Budaya Pluralis 3

Diposting oleh Asri Bintoro on Kamis, 17 Mei 2012

BUDAYA PLURAKISME 3
AGGRA INSITUTE
TAMAN BELAJAR PLURALIS DAN MULTIKULTURALISME
18. SEBUAH RENUNGAN 2 .
Bahwa kita belajar sesuatu tanpa target , tentu tak masuk akal . Belajar tentang Pluralisme dan Multikulturalisme ,maksudnya ialah untuk mengenali berjenis jenis budaya di tanah air yang dapat dijadikan guidance untuk hidup dalam kebersamaan ditanah air yang nyatanya memang penuh dengan keadaan yang plural dan multikultural , hidup yang tata tentrem kerto raharjo . Tata mempunyai arti keteraturan disegala bidang kehidupan , tentrem ialah ketenangan dan damai ada dimana mana , tak ada gejolak , kerta raharjo adalah sehjahtera untuk semua orang adil makmur dari yang atas sampai dengan bawah .
Faktanya dalam dunia nyata selalu ada dua pilihan yang digelar .
Kita selalu dipameri serba kemewahan , dan keadaan yang berlebihan yang memotivasi atau menyeret agar kita belajar mengambil atau memilih contoh hidup dalam dunia baru seperti diajarkan oleh orang modernisasi , yang penuh dengan glamur sanggup memenuhi ambisi dan aluamah sebesar besarnya dan itulah yang tengah melanda dan menjadi imipian manusia masa kini . Kaya , sandang pangan papan berlebihan , bebas ngumbar hawa (bagi yang bisa ) , hedonistis ,.materialistis ,tak usah memikirkan orang lain .Yang penting orang bisa menikmati hidup sepuas puasnya . Kaya sekaya kayanya .Untuk mencapai tujuan tersebut orang harus bersaing , harus menjadi kuat untuk gontokan, tak perlu memikirkan orang lain selain yang dapat memberi keutungan bagi dirinya . Tak usah memikirkan orang lain yang lemah yang tak berdaya , tak mempunyai kemampuan untuk bersaing . Masing masing sajalah .
Namun masih ada diantara kita yang mengatakan tidak ,
Mengapa ?
Karena cara yang tersebut seperti itu , tak sesuai dengan adat perangai kita, itu tak cocok bagi kebiasaan kita , tak cocok dengan kebribadian kita yang masih agak utuh Karena itu bila cara hidup gaya baru tersebut dipaksakan harus merubah atau menghancurkan kultur kita yang sudah mantab . Kita tak mungkin bisa begitu mudah meninggalkan pola pola hidup yang dilandasi kebersamaan kuno (lokal) , kita tak akan demikian mudah melupakan kebiasaan kita untuk tak peduli kepada orang lain dan mentala kepada keadaan yang ngeres eresi dan bikin ngenes , kita tak akan begitu mudah untuk melupakan gaya dan kebiasaan kita untuk berlaku alon alon waton klakon , mulat sliro , duga prayoga , samad sinamadan . Yen ngongso ongso apa sing digoleki , numpuk donya brana kuwi mung bakal nyilakani , ora cilaka nang donya ya cilaka ing akirat .
Pola baru yang mengagungkan donya brana dan kesenangan dunia itu , bagi kita sebetulnya sudah usang karena kita pernah mengalami sebagai negara yang subur makmur gemah ripah loh jinawi, tetapi karena hal tersebut ternyata tak membawa berkah , mengundang banyak musibah , kemudian kita tinggalkan karena kita telah go to returning point , return to nature, retournont a la ' mutton ingin kembali menikmati hidup dalam pola lama saja yang penuh kedamaian dan kebersamaan tata tentrem kerta raharjo . Apa yang menjadi titik tujuan kita adalah tata tentrem kerto raharjo .
Mengapa ?
Banyak orang western modern , yang rasionalistis , sulit memahami paham kita , mengapa kita harus mengurang ngurangi , selalu harus eling lan waspada , memperbanyak laku prihatin , berlaku sabar , wani ngalah luhur wekasane ,idep isi . berunggah ungguh , gotong royong silih asih silih asah , silih asuh .
Apakah mereka mengerti atau tak mau mengerti jika di sana ada uapaya membiasakan diri melatih untuk pengendalian diri , menghidupkan kebersamaan ,kerukunan yang semua itu dimaksud untuk menghadirkan kedamaian , keselarasan , dan disanalah letak jalan menuju tata tentrem kerta raharja .
