YANG PERCAYA

Diposting oleh Asri Bintoro on Kamis, 17 Mei 2012

AGGRA INSTITUTE
TAMAN BELAJAR PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME


BHINEKA TUNGGAL IKA

Bhineka Tunggal Ika adalah pelembagaan keragaman dalam kesatuan .

Dalam UUD 45 Pasal 28 E disebut

Ayat 1 Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya , memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan ,memilih kewargangaran , memilih tempat tinggal diwilayah negara dan meninggalkannya serta berhak kembali .

Ayat 2 Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyampaikan pikiran dan sikap sesuai dengan hati nuraninya .

Ayat 3 .Setiap orang berhak atas kebebasn berserikat , berkumpul dan mengeluarkan pendapat .

Dalam UUD 45 Pasal pasal budaya (32 ) disebut budaya yaitu budaya budaya sebagai mana dimaksud oleh para budayawan pada umumnya dan juga budaya sebagaimana dimaksud dalam sapta pesona oleh Kementerian pariwisata .

UUD 45 Pasal 32 adalah memuat pernyataan adanya keberagaman dalam berbudaya , dan negara menjamin kebebasan masyrakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai budayanya .

Ayat (!) Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai nilai budayanya .

Ayat (2) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional .

Suatu kenyataan bahwa budaya nusantara ini ada dan berkembang atas dasar kepercayaan , yang hal ini dikarenakan falsafah bangsa kita adalah falsafah kepercayaan , pengendalian diri , maka membicarakan budaya adalah membicarakan kepercayaan kita kepada Tuhan dan kekuasaanNya dan segala ciptaanNya baik yang gaib maupun yang nyata ,yang rasonal maupun yang irrasional . Kemungkinan, dari perkembangan ini , yang menjadikan kepercayaan menjadi falsafah atau dasar dasar pemikiran bangsa kita , terutama golongan yang dapat mengerti Javaism . Misalnya pada kepercayaan Jawa , ada Yang Maha Kuwaos , ada Sang Hyang Dewa , Sang Hyang Batara , Ada Dewi Sri . Arwah para leluhur , roh roh lain yang baik dan buruk . Tantangan alam dan selain alam menyebabkan mareka harus selalu bijak dalam menghadapinya. Kadang kadang terpaksa menghadapinya sendiri dengan cara sendiri , tetapi kebanyakan mereka bersatu untuk menghadapinya , secara bersama . Menghadapi dengan cara sendiri akan menyebabkan penyerahan , negosiasi yang dimaksud untuk meredam ancaman bahaya , misalnya pemberian korban korban , pemujaan pemujaan .Sedangkan mengahadapi bahaya secara bersama mendorong orang untuk selalu menjalin kebersamaan .

Dua hal yang menonjol ialah satu kepercayaan adanya bermacam macam kekuatan yang mempengaruhi hidup kita . Karena pengetahuan ini diharap orang berbaikan pada semua makluk salumahing bumi , sakurebing langit , tujuannya alah untuk menghindari permasalahan .
Adanya semangat kebersamaan untuk menghadapi permasalahan . Ini sebagai dasar orang harus berbaikan saling menghargai , pengendalian diri .

Maksudnya kepercayaan ini tentu pikiran untuk memantapkan terhadap kepercayaan yang diatur sesuai dengan agamanya . Kepercayaan lokal semacam ini bukan melengkapi kepercayaan terhadap agama yang sudah lengkap , namun biasanya terdiri dari penjelasan dan contoh yang disesuaikan dengan kebiasaan , dan berhubungan dengan kecerdasan orang setempat . Barangkali bukan hal yang terlalu dipermasalahkan apakah kepercayaan semacam ini masuk dalam kelompok agama atau budaya , yang sangat penting adanya pendekatan terhadap Yang Maha Kuasa yang selalu akan membuka pintu bagi yang ingin menghadap .
Banyak sekali bahasa bahasa yang tak tergolong religius tetapi mengandung kata kata bijak dan bertuah yang ikut menegakkan aklak moral , yang kini terpinggirkan . Kata peribahasa , sindiran , tepa palupi nyaris terlupakan dengan dampak yang luar biasa yang dapat menggoncang suatu bangsa ,dan negara .
Animisme , dinamisme ,spiritualisme , mistikisme , wisdom , ajaran ajaran para leluhur dengan berbagai bentuk dan variasinya , bertebar di seluruh tanah air . Di Sumatra Barat malah dipercaya , adanya adat nan tak lapuak dek hujan tak lekang dek panas .Kekayaan budaya semacam itu merupakan kekayaan yang sebenarnya perlu dipelihara , dijauhkan dari upaya upaya memusrikkan , karena bukan tak mungkin suatu saat akan merupakan kunci mijijat yang dapat memberikan solusi atas kebuntuan diamana mana dan disegala bidang .

Yang percaya ialah orang yang memiliki kepercayaan itu karena diwarisi dari leluhur sebagai warisan berupa kekayaan spiritual , yang tak mendapat warisan seperti itu , tentu tak mengetahui.
Kepercayaan terhadap kekuasaan Yang Maha Esa adalah mutlak
kepercayaan adanya alam gaib , alam roh roh dengan penghuninya
kepercayaan terhadap kekuatan alam
kepercayaan terhadap adanya interaksi dari semua itu .

Orang orang , kelak baru akan mengerti .Itupun , jika belajar . Suatu saat kelak ,sesudah mengerti orang baru dapat berkomentar dan menghayatinya . Kita tunggu karena negara menjamin dipelihara dan dikembangkannya budaya budaya itu . Di tempat lain sudah dikelompokkan barisan budayawan , tingkat dan kuajiban kuajiban yang diemban karena digolongkannya. Budayawan budayawan ini tentu dimaksud sebaiknya mereka menjadi pangarso budaya ( noblese oblige ) dan pangarso masyarakat yang ing ngarso mangun karso , ing madya sung tulada dan ing wuri handayani dan hangayomi .

Kadang kadang masyarakat siap menungu adanya karso dari para pangarso , menunggu tulada dari pangrso bahkan sebagian siap di kawal dihandayani dan dihayomi .
Kadang masyarakat sungguh kecewa , melihat para pangarso yang tak lagi konsern dengan kuajibannya karena derasnya angin yang menghantam budaya daerah , menjadikan para pangarso kehilangan nyali dan tak meyakini lagi apa yang menjadi cita cita bangsa sesuai dengan budaya kita, tata tentrem kerta raharjo .
Sebagai contoh kita lihat sabda Sampean Dalem Kanjeng Sultan Hamengkubuwono X ,

1) Yang pertama ,dalam majalah KABARE JOGYA . Beliau menyitir temuan bapak Dr.Kusnaka Adimiharjo , yang kir kira berbunyi marginalissi bahasa ibu , membawa dampak pada idom idiom alam , kearifan lokal , ekologi yang oleh karena itu sesungguhnya hal itu dikembalikan lagi pada asalnya agar semua menjadi proposional kembali .
2) Yang kedua sabda beilau di Yogya membuat Komunike , forum keprihatinan tentang perjalanan bangsa kita yang kurang menggembirakan " Reformasi yang dimaksud untuk mengadakan perubahan dan perbaikan telah tercabut dari akarnya dan berubah menjadi ketidak pastian dan hanya menguntungkan orang yang membuat ketidak pastian itu .

Sebetulnya seluruh para kawula nengga dawuh dan siap sendika ngestokaen dawuh , what next ? Tetapi mengapa tak turun turun dawuh ? Tak ing ngarso ,mangun karso , ing madya sung tulada , ing wuri handayani . Akhirnya orang tak berbudaya bertambah tambah .
Mungkinkah ada keragu raguan pada diri beliau .Tak yakin akan kebenaran yang beliau sabdakan ? Tak yakin akan keadiluhungan budaya Jawa yang kuno kuno Tak yakin kedudukan beliau sebagai pengayom umat Jawa , tak yakin kedudukan beliau sebagai penjaga budaya , tak yakin pada kharisma yang diwarisinya dan ikut larut dalam banjirnya modernisasi .
Justru AGGRA yang sangat mengidolakan kepimpinan beliau pernah menyatakan " bahwa tak mengapa kita tak memiliki GBHN , toh kedua butir sabda raja Jawa itu dapat kita jadikan GBBBD " . Garis Besar Haluan Budaya Budaya Daerah , dengan mengacu pada definisi budaya menurut madzab PDK u.b DR. Sri Edi Sediawati dkk .
Mengapa tak ada pohon beringin yang akarnya kokoh kuat , tinggi tapi sanggup menerima hempasan angin dari segala penjuru , yang tak tergoyahkan oleh gempa , yang memberi pengayoman kepada para kawulo sami , yaitu siapa saja yang memerlukan .
Kata ustadz K.H.Zainuddin MZ alam akan selalu merespon kelakuan atau perbuatan umat yang ada diatasnya , jika umat berlaku baik atas alam , maka alam akan membalas kebaikannya .Jika umat diatasnya berlaku tak bersahabat alam akan merespon dengan memusuhinya . Siapa tak bersahabat , tak menghargai warisan leluhur , mestinya leluhur ora bakal mbantu . Semakin orang menjadi sangat modern dan menjauhi cara cara Jawa , ora Njawani , lali karo Jawane , jangan jangan para danyang Jawa murka dan menjauhinya . Sebagai kawula Jawa alangkah sedih saya bila makin banyak orang berani nranyak panutan saya .
Penulis bukannya mengkultuskan sesuatu tanpa sebab . sama halnya orang Inggris , orang Norwegia , orang Jepang mengkultuskan seseorang sebagai lambang persatuan , lambang yang dapat menimbulkan kedamaian , yang tentu jauh dari arti musrik . Ada irrasionalisasi di sana , kalau masih . Masih ada hal hal lain yang diperlukan manusia selain kebutuhan phisik . Orang rasionalis Jawapun masih percaya . Hanya orang Jawa yang bukan lagi mengerti cara cara Jawa , yang tak nJawani , tak mengenal pendidikan Jawa pasti tak mengerti bahwa ada golongan yang selalu di kawal , dimomong Kanjeng Sunan Kalijogo , Sabdo Palon .

Sapa sing kumawani , sembrono , ing tembe bakal diwelehake , bakal kesiku utawa kesarik . Dene saiki lagi jaya jayane , iyo ora apa apa , ben dipol polake oleh sumekeyang . Semua sedang
berproses .

Jangan sampai kita melupakan sejarah . Sejarah perjuangan dan pengorbanan para pahlawan . Pahlawan yang rata rata ditipu karena tak mendapat apa apa dari kemerdekan yang diperjuangkan . Jangan lupa prasetya kita bersama , berjuang bersama , maju bersama , makmur bersama , kalau sekarang ternyata lain , nanti akan ditanyakan oleh kekuatan yang tak diketahui .Banyak orang yang tak ngerti ketang kimpule perjuangan saiki pada pating petengkreng , kumawasa . Kuwalat lho . Kuwalat .

Irrasionalisme , pendek kata banyak hal irrasionalisme dalam budaya daerah kita .

Termasuk bela Sampean Dalem Kanjeng Sinuwun Sultan Hamengkubuwono IX , raja yang sudah enak enak disembah sembah rakyatnya , yang sudah mukti wibowo ,kenapa keraya raya rela mengorbankan kraton Ngayogyakarta yang merdeka , bukan jajahan Hindia Belanda menjadi bagian dari negara Indonesia demi memperkuat R.I.
Yang rela menjadikan Ngayogyakarto menjadi ibu kota R.I. dengan segala aparatnya , segala kesusahannya , ketika R.I. dikejar kejar Belanda .
NKRI sekarang tak boleh umuk setelah menjadi negara besar .Toh hutangnya juga besar , masalahnya yang besar besar masih banyak yang belum selesai , njur ora ngregani karo wong Ngayogyakarto Hadiningrat ,sing biyen nulungi , rumangsane kabeh mau teka dewe , njur nggo rebutan sakepenake . mBesuk bakal ana sing nakoake , lho kok rebutan dewe , wong rakyate pada kleleran , utange ora mekakat .
Raja Jawa itu kecuali disuyudi orang daerahnya , juga menjadi pedoman orang sa Indonesia . Coba umpama , ini hanya umpama Jogya bilang " Ternyata menjadi bagian NKRI tak nyaman , banyak orang jahatnya .Tiap hari adanya wong pada padu , pada gelut , ugreg udregan urusan duwit , mafia , mending pernyataan menggabungnyanya ke NKRI dulu ditarik dan berdiri sendiri , mungkin lebih tata tentrem kerto rahardjo , bisa nglaras , bisa ngrungokake gending gending , klenegan , nonton wayang , ketoprak . Bisa nanggap tayuban , ledek , jatilan , langendriyan lan liyo liyane . Bagaimana apa yang lain lebih lebih yang selalu merasa dikibuli tak akan mengikuti ?

Orang tak hanya perlu rasionalisasi , modernisasi dan kekinian , tetapi harus diimbangi empan papan , duga prayoga , tepo slira , karyenak atining liyan , itu ajaran leluhur kita . Aja dumeh , kaduk wani kurang deduga , sumekeyang yang semua itu ajaran setan .

Alamat E-mail : http://bintoroaggrainstitut. blogspot .com

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar