negara dan bangsa di didunia ,Indonesia adalah salah satu yng mepunyai budaya sangat beragam .Keberagaman itu dilembagakan dalam lambang Negara “Bhineka Tunggal Ika , beragam macam namun satu jua . Akan tetapi kebergaman itu , walaupun sering dibangga banggakan secara verbal , tidak pernah secara konseptual dan berencana dujaga dan dipelihara bahkan dukalahkan oleh jargon “persatuan dan kesatuan “ yang bersifat monolitis , tetapi yang juga tak pernah diuraikan secara konseptual . “
Sebetulnya Bhineka Tunggal Ika bukan hanya sekedar lambang dan slogan tanpa makna . meskipun dalam pasal pasal dan penjelasannya , memang hanya berbunyi demikian .
Bhineka Tunggal Ika merupakan realita atau phenomena , bahwa di Negara kita memang terdiri dari , daerah daerah yang berbeda dari Sabang sampai Merauke , dihuni bermacam macam suku atau etnis , masing masing memiliki kepercayaan yang tak sama , mempunyai budaya , dalam arti bahasa , adat kebiasaan , tradisi masing masing . Orang orang Cina , budaya dan bahasa serta kebiasaan , kepercayaan dan tradisi nya merupakan salah satu unsur Bhineka Tunggal Ika itu juga . Bhineka Tunggal Ika ibarat kolam besar yang di huni berbagai macam ikan . Ada ikan teri yang kecil yang tak berdaya , ikan gurami yang galak terhadap ikan kecil dan ada ikan piranha yang membahayakan ikan yang lain . Sebetulnysa Bhineka Tunggal Ika kecuali megatakan keberadaan yang pluralis dan multikulturalis sekaligus juga mengandung perintah agar sesuatu atau keberadaan sesuatu yang Bhineka Tunggal Itu perlu dijaga agar dapat tetap demikian , aman damai tak berubah .
Sebetulnya kekurangan dari pasal Bhineka Tunggal Ika yang kenyal ini perlu disertai ayat ayat yang mengisyaratkan adanya keamanan , tak terganggunya masing masing komunitas ikan , baik karena pertengkaran mereka sendiri maupun rekayasa yang akan merugikan Bhineka Tunggal Ika itu , sehingga Bhineka Tunggal Ika terjaga utuh sesuai dengan sifat dan kondisi yang diperlukan dan masing masing komunitas tak saling mengganggu sesamanya , dan ikan ikan penghuni penghuni kolam Bhineka Tunggal Ika dapat hidup aman damai . 6. Bhineka Tunggal Ika menghormati Keutuhan Budaya . Kaum atau budaya yang utuh ialah yang tak dirusak , diubah ubah . Merekayasa budaya daerah , Meskipun kadang kadang tujuannya baik , ternyata kadang kadang orang seperti dengan sengaja atau tak sengaja melecekan nilai budaya itu , misalnya dengan merekayasa budaya yang ada dirubah demikian rupa sehungga menjadi lain . Itu l menipiskan sakralisasinya lalu melecehkannya dan suatu saat akan melenyapkannya . Misalnya : Modernisasi wayang Jawa ialah adanya keinginan orang orang yang mengaku modern untuk memordernisasi pakem pakem asli Jawa , Merusak pakem artinya merusak budaya terlalu jauh . Kalau orang modern dapat melihat pakem hanya dari luarnya saja , belum tentu dapat mengerti makna (there in ) dari pakem tersebut .

Lalu nanti ada gagasan merubah penampilan Srikandi memakai baju renang , Arjuna andrawina yang diganti dengan Arjuna pesta pora ajojing , tentu akan dianggap sebagai pelecehan , belum lagi jika membicarakan falsasaf yang dimaksud dengan penampilan seluruh wayang . Wayang adalah ajaran , tuntunan hidup yang sebetulnya non komersial tetapi spiritual dan irrasional . Bahwa oleh orang yang kurang mengerti tapi punya kuasa dibalik balik , mudah mudah orang itu tak kuwalat . Orang Cina sendiri tentu akan marah ( meskipun dalam hati ) jika yang mereka percaya , misalnya ritual ritual kepercayaan mereka hanya sekedar dipandang dari luar saja .
Ada orang mempunyai idée memadukan barongsai memakai blangkon , meskipun idée ini baik untuk mewujudkan kesatuan dan persatuan tetapi ide itu merusak dan melecehkan kedua komponen budaya , yaitu budaya blangkonnya orang Jawa dan budaya barongsainya orang Cina . Arti kesatuan dan persatuan bukan merusak yang baik untuk dibentuk menjadi tidak baik. .Tetapi cukup jagalah , pundilah , hargailah yang sudah baik tetap baik, yang indah indah tetap indah ,agar dapat berjajar jajar tanpa bertikai . 7 .Bhineka Tunggal Ika sebagai rambu rambu , Dalam kolam Bhineka Tunggal Ika belum ada ayat ayat yang memberi batas batas yang mempetak petakan kotak kolam ikan , untuk melindungi dan mengendalikan berbagai macam ikan dalam kolam itu . Memelihara bermacam macam ikan dalam satu kolam ikan Bhineka Tunggal Ika tentu harus cermat . Memelihara bermacam ikan dalam satu kolam tanpa disertai rambu rambu . aturan , sama saja dengan sengaja mempersilahkan ikan gabus , ikan lele , dan piranha untuk menghabiskan ikan lainnya dan ikan yang menangan ini cenderung ingin menjadi ikan tunggal yang tak bhineka . “ Ta yu chi ziao yu ‘ Ikan besar makan ikan kecil . Ada juga pendapat demi persatuan dan nasionalisme yang solid tak perlu lagi ada pengkotak kotakan bangsa dan Negara , demikian memang pendapat umum kita . Selama orang atau golongan masih berada diatas angin artinya tak rugi atau merasa terancam atau rugi dengan tak adanya hukum Bhineka Tunggal Ika ( mungkin karena mayoritas atau mempunyai dukungan dana yang kuat atau mempunyai dukungan angkatan bersenjata yang kuat ) , orang tak pernah berpikir tentang orang yang ada dibawah angin . Kalau perlu orang yang dibawah angin itu (minoritas ) dimakan . Itu biasa .Tetapi kalau saja pembicara ini merasakan bagai mana rasanya menjadi ikan kecil yang tanpa proteksi setiap hari diuber uber ikan besar untuk dimangsa , tentu akan berbicara lain . Demokrasi dengan kesantunan . Ketika belum kena batunya siapapun dapat bersuara vokal mengenai demokrasi . Sewaktu orang sangat gandrung demokrasi , lebih lebih karena mendapat nilai lebih dari adanya demokrasi .Kedudukannya dipilih langsung oleh demokrasi . Pers bebas merupakan prestasi dalam kekuasaanya .Tentu saja ia memuji demokrasi setinggi langit . Tetapi setelah kena batunya tiap hari didemontrasi , digugat , dipersalahkan oleh demokrasi , demokrasi tak menghendaki lagi kehadirannya , demokrasi tak lagi mempercayainya sebagai orang yang dapat dipercaya karena demokrasi juga hanya pikiran orang yang dapat berubah rubah , maka sekarang bingung bagaimana demokrasi ini , kok ugal ugalan bener . Lalu menciptakan istilah demokrasi satu lagi , demokrasi dengan kesantunan . Demokrasi harus dilaksanakan dengan sopan santun dan unggah ungguh ? Demokrasi tak boleh hanya menjadi ajang pertarungan orang yang masing masing mempunyai banyak bondo dan bolo , suara demokrasi yang voix populi vox dei , itu musrik . Masa cuma pikirannya orang banyak disamakan suara Tuhan .
Kebebasan pers , yang tadinya dipuji sebagai keberhasilan reformasi , juga dikeluhkan , jangan hanya dijadikan ajang memperburuk rupa orang , Sebetulnya dari dulupun pikiran semacam itu sudah ada , contoh demokrasi terpimpin , demokrasi pembanungan , demokrasi terarah , mengapa diciptakan yang baru , wong dari dulu juga sudah ada petunjuk . Demokrasi made in reformasi harus punya nama lain . Demokrasi dengan kesantunan , demontrasi dengan kesantunan sebagai lawan dari keadaan yang tak mengenal kesantunan lagi .
Orang awam seperti penulis makin bingung saja karena ternyata demokrasi banyak model modelnya tak hanya seperti keputusan DPR kita , yang memutuskan demokrasi artinya coblosan , contrengan . Padahal ada demokrasi liberal dengan segala implikasinya . . Demokrasi liberalpun tak konsekuen , artinya kalau ternyata pertumbuhannya susah dan tetap menjadi kerdil juga ketakutan dimakan yang besar . Yang pertumbuhannya besar bisa menjadi dictator mayoritas atau lalu mengeliminir minoritas, itu tidak boleh . Merasa besar sendiri , menang sendiri , merasa mempunyai tanggung jawab yang besar drndiri , tak boleh lalu bertindak gegabah memukuli yang kecil kecil . Tak elok menyebut pengalaman dalam negeri sendiri , tetapi di Rusia dan Yugoslavia dulu begitu dan bubaran . Lalu di Korea Utra juga ada demokrasi model Korea Utara . Di Negara kita ahli demokrasi liberal atau neoliberal diam dan tak bisa mengatasi dampak dampak yang terjadi setalah diterapkannya demokrasi yang dikembalikan pada demokrasi murni seperti sekarang ini .
Akhirnya juga malah cuma bisa maido orang yang kejatuhan tugas memimpin Negara yang sudan payah ketimpa tangga ini .
Orang biasa baru menyadari sesuatu setelah mengalami sendiri . Orang baru dapat menikmati keberadaan demokrasi jika mendapat kenikmatan demokrasi dan merasakan kejahatan demokrasi
setelah terinjak oleh kaki kaki demokrasi .
Belum hilang dari ingatan betapa kokohnya Pak Harto yang atas nama demokrasi pembangunan atau demokrasi Harmoko sanggup bertahan dikursinya selama 32 tahun toh disapu bersih oleh demokrasi yang menyerbu dengan seragam reformasi .
Mengapa demokrasi tak boleh terpimpin , tak boleh terarahkan ? Tak boleh demokrasi untuk pembangunan ? Yang jelas dalam demokrasipun tak boleh semau gue , tak boleh monggo monggo , karena ada aturan dan tentunya arah demokrasi , tak boleh anarkis , tak boleh voix poluli vox dei itu musyrik , masa suara manusia meskipun banyak sama dengan suara Tuhan . tak boleh ada diktator mayoritas , mayoritas yang seenaknya akan membabat yang kecil kecil .
Pasal pasal Bhineka Tunggal Ika sudah mengamanatkan itu , tetapi belum menyentuh kaum pintar , karena kaum pintar dan kuasa masih terlelap dalam masalah uang dan menangkis serangan serangan demokrasi yang tak hentinya .. Pada diskusi yang bertajuk Tugas Dan Peran Tionghoa Indonesia Dalam Membangun Bangsa Dan Negara pada 27 April 2002 , digaris bawahi fakta bahwa WNI etnis Tionghoa harus terwakili dengan baik di bidang politik guna menghalangi kemungkinan diberlakukannya kebijakan pemerintah yang diskriminatif “ Iskandar Yusuf , konsultan hukun .
Ini usulan agar diadakan petak petak perlindungan yang diperlukan golongan minoritas sebelum semua ikan mati karena berantem . Dan suara ini muncul ketika minoritasnya Pak Iskandar Yusuf merasa terancam . Umpama minoritasnya Pak Yusuf kebetulan berada diatas angin mungkin akan berkata lain . Contoh contoh ini adalah upaya mengantisipasi agar ikan ikan dalam kolam Bhineka Tunggal Ika dapat hidup tenang di petak masing masing sehingga tak ada kaki yang terinjak , tak ada ikan kecil dauber uber ikan besar . Tak ada ikan ikan yang berbunuhan .
Pak Iskandar Yusuf menghendaki agar ada orang non prbumi (Cina ) mengikuti demokrasi untuk menjaga demokrasi .
Etnis Cina atau orang Cina sebenarnya dalam Bhineka Tunggal Ika hanya merupakan salah satu unsur dari anasir kebhinekaan yang yang ada di nusantara kita ini . Tetapi selama ini menyita perhatian 50 % , seperti tampak dalam pembedaan antara orang pribumi 50 % dan orang non pribumi (Cina ) 50 % .
Orang pribumi ternyata terdiri dari suku bangsa yang banyak sekali yang semua itu hampir memiliki identitas masing masing . Semua etnis ini nantinya dan mestinya perlu mendapat perhatian yang sama dan semua mengharap perhatian yang sama untuk diurus . Ternyata orang non pribumi (Cina ) telah menyita 50 % perhatian sendiri . Juga etnis atau orang Cina yang hanya merupakan sebagian dari anasir Bhineka Tunggal Ika itu dapat mengusai keperluan ekonomi suku suku bangsa lain di Indonesia , Itu yang menjadi keheranan dan pertanyaan bagi orang pribumi , hal itulah yang justru menjadi Siem Siang Shenmenya orang pribumi . Dalam kondisi kuat yang demikian tentu saja minoritasnya Pak Iskandar Yusuf adalah minoritas yang kuat , tak memerlukan petak petak yang membatasi kiprahnya , yang dapat mengancam akan ikan lainnya , bahkan kalau perlu menyulap diri sebagai piranha memangsa ikan lain . Namun Pak Iskandar Yusuf dalam melihat ke depan bahwa hidup bukan hanya hari ini . Hari depan sikonnya mungkin tak seperti ini . Misanya sikonnya menjadi lemah seperti ikan teri dan mudah diganggu oleh ikan piranha yang lain .

Begitupun kebencian orang no pribumi (Cina ) terhadap orde baru , barang kali mungkin juga hanya salah pengertian .
Tindakan orde baru yang dirasakan menindas orang non pribumi (Cina ) , barangkali hanya mempunyai maksud mengendalikan ikan ikan agar tak saling memangsa , mengancam satu sama lain , terutama bahaya ikan piranha yang tentu saja harus diwaspadai ikan ikan kecil .
8.Sikon menetapkan kedudukan ikan ikan Sebetulnya kedudukan orang non pribumi (Cina ) dalam kolam Bhineka Tunggal Ika ,seperti ikan apakah . Sebagai minoritas adalah ikan teri yang mudah dauber uber mayoritas. Tetapi dalam bidang daya pikir (khususnya ) urusan uang adalah ikan piranha . Orang pribumi yang mayoritas adalah sebenarnya ikan yang kuat tetapi dalam daya pikir adalah ikan teri . Karena banyak pendapat dan tak bisa bersatu lalu semua menjadi ikan lele.Ikan lele yang sombong dan selalu menyombongkan patil dan sungutnya , Ikan lele yang kerjanya cuma bertempur sama sendiri . Mereka mungkin tahu mungkin tidak bahwa sesungguhnya mereka under managemen orang non pribumi (Cina ) . Unsur kebhinekaan yang benar adalah adanya wilayah yang sedari semula ada , unsur sukunya masih ada , kepercayaannya , budayanya , bahasa dan seninya , adat kebiasaan serta tradisinya masih ada dan utuh atau , sekurang kurangnya beberapa syarat untuk adanya identitas tersebut masih ada . namun dengan adanya westernissi , modernissi , rasionalissi , globalisasi , semua berubah . dan semua bergulat dengan ekonomi , sedikitpun tak sadar bahwa keberadaan budaya Jawa, bahasa Jawa nyaris hilang . budaya , bahasa Sunda ,nyarishilang bersama bangsanya Orang selalu sibuk dengan ekonomi , dan hasilnya hanya ribut soal uang .. . Kesatuan yang solid dari suatu bangsa atau Negara yang tanpa masalah , hanya tampak dalam bayangan dan angan angan penguasa otoriter ,yang selalu menangkapi yang berbeda pendirian , tanpa kegunaan bagi rakyat umumnya selain rejim itu sendiri .
Mungkin merupakan petunjuk Tuhan jika pemerintah Presiden Soekarno tanpa atau sengaja mengeluarkan PP. No. 10/1959 atau barang kali sudah ada firasat para penguasa yang perlu melindungi ikan ikan kecil dari ikan besar . Seperti yang telah terjadi , tanpa proteksi , betapa tragisnya : anggauta bhineka unsur Betawi telah terlanjur hilang dimakan ikan ikan lain , tak satupun pemimpin yang pebuli atau menyayangkan , selain hanya sebuah penjelasan bahwa itu dampak kemajuan yang wajar . , kini unsur bhineka Sunda hampir hilang dimakan ikan lain pula , inipun sudah dipersiapkan sebuah penjelasan pendek sebagai dampak kemajuan , , unsur bhineka dari Jawa juga sudah menipis akan demikian ,justru orang non pribumi (Cina ) yang sangat rumongso handarbeni dan hangrungkebeki budayanya (contohnya dari pembongsangan oleh orde baru ) makin berkibar , sebagai ternyata dalam tiap tiap Imlek , bahkan semua lapangan kehidupan mereka di bumi ini maju pesat . Ikan ikan besar yang tak dikendalikan menurut kodratnya adalah sebagai predator selalu mencari dan mengancam ikan kecil kecil untuk dimangsa . Ikan yang sama besar , sama kuat , tak pernah berhenti berkelahi , saling menguber uber . Begitu tamsilnya tanpa pihak manapun yang peduli .
Barangkali itulah yang dilupakan para pemimpin kita ,yang mengira bangsa ini tak menyimpan masalah besar , tenang damai Sebaliknya malah mengira bangsa ini sudah sangat kesrakat , maka arah pikiran kita sudah all out diarahkan pada masalah kesejahteraan dan pertumbuhan dan lebih dari itu mengira kita sudah berada pada haluan yang tepat atau karena kita keliwat serakahnya sehingga seluruh kemampuan diarahkan hanya kepada urusan ekonomi dan hal hal yang aluamah , atau katak akan menjadi lembu .
Sepertinya tak ada agenda lain selain masalah ekonomi atau barangkali justru memang batas kemampuan (cakrawala ) berpikirnya memang terbatas pada bidang itu saja .
Pada hal pengalaman sudah menunjukan bagaimana susahnya mengumpulkan uang sekian trilliun , namun selalu diikuti kehilangan yang lebih besar lagi , karena tak adanya penjagaan atau gagal dalam upaya menjaga moraldan intergritas kepada Negara . Betapa merosotnya harga diri sebagai bangsa karena menjadi negara pengutang besar . Dalam masyarakat kampungpun yang menjadi pengutang juga digolongkan orang terhina yang tak disukai .
Kejadian yang demikian itu karena kita menaruh target ( gegayuhannya ) terlalu tinggi seolah olah kita sudah dalam keadaan sehat dan kaya ingin menyamakan masyarakat kita seperti sikon masyarakat negara gurunya Amerika Serikat dan dalam tempo segera . Padahal orang Amerika sendiri membangun Amerikapun bukan semalam , melalui proses lama penuh dengan segala kesulitan, perjuangan , perkelahian dan pengorbanan.
Atau selalu dihantui banyangan masyarakat kita yang super miskin , sehingga kemudian pemimpin kita kepengin mengambil jalan pintas loncat jangkit untuk menghapus kemiskinan dan menyamakan diri dengan keadaan masyarakat yang sudah maju itu , Sehingga dengan susah payah menyulap diri sendiri dari orang (bangsa ) yang santai , menjadi orang susah yang dikarenakan cita cita yang terlalu tinggi , yang tak nimbang ka awak , tak ngukur awak sekujur . Tak proposional . 9. Pemimpin . Dalam Bhineka Tunggal Ika menempatkan orangpun juga harus dipikir kecocokannya (proposional ) . Hendaklah berada pada yang cocok . Maaf , raja raja Jawa betapapun penuh semangat dan karisma nya belum tentu cocok di tempatkan sebagai pemimpin di Papua , Sulit kiranya orang Papua untuk taat, patuh dan menyembah nyembah seperti orang Jawa Solo atau Jawa Jogya menyembah rajanya .
Demikian pula ekonom ekonom yang kesohor di dunia atau PBB tentu hanya dapat bersinar disana , tempatnya disana dan hanya cocok disana . Bagaimana mungkin ekonom yang selalu memikir ekonomi global dan memikir kredit trilunan dapat mendalami nasib orang orang disekitar mbah Marijan , pemecah batu , pemulung di pantai selatan Jawa .
Seorang kepala Bandara di Nanga Pinoh dekat Sintang Kalimantan Barat yang hanya didatangi pesawat kecil dua kali seminggu ternyata dididik dalam pengetahuan managemen seperti untuk menguasai Schipol Air Port di Belanda . Selalu dan terlalu kedombrongan . Ternyata program program ekonomi yang berjalan dari waktu kewaktu dari kelompok ahli ke kelompok ahli yang lain dari rejim kerejim yang lain , misalnya sejak dari mazhab Wijoyonomic sampai Indrawatinomic yang begitu hebat menurut versi kelompoknya sendiri , hanya berjalan bagaikan badai yang ganas dalam cawan tak menghasilkan apa apa ( sesuai dengan tujuan adil makmur bersama ) tetapi malah hanya menyebabkan pertikaian dan kerusakan segalanya , diseling dengan peristiwa peristiwa pencurian pencurian besar besaran uang Negara dan tambahan hutang luar negeri yang menggunung . Bagaimana ya , kita itu isin menjadi bangsa sing utange akeh banget .Lemua lemua kae , gagah gagaha kae , nungganga mercy , camri , ferari wong utange akeh ya ngisin isini .mBok nyebut . Ikan ikan sedengan berenang kian kemari tanpa proteksi sambil berantem sendiri , piranha datang tinggal mak lep memangsa ikan kecil yang sudah kepayahan . Jawanisasi oleh orang Jawa dulu menimbulkan trauma yang kepanjangan bagi mereka yang mengalami ketertindasan . Tanpa proteksi . Justru kalau ada proteksi , yalah yang melindungi Jawanisasi karena ada kepentingan disitu . Pembataian masal oleh Belanda terhadap etnis Cina adalah bentuk keadaan tak terkendali karena tak ada Bhineka Tunggal Ika yang menghalangi Belanda untuk melaksanakan kejahatannya . Lho kok begitu mau diulang ? Olehe ora kapok kapok lho . Ta yu chi ziao yu . Ikan ikan besar memangsa dan mengancam memangsa ikan kecil dengan tenang ,tak ada sekat sekat ,tak ada penjaga , tetapi ada ikan lain yang namanya piranha lebih kejam lagi ,ganas kepada ikan apa saja yang dijumpai . Asal tahu saja . Orde Baru menindas orang Cina , “Ta yu chi ziao yu “ ( begitu seperti dikatakan orang orang Cina , betulkah orang non pribumi (Cina) tak mendapatkan apa apa dari rejim orde baru ) , mestinya tak demikian seluruhnya. Menurut catatan tak sedikit orang Cina yang dapat berkah pembagian kue dari orde baru .
Dalam orde baru yang sebetulnya juga telah berkembang pertikaian yang bersumber berebut uang , tetapi masih banyak lagi aturan aturan yang hakekatnya melindungi ikan ikan kecil . Banyak orang yang suka pada Orde Baru tetapi orang Cina tidak , mungkin diantaranya ada kepentingan besar (ekonomi ) yang tak bersesuaian ? Atau karena Pak Harto dengan tim ekonomin”ya yang tangguh tak disukai para taipan , padahal tim Pak Harto itu juga belum tentu dapat menghadirkan kemakmuran rakyat .
Dan banyak juga orang orang yang mengaku reformis liberal tak suka adanya proteksi proteksian . Di dalam orde barupun terjadi peperangan golongan liberal dan golongan yang memikirkan kebersamaan .Antara kelompok orang non pribumi (Cina ) yang mendapat bagian dan kelompok orang non pribumi (Cina ) yang tak dapat bagian .
Tentu saja yang mengatakan tidak senang adalah orang Cina yang tak dapat memperoleh keuntungan dari orde baru itu tadi , sedangkan yang mendapat jatah apa lagi banyak sekali tentu saja mengucapkan berterima kasih .
Sekarang para taipan melaju kencang tanpa halangan karena semua teman . Biarlah badai menerjang bumi ini , biarlah ada lindu tujuh kali sehari , tak mengapa toh semua daratan , segala medan sudah terkuasai .
Lalu siapa yang menjadi “Tha yu “ dan siapa pula yang menjadi ”ziao yu “ . Awas , jangan berpandangan sesaat . Mungkin dunia ini masih akan lama berputar . Sekarang yang sedang berada diatas jangan berbangga bangga (aja seneng gemuyu ) . Dunia bergulir sedikit saja semua keadaan berganti . Siapa yang ta yu siapa yang menjadi ziao yu Sikonlah yang menetapkan . Sebagai pelajaran baca sejarah tanah leluhur . Yang bangkit dan yang jatuh silih berganti , tak mungkin kita mencontohnya . Jalan terbaik selalu ingat , yang baik bagaimanapun akan lebih selamat dari yang tidak baik . “Sabeja bejane sing lali , isih beja sing eling lan waspada . Sebagaimana kami katakan , mungkin tak seluruhnya kiprah orde baru itu jelek , Misalnya siapa tahu maksud rejim orde baru mengerahkan ekonom ekonom mazbab Wjoyonomic ,yang dikira mempunyai kebisan sebagai pamungkas dalam mengatasi masalah ekonomi Indonesia (wong sekolahnya hebat hebat ) , 1.- dimaksudkan mempercepat tujuan bangsa ke adil makmur , sejahtera , 2.-ingin melindungi ikan kecil warga negara pribumi dari keganasan para taipan , para tauke yang sudah mulai menguasai ekonomi Indonesia , atau ingin melihat kemajuan ekonomi Indonesia yang cepat dan tak nguler kambang , 3-memberi kesempatan kepada anggota rejimnya ,kroni kroninya memperoleh bagian yang besar dari kue hasil perjuangan kemerdekaan dan hasil perjuangan menumbangkan orde lama . Disinilah diuji kemampuan ahli ahli dari yang bangga atau membanggakan diri menyebut atau disebut homo economic dengan kemampuan para taipan Cina dalam ulah ekonomi atau ilmu ekonomi .
Para ahli ekonomi orang pribumi , homo economic adalah murni , modern dan anti yang kuno kuno anti yang irrasional disatu sisi dan ahli ekonomi Cina yang selain ilmu eksata , didukung pengalamannya yang luas tetapi juga masih diperkuat ilmu nenek moyang yang bisa nyirep memutar dan membanting otak ahli ahli pribumi , dan karena makin paham tentang perangai atau ilmu jiwanya manusia pribumi ,yang dari dulu dibawah pengaruhnya .
Dikemudian hari dapat kita lihat ternyata semua kiprah ekonom ekonom bangsa ini hanya meninggalkan kerusakan , menambah hutang berkepanjangan dan krisis ekonomi yang meruntuhkan rejim itu sendiri . Tahun 1998 , Rp. 600 trilyun amblas untuk BLBI , siapa yang menikmatinya? Terlalu banyak teori pada hal rakyat bawah sebenarnya tak banyak tuntutan .
Sandang pangan papan yang cukup . gampang bepergian dan aman, bisa sekolah , berobat gampang . Belum perlu sekali yang disebut spektakuler . Mngkin itu perlu , tapi proioritasnya bertahap, belakangan . 10 .Siapakah yang patut menjadi bintang ? Justru yang perlu disimak , Ikut ikut menyoroti bab ekonomi Dari sejumlah presiden yang berkuasa sampai sekarang berapa terakumulasi hasil pertanian ,penjualan hutan , bahan galian tambang , dari lautan hutang terakumulasi berapa ?. Berapa terakumulasi hutang ? Untuk siapa . Bunganya berapa , kapan dibayar . Bisa dibayar atau tidak ,mengapa ? Kapan kita tak punya hutang . Merngapa ada yang kaya , mengapa ada yang miskin ? Kapan kita adil makmur sejahtera ? Kapan kita bisa mengutangi orang , wong Negara kita kaya raya ? Bab budaya UUD 45 pasal budaya Sudahka ayat 1 dikerjakan dengan baik Demikian juga sudahkah ayat (2) dikerjakan dengan baik . Apa penduduk daerah dan udayanya tak banyak tergusur . Sebelum itu terjawab sebaiknya janganlah ada pimpinan yang berani mengklaim sebagai pimpinan yang berhasil , karena rakyat juga punya pikiran . Jika ada seorangpun yang berani bertanggung jawab sudah baik . Misalnya “Sayalah yang bertanggung jawab atas kekeliruan ini , sehingga rakyat kita susah . Demi Allah , saya siap menerima hukuman apapun baik dunia dan akirat “ Rata rata atau kebiasaan pemimpin lengser cukup pergi tanpa kesan ,beban pertanggungan jawab , malah masih tanya lagi aku ini diberi apa wong aku sudah berjasa pada Negara . Orang Cina sendiri mengomentari orang Cina yang mendapat keuntungan dari orde baru ,sbb “Etnis Tionghoa yang semasa pemerintahan rejim Orde Baru tampak seolah olah “gagah “ ternyata hanya dalam tempo sekejap dapat dibuat tak berdaya . Ini yang tak pernah disadari oleh kebanyakan etnis Tionghoa di Indonesia .Mereka selama ini dinina bobokan , seolah rezim orde baru adalah segala galanya , yang memberikan kemakmuran ,keamanan dan kemapanan atas dirinya “
Meskipun orang Cina membenci orde baru , dalam masa pemerinthan rejim orde barupun orang Cina banyak yang memperoleh kemudahan kemudahan , menjadi kaya raya . Bahkan ada yang namanya menjadi nama salah satu Jalan di kota Beijing karena sumbangannya kepada negeri leluhurnya . Orang Cina selalu mengeluhkan penderitaannya di Indonesia , tetapi sekaligus tampak menjadi orang kaya raya di Jakarta , Surabaya dan di Singapura .
Ternyata segala macam sistim yang ada di dunia ini baik sistim ekonomi maupun pemerintahan dari yang demoktratis dan liberal sampai yang otoritarian , sudah dicoba , namun mesin kapal belum pernah berjalan kearah adil makmur yang kita harapkan bersama , bahkan meletakkan haluan yang benarpun belum .Bahkan yang namanya adil makmur kaya apa gambarannya , sejahtera kaya apa ukurannya .
(Apakah yang namanya sejahtera adil makmur itu tiap warga Negara berhasil menjadi orang yang memiliki tabungan kekayaan US 10.000 . Ternyata yang namanya adil makmur saja hampir semua orang tak tahu .) Suatu pertanyaan yang menggelitik ialah apakah dalam Negara yang hutangnya tak terhitung lagi itu masih ada harapan untuk menjadi adil makmur . Atau beyond help .
Yang simpanan kekayaannya 1000 kali dari itu pun masih belum merasa sampai pada adil makmur dan sejahtera , karena selalu nguber uber adil makmur sejahtera lebih hebat lagi .?
Sekalipun ribuan ekonom ekonom eks luar negeri dalam negeri baik yang kampiun maupun kelas teri , telah mengerahkan , semua ilmunya , pamhawereuh , pangabisanya , semua itu hanya dipandang dengan sebelah mata oleh orang Cina . karena ternyata satu orang Cina rendahanpun dapat membuat pusing orang satu Negara , dari yang tertinggi sampai terendah .Right or wrong , ia hebat . Hebat , bukan main .Ialah pemain top , single yang melawan pluralisme , yang tak ada duanya . Kalau tak malu pasti MURI cepat cepat memberikan piagamnya . Soal kepiawaian dalam urusan uang dan dagang , orang Cina meskipun hanya mengenakan kaos oblong, sandal jepit dan celana kombor dari blacu dan mesin hitungnya sipoa ,jangan ditanya lagi , belum dapat tertandingi oleh ahli ahli yang berdasi dan menggunakan komputer . Karena apa ? Kalau orang pribumi setelah menjadi ahli seperti orang barat dan modern , segera mencampakkan warisan leluhur , ilmu ilmu batin yang dikatakan ilmu kuno ilmu yang tak rasional dan musrik . Tidak demikian dengan orang Cina , betapapun modernnya , betapapun pinternya ,ilmu ilmu kunonya tak ketinggalan , meskipun mereka menempatkannya mungkin pada lapis kedua . Betapa hebatnya doa orang Cina untuk dapat membebaskan diri dari kungkungan orde baru untuk bebas dari kerangkeng ilmu batinnya orde baru yang lebih kuat Sesungguhnya ada perang
batin antara ilmu batinnya orang Cina dan ilmu batinnya orde baru . Pak Harto kelelahan , serangan batin yang datang dari segala penjuru harus dilawannya dengan kekuatan yang terbatas , sementara pendukungnya tak mau tahu karena terdiri dari orang modern yang sama sekali lepas dari kendalinya . Orang Cina atau orang orang Cina sekalipun ia sudah siap berpakaian rapi , berdasi dan berjas dan siap naik ke mobilnya ,tak lupa membakar hio lebih dulu dan bersembah kepada dewanya .Paling tidak orang tuanya yang pension dari kegiatannya yang melaksanakan kekuatan lapis kedua itu Mengapa kami katakan orang Cina mempunyai kelebihan yang menonjol dalam memanage orang . Banyak ilmu kebatinan timur yang cukup kuat untuk memaksa orang menjadi penurut . Menurut dan patuh kepada perintahnya , setia dalam bekerja , menurut untuk meneken kontrak kotrak yang kurang bener, Menurut saja untuk membeli barang dagangannya . Kekuatan ilmu modern yang ditopang kekuatan batin orang Cina benar benar luar biasa . Bisa mengeruk separo harta Negara kita hanya untuk kepentingan satu kelompok orang Cina . Orang Cina dapat menginvest uangnya ke Singapura , bahkan menjadikan Singapura menjadi Negara makmur , sementara kita kaya dengan teori teori dan ahli ahli . Kasihan kita , termasuk orang orang non pribumi (Cina ) yang masih tetap terpaku dalam kemiskinannya . Ini kenyataan berdasarkan hukum dan keadilan di Negara kita , Negara dimana penuh dengan pakar pakar segala macam ilmu , dan dibelakang masih jutaan pakar pakar dan setengah pakar baru yang antri sebagai calon tenaga kerja baru ..
Ini juga bagian dari Siem Siang Shenmenya orang pribumi mengapa orang Cina dapat sehebat itu .
Mengapa cerdik pandai orang pribumi masih juga pongah mbok dapat mawas diri sedikit ,dan malu mengapa orang Cina yang tak banyak ngomong , tak usah banyak teori tak sekolah yang hebat hebat yang tak berdasi , dapat sehebat itu, dirinya tidak .Bahwa mereka mereka berhasil menjadi kaya , ya terang saja , siapapun yang diberi kekuasaan dan kesempatan akan demikian , tidak seperti berhasilnya orang non pribumi (Cina ) , dari hasil fight .
Karena frustasi , kecewa dilecehkan oleh orang Cina umumnya para pejabat pribumi yang mengaku sebagai pakar pakar yang mengaku mempunyai pikiran yang cangih canggih menjadi apatis sebodoh amat pokoknya aku dapat uang banyak . Titik . Ada kekecewaan , karena apa ? . Orang tua mengingatkan , berebut uang yang tak halal , sekalipun menurut undang undangnya legal , jika masih terselib niat tak baik , kelak hanya akan memberikan buah yang pait saja . Tak usah macam macam , yang jujur prasojo saja , dari pada kuwalat .
Orang Cina sendiri yang tua tua mungkin juga heran mengapa aktivitas mereka juga terfokus seperti orang liberal , seperti homo economic , animal economic , pada hal menurut tradisi Khonfusian , hanya menempatkan strata masyarakat yang diurut ,Urutan pertama strata sarjana (mestinya tingkat sarjana model dulu yang dilandasi kejujuran , dedikasi pada masyarakat dan negaranya ) Urutan ke dua petani , Urutan ke tiga perajin , Para pedagang jatuh pada urutan terakhir , tempat perkelahian pergulatan yang tak habis habisnya yang dulu dijauhi orang pribumi , sekarang orang pribumi ikut ikutan terjun ke sana karena begitulah yang dicontokan panutannya dan jamannya . Dalam masyarakat yang sudah menyampingkan pertimbangan selain urusan uang , misalnya budaya , aklak dan moral , ternyata malah hanya menyebabkan banyak orang Cina yang berhasil duduk sebagai kapitalis kapitalis di negeri ini atau Singapura ? Teorinya ternyata dipraktekkan secara terbalik , yang mestinya pemimpin kita mau memakmurkan rakyat kecil jebulanne sugih dewe .Sing sugih tambah sugih . 10. Orang Cina Merasa Tertindas (cerita masalalu ) ., Orde baru mengeluarkan lebih banyak aturan aturan yang dirasakan oleh orang Cina sangat menindas orang Cina . Orang Cina sebagai pihak yang menjadi objek peraturan merasa sangat dirugikan dan ditindas . Tentu saja orde baru juga menetapkan aturan yang demikian juga bukan tanpa dasar . dasarnya adalah melindungi orang pribumi yang masih lemah dan belum begitu pintar , dari orang yang sedari dulunya memang sudah pinter dan kuat . Mungkin itulah langkah langkah orde baru untuk menghambat kiprah ikan besar dan melindungi ikan ikan kecil , dari kiprahnya ikan besar yang ganas . Orde lama mengeluarkan PP 10 /1959 , ini juga menyusahkan orang Cina . Lalu tahun 1960 dikeluarkan peraturan penertiban Kelenteng dengan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 4555.2.360 tentang Penataan Kelenteng . Tetapi orang Cina kurang peduli dengan kesusahan ini , malah mengatakan ; “ penggalan sejarah 1965 – 2000. Pada masa sepanjang itu, etnis Tionghoa akrab dengan berbagai upaya peminggiran . Pada hal sebelumnya di era Presiden Soekarno , kelompok etnis ini sempat menikmati masa bulan madu dengan penguasa ”, dengan diangkatnya Oei Tjoe Tat sebagai menteri dalam Kabinet Dwikora . pendirian Universitas Respublika di Jakarta 1958 kampus URECA di Surabaya 1962 . PP 10/1959 memang melarang orang Cina membuka usaha dipedesaan , dan dalam kurun waktu 1950 – 1959 Pemerintah memberi proteksi yang lebih kepada pebisnis lain, dibanding kepada pebisnis Tionghoa , namun disisi lain , pemerintahan Soekarno tetap memberikan kebebasan seluasnya kepada wargaTionghoa untuk beribadah atau kegiatan budaya lainnya . Itu tadi semua penuturan Mona Lohanda , sejarahwan dan peneliti Tionghoa yang bekerja pada Arsip Nasional RI kepada INDOPOS . Orang Cina tampak begitu geram kepada orde baru dan orde barupun begitu semangat untuk membongsai orang Cina . Ketika orde baru menumbangkan orde lama , mende-Soekarnisasikan orde lama , ternyata banyak hal yang menyebabkan kegalakan orde baru makin memuncak . BAPERKI yang dirikan tahun 1954 sebagai representasi kekuatan sosial politik Tionghoa, Ketuanya Siauw Giok Tjan ternyata ujung ujungnya mempunyai kedekatan dengan orang orang G30 S , dengan Sukarno , dengan pemerintah RRC . yang semua itu dianggap musuh musuh orde baru . Banyak aturan aturan orde baru dikeluarkan yang menurut orang Cina sebagai upaya meminggirkan keberadaan orang Cina , atau budaya Cina . Keputusan Presidium Kabinet No. 127/V/Kep/12/1966 Tentang penggantian nama Orang Cina dengan nama nama lokal . istilah Tionghoa diganti menjadi Cina . 2. Instruksi Presiden (Inpres ) No. 14/1967 tentang agama , kepercayaan adat istiadat Cina boleh dilakukan hanya dalam lingkungan keluarga / tertutup 3. Edaran Menteri Penerangan No. 02/SE/ Ditjen / PPG/K/1988 tentang Larangan Penertiban percetakan Iklan berhuruf Cina 4. Surat Menteri Kehakiman & Dalam Negeri No.Skb 01-UM 09 30.80 No.42 Surat Bukti Kewarga Negaraan R.I. Karena sebab ini , sambatnya (keluan ) orang Cina yang seperti sendaren yang selalu benginging ditiup angin diwakili pemimpin mereka ‘ “Sebagai perantau yang mencari kehidupan baru di Indonesia , selama ratusan tahun , etnis Tionghoa selalu menjadi pelengkap penderita .walaupun kedatangan mereka di negara yang menjadi pilihannya semata mata bertujuan mencari kehidupan baru atau memajukan perdagangan tanpa sedikitpun melakukan kekerasan , apalagi dengan tujuan tujuan untuk menjajah seperti ang dilakukan bangsa kulit putih .”Ujar Benny G.Setiono . “ Masyarakat keturunan China yang berdatangan ke Nusantara sejak berabad abad yang silam adalah bagian peting dari sejarah bangsa Indonesia .Namun sejak zaman kolonial ,kelompok etnis ini kerap menjadi sasaran prasangka , diskriminasi , bahkan kekerasan .Baru lima tahun terakhir bertiup angin segar kebebasan .” Rekaman wawan cara Dr.I.Wibowo Wibisono , dengan wartawan Kompas , terbit 10-2-2008 . Romo Benny Susetyo menuturkan kepada Suara Pembaruan , terbit 26 -1-2006 . “Peristiwa 13-14 Mei 1998 yang telah meluluh lantakan ribuan ruko , toko , rumah tinggal pusat ppetokoan ,bengkel apartemen supermarket ,kendaraan bermotor baik roda empat atau roda dua ,bahkan juga perkosaan terhadap perempuan perempuan Tionghoa di Jakarta dan Solo merupakan puncak kehancuran martabat ,dan jati diri etnis Tionghoa .” “Selama pemerintahan Orde Baru secara terus menerus terjadi kerusuhan anarkis anti Tionghoa . Kerusuhan Mei 1998 seakan adalah puncak dari aksi kerusuhan tersebut “ Prof. H.M . Hembing Wijayakusuma dalam bukunya yang berjudul Pembantaian Massal 1740 Tragedi berdarah Angke ‘ “ Aksi anti etnis Tionghoa yang pertama setelah G 30 S /P KI terjadi pada tanggal 10 Nopember 1965 di Makasar. Berikutnya pada tanggal 10 Desember 1966 , terjadi kerusuhan masal di Medan .Pada peristiwa tersebut ,warga etnis Tionghoa dikejar dan dibantai dengan tuduhan bekerja sama dengan komunis . Satu tahun setelah peristiwa kerusuhan Medan terjadi kekerasan anti etnis Tionghoa di Kalimantan Barat yaitu pada Nopember 1967 . Korban tewas dari warga etnis Tinghoa , mencapai ratusan orang , sementara puluhan ribu lainnya terpaksa meninggalkan rumah dan harta bendanya menuju kota kota pesisir di Kalimantan Barat seperti Singkawang dan Pontianak . “ ‘Peristiwa kelabu terhadap etnis Tionghoa seakan tak pernah berhenti “ Lee Kuan Yew , Menteri Senior Singapura dalam Republika tangga 2 -10- 2006 “ Kedua Negara tetangga saya memiliki masalah dengan komunitas Tionghoa nya . Mereka (etnis Tionghoa ) orang orang yang sukses , mereka pekerja keras , karena itu mereka disisihkan secara sistimatis , bahkan dalam pendidikasn .Dan mereka (Indonesia dan Malaysia ) ingin Singapura seperti warga negara Tionghoa meraka , mengalah “ Apa kata Pak Badawi , PM Malaysia , Pidato ini memancing protes Malaysia dan Indonesia , yang menghendaki pemerintah Singapura memberikan penjelasan atas ucapan Lee. “Saya sudah membaca permintaan maaf Lee . Apapun alasannya , pernyataan itu bisa menyinggung ras tertentu .Kami harus memastikan pernyataan serupa tak akan terlontar lagi .” Indopos Semua itu adalah tanda tanda bahwa orang hidup bukan hanya memikirkan uang melulu , pertumbuhan ekonomi melulu . Ada budaya , ada harga diri . Kemenangan Orang orang non pribumi ( Cina ) Didorong oleh keinginan golongan golongan yang tak sepaham dengan makin tak terkendalimya penyalah gunaan kekuasaan dan wewenang ,kolusi ,korupsi dan nepotisme dari rejim orde baru , maka Presiden Suharto taat menuruti tuntutan untuk mengundurkan diri dan secara satriya mengundurkan diri dari kekuasaannya pada tanggal 28 Mei 1998 Wakil Presiden B.J. Habibi mengganti beliau sebagai Presiden ke 3 menghabiskan masa dinas Presiden yang masih tersisa . Kemenangan orang non pribumu (Cina ). Namun tampaknya bangsa ini belum siap dipimpin oleh seorang jenius dalam teknologi tetapi kurang bijak dalam duga prayoga dan empan papan , beliau tak lagi terpilih untuk jabatan berikutnya . Untuk menghindari kemauan pool pool masyarakat yang kuat yang mungkin akan sulit ditemukan kesepakatan , maka Gus Gur terpilih menjadi Presiden RI ke 4 . Modal Gur Dur ini sebenarnya secara politis lemah , secara phisikpun mempunyai kendala ,namun beliau mempunyai kharisma luar biasa dan orang memandang beliau bukan seperti manusia biasa . Tindakan tindakan beliau kadang kontroversial , namun umatnya menerima dengan iklas , malah menganggap itu sebagai kebijakan yang manusia lain kurang mampu memahami . Namun barangkali sepak terjang presiden ini tak sesuai dan tak dapat didikte untuk memberikan keuntungan kepada golongan yang mengangkatnya , maka oleh golongan yang mengangkatnya presiden ini dimakzulkan dari jabatannya sebelum masa jabatannya berakhir . Dalam kapasitasnya sebagai presiden ,Presiden Abdurrachman Wahid , mengeluarkan kebijaksanaan yang tertuang dalam instruksinya untuk mencabut berbagai peraturan yang rasis dan diskriminatif . menindas golongan Cina , yaitu dengan Surat Presiden No. B 20/Sesneg /l/2001 dan Sk .Menteri Agama No. 13 /2001 yang mencabut aturan yang melarang pelaksanaan kepercayaan , adat kebiasan harus dilakukan dalam keluarga dan tak boleh ditempat umum . Dan Kong Hu Chu ditetapkan sebagai agama . Sk.Menteri Agama No.13 /2001 Imlek Penetapan Imlek sebagai hari libur nasional . “Dihapusnya sejumlah peraturan yang bersifat rasis dan diskriminatif oleh Presiden Abdurrahman Wahid (Gus.Dur ), maupun penetapan tahun Baru Imlek sebagai hari libur nasional oleh Presiden Megawati Soekarnoputri , boleh dikata sebagai suatu kebangkitan yang diperjuangkan oleh seluruh masyarakat etnis Tionghoa di Indonesia . “ Hal senada diungkapkan Ketua Perhimpunan Indonesia Tionghoa DKI Jakarta , Benny G.Setiono ,yang menilai Imlek boleh dibilang sebagai bentuk kemenangan etnis Tionghoa Indonesia dari segala bentuk diskrininasi dan perlakuan tidak adil yang sebelumnya sempat dialami . “ Dengan berbagai pencabutan aturan yang membongsai orang Cina ini , maka tentu saja golongan orang Cina , menganggap Gus Dur sebagai Dewa penolong yang membebaskan ketersiksaan orang Cina selama orde baru . Mengapa Gus Dur mau mengeluarkan surat pembebasan orang Cina dari sekat sekatnya ? Tentu Gus Dur , yang dikenal sebagai humanis pembela hak hak asasi manusia , tokoh pluralisme tak tahan mendengar keluhan orang Cina yang selama ini terbongsai . Bahkan dengan keluarnya instruksi instruksi Gus Dur ini orang Cina merasa beroleh kemenangan . Pak Murdaya W.Poo , mengatakan , Dengan keluarnya UU No. 12 /2006 tentang kewarga negaraan , warga Tionghoa mengharapkan tak ada lagi dikriminasi perlakuan dalam segala bidang . Imlek 2007 sebagai Kemenangan orang Cina . Untuk menyatakan kemenangan nya itu orang Cina membuat Imlek secara besar besaran . Dimana mana perayaan Imlek digelar sebagai euforia kemenanganya . Di Jakarta , permainan barongsai dimainkan dimana mana , lampion lampion bergelantungan di disepanjang teritikan rumah , lambang berhuruf Cina dipajang memenuhi toko toko , sepanjang jalan .liong barongsai meliuk liuk kekanan kiri dengan penonton yang selalu berjubel dan yang nonton bukan hanya orang Cina , tetapi seluruh penduduk ikut berpartisipasi untuk memeriahkan tahun baru Imlek .Ucapan ucapan Gong Xi Fat Choi dengan senyuman bahagia ,tersungging pada orang Cina dan tamunya . Di Jakarta liputannya sbb . PERAYAAN IMLEK BERLANGSUNG MERIAH JAKARTA , (SINDO ) .Perayaan Imlek 2559 disejumlah tempat di ibu kota Jakarta kemarin berlangsung meriah .Ribuan warga keturunan Tionghoa memadati tempat tempat peribadatan . Di Kampung Cina , Kota Wisata Ciuleungsi Bogor , ribuan antusias mendatangi lokasi wisata tersebut . hampir seluruh ruangan dan pintu masuk wisata tersebut dihiasi lampion dan angpau merah yang tergantung dipohon .Pengunjungpun sibuk mengambil angpau dengan alat seadanya seperti payung dan kayu . Di vihara satya Dharma Pluit , di jalan Pluit Barat Raya Jakarta Barat Utara sempat terjadi kericuhan saat pembagian angpau pada pukul 09.00 WIB .Kericuhan tersebut terjadi karena ketidak tertiban warga sehingga terjadi aksi saling dorong .Akibatnya banyak dari ibu dan anak anak yang jatuh dan terinjak injak . Penasehat vihara Yusuf Susanto mengatakan pada perayaan tahun baru Cina kali ini vihara tersebut dipadati ribuan jemaat sejak pukul 05. 00 WIB . Vihara yang beroperasi hingga pukul 18 00 ini menjadi pusat tujuan masyarakat pluit yang ingin bersembahyang , “ Vihara ini didirikan untuk menghormati Dewa Kwan Kong , yaitu seorang Jendral besar pada masa Sam Po Kong “ Ujarnya . Menurut pengurus dan penjaga Vihara Satya Dharma bernama Slamet , 10.000 lilin kecil , 500 an lilin setinggi satu meter dan dua puluh ribu dupa disiapkan bagi jemaat . Menurut dia , dupa dijual dengan harga seiklas nya namun lilin besar dijual seharga Rp. 3,8 juta . Demikian pula di Jogya liputannya sbb., “ Acara hiburan tidak habis habisnya , disuguhkan untuk warga Jogya . Kemarin pikul 14.00 hingga 16.30 puluhan ribu berbondong bondong memadati Taman Abubakar Ali hingga sepanjang jalan Malioboro .Mereka menyaksikan kirab budaya dalam rangka merayakan tahun baru Imlek 2559 .Penonton dari pelbagai kalangn antusias menyaksikan acara untuk menyemarakkan Pekan Budaya Tionghoa (BT ) 2008 yang dipusatkan di kampong Pecinan Ketandan itu . “ Di Solo , di Semarang Surabaya dan kota kota lain Imlek dirayakan besar besaran, Di Magelang sebuah kota kecil pelaksanaan perayaan , liputannya sbb, , Ribuan warga dari 28 konunitas klenteng dari jawa Tengah , Jawa Timur dan Jakarta turut memeriahkan ritual kirab ruwat bumi yang diselenggarakan Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD ) Liong Hok Bio Magelang (17/3 ) .Mengenakan atribut khusus mereka berjalan beriringan mulai dari alun alun Magelang hingga kawasan pacinan .Rombongan dipimpin tuan rumah TITD Liong Hok Bio . Dalam rombongan ini terdapat pula patung tiga dewa yaitu Luk , Fuk dan So . Dewa So yang berbaju kuning dan berjanggut panjang , simbul pengharapan umur panjang , Dewa Fuk yang berbaju merah dan membawa bongkahan emas lambang rejeki .Dewa Luk berjubah biru , symbol kebagaiaan .Setiap rombongan dari masing masing klenteng membawa patung patung dewa dewi dengan memakai tandu aneka bunga .Setiap rombongan berhenti setiap saat memberi hormat kepada Wali kota Magelang H.Fahriyanto “ Kompas 18-3-2007 . Di Palembang ,Bangka , Pontianak dan , Singkawang sebagai sumber pertama keberadaan orang Cina juga dipertandingkan perahu naga , pendeknya tak usah diceritakan lagi , Semua berwarna merah menyala , tanda hidup , warna kesukaan orang Cina . Ternyata potensi orang Cina di mana mana masih utuh malah tambah , baik kualitas maupun kuantitasnya tak seperti dikeluhkan selama ini , merasa ditindas , dibongsai , didiskriminasikan . Orang Cina masih berpakaian bagus , berumah, bagus , bermobil bagus , dapat membuat kue kue untuk dibagikan kesanak keluarga , dapat membeli pernik pernik hiasan untuk Imlek , dapat makan direstoran restoran besar , malah dengan membawa tamunya . Orangnya sehat sehat kok , bergizi cukup wong malah berkecupan melebihi masyarakat yang ada disekitarnya . Lebih sehat lebih kuat untuk bertikai dengan tetangganya . Dupa hio terus mengepul ditiap rumah orang Cina ,juga terhidang buah buahan persajian di meja meja persembahan . Di kelenteng kelenteng ramai dikunjngi umatnya . Warna merah menyala disemua sudut dan ruang .Pujian dan decak kagum mengalir dari umat serta pejabat pejabat yang bukan orang Cina , yang diundangnya . Dalam bidang budaya begitu hidupnya budaya Cina membahanai udara nusantara ini , mengatasi budaya pribumi yang tertatith tatih untuk mempertahankan hidupnya , apa lagi dalam soal ekonomi kemajuan etnis Cina dikatakan luar biasa . Dalam bidang pembagian kue ekonomi , selama pasca reformasi ini orang Cina maju luar biasa .Maju luar biasa . Dewa dewa FUK yang berjubah merah dan membawa sebongkah emas dan dewa LUK yang berjubah biru yang menyebarkan kebahagian dan dewa So yang memberikan umur panjang yang mereka puja benar benar memberi keberkahan yang sangat besar. Sementara di Pulau Gebang berkumpul para pemulung yang mengais rejekinya untuk sekedar dapat bertahan hidup , tanggal 31 Juli 2007 Kompas mengumumkan orang orang kaya Indonesia . Orang terkaya di Indonesia dipegang Budi Hartono (66) , raja tembakau pemilik pabrik rokok Djarum Kudus dengan kekayaan senilai 46, 6 milyar dolar AS atau sekitar Rp.37 ,8 trilliun . Pengusaha rokok lainnya Rahman Halim (60) dari Gudang Garam Kediri , menempati posisi ke dua , Soedono Salim (92) yang namanya selalu dikaitkan dengan taipan terkaya era orde baru hanya menempati peringkat ke 4 di bawah Eka Tjipta Widjaya (Sinar Mas ) . 10 orang terkaya : ============================================ Posisi ! N a m a ! Umur ! Perusahaan ! Nilai Kekayaan 1. ! Boedi Hartono 66 Djarum ! Rp. 37,8 trilyun 2. ! Rahman Halim 60 ! Gudang ! 31, 5 trilyun Garam 3. ! Eka Tjipta Widjaja 84 Sinar Mas 27,9 triyun 4 ! Sudono Salim 92 Salim Group 25,2 triyun 5 ! Putera sampurna 59 Sampurna 19,8 triyun 6 ! Sukanto Tanoto 57 Garuda Group 11,7 trilyun 7 ! Eddy Wil. Kastuari 56 Wings Group 9, 9 trilyun 8 ! Aburizal Bakri 60 Bakri Group 9,45 trilyun 9 1 Arifin Panigoro 62 Medco Energy 8,1 trilyun 10 ! Hary Tanusudibyo 42 Glob Med Com 7,3 trilyun _____________________________________________________ Kekayaan Indonesia senilai 46,6 milliar dolar AS atau setara Rp. 419 trilyun , ternyata hanya dimiliki oleh 150 orang terkaya . Majalah Globe Asia juga mendaftar kekayaan pejabat publik , pengusaha yang jadi pejabat publik , diluar daftar 150 orang terkaya . Teratas adalah Fadel Mohamad ,Gubernur Gorontalo ,dengan kekayaan 16,6 juta dolar AS , disusul Fahmi Idris Menteri Perindustrian ,Keduanya Pengusaha . Presiden Susilo Bambang Yudoyono memiliki kekayaan 516 000 dollar As atau R4, 6 milliard per ahun 2004 . Sementara hutang Negara bertambah terus . Penulis tak dapat komentar , terserah saja meskipun dulu janjinya kita berjuang bersama , makmur bersama dan sekarang nyatanya lain . Dalam tiap masalah jika ada yang menang tentu ada yang dikalahkan .? Siapakah yang kalah , siapa yang menang tentu masing pihak tak ada yang mau berterus terang , itulah masalah yang membuat pegaulan selalu terkendala , tak ada keterbukaan , tak ada transparansi dan banyak hal yang akan tetap merupakan suudon , prasangka yang kadang kadang mengakibatkan hal yang tak kita inginkan .Meskipun demikian janganlah hal itu sebagai masalah yang tak dapat diselesaikan dengan damai ? Harapan harapan Harapan harapan yang menjadikan Sim Siang Shenmenya orang pribumi kebanyakan sudah kami paparkan di buku Apa kata hati orang pribumi ,apa kata orag non pribumi (Cina ) 1 , dibawah ini lami cantumkan harapan harapan dari golongan orang non pribumi ( Cina ) yang diharapkan bukan sekedar sebagai pemanis pergaulan saja ,antara lain , Kiranya perlu kami ulangi apa yang menjadi harapan dan himbauan Romo Benny Susatyo Pr. Ketua Hubungan Antar Agama Konferensi Wali Gereja Indonesia , “ Saya berharap tahun baru Imlek dapat menjadi momentum bagi seluruh elemen dan komponen bangsa ini , khusunya masyarakat etnis Tionghoa , untuk membangun habitus baru .Dengan membuang egoisme dan mengarahkan seluruh perilaku yang berbasis pada hati nurani , moral , budi pekerti dan etika yang luhur , sehingga penyakit social ,dan criminal dapat dihindari . dan tahun baru Imlek dapat menjadi kemenangan etnis Tonghoa Indonesia .” Harry Tjan Silalahi , Penulis dari CIS (Centre for Strategic and Internasionalisme Studies ) . “ Bagaimana dalam masyarakat , etnis Tionghoa ini memiliki rasa senasib sepenaggungan serta solidaritas nasional . Kemudian diharapkan pula bahwa masyarakat lainnya dapat menerima kehadiran etnis Cina ini secara iklas sebagai sesama warga sebangsa .Karena hanya dengan sikap yang non diskriminatif , rasial dan etnislah dapat dibangun nation building Indonesia yang memenuhi tuntutan hak asasi , rule of law dan dasar negara hukum “ Seorang konsultan hukum Iskandar Yusuf menulis , Suara Pembaruan 18-2-2009 , “ Dalam diskusi yang bertajuk Tugas dan Peran Tionghoa Indonesia Dalam Membangun Bangsa dan Negara pada tanggal 27 April 2002 , digaris bawahi fakta bahwa WNI etnis Tiongkoa barus terwakili ,dengan baik dibidang dibidang politik guna menghalangi kemungkinan diberlakukannya kebijakan pemerintah yang diskriminatif . “ INTI yang dulunya didirikan oleh Edi Lembong ( Perhimpunan Indonesia -Tionghoa ) melalui Ketua Pusat INTI , Rachman Hakim , kembali mengingatkan pengurus , untuk bisa sungguh sungguh membawa kebaikan dan manfaat bagi masyarakat . Agar semua sebagai warga bangsa dapat menyadari posisi dan tanggung jawab kita semua .Selaras dengan dan semangat diatas kami juga berpesan dan menitipkan amanat kepada seluruh jajaran kepengurusan INTI untuk terus memelihara spirit tersebut dan menterjemahkan dalam program kerja yang membumi dan bermanfaat bagi masyarakat dimanapun berada secara luas .” Ia juga berharap dimanapun INTI berada , bisa mendapatkan dukungan dan partisipasi dari Pemerintah Provinsi , tokoh organisasi , tokoh agama dan tokoh masyarakat sekitar . Ini penting untuk mendukung kehadiran INTI , serta untuk bekerjasama dengan baik dan terbuka demi kemajuan bersama “ Ini memang pendapat mereka , sebagian orang non pribumi (Cina ) yang baik baik , tetapi teman sebangsanya kan banyak sekali dan ada yang menjadi nila setitik tapi merusak susu sebelanga dan merusak maksud hidup yang tenang damai . MULTIKULTURALISME ITU BUKAN SEKEDAR MEMBIARKAN , TETAPI SALING MENGHORMATI DAN BERINTERAKSI . Kompas , 17 -7- 2005 . Selain seperti yang kami utarakan diatas mengapa Presiden Gus Dur , menghapus semua peraturan peraturan yang dikatakan membongsai , menindas , mendiskriminasi orang Cina . Sebagai tokoh humanis , dan pluralis yang sangat menghargai kemerdekaan manusia lain , tak tahan mendengar keluh kesah warga Cina sesama warga negara Indonesia yang selalu mengeluhkan ketertindasannya . rapuh dengan bisikan bisikan yang meluluhkan batinnya . Sehingga sebagai orang yang tak terlalu bertele tele mengambil keputusan beliau putuskan untuk mengakhiri semua penderitaan orang Cina . Luar biasa sambutan orang Cina atas kebijaksanaan Gus Dur yang memang sesuai dengan apa yang imginkan orang Cina , yang kini bebas dari kungkungan orde baru . Gus Dur menjadi pembebas orang Cina yang terkungkung selama ini , yang dibatasi , didiskriminasi , terpinggirkan . tetapi nyatanya mereka makin makmur makmur . Betapapun tertindasnya orang Cina dan betapapun merdekanya orang pribumi , ternyata yang selalu tercatat dalam majalah Forbes sebagai orang kaya hanya orang orang Cina , tak sekalipun orang pribumi . Orang yang dapat melancong keluar negeri , istirahat ditempat yang indah indah dan memesan kamar di hotel berbintang , menyekolakan anak anak ke sekolah unggulan atau luar negri kebanyakan juga orang Cina . Semua yang disebut itu sesuatu yang kasat mata , yang tak mungkin digapai oleh orang pribumi pada umumnya atau umumnya orang pribumi dan tak mungkin dapat disembunyikan lagi . Dengan kesempatan yang diberikan Gus Dur , kemajuan orang non pribumi (Cina ) seperti tsunami yang membanjiri nusantara ini hampir tak ada proyek yang lepas dari tangan orang non pribumi (Cina ) atau tak ada orang bikin proyek selain orang non pribumi (Cina ) . Orang kuasa di negeri ini sedang berbaikan dengan orang non ribumi (Cina ) tetapi dengan yang lain , atau sama sendiri cekcok melulu . ? Bahwa banyak orang pribumi yang pergi keluar ngeri , perginya karena keterpaksaan , dipaksa kemiskinannya .Menjadi TKW TKI di luar negeri , karena di bumi sendiri tak mendapat bagiannya. Penulis tak dapat komentar apapun , itu hal yang nyata tak dapat disembunyikan , namun semua hanya tercatat sebagai Sim Siang Shenmenya orang pribumi . Catatan catatan : IMLEK di tengah keprihatinan . Perayaan Imlek 2559 kemarin masih diliputi suasana keprihatinan .Banjir yang menggenangi sejumlah wilayah ibu kota belum surut semuanya .Hujan terus mengguyur di beberapa wilayah , hujan menyebabkan banjir . Angin puting beliung memorak perandakan harta benda masyarakat .Bencana demi bencana masih terus silih berganti melanda negeri ini . Kemeriahan tahun baru China di tengah keprihatinan mengingatkan kita untuk menyelami dan mendalami makna dan simbolisasi dibalik perayaan sujud sukur doa dan harapan kebaikan kemasa depan itu .Perayaan menyambut musim semi di daratan Tiongkok yang mencerminkan fajar baru menyingsing itu tak hanya menyiratkan kegembiraan dan pesta yang melupakan keadaan sekitar .Disaat memeriahkan acara , tak lupa Imlek mengingatkan manusia untuk bersyukur kepada Sang Pencipta . Tak heran rangkaian perayaan Imlek berkaitan erat dengan serangkaian ajaran keagamaan yang dianut mayoritas masyarakat Tionghoa . Perayaan yang dimulai tanggal 30 bulan ke-12 dan berakhir pada tanggal 15 bulan pertama itu meliputi acara sembahyang Imlek ,sembayang kepada Sang Pencipta dan perayaan Cap Go Meh .Upacara itu memerintahkan agar manusia selalu ingat kepada Tuhan atas karunia dan rezeki yang diperolehnya selama ini . Manusia harus bersukur dan selalu menjaga solidaritas kemanususiaan dengan silaturachmi .Salah satu wujudnya adalah berkumpulnya para anggota keluarga dan terjalinnya silaturachmi dengan sanak saudara dan tetangga .” Pesan yang kami nukilkan dari Tajuk Koran Sindo 8 Pebruari 2008 , tampaknya mempunyai nuansa yang sama dengan Imlek tahun ini , berarti belum ada kemajuan apapun dari sejak itu . Bhineka Tunggal Ika selain sebagai lambang dan slogan ,orang sulit menebak apa maknanya .Banyak tafsir yang berbeda beda .Hal ini disebabkan belum adanya penjabaran yang konseptual yang dapat menggiring pengertiannya kearah satu maksud yang sama . (Seruan budayawan dari UNPAD Bandung ). Justru pemerintah sendiri sebagai petugas penertiban dan keamanan bangsa , DPR bahkan MPR sebagai perwakilan yang harus menertibkan bangsa , belum pernah sekalipun melihat persoalan keberagaman ini dengan serius sampai akhirnya nanti dapat meletus sebagai sesuatu masalah yang sulit diatasi . “ Xing Xing Zhi Huo ke yi liao yuan “ Percikan api dapat membakar hutan “ . Atau kalaupun kelak akan ada penjabaran yang konseptual belum tentu akan sejalan dengan pikiran founding father yang medesainnya . Amandemen amandemen terhadap UUD 45 ialah bentuk perang kecil kecilan dalam phisik , tetapi besar besaran dalam ideologi suatu bentuk manuver dari neoliberalisme yang menginginkan adanya kemenangan yang besar kepada kemerdekaan induvidu ( hak asasi ), kebebasan , kebebasan berdemokrasi , bersaing , kebebasan pers dan bermaksud meminggirkannya ideologi Indonesia yang adil makmur atas dasar kebersamaan , dalam rangka pluralisme dan multikulturalisme . Kepiawaian orang non pribumi (Cina ) ialah dapat mengambil keuntungan dari dunia manapun , karena punya kepintaran sendiri terutama mengenai karakter orang pribumi yang sudah sangat dikenalnya dan sudah dalam kantongnya . Namun karena Bihineka Tunggal Ika menyangkut masalah kepentingan bersama yang mestinya segera perlu diatasi , tetapi tak knjung mendapat perhatian dari manapun ,banyak kalangan yang menempuh jalur sendiri dalam arti tak menunggu inisiatip dari pemerintah untuk mempelajari masalah keberagaman atau pluralisme dan multikulturalisme . Dalam bagian lain telah kami muat seruan para ahli dan Budayawan Sunda yang dimotori tokoh Pak Ayip Rosidi yang telah berseru dalam Konferensi Internasional Budaya Sunda di Bandung 22-25 Agustus 2001 , yang berseru Bhineka Tunggal Ika “walaupun sering dibangga banggakan secara verbal, tidak pernah secara konseptual dan berencana ,dijaga dan dipelihara bahkan dikalahkan oleh jargon “persatuan dan kesatuan ‘ yang bersifat monolitis , tetapi yang juga tak pernah diuraikan secara konseptual . “ Dan dalam rangka Negara berfokus dalam urusan ekonomi , sepertinya tak ada agenda lain , segala sesuatu yang tidak ada sangkutnya dengan ekonomi terpinggirkan atau dipinggirkan . Kecuali jika ada hal hal diluar urusan ekonomi tetapi disangka akan dapat memberikan pemasukan uang , misalnya budaya yang seharusnya menghormati kesakralan kesakralan pengendalian diri dan mencontohkan budi luhur ,diperkosa untuk menghasilkan uang . Sesudah TKI ,TKW kita yang berangkat ke luar negeri dikaryakan untuk mencari uang dan diangkat sebagai pahlawan devisa karena membawa pulang atau mengirimkan uangnya dari luar negeri , Marilah kita berdoa jangan sampai ulangi , jangan sampai Angkatan Perang kita dikaryakan mencari buruhan ke luar negeri sebagai angkatan perang bayaran , untuk mendatangkan devisa . Dari sejak seruan Pak Ayip Rosidi sudah lebih sepuluh tahun lebih berlalu seruan untuk mulai memikirkan makna Bhineka Tunggal Ika tersebut belum juga mendapat perhatian atau reaksi dari pihak yang berwewenang , atau manapun sungguh mengkawatirkan adanya satu kelompok memusnakan kelompok lain . Sekumpulan budaya meniadakan budaya lain . Neo liberalisme terus berjalan , kita sama kita cekcok , yang dapat keuntungan orang non pribumi (Cina ) . Proyek proyek besar kecil tersebar diseluruh permukaan tanah air .Memang pekerjaan itu sungguh besar , terus terng saja kemampuan bangsa kita , orang pinter kita kaya apapun belum secanggih itu . Kecuali jika hanya teken teken dan diapusi . . Menurut Presiden SBY . pada puncak peringatan cap Go Meh yang bertajuk “Cao Go Meh Bersama Indonesia Bersatu “ diselenggarakan Forum Bersama Indonesia yang dikordinir Lauw Murdaya W.Poo , mengatakan bahwa bangsa Indonesia merupakan yang majemuk , beragam dan terdriri atas berbagai suku , agama , etnis serta daerah . Untuk itu menurutnya setiap bangsa memiliki tradisi yang baik untuk merayakan beberapa tahun baru , seperti tahun baru Masehi , tahun baru Hijriyah , tahun Baru Saka , dan tahun baru Imlek .Semua itu adalah wujud dari syukur kita dan berdoa kepada Tuhan untuk masa depan yang lebih baik . Presiden SBY , Menpudpar ,Gubernur DKI Jakarta dan hampir semuanya berbaju merah , lambang keberhasilan orang Cina . Presesiden SBY berharap semua etnis bangsa ini dapat saling menyayangi , saling menghormati , termasuk menghormati perbedaan dan saling menolong dalam kesetiakawanan yang tinggi . “ Juga Presiden SBY menegaskan bahwa kehidupan berbangsa dan bernegara di Tanah Air semakin baik dan semakin menjanjikan .” Pranata yang diskriminatif telah kita tiadakan .Semoga ke depan bangsa kita semakin bertambah rukun dan bersatu .” Dalam acara tersebut Presiden SBY secara simbolis menyerahkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan akta kelahiran pada perwakilan warga etnis Tionghoa sebagai tanda telah diakui sebagai warga negera Indonesia asli . SINDO – 22-2-2008 . Di Singkawang Kalimantan Barat pada hari Jumat tanggal 26 -2- 2010 diadakan pula Seminar Nasional tentang “Cap Go Meh Dalam Kerangka Bhineka Tunggal Ika “ . Seminar nasional tentang “Cap Go Meh dalam Kerangka Bhineka Tunggal Ika “ ini yang dibuka Pak Wali Kota Singkawang Hasan Karman , menampilkan pembicara Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura di Pontianak Drs. Aswandi .Selain itu juga pembicara pembicara lain , antara lain mantan Wakil Kepala Staf TNI Angtan Darat Let.Jen. (Purn ) Kiki Syahnakri ,Ketua Umum Pengurus Pusat Muslimat Nadhatul Ulama Khofifah Indar Parawangsa dan pastor Robini Marianto OP dari Pusat Kajian Asia Timur Universitas Islam Negeri Syarif Hidayathullah , Jakarta . (Kompas 27 -2-2010 ). “ “Aswandi mengingatkan , bara konflik berdasarkan suku , agama ,ras dan antar golongan (SARA) dinegeri ini masih ada .Hal itu karena mereka ( anak anak Cat. Penulis ) selama ini tak pernah mendapatkan pendidikan yang bisa membangun kebersamaan dengan teman temannya yang berbeda . Oleh karena itu Aswandi menyarankan pentingnya pendidikan multikultural di negeri ini . Pendidikan multikultural itu, harus dimasukan dalam kurikulum pendidikan formal dan non formal .Hanya bangsa yang nyaman hidup dalam keberagaman yang maju . Kofifah dan Kiki Syahnakri mengingatkan , beragam budaya yang tumbuh di negeri ini tidak boleh menjadi pemecah belah bangsa .Bahkan kebudayaan , kebudayaan adalah perekat bangsa , seperti tergambar dalam makna Bhineka Tunggal Ika . Berbeda beda tetapi tetap satu . Sambil menunggu tanggapan dari peristiwa penting ini yang kadang kadang sulit memperolah perhatian umum maupun ahli , ( sudah sepuluh tahun yang lalu Pak Ayip Rosidipun telah menyerukan hal ini , seperti telah penulis kemukakan diatas ) penulis ingin menggunakan kesempatan yang baik ini , untuk urun rembug tentang masalah Bhineka Tunggal Ika . Sebelum penulis lupa , perlu kami kemukakan bahwa ada kebhinekaan yang jarang disinggung yaitu kesenjangan sosial . Kesenjangan social ujudnya ialah ada orang kaya raya , ada orang setengah kaya ,ada orang yang pas pasan , ada orang yang kekurangan , ada orang yang miskin sekali sampai tak bisa membayar sekolah anaknya , tak bisa berobat karena tak punya uang dan mati , bahkan makanpun susah . Sebagai mana bahwa Bhineka Tunggal Ika selama ini cukup menjadi slogan dan hiasan dinding , maka faktor kesejahteraan yang menyangkut kehidupan rakyat secara nyata juga masih menjadi hiasan pidato . Barangkali penulis keliru pandang bahwa dari kebanyakan perselisihan terjadi , hanya sedikit sekali yang tidak disebabkan kesenjangan sosial , kecemburun sosial kemiskinan yang desebabkan ketidak adilan , ketidak tepatannya sistim dan tak cakapnya penguasa yang mengatur . Bahkan gejolaknya masalah SARA , banyak disebabkan oleh masalah kesenjangan . Peristiwa Pembantaian masal orang Cina tahun 1740 akibat persaingan dagang antara VOC dan orang Cina . Peristiwa 1998 , peristiwa yang orang Cina menganggap badai terburuk adalah disebabkan kesenjangan sosial antara rakyat yang tetap miskin disatu sisi dan para kroni dan orang Cina yang makmur disisi yang satu lagi ? Sekarang ? Terus terang kami katakan gap antara orang non peribumi ( Cina ) miskin dan pribumi disatu sisi dan orang non perbumi (Cina ) dan orang pribumi yang semakin jauh . Dulu saja ketika gap masih belum seberapa , terjadi benturan yang hebat .Sebetulnya bisa dijadikan pelajaran .Mengapa itu akan diulangi lagi , dengan yang lebih dahsyat lagi ? Sebabnya ialah keberhasilan orang orang Cina yang tak terkendali , yang mungkin menggunakan momentum para penguasanya yang dapat diajak kerja sama . Kemajuan memang pesat sepesat menggunungnya hutang , hanya sayang masih belum dapat mengangkat nasib kaum duafa sedikitpun . Kenapa tak melihat tamsil ke air , sesuai dengan yang diajarkan asta barata . Air naik sedikit sedikit tapi merata , sedikit tapi merata . Barangkali itu adalah cukup untuk landasan untuk tinggal landas . Biar di nyek orang sedunia , penulis konsekwen dengan mengunggulkan pandangan “alon alon waton klakon “ “ngati ati “ ,”gemi “,”nastiti “ sebagai nasehat leluhur yang harus didengar . Kalau kita perhatikan ternyata hanya pekerjaan yang grusa grusu , yang amburadul , gagal , macet , mubazir , merugikan . Bahwa orang (bukan orang Jawa ) ngenyek pandangan alon alon waton klakon , itu karena salahnya orang Jawa sendiri . Orang mengira alon alon waton klakon adalah seperti prajurit prajurit kraton yang dipamerkan dalam kirab tiap tahun yang jalannya seperti orang sunat . Mungkin orang heran mengapa masalah managemen Negara kita kita selipkan dalam buku masalah Cina ini , tak lain karena justru Negara kita sebagian besar in disguise under China manager . Ditempat lain sudah disebutkan tentang kepiawaian orang non pribumi (Cina ) memanage orang pribumi dari luar maupun dari dalam , dari yang atasan apalagi yang bawahan .Hal ini memang sudah tertanam dari sejak ketika kita masih menjadi bangsa jajahan pemimpin pemimpin kita adalah anak anak dari kuli itu yang dari dulu sangat hormat dan menghargai orang non pribumi (Cina ) . selalu siap untuk dimanage . Hingga kini kita misalnya masih banyak orang pribumi yang merasa besar dan pintar dumeh diidzinkan duduk bersama jago jago dunia . Pada hal dari seprana seprene kita selalu menunjukkan dan merasakan kegagalan .. Ajaran leluhur diabaikan , karena selalu berkiblat pada leluhurnya orang sana . Tak nimbang ka awak , ngukur ka kujur , kondisi kita , sejarah kita , falsafah kita , kemampuan kia . Kalau mau pas , membuat baju mesti ngukur dengan badan sendiri .Orang non pribumi (Cina ) ketawa melihat kita memakai baju kedombrongan . Tak usah muluk muluk tentang ekonomi global, wong nyatanya ngurus yang harian saja kocar kacir , pijer diapusi wong , Taruhlah kita punya target tiap keluarga mempunyai minimal rumah layak 100 m2 , penghasilan sesuai dengan UMR atau lebih sedikit ,sandang pangan cukup dan bepergian gampang , aman , tertib .Itu sudah cukup . Mengapa pusing pusing memikirkan globalisasi , Memikir pertumbuhan ekonomi yang tinggi , pendapatan perkapita yang tinggi , tak ada gunanya wong tak membawa manfaat bagi rakyatnya , alias tak ada buktinya . Barangkali untuk ahli luar negeri yang beneran memang begitu ( memakai baju ukuran sendiri , ya pas ) , karena urutan sejarah dan perjuangannya memang beigutu .Tetapi untuk yang ahli amatiran yang main potong kompas sungguh menyedihkan , nasib bangsa dipertaruhkan untuk coba coba . Mengurus yang serba besar , yang besar besar saja , yang menyebabkan kesenjangan juga makin besar . Jika toh keahlian yang global global tak ada manfaatnya bagi orang miskin , selain menciptakan defisit yang tiap tahun bertambah , keuangan mawut di curi dan dibawa keluar negeri , tercecer dan pemborosan terjadi di mana mana , untuk membayar bail out yang tak lunas lunas . Bayar bunga dan hutang yang makin makin menggunung . Kalau regim ini berhenti ( misalnya , dengan wajar saja , karena masa jabatan habis ) , horo toh ,njur sing bayar , sing tanggung jawab utang sapa . Umpama cara bodo bodoan nek debt collectore teka piye ? Jujur saja kami katakan sebetulnya yang dikatakan ahli ahli hingga kini hampir tak ada kegunaannya buat keuntungan rakyat akar rumput , barangkali kalau saja ada keuntungan , bukan buat kebersamaan melainkan bagi kroni kroninya , yang bisa makan enak , tidur enak , mengenakan dasi , bermobil bepergian keluar negeri gampang . Ingat , bolehlah segala alasan bolehlah dibuat untuk pembenaran pendapat , tetapi nurani tak akan berhenti bicara . Selain hukum pidana , kadang kadang nurani akan menghukum pemiliknya . Kalau usaha atau persaingannya seperti itu , tentu saja bukan orang orang pinter saja , tetapi yang jaga duit yang menang , baik mereka itu pinter atau bodoh . Raihlah sukses sebesar besarnya baik denagn alasan yang bermoral atau tidak , tetapi pintu pintu neraka telah siap dibuka untuk orang yang berdosa . Di pintu kuburpun malaikat telah siap menyambut dengan penggada penggadanya . Barangkali perlu diserukan kepada orang non pribumi (Cina) , pegang teguhlah harapan harapan pemimpin orang non pribumi (Cina ) di Indonesia yang baik baik , mari kita bangun Indonesia bersama , sebagai sesama warga , sebagai orang yang sudah lebih pintar , lebih pintar dahulu , bimbing pemimpin kita yang pribumi ke arah jalan yang baik , jangan diteladani yang tak baik, agar kita semua dapat hidup dengan tenang . Warga Negara biasa , apalagi yang jauh dari pusat masih tetap merugi , masih terperangkap dalam mentaati dengan baik segala peraturan yang mengatur negara , tetapi mereka orang yang tak pernah dapat keuntungan dari bernegera . Namun mereka juga manusia yang dapat dan tetap berpikir dan bertanya dan betanya dalam hati saja tetapi kadang meledak keras , kapan bagian saya tiba . Mengapa dia mendapat , kita tidak ? Pertanyaannya , pernahkah siapapun yang berkuasa merasa tersentuh melihat nasib akar rumput yang begitu susah mengais rejeki . Pernahkan para pemimpin menyaksikan program bedah rumah TV , gantian profesi , pencari pasir wanita di kali , mengumpulkan batu batu , membelah belah batu di pinggir jalan Atau malah menyalahkan akar rumput yang susah mecari rejeki , dengan perkataan “ SALAHNYA SENDIRI MAU MENJADI AKAR RUMPUT . Bagaimana pikiran orang besar ketika sedang menikmati fasilitas yang istimewa dari rakyatnya dan bertemu dengan rakyat gembel yang telah memberikan kenikmatan kepadanya , apakah biasa saja karena hal itu sebagai hal yang semestinya , apakah trenyuh merasa bersalah mengambil bagian besar dari mereka , Bagaimana seorang pemimpin sampai hati mengumumkan kekayannya yang berlimpah limpah sementara para kawula yang dipimpinnya gembel , adakah perasaan tersentuh dan trenyuh dan merasa berdosa bahwa apa yang didapatnya sesungguhnya sebagian juga milik para kawula yang dipimpinnya . Atau merasa aku pemimpin sudah seharusnya dapat bagian yang banyak . Adakah pemimpin yang konsisten dengan asas kebersamaan , berjuang bersama , makmur bersama ? Pernahkah hal ini menjadi perhatian yang penguasa ? Yang terus menerus memandang ke atas , mengapa tak sekali kali melayangkan pandangannya ke bawah , itulah realitas yang ada di bumi nyata . Begitupun kelompok orang orang Cina yang berhasil , berkelompok seperti dalam perahu yang mengapung di atas lautan orang pribumi dan orang non pribumi ( Cina ) yang miskin . Kesenjangan kesenjangan ini menjadikan orang yang senasib bersatu , menjadi kelompok yang berbeda kepentingan . Perbedan kepentingan menyebabkan benturan . Kesenjangan inilah yang perlu di rem agar tak terjadi hal yang merugikan . Hukum kesenjangan adalah semakin besar kesenjangan akan menyebabkan makin besarnya benturan kepentingan . Kemajuan yang berlebihan kadang kadang juga seperti perangkap alam , yang tampak seperti makanan yang enak yang didalamnya dipasangi racun yang dapat menarik tikus tikus yang serakah yang kemudian berpesta pora menghabiskan perangkap itu . Barangkali perlu kami ingatkan pada teman teman orang siapapun yang mau mendengar agar baik baik dan waspada jangan sampai terjebak dalam perangkap kemajuan , yang semula diharapkan dapat menimbulkan kemajuan malah sebaliknya dapat menyebabkan musibah besar . “Kita tidak lagi mengenal warga pribumi atau non pribumi dan warga asli, atau keturunan . Semua punya hak pelayanan publik yang sama . ” Ujar Presiden , yang disambut tepuk tangan . Kata bersayap dari pernyataan sebagai tersebut , tentu menjadikan kaum lemah yang tak terlindungi , tak berperoteksi gemetar , ketakutan .Mereka memang semua dapat dan boleh berdiri sama sama .bagaimana jika tiba tiba orang disebelahnya yang gagah kekar, kuat dan kaya , lagi pinter lalu menbanting yang lemah dan yang tidak pintar ? . Ada perbedaan yang perlu dihilangkan ada perbedaan yang harus dikembangkan . Kami sangat mengapresiasi diselenggarakannya seminar tentang Bhineka Tunggal Ika ini , yang setidaknya mencairkan kebekuan tentang masalah ini , selama ini . Dalam kurun yang sangat panjang itu mungkin sudah sering dikemukakan masalah bhineka tunggal ika , seperti yang telah dilakukan para budayawan dari UNPAD Bandung seperti diatas , namun barang kali hanya mendapat perhatian yang sedikit sekali atau malah tidak sama sekali sehingga bhineka tunggal ika meluncur tanpa tahu arah kemana . Memperhatikan Thema dari Seminar Nasional “Cap Go Meh dalam Kerangka Bhineka Tunggal Ika “ nuansanya terlalu mengandung etnosentris yang sempit , sedangkan masalah Bhineka Tunggal Ika adalah masalah nasional yang sangat luas . Pak Onghokham ahli budaya Cina , sejak dulu 1991 dalam bukunya yang berjudul “Rakyat Dan Negara “ LP3S terbitan Sinar harapan 1991 sudah memperingatkan “Perjuangan memperbaiki status orang orang Cina merupakan suatu perasaan etnosentris yang sempit , terutama karena orientasinya ke Cina .Mereka hanya memperhatikan atau memperihatinkan orang orang Cina dan bukan masyarakat Indonesia secara keseluruhan .Keadaan ini mengandung bahaya dikemudian hari , karena dengan bangkitnya pergerakan nasional Indonesia dan Revolusi , watak etnosentris pergerakan ini akan menyebabkan mereka terasing dari berbagai pergerakan dan aspirasinya di Indonesia. “ Meskipun kami mengapresiasi usaha ini ,bukan kami yang salah jika kami dapat membaui adanya Cinasentris dalam seminar ini . Sebagai sudah kami ceritakan diatas adanya kegiatan orang Cina yang terbonsai oleh orde baru dan menjadikan orang Cina stress , maka seminar ini adalah upaya orang Cina mengantisipasi bahwa hal hal tersebut jangan sampai terjadi lagi terhadap orang Cina , Orang Cina barangkali tak pernah menyadari bahwa orang Cinalah yang menguasai perekonomian Indonesia , justru yang menyebabkan orang kita susah seumur umuran . Orang Cina mungkin tak sadar bahwa orang pribumi mengerti persis bahwa aliran kemakmuran selalu menuju kerumah rumah mereka , uangnya mengalir ke rekening rekening mereka . Budayawan Cina sendiripun secara fair mengatakan etnosentris mereka makin menjauhkan meraka dari pergaulan nasional . Sayang sekali pemimpin pemimpin orang pribumi kita umumnya lebih memilih menjadi pemikir upahan sebagai orang suruhan orang lain , tak sedikitpun mempunyai inisiatip untuk kreatif membuat seminar sendiri yang diarahkan pada pembelaan kepada orang orang yang lebih lemah yang lebih luas lagi . Mestinya pemimpin yang berbobot seperti itu harus dengan kesadarannya paling tidak merespon apa yang diserukan Pa Ayip Rosadi sepuluh tahun yang lalu , yang tidak terjun hanya karena adanya sesuatu yang tak seberapa . Alangkah murahnya pikiran kita , atau memang hanya pikiran kita yang murah itu yang kita punya . Atau bagaimanapun kualitas kita tak bisa lepas dari sifat ingin menghamba kepada orang lain , untuk memperoleh upah yang kecil . Dalam Chineese Wisdom memang disebut “ Dengan uang , hantupun dapat disuruh mendorong batu gilingan “ Ya apa boleh buat , pemimpin pemimpin kita telah memilih masuk kedalam jeratan Chineese Wisdom tersebut . Itulah yang kami maksud bahwa masalah Cina , sebagai salah satu dari puluhan etnis yang lain telah menyedot perhatian 50% sendiri dan dalam menarik perhatianpun orang Cina ternyata lebih mampu karena didukung keuangan yang kuat . . Bagaimana yang lain , orang Sunda yang telah sepuluh tahun lebih teriakannya tak ada yang menggubrisnya . Aneh juga jika Gus Dur yang orang pribumi tak menggubris rintihan orang pribumi , tetapi seperti membuka kebebasan orang Cina . Pada saat ini orang Cina betul betul diatas angin , ditayangan TV setiap waktu tampak budaya Cina berkibar Upacara perayaan besar diselenggarakan di gedung besar dihadiri para pejabat dari yang paling puncak ,hingga yang bawahan “ Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan berpakaian merah beserta Ibu Ani SBY menghadiri Perayaan Tahun Baru Imlek nasional 2558 di Jakarta , Sabtu 24/2 -2007 , Kompas 25 –2007 , Rakyat jelata berdiri berjajar dipinggir pinggir jalan . Kami ucapkan Kong Xi Fat Chai , sukses untuk orang Cina , yang bisa mengadakan perayaan yang sangat meriah , wong uangnya banyak . Uang itu halal atau haram ternyata susah membedakan . Yang ahlipun susah membedakan . Ada sejumlah duit negara yang disisihkan , lalu ahli ahlipun menjadi keder sulit membedakan itu masih uang negara atau bukan ? Ini umpama , hanya umpama , hasil seminar nasional “Cap Go Meh “dalam Kerangka Bhineka Tunggal Ika , segera mendapatkan tanggapan yang sangat positip dari penguasa ,lalu bagaimana pikiran para budayawan Sunda yang telah menyerukan hal kebhinekaan itu sepuluh tahun yang lalu . Tentunya perasaan dong . Rupanya keperibadian tinggal kepribadian ,kaprawiran tinggal kaprawiran , kejujuran tinggal kejujuran , uang memang sangat perkasa . Orang orang pinter kita , orang orang terkenal kita , pemimpin pemimpin kita tampaknya ternyata bukan orang yang mempunyai harga diri yang kokoh yang selama ini kita kagumi , ternyata sudah hampir seluruhnya masuk dalam kantong kantong para tauke . Dan ingat , jika dapat kantong kantong pemimpin jangan sampai dimasuki uang mereka . Karena jika terjadi demikian hilanglah wibawa kepemimpinannya . Kalau suatu saat ada perkara , awas mereka akan tinggal membuka bukunya . Apa maksudnya kalimat ini .Penulispun sulit menerangkannya . Orang non pribumu(Cina ) Bergembira Ria. Presiden Abdurachman Wahid dengan suratnya mencabut segala macam larangan yang menghambat kegiatan kegiatan orang non pribumi (Cina) , dan semua orang bergembira . Kini rambu rambu yang dipasang orde baru di kolam ikan Bhineka Tunggal Ika sudah disingkirkan .Merdekalah semua ikan dalam kolam itu , tanpa sekat tanpa rambu rambu tanpa proteksi . Ikan ikan bebas boleh berlomba kian kemari . Ber euphoria melampiaskan kebebasan yang selama ini dikungkungnya . Ikan besar bebas mengejar kejar ikan kecil untuk dimangsanya . Yang kuat misalnya lele , gabus , gurami ,dapat mengejar kejar ikan yang lemah , teri dan yang lain . Yang kecil yang masih sempat lari , sembunyi untuk berlindung karena ketakutan dan kelaparan . Semua bingung dan kolamnya menjadi butek . dalam kolam yang butek banyak orang dapat menangkap ikan ikannya . dan ada ikan piranha disitu , semua bisa habis dimakannya , sehingga akan ada satu ikan saja yang ada yang sanggup bertahan ? “Ta yu chi zhiao yu” Apakah betul maksud Bhineka Tunggal Ika seperti itu . Bhineka yang tanpa aturan , tanpa sekat sekat , tanpa rambu rambu , Rupanya orang perlu diingatkan lagi pada tema perayaan Imlek yang digelar Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin ) pada 2007 yaitu “ Apa Yang Diri Sendiri Tiada Inginkan , Janganlah Diberikan Orang Lain .” Jadi jangan ada penggusuran terhadap tanah orang lain , Jadi jangan ada penggusuran terhadap budaya orang lain , Janganlah Bhineka Tunggal Ika dijadikan kesempatan untuk berebut lahan , janganlah bhineka dijadikan kesempatan untuk saling menggusur budaya , adat , tradisi , lahan , lebensraum . Demikian juga janganlah Kalimat Sakral Dalam Sumpah Pemuda Tahun 1928 itu nasionalisme ,menjadi sarana mengacak acak lahan dan budaya masing masing kelopok masyarakat dan budayanya . Tampaknya menghadirkan Bhineka Tunggal Ika itu mudah , namun ternyata setelah semua ikan bercampur aduk dalam satu kolam , berbagai masalah timbul dan sayangnya belum ada aturan yang mengaturnya . Ingat , tak satu pihakpun boleh saling merugikan , jika itu terjadi pasti akan ada pembalasan . “Yi yan huan yan Yi ya huan ya ( Mata dibayar mata , gigi dibayar gigi “ . “Yi wu xiang yi wu .( Selalu ada hal yang akan mengatasi yang lain ) . Yang biasa berkeluh kesah terbongsaipun ( orang non pribumi –Cina ) , jika kebetulan dalam keadaan sehat , kuat dan lebih pinter , bisa menggunakan kebebasan itu untuk menyeruduk yang lengah , sakersa kersanya , menggusur dan mengusir yang bodoh dan miskin tak berdaya . Bhineka seperti itu namanya Bhineka yang berantem ? Seminar nasional “ Cap Go Meh dalam Kerangka Bhineka Tunggal Ika “ adalah seminarnya satu jenis ikan . Mestinya dengan maksud memberitahukan keberadaan satu ikan itu . Ini aku ikan baik , jangan diganggu mari hidup bersama baik baikan . Suatu upaya agar komunitasnya terlindungi . Memang susah , tak ada seminar dunia gelap . Ada aktivitas ada seminar timbul kecurigaan dari satu unsur bhineka dikira mau menonjolkan diri , untuk kemudian menguasai kolam ikan . Apalagi jika kolam yang diperuntukkan bagi bhineka ikan , itu separonya sudah ditempati ikan yang mengadakan seminar . Namun demikian kami masih dapat lebih memuji adanya aktivitas demikian dari pada selalu menaruh kecurigaan tanda dasar yang jelas .. Tetapi memang kadang kadang ikan yang lain tak mau gelawat (bergerak ) entah kenapa , tetapi yang paling mengawatirkan adanya kehancuran jati diri yang mendatangkan apatisme dan stress . Orang Jawa kadang kadang takut memperlihatkan jati diri ke Jawaannya , karena takut dikatakan menonjol nonjolkan diri (overacting ) ke Jawaannya yang dikatakan Jawa sentries , takut dikatakan ingin men Jawanisasi kembali masyarakat nusantara lagi, takut dikatakan sebagai orang kuno yang tak modern . Apa lagi banyak orang yang sengaja ingin mengadakan de Jawanisasi dari persada nusantara dengan mengadakan pembunuhan karakter mental orang Jawa . Orang Sunda sama saja , sehingga kadang kadang identitas jati diri kedua suku ini tampak nyaris punah . Kebanggaan menjadi orang lain , menjadi seperti orang Barat , bergaya barat , menyantap makanan barat , berkesenian barat ( budaya orang lain yang diadopsinya ) yang disangkanya dapat mendongkrak martabat , juga ikut mempercepat de Jawanisasi oleh orang Jawa sendiri dan de Sundanisasi oleh orang Sunda sendiri . Dan banyak orang Jawa yang frustasi sehingga enggan berbuat apapun , selain puas dengan yang didapatnya , tak peduli lagi orang sekitarnya memerlukan kerbersamaannya .Ini umumnya para pensiunan pejabat tinggi priyayi priyyi Jawa atau Sunda yang sudah menjadi OKB s menikmati sisa hidup dengan memanfaatkan perolehannya selama ini , Yang lain terserah ... Kadang saya pikir orang pribumi ini aneh aneh saja . Jika orang non pribumi (Cina ) yang sudah kaya , modern , serba mewah toh makin getol mengupayakan pembebasan identitasnya , kebebasan etnisnya , kebebasan budayanya dari kungkungan orde baru , dan dalam orde sesudah paska orde baru , masih sibuk menggalakkan agar yang kuno kuno Cina bisa pulih seperti dahulu , orang Jawa dan orang Sunda justru mengabaikan identitasnya , budayanya , seni seninya , diganti dengan budaya yang paling dangkal . Toh semua gembira tak ada yang menyesalinya , termasuk penjaga budaya Jawanya sendiri , termasuk Pengayom budaya Jawa sendiri , termasuk budayawan budayawan Jawanya sendiri , para Javanolognya . Namun aneh jika ada orang Cina yang justru perhatian pada budaya pribumi “ Saya pernah menghadiri peringatan 100 tahun ( ? Catatan penulis ) peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) Bandung di Hongkong yang diselenggarakan oleh masyarakat Hongkong kelahiran Bandung .Meski sudah puluhan tahun bukan lagi WNI tapi di pertemuan itu hampir semua bicara dalam bahasa Sunda .” Begitu tulis Dahlan Iskandar dalam INDOPOS 21-1-209 . “ Orang Sunda sekarang lebih banyak berbicara bahasa Indonesia bukan karena rasa kebangsaan .Mereka beranggapan bahasa Indonesia kelasnya lebih tinggi dari bahas daerah .Anggapan demikian tidak hanya terdapat pada orang Sunda .Orang Jawa juga umumnya mempunyai anggapan demikian . Dan seperti pernah saya kemukakan , yang kelasnya lebih tinggi dari bahasa Indonesia adalah bahasa asing .’ Kata Pa Ayip Rosidi dalam artikelnya yang berjudul Bahasa Pengantar dan Bahasa Ibu sebagai dimuat dalam buku Korupsi dan Kebudayaan , Pa Ayip menjelaskan , “ hancurnya bahasa daerah termasuk bahasa Sunda diakibatkan salah paham sebagaimana orang Sunda terhadap bahasa ibunya sendiri dan kekacauan berpikir pemerintah tentang bahasa daerah “. “ Si polan lain wae teu ngarti budaya daerah . Si polan teu daek ngarti soal pentingna budaya daerah ka asup bahasa daerahna .” Katanya dalam bahasa Sunda . “Ahli ahli sastra , kesenian , sejarah , dan kebudayaan dari luar negeri justru lebih mengagumi , kesenian dan kebudayaan Sunda .Bahkan Prof. Dr.A. Theuw memuji kesusasteraan dan pengetahuan sebagaimana tertulis dalam naskah naskah Sunda kuno sebagai sumbangan yang tidak kecil dalam memperkaya budaya Indonesia . ‘ Kompas 24-3-2001 . “Budaya Sunda mulai dilupakan anak muda . Sebagai orang Sunda sedih sekali kalau melihat remaja Sunda sekarang ini justru lebih menggandrungi budaya barat daripada budayanya sendiri ‘ Kata Tri Budiman penyanyi pendidikan Elfa Seciori . Sesudah Gus Dur membebaskan orang Cina dari kungkungan orde baru , dan liong barongsai meliukliuk , dengan hingar bingarnya di sepanjang jalan di seluruh nusantara , bahasa mandarin di sosialisasikan dimana mana , bahkan oleh Bupati Lamongan dimasyarakatkan untuk rakyat di kabupatennya sementara bahasa daerah sendiri tak dihiraukan . Bahkan sehubungan dengan rising of China , produk China membanjiri pasar nusantara . Sesudah Gus Dur melepaskan belenggu yang dikatakan sangat mengikat orang Cina , maka seperti kuda lepas dari ikatannya orang Cina bebas melakukan segala macam kegiatannya dan memperoleh kemajuan dengan sangat pesat . Dengan kepesatan kemajuan orang non pribumi (Cina) , semakin jauhlah gap yang ada antara orang pribumi dan orang non pribumi (Cina ) . Orang non pribumi (Cina ) begitu peduli dengan budayanya dan ritual ritual kepercayaannya ,Bahkan hanya dari banyaknya ritual ritual tradisi Cina , pek cun , ceng beng , imlek , cap go meh yang dimunculkan lagi , banyak produksi produksi pernak pernik untuk keperluan perlengkapan selamatan seperti itu , kembang dan penganan dapat menguntungkan pengusaha dan pedagang Cina . Kami juga kurang mengerti mengapa orang pribumi mencampakkan budayanya sendiri , demi agar dikatakan maju , modern , dan puritan hanya sedikit sekali pejabat pejabat hasil pemilu yang concern terhadap budaya daerahnya sendiri (Wong begitu , kok dipilih .) .Tak satupun yang concern terhadap budaya sendiri , bahkan takut untuk mengutarakan dalam proper testnya , takut dikatakan orang sebagai orang kuno , orang ketinggalan jaman yang tak akan gunanya untuk memajukan rakyatnya (atau memang sudah kehilangan jejak sejarahnya ) . Sesuai dengan kebutuhan rakyatnya , pemimpin yang demikian sebaiknya tak dipilih dalam pemilihan yang akan datang .Orang pribumi kehilangan kepercayan diri ,etnis etnis pribumi justru mencampakkan budayanya sendiri , emoh hangrungkubebi budaya sendiri , geli terhadap hasil produk produk bangsa sendiri . Hanya sedikit sekali pejabat pejabat di daerah berbahasa Jawa bahasanya sendiri , yang melakukan kegiatan rumongso handarbeni lan hangngrungkebi budayanya sendiri . Semua terfokus pada instruksi contoh dari atas yang tak kunjung ada karena diatas memang tak ada budaya , tak punya model lain selain nguplek uplek pertumbuhan ekonomi , tetapi terus terusan cures , dan kalau diingat ingat belum pernah membuat rakyat makmur selain gegeran , udreg udregan terus berebutan sendiri . Begitu merosotnya harga budaya dalam pandangan pemiliknya sampai sampai ada yang mengatakan orang Sunda malu mempunyai identitas Sunda , orang Jawa malu mempunyai identitas Jawa , karena memang mereka sudah dibuat pikun dan linglung , tak percaya pada kepribadian sendiri . budaya sendiri dianggap akan membuat diri sendiri menjadi orang kuno , tak maju dan tak modern . Pak Bibit Waluyo yang dalam pencalonannya sebagai Gubernur Jateng dengan gagahnya berani mengenakan kain wiron dan blangkon Jawa dan ternyata malah menang .Hanya Pak Joko Widodo , pejabat yang telaten dan maju terus nguplek uplek hangrungkebi budaya Jawa , toh tak mengurangi kemodernannya . Kedua tokoh ini tampaknya lebih mantap dan pantas menjadi pemimpin budaya Jawa . Sebagai penjaga budaya , pengayom budaya Jawa .Semoga selamat dari godaan korupsi . Ini bukan kami tak mengapresiasi ,yang lain lain yang dengan sadar merasa terpanggil untuk menyelamatkan warisan leluhur dari ancaman kekinian , walaupun sekedar hanya nanggap wayang , seperti dilakukan di kantor MK ,di RT RT dan RW RW . Atau yang tanpa modal yaitu berbicara dengan bahasa daerah dengan sesamanya , mengenakan pakaian daerah , memiliki kaset kaset gending gending daerah , minimal agar anak cucu pernah mendengar suara gamelan , pernah mendengar orang berbahasa daerah , bahkan termasuk Ibu Iriani Ratnaningsih yang juga dengan gupuhnya berusaha melestarikan budaya Jawa , Karena kami takut jika dianggap kumowani dan kuminter kami enggan untuk mengutarakan uneg uneg kami sekalipun hal itu menurut kami penting . Apaboleh buat dengan minta maaf cara Jawa lebih dulu sebagai warga bangsa , kami ingin mengajukan gagasan dan urun rembug bahwa sebaiknya orang daerah yang baik baik tak usah selalu nenggo dawuh (dawuh itu tak akan ada ) dan harus plek mengikuti contoh contoh yang belum tentu cocok dengan realita daerahnya , Pusat kadang kadang kurang mengerti secara detail dengan masalah daerah , lebih lebih budayanya yang bemacam macam , yaitu budaya budaya daerah , kebiasaan daerah , adat istiadat daerah . Yang penting jangan mbalelo . Karena sudah ada otonomi .bahkan orang daerah harus mengembangkan budaya yang lebih berdaya guna mencari model yang lebih kreatif , mendidik dan yang lebih cocok dengan masyarakat setempat tetapi juga tak usah mencari yang neko neko yang sulit diterima orang daerahnya , misalnya cukup menjujung tinggi melestarikan meningkatkan kualitas , mendalami falsafah warisan leluhur , karena memang hanya paham kedaerahan itu yang cocok dengan daerahnya . Orang Batak memelihara dan mengembangkan budaya Batak , orang Sunda memelihara dan mengembangkan budaya Sunda , orang Jawa bebas memelihara dan mengembangkan budaya Jawa , demikian pula orang Minang , orang Bugis , orang Papua dan lain lain , bebas memelihara dan mengembangkan kebudayaannya masing masing dan itu dijamin Negara sesuai dengan Pasal 32 UUD 45 . Mudah mudahan tidak diamandemen lagi . Yang lain diikutkan untuk melengkapinya dan jangan terbalik . Tak usah ikut bergoyang , bergoyang tak ada gunanya , jika setempat punya bekso dan gending yang bagus bahkan lebih bagus , tak perlu berdangdut ria , nge-rock ,jika setempat ada dalang dan punya wayang . Yang ngati ati , yang gemi , yang nastiti , irit , tak usah ikut ikut ngawut awut uang rakyat yang membuat orang curiga .Sesuai dengan habitatnya orang daerah hendak lebih berbudaya sebab adanya budaya ya didaerah . Yang disebut budaya nasional itu , ya kumpulannya budaya budaya daerah itu , tak perlu mengarang ngarang lagi .. Orang daerah yang punya budaya harus lebih pinter berbudaya , menjujung tinggi meluhurkan budaya , mempertahankan , mengembangkan budayanya , atau sama sekali jangan melecehkankan budaya sendiri , mengagung agungkan ( menjujung ) budaya lain . Yang disebut budaya itu memang budaya daerah , tak ada budaya selain budaya daerah , begitu menurut UU nya . Penjaga budaya asli yang tradisional dan terakhir tak boleh sendirian , tak mungkin dapat mengatasi penetrasi yang begitu dahsyat dari budaya lain dan hendaknya semua kawula bukan hanya mengandalkan penjaga budaya yang tradisional menjadi penjaga budaya , semua kawula harus lebih cocern dengan budayanya yang penuh dengan kebijakan kebijakan , kearifan kearifan lokal yang penuh dengan kehalusan , kesantunan , tidak ugal ugalan dan tidak brangasan . Tidak tawuran dan selalu udreg udregan . Jika seandainya yang selama ini tak berubah , tak ada perubahan berpikir dan bertindak , maka diramalkan bahwa dalam tempo yang tak lama kelak akan tampak di kolam bhineka tunggal ika , tak ada unsur bhineka dari Jawa atau Sunda , tak lagi ada unsur unsur yang kecil kecil , hanya akan ada ikan yang tunggal saja , yang galak dan menangan . Tak lama ,tinggal satu generasi lagi budaya daerah akan kukut . Jika selama ini, semua cuek terhadap budaya daerahnya sendiri , maka bukan salahnya budaya lain menggusur budaya asli nenek moyang kita , melainkan kita orang pribumi sendirilah yang kill our own cultures , reject our own identities . Satu saat bahasa bahasa daerah hilang , adat istiadat berganti , seni seni , seni gending , seni tari , wayang yang penuh dengan tuntunan kearifan kearifan makin jauh dan hilang . Keredupan ini sudah lama mulai , semua tak sadar atau cuek baik yang berwenang maupun yang warga biasa (?) . Waspadalah jangan kaget lagi jika sebentar lagi musnah . Kesimpulannya ternyata kalau kita renungkan ada Bhineka Tunggal Ika yang baik , dan ada Bhineka Tunggal Ika yang tak baik . Yang baik ialah jika anggauta anggauta pluralis menginginkan hidup bersama yang didasarkan pada ukuran ukuran baik secara umumnya , misalnya ada toleransi , pengendalian diri , introspeksi kesetaraan ,saling menghormati eksistensi masing masing , menghormati habitat masing masing , menghormai budaya masing masing , gotong royong , berniat maju bersama , jujur dan yang semacam itu . Yang jelek jika masing masing anggota pluralis mengabaikan kebersamaan , ingin menang sendiri ,ingin hidup sendiri , ingin menggusur yang lain , culas , tak jujur , serakah , tamak, adigang adigung adiguna , mentang mentang , dan yang semacam itu . “ Keragaman adalah kehendak Tuhan , sehingga harus dilihat sebagai anugerah dan kekayaan negeri ini . Konflik yang bernuansa etnis atau agama yang melanda sejumlah daerah tidak bisa hanya ditanggapi dengan keprihatinan tetapi harus segera dijawab . salah satu jawabannya dengan memasukkannya pendidikan multikultural dalam kurikulum pendidikan formal dan non formal serta membangun karakter bangsa . “ Kompas , 27 -2-2010 . Namun yang lebih penting harus ada petak petak sekat sekat dan rambu rambu dari Bhineka Tunggal Ika yang membuat orang aman dalam bumi dan habitatnya masing masing atau dengan aturan aturan yang tak merugikan salah satu pihak Dalam bahasa Cinapun (Mandarin ) juga ada sekat sekat seperti itu malah seperti ancaman misalnya “ San yu san bao ,e you e bao Bu shi bu pao , shi hou mei tao “ Pada waktu sekarang bagaimanapun juga orang non pribumi (Cina ) sedang sangat jauh diatas angin dalam segala bidang mungkin pengaruh tahun macan .Sementara orang pribumi ( terutama pemimpin pemimpinnya ) yang homo economic , yang pintar pintar , yang rasionalis , yang menjadi pemimpin rakyatnya , berpangkat tinggi dan menjadi pengurus rakyatnya sedang berkelahai mendapatkan jatah jatah yang lebih besar , atau bertengkar karena uang , orang non pribumi (Cina ) ber- silent operation memproduksi keuntungan keuntungan yang lebih besar , dan tahu tahu semua yang ada habis dibelinya . Seperti di depan hal yang demikian sudah kami beritahukan jangan sampai kemajuan berubah menjadi seperti jebakan tikus, katon seperti makanan yang menggiurkan ternyata didalamnya terdapat racun yang berbahaya . Kemajuan yang terlalu cepat akan menyebabkan kesenjangan semakin besar . Sangat berbahaya jika kesenjangan begitu besar akan menyebabkan kecemburuan social yang besar dan ekor ekornya .
































SUPLEMEN AGGRA INSITUTE TAMAN BELAJAR PLURALISME MULTIKULTURALISME Gambar Bhineka Tunggal Ika Rwaneka dhatu winuwus wara Budha Wisnu bhineka rakwa ring apan kena parwanosen mangkang Jinatwa kalawan Sinatwa tunggal BHINEKA TUNGGAL IKA TAN HANA DHARMA MANGROWA (Sutasoma ) Disunting oleh : ASRI BINTORO BHINEKA TUNGGAL IKA . Untuk dan pada Konferensi Internasional Budaya Sunda 1 di Bandung pada tanggal 23 -25 Agustus 2001 , berserulah Bapak Ayip Rosidi , ahli budaya , dan budayawan Budaya Sunda yang tak diragukan kesetiaan ,kecintaan dan keahliannya dalam menghayati budaya Sunda , yaitu budaya leluhurnya yang harus tetap dipusi pusi dan dijunjung tinggi , dimemule dan dilestarikan , “ Di antara negara dan bangsa di dunia . Indonesia adalah salah satu yang mempunyai budaya sangat beragam .Keberagaman itu dilembagakan dalam lambang Negara “Bhineka Tunggal Ika “ beragam macam namun satu jua . Akan tetapi keragaman itu walaupun sering dibangga banggakan secara verbal , tidak pernah secara konseptual dan berencana dijaga dan dipelihara bahkan “ dikalahkan oleh jargon persatuan dan kesatuan “ yang bersifat monolitis . tetapi yang juga tak pernah diuraikan secara konseptual . “ Mungkin orang menganggap terlalu dramatis bila kami katakan bahwa Pak Ayip Rosidi telah dapat melihat apa yang sudah terjadi dan akan terjadi dengan Bhineka Tunggal Ika baik diwaktu dekat maupun waktu yang agak panjang sedikit lagi , yang diakibatkan kekeliruan kita ,lebih lebih yang kuasa yang memikul amanah sebagai pemuka ,pengarah, pembawa bangsa (Ing ngarso , mangun karso , ing madya sung tulada dan ing wuri handayani dan hangayomi , atau kurang tepatnya kita memahami Bhineka Tunggal Ika . Bhineka Tunggal Ika adalah tuntunan yang dilembagakan dalam pasal pasal UUD 45 yang Alhamdullilah tidak ikut diamandemen oleh orang orang reformis yang mengaku lebih bijak , namun hingga 10 tahun belum menemukan solusi mengatasi kekalutan yang diciptakannya . Founding father kita telah meneruskan nasehat atau kebijakan yang diwarisi dari para leluhur kita yaitu , Bhineka Tunggal Ika yang dinukil (quoted ) dari kitab Sutasoma karya Mpu Tantular pada masa kerajaan Majapahit , lalu dilembbagakan dalam pasal UUD 45 , Mengingat bahwa menurut historisnya timbulnya kebijaksanaan itu sebagai upaya mengatasi pertikaian masyarakat , antara golongan politik dan agama yaitu antara Budhis dan Hinduis yang laten sejak adanya kerajaan Hindu di Jawa . Misalnya pertikaian sejak kerajaan Mataram I yang melibatkan golongan Syailendra yang Bhudis dan golongan Iscana atau Sanjaya yang Hinduis , pertikaian itu lalu beralih ke selatan di kerajaan Baka dan ketimur ke Jenggala . Betapa kejamnya pertikaian itu , disana pertikaian itu malah sempat menghabisi dynasti Dharmawangsa sekeluarga dan para kawula dengan kejam dan tanpa sisa . Diatas puing puing kehancuran , lalu dibangunlah kembali kerajaan Jenggala di bawah pemerintahan raja Airlangga . Raja Tunggul Ametung yang mewarisi kerajaan Tumapel atau Singhasasri diceritakan telah merampas puteri seorang pendeta Budha yang bernama Kes Dedes yang atas perbuatannya harus menerima pembalasan dari Ken Arok yang mewakili golongan Hinduis . Saling membunuh itu tak berhenti meskipun Ken Arok yang Hinduis telah mengawini Ken Dedes yang Budhis , sebagai manifestasi bertemunya dan bersatunya antara golongan Budhis dan Hinduis , tetapi ternyata bunuh membunuh masih berlanjut karena kekuatan keris Empu Gandring yang sakti yang dikuatkan dendam pribadi juga ikut main dalam perpolitikan Negara . Kutug dan ancaman Empu Gandring , ingin menuntut balas ternyata bukan omong kosong , nyata nyata menghabiskan hampir seluruh keluarga Ken Dedes Itu baru berakhir ketika keturunan Ranggawuni yang diungsikan yaitu Prabu Kertanegara kembali lagi ke Singasari dan berhasil menjadi orang kuat dan berhasil mengatasi kemelut yang terus menerus terjadi . Sebagai orang kuat Prabu Kertanegara ini mengangkat diri sebagai Siwabudha menjadi tetungguling kedua golongan Siwa dan Budha sekaligus yang memberikan ilham untuk terciptanya seloka bhineka tunggal ika tan hana dharma magrowa ,yang kelak dibukukan dalam kitab atau diabadikan kedalam kitab Sutasoma oleh pujangga Empu Tantular yang kemudian menjadi atau dijadikan pegangan atau agana agememing aji kerajaan Majapahit . Justru kedatangan resmi orang Cina pertama kali ke nusantara ini ialah ketika Prabu Kertanegara memerintah . Adalah utusan kaisar Cina , Khu Blai Khan . bermana Menchi , menyampaikan pesan kepada Prabu Kertanegara , untuk menyerah dengan baik baik dan menjadi vassal negeri Cina . Tanggapan Prabu Kertanegara sungguh diluar dugaan , tanpa menghormati tata cara diplomatik yang benar , beliau menjawab tawaran kaisar Khu Blai Khan itu dengan melecehkan dan menyiksa duta Cina . Menci yaitu dilukai wajahnya dan diusir kembali ke negaranya . Anehnya sejak itu malah selalu ada hubungan orang nusantara dan orang Cina , yang kadang kadang diwarnai dengan ketegangan ketegangan , kadang kadang berbaikan , bahkan banyak sekali terjadi percampuran darah karena perkawinan . Anggota tentara Cina yang melarikan diri masuk hutan akhirnya mengawini perempuan penduduk pribumi . Lalu kedatangan sinkek sinkek sebelum ada kapal besar, orang laki laki Cina merantau ke nusantara ini , lajangan dan mengawini perempuan penduduk pribumi . Siapa yang membawa seloka Bhineka Tunggal Ika masuk kedalam UUD 45 ? Siapakah yang membawa seloka berbahasa Jawa Kuno atau Sanskerta kedalam UUD 45 ? Logikanya adalah wakil wakil bangsa Jawa yang ingin me Jawanisasi UUD 45 . Tetapi ternyata bukan . Orang Jawa sudah lama menghancurkan jati dirinya karena sudah menjadi orang modern , sejak jaman Sumpah Pemuda 1928 Javaisme sudah ditinggalkan oleh orang Jawa sendiri , yang ketakutan dituduh mau men Jawanisasi kembali nusantara ini , takut menjadi bukan orang modern , takut dikatakan tidak nasionalistis , kolot dan gugon tuhon .Angin begitu kencang , baik oleh orang luar Jawa maupun orang Jawa yang ingin mendapat identitas modern .Betul bahwa sidang BPUPKI itu diketuai oleh Dr. Rajiman Wiryodiningrat ,orang Jawa tulen dan yang anggautanya juga banyak orang Jawanya , namun untuk mengemukakan Jawaisme belum tentu memiliki nyali , berkenaan takut dituduh mau men Jawanisasi sidang atau membawa sidang dari untuk ursan modern ke daerah kekunoan . Sungguh diluar dugaan , karena ternyata putra Munangkabau yang kontroversial dan bersuara vokal , yang telah berhasil atau dapat membawa suatu kekunoan Jawa ke tengah sidang nasional yang mencurigai kembalinya Jawanisasi . Membawa seloka dari kitab Jawa Kuno atau Sanskerta kedalam kancah perdepatan sidang BPUPKI , tentu tak mudah , tetapi hal itu dapat dilakukan oleh Prof. Mr. Mohamad Yamin, putra Minangkabau yang bergelar mester in de rechten (ahli hukum ) . Barangkali karena beliau bukan orang Jawa tak mungkin dicurigai sebagai mau men Jawanisasi politik di Indonesia dan kecuali itu karena beliau berpendidikan modern tak mungkin akan menyeret Indonesia ke masa masa yang kuno . Beliau orang luar Jawa yang jatuh cinta pada budaya Jawa dan telaten nguplek uplek , menggeluti budaya Jawa yang kuno kuno , sehingga dapat menemukan temuan temuan penting sebagai asupan kedalam UUD 45 yang baru disusunnya . Begitu cintanya dengan yang berbau Jawa bahkan beliau akhirnya mengawini putri bangsawan Jawa yang masih saudara raja Solo . . Beliau satu satunya orang yang dapat memasukkan unsur unsur Jawa yang tak akan diprotes sebagai men Jawanisasi sidang , karena beliau bukan orang Jawa , dan tak akan diprotes karena memasukkan unsur unsur kuno sebagai suatu upaya yang set back , karena beliau seorang intelektualis modern berpendidikan barat . (Pengalaman menunjukkan yang kuno kuno seperti itu diprotes oleh orang luar Jawa dicurigai sebagai akan men Jawanisasi Indonesia . Misalnya , hasil hasil Komisi Bahasa Indonesia di bawah Pak Anton Moelyono banyak yang di anulir ,karena dicurigai akan men Jawanisasi bahasa Indonesia . Sebagai gantinya berdiri Komisi Bahasa Indonesia diketuai oleh J.Badudu yang sangat terkenal . Ada tiga hal mengapa Pak Moh . Yamin dapat memasukkan unsur unsur Jawa dengan mulus dalam sidang BPUPKI tersebut . Wakil wakil orang orang Jawa yang mengerti menganggap apa yang diusulkan Pak Moh.Yamin adalah sesuatu yang memang benar . Orang orang luar Jawa yang tak mengerti , setuju saja mengingat Bapak Mohamad Yamin juga dapat mewakili unsur orang luar Jawa , yang tak mungkin akan menghadirkan Jawanisasi nusantara kembali . Bapak Muh.Yamin menggali sendiri dan memperdalam apa yang menjadi temuan beliau , karena itu dapat ,meyakinkan seluruh anggauta sidang . Bhineka Tunggal Ika tercantum menjadi Pasal 36 A dari UUD 45 . ( dengan mengalami perubahan ke dua yang disahkan 18 Agustus 2000 . Yang berbunyi : Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika Pasal 36 C Ketentuan lebih lanjut mengenai Bendera , Bahasa dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan diatur dengan undang undang . Begitulah bunyi UUD 45 berkenaan dengan Bhineka Tunggal Ika , sekedar dan sekedar menjadi semboyan dalam lambang Negara Garuda Pancasila . Demikianpun penjelasannya . Kelak pun jika misalnya Pasal 36 C dijabarkan , gambarannya tak akan jauh dari itu . Tak ada perintah atau petunjuk untuk menjadikan semboyan itu tersusun menjadi konseptual , sebagaimana dikeluhkan Bapak Pak Dr.Ayip Rosidi . Pada hal begitu pentingnya substansi Pasal 32 sebagai hakekat dari Bhineka Tunggal Ika , yang berisi idée mempertahankan pluralisme dan multikulturalisme untuk pemeliharaan jati diri bangsa dalam ke bhinekaan ,pembinaan moral bangsa , untuk penjaga hidup dalam kebersamaan yang damai , sangat mengherankan jika hal itu belum terjangkau perhatian pihak manapun . Sayang jika hingga sekarang apa yang dimaksud leluhur kita belum mendapat respon dari keturunan keturunannya yang sudah menjadi kaum modern yang praktis , pragmatis . Justru yang dapat ditangkap tak lain yang kasat mata sebagai sapta pesona yang layak dijadikan komoditi alat mencari tambahan uang , yang kemudian muspro karena di curi tangan tangan orang pintar yang jahat . (Sungguh berdosa bangsa kita ini terhadap para leluhur , jika para leluhur menciptakan sesuatu untuk tujuan meningkatkan mempertahakan budi luhur , oleh orang kini , hal tersebut sebagai menciptakan yang anah aneh (sapta pesona ) , irrasional yang patut di tonton sebagaimana halnya orang nonton kebon binatang . Mudah mudahan kita tak kuwalat ,memperlakukan karya karya para leluhur seperti itu , kalau kualat Negara akan menderita borokan yang tak sembuh sembuh sampai orang menyadari kekeliruannya dan mertobat . Meskipun tak penulis utarakan kira kira semua orang tahu bagaimana gambarannya negara yang borokan . Kalau Negara borokan semua kawula yang menderita , bukan hanya yang membuat dosa saja . Bukan kami menakut nakuti tetapi memberi warning , jangan sampai kita kena kuwalat dari para leluhur karena telah melecehkan karya para leluhur yang pada taraf membuatnyaa dibelani dengan laku laku tapa brata . Bolehlah mengetawakan sekarang , kelak akan ada penyesalannya , jika sesuatu telah menimpa . . Catatan : Soal kuwalat . Saya ingat pernah punya teman yang sangat puritan dalam beragama , sungguh sayang kurang dapat mengendalikan diri , ia mengencingi punden yang dihormati orang lain . Tak tahu apa dia kesiku atau tidak , yang jelas menyinggung perasaan orang lain ,yang sebetulnya tak usah berulah seperti itu . Begitu banyak tempat , benda , peristiwa yang disakralkan lalu diacak acak orang modern , didisvalue , dishonor , .Tak tahu kelak apa yang akan terjadi , apakah karuhun , leluhur yang mbau rekso akan balas dendam kita belum tahu , tetapi yang jelas dampak dampaknya mulai terasa . Keadaan usreg , udreg udregan terus tanpa kendat malah ndadra . Undang Undang otonomi yang sayang jika hanya jatuh pada orang yang belum menghayati benar tentang Bhineka Tunggal Ika .bahkan ada kecenderungan , Pemda akan selalu mengikuti patronnya , jika pusatnya hanya uplek gegeran ngurus duwit , so do anak buahnya . Sebetulnya ada baiknya daerah mengembangkan jati dirinya sendiri meskipun tak berarti harus mbalelo dari Pusat 'Mengapa demikian ?. Karena daerah mempunyai objek kerja yang lebih beragam . Kalau perlu daerah melindungi budayanya dari ketidak tahuan Pusat , bahwa suatu tempat perlu dilestarikan kesakralannya , karena berhubungan dengan tuah para leluhur yang mewariskannya . Sayang yang terjadi justru ikut menjual daerah sakral , kadang kadang punden leluhur untuk mengejar uang . Karena itu dengan sengaja ( karena mengetahui bahwa kandungan Bhineka Tunggal Ika itu adalah ajaran hidup dalam kebersamaan ) atau tak sengaja (karena orang belum mendalami isi kandungan ) yang ada di dalamnya , maka status Bhineka Tungga Ika tetap akan seperti yang sekarang . Selamanya . Jika dijabarkan secara konseptualpun , hanya akan berisi keterangan tentang detail gambar / phisik lambang Garuda Panca Sila dengan seloka Bhineka Tunggal Ika , Penjelasan pejelasannyapun , tak akan lebih jauh dari itu . Keadaan seperti ini adalah dampak dari pikiran yang selalu mengagungkan pikiran barat yang modern , yang selalu berpikir yang praktis pragmatis , kekinian , uang , yang beranggapan buat apa memikir yang sulit yang tak quick yielding .yang tidak mendatangkan uang .Golongan kekinian umumnya tak begitu tertarik untuk berpikir selain yang berhubungan dengan uang . Barangkali anggapan orang kini “Hanya uanglah satu satunya yang dapat meneyelesakan masalah .Semua ujung ujungnya duit . Dan pikiran yang demikian tak goyah , sekalipun pengalaman menunjukkan berangkat dari uanglah semua masalah berubah menjadi musibah “. Biarlah orang modern yang sedang gandrung hal keenomian yang akan mempunyai pikiran demikian , karena sebelum kena batunya selalu akan meremehkan warisan leluhur yang berisi wewaler wewaler yang tak quick yielding . Selama orang belum dihantam badai kesulitan menganggap upaya antisipasi seperti perbuatan yang menggelikan .Sebelum dibantig ulah neo liberisasi , belum mengerti kejamnya neoliberisasi , sebelum kena hantaman demokrasi belum tahu rasanya digebug demokrasi , sebelum jera dikerjai hukum orang menyanjung hukum , sebelum dicukur gunduli kebebasan pers mendewa dewakan pers .Nanti akan nampak orang kepayahan tertatih tatih kena santet , tetapi sebelum kena santet tak mau mendengar kata kata dukun. Barangkali faktor faktor alam juga ikut mendorong adanya perbedaan cara berpikir , atau akumulasi pikiran oranglah merubah faktor alam . Namun kita sebagai sebagai orang yang masih ingat ,perlu kiranya memperingatkan .Ingat dulu berguna , tetapi sesal kemudian tak berguna . Chines wisdom “ Wu shi bu deng san pao tian .” Seseorang tak akan pernah berdoa ke kuil jika tidak ada masalah .Kadeuheung tara ti heula . Kita turunan orang yang makmur , Nenek moyang kita yang hidup dalam alam yang subur makmur , sudah jenuh dengan kekayaan karena itu pikiran teralihkan pada bagaimana mempertahankan kedamaian , ketenangan hidup , kebersamaan , goyub rukun . Pikiran pikiran kita sejak nenek moyang tak ngongso ongso , tetapi sabar sareh nrimo ing pandum . Sebaliknya golongan yang selalu memburu kebendaan tentu berasal dari Negara Negara yang kurang subur dan kekurangan .Tak punya bahan tambang yang cukup sehingga tiap musin diburu waktu untuk secepatnya mengumpulkan bahan kebutuhan untuk mengantisipasi ancaman alam pada musim berikutnya . Mempertahankan hidup karena alam , sebetulnya dimulai dari diri sendiri , akhirnya menjadi suatu paham . Perlukah ada sesuatu yang diperlukan dan dipikirkan dalam menata pergaulan agar dunia aman damai , atau tidak atau biarkanlah diabaikan saja alam akan mengatur sendiri . Seperti yang sudah terjadi ,betapapun manusia berusaha kearah perdamaian semacam itu , kenyataan paham paham ini gusur menggusur , sebagaimana halnya dengan rotasi bumi yang juga tak mau berhenti , bergerak dan berubah . Atau justru karena pengaruh rotasi bumi itu ,isi alam ikut bergerak maju mundur , pasang surut sesuai dengan irama yang dibuat alam sendiri . Kini dalam kurun waktu ini ,golongan kekinian , westernisasi ,modernisasi dan globalisasi berada diatas roda perputaran dunia . Makanya mungkin lebih baik kita mengikuti arus , berebut terus , tak perlu susah susah menata nata , yang penting ada uang semua nanti akan beres .

Begitu barangkali pemikiran kini . Biarlah mereka orang modern yang sedang gandrung hal keekonomian akan mempunyai pikiran yang demikian , selama orang belum kena batunya memang selalu akan meremehkan nasehat nasehat yang tak quick yielding . Selama orang belum dihantam badai kesulitan menganggap usaha antisipasi seperti perbuatan yang menggelikan . sebelum dibanting ulah liberisasi belum mengerti kejamnya liberalisasi , sebelum kena hantaman demokrasi , belum tahu rasanya di gebug demokrasi . sebelum kena santet , selalu melecehkan (ngenyek ) Pak Dukun . Nanti akan tampak seorang yang payah kena santet , tertatih tatih untuk datang memohon bantuan pak Dukun . Chinese wisdom juga mengatakan “ Wu shi bu deng san pao tian “ yang artinya seorang tak akan berdoa ke kuil jika tak ada masalah . Namun kita sebagai orang yang masih ingat , perlu memperingatkan bahwa sesal kemudian tak berguna . Kadeuheung tara ti heula .
Menurut aluran ceritanya (filsafatnya ) Bhineka Tunggal Ika bukan seloka nglengkoro (kata kata tanpa makna) , atau bukan sesanti tanpa aji (arti ) , bukan jimat yang tanpa kasiat , melainkan upaya atau instruksi untuk menghentikan pertikaian yang tak henti hentinya dan untuk menciptakan kedamaian di bumi ini . “Simbolisme merupakan warisan sejarah Jawa yang sangat penting untuk dikemukakan disini ialah simbul upaya perdamaian , kerukunan hidup bersama ,yang diwariskan dari jaman kejayaan kerajaan Majapahit dibawah pemerintahan Hayam Wuruk dan Maha Patih Gajahmada .Simbul tersebut sangat bermanfaat bagi kehidupan bernegara , yaitu sebagai lambang kesatuan dan pemersatu bangsa , yang telah dibuktikan pelaksananya oleh Maha Patih Gajah Mada . Pertama , seloka Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrowa ( berbeda beda tetapi sesungguhnya satu , memang tak ada kebenaran yang mendua ) .Seloka ini terdapat dalam kitab Sutasoma karya Mpu Tantular , pujangga jaman itu . Bunyi bait selengkapnya dalam kitab Sutasoma tersebut adalah sebagai berikut , = Rwaneka dhatu winuwus para Budha Wisnu , bhineka rakwa ring apan kena parwanosen mangkang Jinatwa kalawan Sinatwa tunggal , BHINEKA TUNGGAL IKA tan hana dharma mangrowa (Sutasoma 135 ; 5 ) = (Disebutkanlah dua perwujudan beliau Budha dan Siwa konon keduanya itu berbeda oleh karenanya dapat dibagi dua , demikianlah kebenaran Jinatwa dan Sinatwa itu satu BERBEDA BEDA TETAPI SESUNGGUHNYA SATU ,memang tidak ada kebenaran yang mendua ) . Kebenarannya tak meragukan . Kedua , Bendera Gula Kelapa , yang merupakan bendera kerajaan Majapahit . Bendera ini berwarna merah putih .Merah berasal dari merahnya warna gula , dan putih seperti putihnya isi buah kelapa ,lambang sifat berani dalam membela kebenaran yang suci . Warisan yang berupa kedua simbol ini sekarang dipakai oleh Negara dan seloka Bhineka Tungal Ika diabadikan dalam lambang Garuda Pencasila , sebagai seloka persatuan bangsa . “ ( Simbolisme Dalam Budaya Jawa , oleh Budiono Herusatoto ) . Dahulu pertikaian bangsa disebabkan adanya pertikaian golongan agama dan yang dinamakan kekuatan golongan agama adalah juga kekuatan politik waktu itu . Begitu juga pendapat Pak Sudjiwo Tejo tokoh budayawan Jawa yang sering mengaku sebagai dalang edan . Pertikaian antar golongn politik adalah pertikaian golongan agama , yang waktu itu adalah agama Budha dan Wisnu (Hindu ) . Founding father kita telah membawakan nasehat yang diwarisi dari leluhurnya yaitu Bhineka Tunggal Ika . Kalau permasalahan (bhineka ) yang dulu hanya terdiri dari dua golongan agama yang dapat juga disebut dua golongan politik yang berhadapan dan bertikai , namun bhineka sekarang meliputi berbagai aspek kehidupan yang pluralistis dan multikulturalistis ., Phenomenanya ialah adanya berbagai suku bangsa di negeri kita , adanya berbagai kepercayaan , berbagai bentuk budaya , bahasa , adat , kebiasaan , tradisi , keyakinan politik Semua itu bukan barang mati , tetapi sesuatu yang dapat bergerak atau digerakan untuk berinteraksi dalam pergaulan bersama , dan dalam ruang yang sama . Kebijakan Bhineka Tunggal Ika dimaksud mengantisipasi agar semua pergerakan itu jangan sampai kacau balau ,saling bertabrakan dan tungganglanggang , yang berujung pada suatu yang merugikan seperti halnya bertikaian pada masa lalu yang tak kunjung habis . Misalnya ; Adanya berbagai suku bangsa di Negara kita , tak usah menyebabkan keributan saling usik mengusik , usil mengusil , saling desak mendesak ,gusur menggusur yang disebabkan karena memperebutkan sesuatu . Yang diharapkan tetap rukun bersatu dan damai , saling membutuhkan , saling harga menghagai , saling hormat dan saling tolong menolong . Adanya berbagai kepercayaan tak usah menyebabkan keributan karena berebut benar . Adanya berbagai bentuk budaya daerah tak usah menyebabkan persaingan meperebutkan keunggulan , dan saling mematikan sehingga satu budaya dapat hilang dan malah digantikan budaya lain .Jangan sampai dua anjing berebut tulang , anjing ke tiga yang medapat tulangnya ‘. Biarkan semua hidup berbagai pernik pernil budaya yang berwarna warni justru menambah keindahan .Yang diharapkan saling menghargai ,saling menikmati dan saling menghayati . Yang uangnya banyak tak usah mengagul agulkan kekayaannya yang menyebabkan orang atau budaya orang lain mati , Yang mempunyai massa besar jangan meresa menang sendiri dan mempunyai tanggung jawab sendiri , sehingga mengabaikan golongan minoritas . Adanya berbagai bahasa , bahasa yang satu tak usah berusaha mematikan bahasa yang lain agar bahasa sendiri dapat berkembang dan hidup subur .dan meremehkan yang lain . Pengalaman yang sudah dalam jaman apapun sekalipun tak ada bahasa persatuan yang dipaksakan , orang tetap rukun rukun saja dan dapat berkomunikasi dengan baik . Atau kalau maju sepesat pesatnya yang tanggung tanggung sebetulnya bukan hal sulit menjadikan bahasa Inggris menjadi bahasa harian dan global kita , bahasa yang nyata nyata telah menjadi bahasa yang dapat untuk berkomunilasi di seluruh dunia , praktis dan bahasa bergensi , asal niatnya memang begitu . Mengapa dipilih bahasa yang masih dalam penataan , untuk dijadikan bahasa nasional , dengan menggusur bahasa daerah ? Toh nyatanya sekarang bahasa Inggris banyak dipakai orang baik formal maupun informal , bahkan ternyata dengan cakap berbahasa Inggris menaikkan martabat orang jauh diatas orang yang tak bisa berbahasa Inggris . Datanglagi bahasa Mandarin . Demikian masih banyak hal hal yang berhubungan dengan aktivitas hidup manusia bermasyarakat sebagai misalnya adat kebiasaan , tradisi bahkan keyakinan politik mereka , perlu ditata dengan baik dalam kerangka Bhineka Tunggal Ika . Kami tak akan berpanjang cerita , namun ingin memperjelas apa yang kami kemukakan dengan sebuah perumpaman . Misalnya Bhineka Tunggal Ika itu sebuah kolam besar kolam bhineka tunggal ika ,disitu hidup berbagai macam ikan dalam kolam yang sama , dari ikan yang paling lemah dan kecil, lalu ada ikan yang gedean lagi sedikit , lalu ada lele , ada gabus dan ada gurami dan ikan yang paling berbahaya piranha . Jika tak diberi sekat sekat ,betapa hingar bingarnya dan gaduh dan kacaunya ikan ikan itu .Yang besar mengejar yang kecil yang buas memangsa yang lemah , yang ganas ganas mengudak udak yang tak berdaya , yang tak dapat melawan lari sembunyi sambil kelaparan .Barangkali yang dimaksud oleh bhineka tunggal ika adalah sebuah amanat , ada banyak jenis ikan dalam kolam , buatlah sekat sekat yang memisahkan mereka yang dapat melindungi mereka , agar mereka dapat hidup tenang dalam lahannya masing masing ,agar mereka dapat hidup aman tak saling ganggu ,dan masih dalam satu kolam bhineka .
Itulah Pak Ayip , Bhineka Tunggal Ika memang belum pernah diuraikan secara konseptual atau sengaja tak akan diuraikan secara koseptual .Kecuali orang tak paham tentang Bhineka Tunggal Ika ,yang mengandung falsafah kuno , spiritualistis , irrasionalistis ,hidup dalam kebersamaan , yang pluralistis dan multikulturalistis , tetapi mungkin memang tak sadikit orang yang tak menyukai adanya sekat sekat , aturan aturan yang membatasi kebebasan manusia , kebebasan untuk berkreasi , berinovasi , memasuki persaingan , bebas menentukan arah sendiri, igin maju lebih cepat sendiri , ingin slamet sendiri , tanpa memikirkan orang lain yang belum siap untuk terjun dalam persaingan , tanpa memikirkan golongan minoritas , minoritas dalam daya pikir , jumlah , kemampuan , yang tak mungkin bersaing , Golongan ini adalah golongan orang modern yang serba praktis ,pragmatis , yang mendewakan rasionalisme tetapi tak pernah hidup rasional , yang modern dan beraliran western dan sudah mencampakan ajaran ajaran kuno yang tepo slira , yang kami maksud sebagai golongan kekinian barangkali tak mengenal tepa slira . Golongan yang ini memang selalu berseberangan dengan golongan yang selalu ingin melindungi yang lemah dan yang tak dapat melawan perlakuan dari yang kuat . Begitu kuatnya golongan ini hingga sanggup membungkam semua karya baik orde lama maupun orde baru , yang cendrung mengingatkan kita pada pesan pesan leluhur ..
Dan bukan seloka Bhineka Tunggal Ika saja yang mempunyai nasib tak mendapat perhatian , dan nasibnya menjadi remang remang , tetapi justru perhatian terhadap Pancasila falsafah hidup bangsa , yang menjadi inti dari cita cita luhur bangsa , juga cita cita adil makmur , sumber hukum , haluan Negara , sudah menjadi bureng ,tak jelas masih ada atau tidak , cita cita sejahtera bersama masih ada atau tidak . GBHN masih ada atau tidak . Pak Ayip , kita semua yang satu pendirian tak perlu emosi , sekalipun melihat orang orang kita yang tergusur , budaya kita yang tercampak .Itu risiko berdemokrasi . dalam demokrasi orang yang tak mengertipun dapat menjadi penguasa , yang kuasa tetapi tak mengerti memang mrenyebalkan .
Membumikan Bhineka Tunggal Ika tampaknya memang tidak mudah disebabkan banyak adee idée tentang perlindungan , bimbingan dan proteksi , arahan dari sang pranata ,kepada masyarakat dan itu ditentang orang yang tak suka ditata tata , orang orang yang menyukai kebebasan , kemerdekaan individu , yang suka persaingan bebas , liberal .Demokrasi yang ada dapat menghancurkan pluralisme dan multikuturalisme yang sedang kita bicarakan . Demokrasi juga dapat berseberangan dengan Bhineka Tunggal Ika .Demokrasi mayoritas bisa jadi dictator mayoritas yang menghancurkan bangsa dan akan dimusuhi bangsa bangsa lain . Sebelum demokrasi ditata sesuai dengan Bhineka Tunggal Ika adalah demokrasi yang berbahaya , seperti demokrasi dalam kolam ikan yang basar .
Memang golongan ini yang ideenya berasal dari penjajah barat selalu berseberangan dengan golongan idealis kaum yang sepaham dengan founding father kita . Kalau saja golongan liberal ini dari dulu sudah dapat masuk dalam BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan ) sulit dibayangkan bahwa UUD 45 dapat terselesaikan , sama halnya dengan peristiwa Konstituante hasil pemilihan umum tahun 1955 , bersidang dari sejak 1955 sampai dengan 1957 tak dapat menyelesaikan tugasnya karena tak pernah ada kata sepakat . Bahkan golongan ini selalu bergerilya dalam berupaya meredusir UUD 45. Ini bukan cerita yang ngawur , bahkan suatu waktu barangkali akan ada amandemen anmendemen . Dengan jalan mengamademen pasal pasalnya akan sampai pada tujuan mereka tercapai . Meskipun kita dari golongan orang yang terlalu mencintai milik kita sendiri , kadang kadang ada orang lain yang lebih kuat yang berusaha merampasnya . Sudah sejak permulaan kemerdekaan pluralisme dan multikulturalisme tak berjalan sebagai mana mestinya , karena selalu digoda liberalisme , Ada gagasan yaitu timbulnya kesadaran untuk kembali kepada Uang Undang Dasar 1945 , kembali kepada kepribadian sendiri , kembali kepada pergaulan bangsa secara timur yang ramah , saling asah saling asuh dan saling asih , kembali pada demokrasi tetapi yang sudah mempunyai arahan yang jelas , cara mengatur kemakmuran bersama dan membangkitkan kepribadian sendiri yang perlu dibangakan dan tak dihancurkan sama sendiri . Orde barupun kemudian melanjutkan upaya orde lama , yang jelas membumikan Pancasila , pedoman bangsa , pedoman budi luhur , pedoman untuk pengendalian diri , untuk memurnikan jati diri , harga diri , kepribadian bangsa sendiri , nasionalisme dalam arti persatuan bangsa , untuk menambah kewibawaan pemerintah , sayang semua berakhir dengan kegagalan , tak kuasa mempertahankan diri dari maneuver paham yang ternyata sudah mengglobal jauh lebih kuat .
Ternyata selain Pak Harto hanya dikelilingi oleh manggala manggala yang memenuhi istana ,semuanya penipu dan pendusta dengan janji janji dan sumpahnya palsunya . Manggala manggala yang cidra prasetyanya dan harus memanggul dosa yang lebih besar karena orang ini adalah pengajar yang “ militant “ tentang P 4 , yang lari dari tanggung jawab. Ikut ikut melecehkan ajaran yang diajarkannya , pada hal belum pasti ajaran itu tidak baik dan menyesatkan . Memang manggala manggala yang mengaku penyebar kemuliaan Pancasila , budi luhur, sesungguhnya bukanlah orang yang baik . Mutiara yang keluar dari mulut musangpun tetap mutiara , tetapi mutiara yang dikuasai musang menjadi barang yang tak bermanfaat .
Ternyata hanya manusia biasa yang tak ada apa apanya , Bukan orang yang bisa dipercaya , bukan orang yang mempunyai tanggung jawab dan bukan orang yang punya intergritas yang tinggi . dalam papatah Cina dikatakan jika pohon itu tumbang maka monyet monyet yang ada disitu berlarian tunggang lamggang .”Shu tao hu , san san “.Sebetulnya figure figure semacam ini sudah harus masuk kotak . Bagaimana Bhineka Tinggal Ika sesudah reformasi . Masalahnya sekarang bukan anti atau tidak . Yang menjadi masalah adalah bahwa maksud kandungan Bhineka Tunggal Ika dapat dijangkau atau tidak oleh rejim yang berkuasa ini .
Rejim ini merupakan rejim westernis yang paling extrim , hampir tak satu kalimatpun kata kata kearifan lokal pernah terdengar . Sulit dipahami mengapa rejim ini menjadi rejim super modern , dengan ciri kekinian yang lengkap , yang sedikitpun tanpa pernah mempedulikan kearifan lokal , soal aklak dan moral. Rejim ini rejim yang paling tak takut terhadap kekunoan , tak ada pikiran lain selalin ekonomi dan uang . Yang sakral sakral pun diturunkan menjadi piranti mendulang uang .Apa yang sedangberjalan belum dapat dinilai . Belum dapat dinilai dan memang tak ada yang mempunyai kompetensi untuk menilai .Semua sedang berproses , sedang berjalan .
Penilaian dan pujian pujian oleh orang orang kini sebetulnya adalah penilaian bohongan , hanya karena ketakutan dihajar kalau tak membongkok bongkok , kalau tak memberi gelar kehormatan kalau tak nyembah nyembah , kalau penyambutannya salah , kalau laporannya tak aspal atau asbun. Tetapi lihat , begitu yang diberi pujian berlalu ,meninggalkan tempat itu yang tinggal hanya sumpah serapah dan umpatan umpatan yang memanaskan kuping .
Tak percaya ?
Yang jelas keadaan usreg dan udreg udregan terus tanpa kendat , malah ndadra , namun kalau kita berpikiran biar usreg terus lama lama kita biasa dan tak risi lagi .
Udreg udregan menjadi hal biasa , kita tak risi , tawuran menjadi biasa ,kita menjadi tak risi lagi melihat kemiskinan , orang tak bisa sekolah dan tak bisa membayar rumah sakit , menjadi biasa dan kita tak risi lagi seolah kita telah kita telah tanpa masalah , tata tentrem kertarahajo.
Tampak tak akan ada harapan masalah Bhineka Tunggal Ika mendapat tanggapan ,jalurnyapun sudah lain .
Kegagalan yang tersebut tadi memang dapat dijadikan sebagai pelajaran yang sangat berguna bagi yang ingin mempertahankan warisan ajaran budi luhur nenek moyang khususnya orang pribumi , umumnya orang orang timur , yang diteruskan oleh para founding father kita , Hanya kita harus bersabar kembali menunggu golongan kekinian hilang (?) . Golongan kekinian tak peduli ras apapun , tak peduli golongan non pribumi (Cina ) maupun golongan pribumi .Karena mereka golongan orang orang tamak akan hilang sendiri karena mereka akan bertempur saling berebut sama sendiri dan mati . Sayang ada peribahasa , hukum besi yang sudah kuno makuno , gajah sama gajah bertanding , pelanduk masti ditengah tengah . Orang kaya dan orang kaya betempur orang miskin terjepit ditengah tengah . Waspadalah . Untuk melihat Bhineka Tunggal Ika menjadi pegangan yang konseptual (yang benar ) , barangkali kita harus menunggu sekian lama lagi , sampai generasi tua habis , yang berarti jaman sudah berganti . Mudah mudhan yang muda lebih bijak “Shu lao gen duo ren lao si duo “ Pohon semakin tua akarnya semakin banyak ‘orang semakin tua wawasannya semakin luas “. Tak apa , Tuhan tentu lebih Wikan .


Dalam Imlek 2010 ini banyak Peminpin orang non pribumi(Cina ) yang menyitir sitir Bhineka Tunggal Ika Tan hana Dharma Mangrowa . Sukurlah . Meskipun maksudnya mungkin khusus untuk manyelamatkan etnisnya saja , yang jelas pernah mengertinya . Sorry , ini teka teki yang tak serious , tapi serious . Serkarang setelah uraian ini bagaimana pikiran orang orang non pri (Cina ) yang sudah berhasil menjadi sangat kaya ?
Apa masih belum merasa kaya juga ? “San buy an kao hay buy an shen “ Gunung tak puas tingginya , laut tak pernah puas dengan kedalamannya . Hal yang biasa .
Kuatir kekayaannya berkurang atau hilang hingga perlu mengamankan kalau perlu di luar negeri . Jika demikian maka betul betul Bolehlah orang yang merasa kuat , merasa menang , merasa pinter , sekarang tersenyum bangga , tetapi diatas langit masih ada langit “ Tian Wei you tian ren wai you ren dan ada lagi di dunia ini tak ada pesta yang tidak berakhir .

“tian xia mei yu pun san de yan xi “
Sura Diro Jayaingrat Lebur Dening Pangastuti ., meskipun tak diapa apain kalau sudah titis tulisnya golongan ini juga bakal kukut , kukut oleh ulah sendiri . BHINEKA TUNGGAL IKA TAN HANA DHARMA MANGROWA.bintoro