Akan terlalu banyak dan terlalu sulit jika kita menyimak baboning kitab-kitab Jawa , disini cukup kiranya kita nukilkan sedikit tentang pandangan hidup budaya Jawa
Misalnya dapat kita baca dalm kitab atau serat “Wulang Reh ,anggitanipun Kanjeng Sinuwun Sunan Pakubuwono IV “
Pada gulangen ing kalbu,
Ing sasmito amrih lantip,
Aja pijer mangan nendra ,
Kaprawiran den kaeksi ,
Pesunen sariranira ,
Sudanen dahar lan guling .
Dadia lakunireku ,
cegah dahar lawan guling
lan aja sukan sukan ,
anganggowa sawatawis ,
ala wateke wong suka ,
nyuda kaprayitnaning batin .

Dari kitab yasan Dalem , Sampeyan Dalem Kanjeng Sinuwun Gusti Mangkunegoro Ingkang Kaping IV “WEDATAMA “
Nulada laku utama ‘
Tumrape wong tanah Jawa ,
Wong Agung Ing Ngeksigondo ,
Panembahan Senapati .
Kapati amarsudi ,
Sudaning hawa nepsu ,
Pinesu tapa brata
Tanapi ing siang ratri ,
Amamangun karyenak tyasing sasama .

Bahwa paham memang adalah sekedar paham , anutan adalah sekedar anutan , tetapi itu adalah juga way of life , orang dapat memilih yang mana yang disenanginya dan yang paling cocok dengan dirinya sendiri .
Semua sudah terlindungi oleh dan termaktub dalam UUD 45 Pasal –pasa l , 28 dan pasal 29 dan pasal pasal budaya yaitu pasal pasal 32 .
Sayangnya kadang kadang orang begitu mengagumi paham yang dianutnya , menganggap paham yang dianutnya yang paling betul , sehingga menjadikan dia fanatis dengan pahamnya . Menganggap pahamnya yang paling benar dan memaksa orang lain menjadi pengikut paham itu seperti dirinya .
Banyak golongan modernisme yang begitu fanatis , sehingga segala sesuatu yang berlawanan dengan modernisme dianggap tak perlu ada , karena akan mengganggu perjalanan pembangunan (phisik ) saja .
Sebaliknya golongan tradisionalis kurang menyetujui sepak terjang golongan modern yang umumnya berorientasi ke westernisasi , yang induvidualistis , rasional , praktis dan pragmatis yang bukan saja membiarkan persaingan tetapi mendukung adanya persaingan yang hanya memenangkan kaum kaum yang okol dan kaya dengan akal , yang ototnya kuat dan otaknya lebih tajam saja , suatu paham yang tak cocok dengan kebersamaan , yang tak cocok dengan kepribadian kita .
Pada hal orang barat nyata nyata imperialisme yang menghancurkan kita . Tetapi karena kepintarannyalah lalu menjadi bangsa yang seolah olah lebih pintar dari kita dan menggurui kita , mengatakan kita bangsa yang bodoh atau malah menipu dan memeras ,meskipun dengan paksaan dan kekerasan .
Kenyataan seperti inilah yang ada dalam masyarakat kita yang majemuk .
Dalam perjalanan bangsa , UUD 45, NKRI , Bhineka Tunggal Ika diterima BPUPKI dan ditetapkan sebagai dasar Negara . Tanpa masalah . Namun dalam perjalanan bangsa timbul penafsiran penafsiran yang bukan meragukan saja kebenaran pilar pilar bangsa tersebut , lebih dari itu seperti tak lagi mempercayainya . Amandemen amandemen terhadap UUD 45 adalah bentuk keraguan atau tidak ketidak percayaan terhadap pilar pilar bangsa itu .
Dalam praktek bernegara ada banyak faksi faksi yang memimpin bangsa ini kedepan , ada faksi Sukarno-Hatta , faksi Suharto yang dapat dikatakan masih berbau tradisional dalam arti memikirkan ajaran ajaran nenek moyang yang kuno yang mempertahankan ajaran ajaran yang termuat dalam pilar pilar bangsa secara murni dan konsekwen , kemudian ada faksi Sutan Syahrir , ada faksi Tan Malaka , Wijoyonomic , Habibinomic ,Indrawatinomic yang rasional dan liberal , praktis , fragmatis . Semua memraktekkan kepiawaiannya dalam memajukan bangsa dengan meragukan kebenaran ajaran leluhur yang termuat dalam pilar pilar bangsa tersebut .
Artinya di negeri kita golongan tradisional pernah mengendalikan negara pada arah tujuan sesuai dengan UUD 45 , yang menurut fasafah Jawa disebut tata tentrem kerto raharjo begitu juga sudah berpuluh tahun golongan modern tak henti hentinya , terus menerus mengendalikan negara untuk dibawa ke arah adil makmur .
Namun sejak kemerdekaan diproklamirkan hingga sekarang tak sekalipun Bhineka Tunggal Ika pernah diperjelas baik dalam undang undang atau peraturan lain , selain sebagai selogan tanpa makna , sesanti tanpa aji ,jimat tanpa khasiat .
Makna NKRI ditetapkan sebagai harga mati , orang tidak boleh ragu kebenarannya . Right or wrong pilar pilar negara harus diterima , tak boleh diongget ongget .
Padahal dalam UUD 45 sendiri diakui ,bahwa UUD kita tertalu singkat dan padat , perlu penjabaran penjabaran lebih lanjut . Dan kenyataan dalam jaman reformasi MPR banyak melakukan amandemen ammandemen .
Namun dari semua itu yang penting sudah sampaikah kita pada tujuan adil makmur , tata tentrem kerto raharjo .
Jawabannya belum .
Sesuai dengan jamannya (modern ) golongan modern memperoleh banyak peluang untuk mengatur negara . Mengapa golongan ini juga tak dapat membawa atau memberikan adil makmur kepada rakyat ?
Mungkin hanya karena istilah atau batasan batasan tentang apa yang kita cita citakan yang kedengarannya tak sama , sehingga kita seolah olah selalu menunggu yang belum tiba padahal yang kita tunggu sudah ada .
Pemerintah modern telah menciptakan percepatan /pertumbuhan ekonomi yang tinggi ,
Pemerintah modern telah menghasilkan GNP yang besar , Pendapatan perkapita yang tinggi , sandang ,papan, pangan yang cukup . Mobil begitu banyak , hingga jalan penuh dengan mobil . Mau apa lagi ?
Dalam bidang legislative pemerintah sanggup mula mula memperbaiki perumahan para wakil , membelikan mobil , alat alat perlengkapan rumah tangga , lalu kesanggupan itu ditingkatkan lagi , sanggup atau akan sanggup memenuhi ambisi para wakil rayat yang menginginkan gedung super canggih , studi banding ke luar negeri ,
Bidang ekskutip , tersiar akan dibelikannya Kepala Negara pesawat khusus untuk menjalankan tugas tugas yang konon akan lebih menghemat pengeluaran .
Dibidang penegakkan hukum banyak kejahatan besar , mafia ,yang di bongkar KPK .
Tetapi tolong tengok Maklumat 10/10/10 dari para pemuda yang pro perubahan ( yang masih dari bagian orang modern juga ) .
Ketua Umum Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah menjelaskan , bahwa kondisi bangsa yang mulai rusak (malah ) di semua lini . Pemerintah belum berhasil memberantas kemiskinan ,memberantas korupsi , menegakkan hukum ,menjamin kebebasan beragama belum berhasil menuntaskan kasus kasus besar seperti kasus pemberian talangan , menjadikan negar yang tak punya hutang .
Ketua Gerakan Bersih mengatakan , pemerintah belum bisa memenuhi harapan harapan rakyat yang telah memilihnya , menjaga keamanan dalam negeri dan mempertahankan citra bangsa terhadap bangsa lain . ( Kompas 11-10-2010 )
Golongan tradisional yang tak begitu paham dan tak begitu minat dengan masalah ekonomi yang membosankan , tak ber komentar atas semua itu .Golongan ini yang uplek menggeluti budaya selalu hanya hanya berkomentar soal budaya ,
Namun tak apa jika kami nukilkan sekelumit pendapat para budayawan yang kadang kadang mewakili golongan tradisional.
“Pemerintah harus mampu mengendalikan sektor pasar ,jika tidak , kebudayaan nasional akan hancur secara bertahap dan tiggal menunggu waktu .
Lemahnya pengendalian pemerintah atas sektor pasar ,akam membuat marak komersialisasi kebudayaan dan pndidikan dan akibatnya semakin kita rasakan sekarang . ujar budayawan Abdul Hadi HW , dalam pidato kebudayaannya berjudul, Kebudayaan ,
Kekuasaan , dan Krisis pada peringatan 10 tahun Universitas Paramadina di kampus Paramadina , Jakarta Rabu (9/1) .
Abdul mengungkapkan , jika berkonmitmen untuk mengembangkan kebudayaan nasional , untuk melindungi kebudayaan nasional atau masyarakat madani yang kuat serta kultural negara atau pemerintah harus strategi dan plitik kebudayaan yang bebas dari kepentingan politik praktis dan sesaat . (Media Indonesia ,11 -1-2008 )
“Ajaran Tokoh Pedidikan Ditinggalkan “
‘Bangsa kita sekarang.lebih senang belajar apa yang berasal dari luar negeri , kultur luar negeri .Pada hal ajaran dan pendidikan sendiri seperti arjaran Ki Hajar Dewantara dan tokoh pendidikan lain memiliki keunggulan yang lebih sesuai dengan karakter bangsa .
Dan ajaran pendidikan mereka tidak kalah kualitasnya dibanding yang berasal dari luar. Tetapi justru tidak digali dan dikembangkan , ungkap Djohar , pakar pendidikan yang
jugaRektor Universitas Sarjanawiyata taman Siswa Yogyakarta .
Kompas 21.Mei 2007 .
“Banyak mahasiswa lupa akan akar budayanya “
Banyak orang asing tertarik mempelajari kebudayaan bangsa Indonesia . Namun masihkah generasi muda saat ini mecintai kebudayaan . Generasi muda adalah pewaris kebudayaan bangsa bahkan bisa dikatakan sebagai ahli waris kekayaan bangsa ini . Namun bila hal ini disubstituskan dalam kondisi terkini ,tentu terlihat ironi .
Kelompok Mahasiswa Wlisongo (KSMW) bekerja sama dengan Aliansi Nasional Bhineka Tunggal Ika menggelar seminar bertajuk Strategi Budaya Mempertahankan Kedaulatan bangsa “ .
Kalau kita cermati sebenarnya kita tak terlalu heran , mengapa terjadi persepsi yang selalu tak sama .
Disatu pihak membanggakan keberhasilan keberhasilannya , sedangkan pihak yang lain selau tak dapat menerima keberhasilan yang di banggakan itu .
Contoh :
Keributan , keicuhan , kekisruhan , tawuran , demontrasi yang mendekati anarki , yang semua itu cermin kegelisahan masyarakat (mengapa ?) oleh satu pihak disikapi justru sebagai dinamika keberhasilan demokrasi , hidupnya aspirasi ,partisipasi masyarakat dalam pemikiran , sebagai keberhasilan yang menjamin kebebasan untuk menjalankan berbagai aktivitas oleh rakyat .
Namun oleh pihak lain disikapi sebagai akibat kekeliruhan dalam mamanage dan membawa arah tujuan masyarakat , sehingga semua menyebabkan gejolak dan dapat mengancam tujuan tata tentrem kerta raharjo ,
Keberhasilan menaikkan pertumbuhan ekonomi tinggi , tetapi belum ada jaminan keberhasilan itu dapat rata sampai kebawah , kadang kdang malah dijarah rayah diatas , dan dibawah hanya mendengar ceritanya saja .
Golongan yang satu seperti berulang dalam tulisan AGGRA dikatakan berpendirian , pokoknya semua tergantung pada uang . Karena itu semua masalah tak penting . Ada uang semua pasti beres . Golongn trdisional menuding , kenyataan menunjunjukkan karena semua berebut uang , tak ada lain yang dipikir kecuali uang . Semua menjadi tak beres , Semua menjadi musibah bagi kebersamaan ..
Barangkali seperti gejala orang umum juga , siapapun yang hidupnya selalu tertekan dan belum dapat kesempatan menikmati kekayaan atau menikmati menjadi orang kaya , mengendalikan uang, dan melihat kenyataan orang yang dapat mandi uang dengan gampang , lalu yang terpikir hanya bagaimana cara menutup ( dengan cara ngaji mumpung ) menutup masa masa ketika tak mempunyai kesempatan mandi dengan uang , seperti yang lain .
Sukarno tidak kaya .
Suharto sak kroni kroni nya menjadi kaya raya .
Habibi kaya ,
Gus Dur kaya
Megawati kaya .
Yang lain berusaha untuk kaya .
Sukarno tidak kaya , tetapi orang mengenang sebagai orang baik .meskipun oleh musuhnya dianggap tak baik . Sukarno tidak berbaikan lagi dengan ahli ahli ekonomimya , tetapi memutar haluannya memimpin ekonomi terpimpin . Karena itu Sukarno jatuh . Semua orang berkata Yes .
Suharto dengan kroni kroinya kaya , sebagian orang mengenang sebagai orang baik , sebagian orang mengenang sebagai orang tidak baik . Suharto jatuh ternyata bahkan sedang berbaikan dengan ahli ahli ekonominya . Semua orang berkata Yes .
Yang suka dibicarakan Cuma tokoh itu , yang lain kurang , mungkin karena kekuasaannya begitu singkat .
Cerita Sukarno dan Suharto seperti cerita Subali dan Sugriwo .
Bedanya Cuma Subali tak pernah menikmati hasil perjuangannya , Sukarno meskipun dari 1945- 1949 harus berjuang mati matian , ternyata dapat menikmati jadi wong agung paling tidak dari 1950-1966 , menikmati perjuangannya meskipun bukan dalam bentuk harta benda tetapi penuh kebesaran yang menjadi keinginannnya .Hanya beliau yang mempunyai sebutan / gelar Paduka Yang Mulia Pemimpin Besar
Bapak Suharto memang tak punya gelar yang menggetarkan seperti itu , hanya Bapak Pembagunan saja , tetapi bukan Paduka Yang Mulia , hanya ditambah Jendral Besar . Pak Habibi pernah memberi gelar tak resmi terhadap Pak Harto karena kepiawian beliau memimpin Negara sebagai “mbahe professor “ .
Sebetulnya yang sangat patut dkenang kedua beliau ini , karena keduanya masih banyak sekali mengikuti ngelmu warisan leluhur , leluhur bangsa Indonesia tulen yang pluralisme dan multikulturalisme . Dan karena beliau orang Jawa , apa yang beliau warisi dari leluhurnya tentu saja budaya Kejawen . (atau Budaya Jawa ) .
Acara sungkeman tak pernah dilupakan ,
Acara nyadran
Kadang kadang mengenakan busana Jawa,
Memakai unggah ungguh Jawa yang diikuti seluruh pejabat non Jawa
Mengerti , menggunakan ngelmu Jawa , seperti orang non Jawa juga menyelenggaran adat tradisinya ,
Suka nonton wayang , klenengan , kesenian daerah
Berbahasa daerah yang sangat disenangi orang daerah .
Ternyata beliau adalah orang Jawa yang tak melupakan Jawanya atau orang Jawa yang masih nJawani .
Barangkali itulah sebab mengapa kemudian semua senjata westernisasi modernisasi rasionalisme liberalisasi beralih mengararah pada diri beliau beliau , yang dari semula kawan atau begundal begundal beliau menjadi lawan yang tak tahu membalas budi . Kembali kepada kepribadian sendiri memang sangat ditakutkan oleh yang tak menyenanginya . Dan secara keseluruhannya USDEK dipandang sebagai kekeliruan dalam mengambil jalan .
Barangkali perlu diingat beliau berbuat seperti itu , karena beliau merasa beliaulah mendapat itu sebagai hasil perjuangan beliau sendiri , sedang yang lain hanya penderek .Barang kali itu kesalahan dalam memandang sesuatu secara arogan , karena semua itu perjuangan sendiri maka segala sesuatu adalah seperti miliknya sendiri .
Baik Pak Karno maupun Pak Harto membangun kebesaran diri dengan melalui menjadi orang demokrat . Bagaimanapun warnanya beliau mendapat kepercayaan dari demokrasi ,dari hampir seluruh wakil wakil rakyat dalam MPR . Bahkan terakhir memenangi demokrasi secara mutlak atau memperoleh suara aklamasi dari wakil rakyat di MPR .
Namun nampaknya pendirian rakyat juga tak dapat dijadikan jaminan .Meskipun suara itu diperoleh secara aklamasi di sidang resmi , rupanya tak punya kekuatan untuk menghadapi radikalis dan minoritas yang menggugatnya .Mitos Vox populi ternyata kalah dengan radikalis demonstran .
Demokrasi kita belum mantap , suara rakyat masih sangat labil menghadapi angin angin perubahan setiap waktu .
Dan baik dari sisi kebaikannya atau keburukannya kini Riwayat Sukarno dan Soeharto telah menjadi buku pelajaran yang komplit yang dapat dikaji oleh siapa saja yang memerlukannya , untuk menempuh jalan yang lebih baik .
Kesimpulannya , demokrasi bukan segalanya . Diatas demokrasi masih ada yang lebih kuasa yang menentukan segalanya . tak ada vox populi vox Dei , jika diadakan itu musrik .
Yang ada hanya kekuasaan Tuhan , selebihnya kekuasaan yang lebih rendah dari kekuasaan Tuhan , bisa owah gingsir , bisa molak malik
Alamat E-mail : http:bintoro - aggrainstitute.blogspot.com

AGGRA INSITUTE
TAMAN BELAJAR PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME
19 . DEMOKRASI .
Ilmu negara atau ilmu tata Negara telah membukukan ribuan theori atau rumusan tentang demokrasi dan telah melahirkan ribuan pakar pakar tata Negara .Penulis kurang jelas apakah yang akan penulis kemukakan pernah terjakau (terikut sertakan ) dalam dunianya para ilmuwan tata negara atau belum , kurang jelas .
Sebetulnya demokrasi di Indonesia , mempunyai urutan sejarah yang panjang .
Mula mula dilandasi oleh tekad perjuangan bersama yang dimulai dari :
Sumpah Pemuda tahun 1928 , untuk bersatu menggalang kekuatan untuk merdeka ,atau lepas dari penjajahan ,
BPUPKI yang memformulasikan cita cita bangsa dalam bentuk RUUD yang memuat tujuan tujuan kemerdekaan yaitu
-berkehidupan kebangsaan yang bebas bagi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia ,
- untuk memajukan kesejahteraan umum ,
-mencerdaskan bangsa
-dan ikut melaksanakan keteriban dunia berdasarkan kemerdekaan , perdamaian abadi
dan keadilan social .
RUUD tersebut diundangkan pada 18 Agustus 1945 menjadi UUD 45 yaitu UUD Republik Indonesia
Selanjutnya untuk melaksanakan atau mencapai tujuan kemerdekaan dibentuklah Pemerintah .
Demokrsi sudah dimulai sejak kita bersama sama berkeinginan untuk merdeka . Demokrasi dalam memikirkan bagamana meraih kemerdekaan . Demokrasi ini kemudian di ujudkan untuk membentuk satunya kekuatan bersama secara nasional .Demokrasi ini kemudian berubah menjadi perjuangan phisik bersama untuk mengusir penjajah . Demokrasi bersama selanjutnya adalah perjuangan bersama untuk memajukan kesejahteraraan umum , mencerdaskan bangsa dan memelihara perdamiaian dan ketertiban dunia .
Demokrasi di Indonesia bukan dimulai dari sejak menjelang pencoblosan untuk memilih sang pemimpin , tetapi sebenarnya diikat dengan janji dan idée berjuang bersama untuk untuk mencapai kemakmuran bersama . Kata bersama tak boleh ketinggalan apabila bangsa ini akan selalu berkonmitmen dengan arah perjuangannnya . Ada suatu dasar yang harus melandasi demokrasi pencoblosan ialah sejarah menghimpun tenaga atau kekuata bersama , berjuang bersama sama , yang mestinya harus dilanjutkan dengan memajukan kesejahteraan umum , mencerdaskan bangsa bersama .
Harus ada kata bersama , karena kita diarahkan pada tujuan bersama .Karena itu bila menyimpang dari itu kita , harus kembali menempuh kersamaan .
Dalam perjalanan sejarah kita kita mengenal berbagai demokrasi , di mulai dari jaman demokrasi dalam sidang sidang Sumpah Pemuda tahun 1928 , dalam sidang BPUPKI , sidang KNIP , Sidang konstituante , sidang MPRS , Sidang MPR .
Ternyata banyak sekali macam macam demokrasi ,.
Ada demokrasi liberal , demokrasi terpimpin , demokrasi pembangunan , demokrasi pencoblosan . Hampir semua negara mengklaim negaranya adalah negara demokrasi .China mengaku sebagai Negara demokrasi karena China bukan Negara yang tak ada pemilihan dalam memilih sang pemimpin , punya perwakilan perwaklan rakyat . Begitupun Korea Utara Negara yang dikenal sebagai Negara otoritair mengaku sebagai Republik Demokrasi Rakyat Korea Utara .(RDRKU ) .
Namun sesungguhnya yang berhak menentukan kebenaran suatu negara demokrasi atau tidak adalah negara adidaya Amerika yang mengaku sebagai sumber dan panutan negara demokrasi yang benar .
Sebenarnya susah mengartikan kata demokrasi ini , tak usahlah kita ngotot ngototan soal kebenaran demokrasi . Negarawan negarawan baik lama maupun baru mengerti hal itu . Pilihan kita sebenarnya hanya mengekor 100% , 50% , ila ila saja . Yang ngotot menurut ukuran normal atau ukuran biasa (artinya tak ada udang dibalik batu adalah justru yang tidak pintr , tak mengerti sikon . karena menentang tak mungkin .
Betapapun bagusnya negara demokrasi misalnya yang sesuai dengan kehendak rakyatnya , apa lagi pencoblosan yang penuh rekayasa , tetapi ternyata tak bersesuaian dengan pikiran pikiran negara adikuasa Amerika , toh akan dianggap sebagai bukan negara demokrasi yang baik , mungkin sekali waktu Negara adikuasa itu akan datang untuk menghajarnya . Bukankah negara Amerika kecuali satu satunya negera yang adikuasa adalah mengaku sebagai polisi dunia .Dan tak ada yang berani menentang kenyataan ini , sebab yang berani bertentangan dengan pendapat ini akan susah .
Sama halnya kata globalisasi yang pada tiap waktu diperbarui dalam sidang APEC . Globalisasi , jelas dan tegasnya adalah Amerikanisasi . Secara periodik ada sidang OPEC , yang sebetulnya kontrol Amerikanisai sudah berjalan sesuai dengan kemauan bos atau belum . Semula globalisasi ditakuti oleh negara negara tak maju , tetapi sekarang malah digandrungi angkatan kini . Dalam globalisasi ini banyak kenikmatan kenikmatan yang dapat diperoleh dari limbah kemudahan kemudahan yang membangkitkan selera ralyat negara tidak maju .
Dalam globalisasi ini sebenarnya negara negara anggauta tak perlu susah susah , tak perlu pintar pintar karena semua sudah akan dipasok dan sudah diatur sang adikuasa . Pendangkalan pendangkalan pikiran terus diintensipkan . tengok kuis kuis berhadiah besar , ternyata berisi pertanyaan yang tak memacu pertumbuhan daya pikir . Pendeknya secara demokratis semua orang bisa berpura pura menjadi orang pintar , seperti orang pintar beneran itu tak dilarang , karena memang negara kita sekarang tengah dilanda pelawakisme dan entertaimen .
Kita tak perlu pintar atau susah susah , cukup tinggal bilang yes .
Dalam dunia nyata sebetulnya kita mungkin akan lebih sejahtera menerima limbah kemakmuran dari negara adikuasa dan menyerah total biar di kuasai negara adikuasa dan menerima bagian sedikit dari negara itu , ketimbang susah susah memanage negara sendiri yang tak bener bener . Banyak diantara kita yang hidup seperti diceritakan dalam alinea ini , dan hanya sedikit yang masih mempertahankan kebribadian kita . Bertahan menegakkan demokrasi Bhineka Tunggal Ika , dengan risiko babak belur .
Alamat : e –mail


AGGRA INSTITUTE
TAMAN BELAJAR PLURALISME DA MULTIKULTURALISME
20 . KAJAWEN SEBAGAI BAGIAN KECIL PLURALISME DAN MULTIKURALISME
Tulisan ini adalah penjelasan dari pertanyaan tentang Kejawen yang kadang kadang diasumsikan sebagai arrogansi dari penghayatnya yang selalu menonjol nonjolkan Keajwen sebagai seuatu yang paling unggul (yang adi luhung ) seolah olah yang lain mempunyai nilai yang kurang berarti .
Hal ini disebabkan oleh kecintaan terutama dari orang Jawa (itupun sudah sangat terbatas hanya dilingkungan golongan tua ) terhadap budayanya yang harus merasa handarbeki dan hangrungkebi budayanya itu .Siapa lagi yang harus mencintai budaya Jawa kalau bukan orang Jawa sendiri . Landa landa ireng (orang Jawa sendiri yang sok modernis ) malah kebanyakan kill Javaism .
Mungkin karena begitu derasnya serangan untuk meniadakan budaya Jawa dari luar bahkan termasuk oleh bagian orang Jawa sendiri, sehingga yang mencintai budaya Jawa yang merasa sebagai pewaris yang masih mempunyai rasa handarbeki , dengan sisa sisa tenaga dan pikirannya , harus meningkatkan tangkisan tangkisan pula , dalam hangrungkebi budayanya dari kepunahan .
Hal tersebut juga pasti dialami oleh budaya budaya daerah lain di nusantara kita ini .
Kejawen (Budaya Jawa ) seperti halnya budaya Sunda , budaya Bali , budaya Batak , budaya Minang dan budaya daerah lain adalah ujud dari budaya pluralisme dan multikulturalisme .
Sedangkan budaya pluralisme dan multikulturalisme adalah ujud dari Bhineka Tunggal Ika yang dicantumkan dalam UUD 45 .
Ada pendapat mengatakan Kejawen adalah Ilmu Kebatinan Jawa , mempunyai ruang lingkup kecil , tetapi ada pendapat yang mengartikan Kejawen adalah segala hal yang menyangkut kehidupan orang Jawa (Poleksosbud ) , Javanisme .
Perbedaan ini sama halnya dengan orang mengartikan istiah budaya . Ada sebagian mengartikan budaya hanya terbatas pada apa yang disebut sapta pesona , yaitu budaya yang dapat dijual sebagai bagian sapta pesona ( yang menarik tourism ) saja , tetapi ada yang mengartikan budaya sebagai segala sesuatu perkembangan daya pikir dan batin manusia dan ujud hasil hasil dari perkembangan daya pikir dan batin manusia ..
Kejawen dalam arti Ilmu Kebatinan Jawa sebetulnya hanya salah satu aspek dari kekayaan pluralisme dan multikulturalisme Jawa . Kejawen yang ini adalah ilmu yang mempelajari batin , tingkah laku manusia dalam hubungan dengan Tuhannya , alam dan hubungan dengan manusia lain .
Banyak sekali perguruan , kasepuhan , padepokan yang menjadi isi dari kelompok ini
Perguruan Pak Subud
Perguruan Pangestu
Perguruan Sumarah
dan masih banyak yang besar besar tanpa nama .
Kejawen dalam arti luas adalah ilmu yang berisi ajaran ajaran tentang poleksosbud seperti diajarkan olek para leluhur orang Jawa .
-ada ilmu tata negara ,
-ada ilmu tata masyarakat ,
-ilmu kebudayaan,
-ilmu tradisi
-ilmu tata busana
-ilmu kedotan
-lmu pengobatan ,
-ilmu titen
-ilmu petung
dll .
Yang disebut orang tua , wong tuwo , wong pinter , Pak Dukun atau sekarang disebut paranormal biasanya telah menguasai ilmu ilmu Jawa tersebut . Untuk kedudukan kepala perguruan yang sudah terkenal , mendapat sebutan sebagai Romo , di dalam agama Katholik pangarsanya juga disebut Romo . Orang yang mempunyai pengetuan luas setingkat dukun , guru ilmu ialah Pak dalang . Dalang yang punya tingkatan baik (excellence ) , biasanya menguasi ilmu atau ilmui lmu Jawa . Justru golongan golongan inilah yang paling dimusuhi oleh golongan yang tak menghendaki masih bereksistensinya budaya Jawa . Dan karena mereka adalah benteng terakhir budaya Jawa . Merekalah yang paling mendapat gempuran paling keras .
Orang kadang kadang salah persepsi menyamakan salah satu dari kegiatan ilmu Kejawen sebagai Kejawen , demikian juga Kejawen dianggap sebagai hal yang mewakili dunia Kejawen yang sempit . Jika terjadi hal demikian tentu timbul banyak salah pengertian .
Sebagai misal seorang buta yang memegang buntut gajah akan menganggap gajah seperti belut yang panjang , kecil dan mengacung . Atau jika orang buta itu memegang gajah pada bagian kupingnya akan menganggap gajah itu seperti kipas dapurnya orang Jawa .
Dan janganlah beranggapan tempat duduk , alat tempat tidur , isi dapur untuk masak atau perabotan rumah yang lain itu adalah rumah tinggal . Rumah tinggal adalah adalah rumah tinggal ,bangunan bahkan pekarangan seisinya dimana manusia dapat bertempat tinggal ( baik dengan kedamaian atau tidak ) tinggal menikmati . Janganlah menganggap potongan potongan budaya Jawa adalah Kejawen , sebab jika demikian akan keliru .
Misanya Klenik misalnya memang Kejawen , tetapi Kejawen bukan hanya klenik . Ilmu katuranggan memang Kejawen , tetapi Kejawen bukan hanya ilmu katuranggan .Ilmu kasampurnan memang Kejawen , tetapi Kejawen bukan hanya ilmu Kasampurnan .
Memang ada istilah istilah yang kurang pas dalam mempelajari budaya Jawa . Misalnya istilah budayawan Jawa . Kadang penari atau pelawak masuk dalam kelompok budaya .Celakanya lagi digelari dengan sebutan budayawan . Budayawan budayawan Jawa untuk ilmu yang adi luhung , tentu tak sama dengan semiman seniman penghibur , apa lagi pelawak pelawak . Bahwa penghargaan terhadap mereka dalam dunia yang materialistis sekarang menempatkan golongan selebritis sebagai warga kelas super itu, itu adalah phenomena baru sekarang . Apakah itu insidentil atau akan selamanya demkian tidak jamanlah yang akan menentukan .
Alamat : E – mail : http: //bintoro.aggrainstitute.blogspot. com

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar