SUPLEMEN

Diposting oleh Asri Bintoro on Kamis, 17 Mei 2012

AGGRA INSITUTE
TAMAN BELAJAR PLURALISME MULTIKULTURALISME



AGGRA INSTITUTE
TAMAN BELAJAR PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME





SUPLEMEN







Gambar






Bhineka Tunggal Ika
Rwaneka dhatu winuwus wara Budha Wisnu bhineka rakwa ring apan kena parwanosen mangkang Jinatwa kalawan Sinatwa tunggal BHINEKA TUNGGAL IKA TAN HANA DHARMA MANGROWA (Sutasoma )


Disunting oleh :
ASRI BINTORO BHINEKA TUNGGAL IKA .


Untuk dan pada Konferensi Internasional Budaya Sunda 1 di Bandung pada tanggal 23 -25 Agustus 2001 , berserulah Bapak Dr .Ayip Rosidi , ahli budaya , dan budayawan Budaya Sunda yang tak diragukan kesetiaan ,kecintaan dan keahliannya dalam menghayati budaya Sunda , yaitu budaya leluhurnya yang harus tetap dipusi pusi dan dijunjung tinggi , dimemule dan dilestarikan ,

“ Di antara negara dan bangsa di dunia . Indonesia adalah salah satu yang mempunyai budaya sangat beragam .Keberagaman itu dilembagakan dalam lambang Negara “Bhineka Tunggal Ika “ beragam macam namun satu jua . Akan tetapi keragaman itu walaupun sering dibangga banggakan secara verbal , tidak pernah secara konseptual dan berencana dijaga dan dipelihara bahkan “ dikalahkan oleh jargon persatuan dan kesatuan “ yang bersifat monolitis . tetapi yang juga tak pernah diuraikan secara konseptual .
Mungkin orang menganggap terlalu dramatis bila kami katakan bahwa Pak Ayip Rosidi telah dapat melihat apa yang sudah terjadi dan akan terjadi dengan Bhineka Tunggal Ika baik diwaktu dekat maupun waktu yang agak panjang sedikit lagi , yang diakibatkan kekeliruan kita ,lebih lebih yang kuasa yang memikul amanah sebagai pemuka ,pengarah, pembawa bangsa (Ing ngarso , mangun karso , ing madya sung tulada dan ing wuri handayani dan hangayomi , atau kurang tepatnya kita memahami Bhineka Tunggal Ika . Bhineka Tunggal Ika kelihatannya selain simbol adalah sebagai tuntunan bangsa yang dilembagakan dalam pasal pasal UUD 45 yang Alhamdullilah tidak ikut diamandemen oleh orang orang reformis yang mengaku lebih bijak , namun hingga 10 tahun belum menemukan solusi mengatasi kekalutan yang diciptakannya . Founding father kita telah meneruskan nasehat atau kebijakan yang diwarisi dari para leluhur kita yaitu , Bhineka Tunggal Ika yang dinukil (quoted ) dari kitab Sutasoma karya Mpu Tantular pada masa kerajaan Majapahit , lalu dilembagakan dalam pasal UUD 45 ,
Mengingat bahwa menurut historisnya timbulnya kebijaksanaan itu sebagai upaya mengatasi pertikaian masyarakat , antara golongan politik dan agama yaitu antara Budhis dan Hinduis yang laten sejak adanya kerajaan Hindu di Jawa . Misalnya pertikaian sejak kerajaan Mataram I yang melibatkan golongan Syailendra yang Bhudis dan golongan Iscana atau Sanjaya yang Hinduis , pertikaian itu lalu beralih ke selatan di kerajaan Baka dan ketimur ke Jenggala . Betapa kejamnya pertikaian itu , disana pertikaian itu malah sempat menghabisi dynasti Dharmawangsa sekeluarga dan para kawula dengan kejam dan tanpa sisa . Diatas puing puing kehancuran , lalu dibangunlah kembali kerajaan Jenggala di bawah pemerintahan raja Airlangga . Raja Tunggul Ametung yang mewarisi kerajaan Tumapel atau Singhasasri diceritakan telah merampas puteri seorang pendeta Budha yang bernama Kes Dedes yang atas perbuatannya harus menerima pembalasan dari Ken Arok yang mewakili golongan Hinduis . Saling membunuh itu tak berhenti meskipun Ken Arok yang Hinduis telah mengawini Ken Dedes yang Budhis , sebagai manifestasi bertemunya dan bersatunya antara golongan Budhis dan Hinduis , tetapi ternyata bunuh membunuh masih berlanjut karena kekuatan keris Empu Gandring yang sakti yang dikuatkan dendam pribadi juga ikut main dalam perpolitikan Negara . Kutuk dan ancaman Empu Gandring , ingin menuntut balas ternyata bukan omong kosong , nyata nyata menghabiskan hampir seluruh keluarga Ken Dedes . Itu baru berakhir ketika keturunan Ranggawuni yang diungsikan yaitu Prabu Kertanegara kembali lagi ke Singasari dan berhasil menjadi orang kuat dan berhasil mengatasi kemelut yang terus menerus terjadi .
Sebagai orang kuat Prabu Kertanegara ini mengangkat diri sebagai
Siwabudha menjadi tetungguling kedua golongan Siwa dan Budha sekaligus yang memberikan ilham untuk terciptanya seloka bhineka tunggal ika tan hana dharma magrowa ,yang kelak dibukukan dalam kitab atau diabadikan kedalam kitab Sutasoma oleh pujangga Empu Tantular yang kemudian menjadi atau dijadikan pegangan atau agama agemaning aji kerajaan Majapahit .

J
ustru kedatangan resmi orang Cina pertama kali ke nusantara ini ialah ketika Prabu Kertanegara memerintah .
Adalah utusan kaisar Cina , Khu Blai Khan . bermana Menchi , menyampaikan pesan kepada Prabu Kertanegara , untuk menyerah dengan baik baik dan menjadi vassal negeri Cina . Tanggapan Prabu Kertanegara sungguh diluar dugaan , tanpa menghormati tata cara diplomatik yang benar , beliau menjawab tawaran kaisar Khu Blai Khan itu dengan melecehkan dan menyiksa duta Cina , Menci yaitu dilukai wajahnya dan diusir kembali ke negaranya . Anehnya sejak itu right or wrong malah selalu ada hubungan orang nusantara dan orang Cina , yang kadang kadang diwarnai dengan ketegangan ketegangan , kadang kadang berbaikan , bahkan banyak sekali terjadi percampuran darah karena perkawinan . Anggota tentara Cina yang melarikan diri masuk hutan akhirnya mengawini perempuan penduduk pribumi . Lalu kedatangan sinkek sinkek sebelum ada kapal besar, orang laki laki Cina merantau ke nusantara ini , lajangan dan mengawini perempuan penduduk pribumi .

Siapa yang membawa seloka Bhineka Tunggal Ika masuk kedalam UUD 45 ?
Siapakah yang membawa seloka berbahasa Jawa Kuno atau Sanskerta kedalam UUD 45 ?Logikanya adalah wakil wakil bangsa Jawa yang ingin me Jawanisasi UUD 45 . Tetapi ternyata bukan . Orang Jawa sudah lama menghancurkan jati dirinya karena sudah menjadi orang modern , sejak jaman Sumpah Pemuda 1928 Javaisme sudah ditinggalkan oleh orang Jawa sendiri , yang ketakutan dituduh mau men Jawanisasi kembali nusantara ini , takut menjadi bukan orang modern , takut dikatakan tidak nasionalistis , kolot dan gugon tuhon .Angin begitu kencang , baik oleh orang luar Jawa maupun orang Jawa yang ingin mendapat identitas modern .Betul bahwa sidang BPUPKI itu diketuai oleh Dr. Rajiman Wedyodiningrat ,orang Jawa tulen dan yang bahkan anggauta sidangnya juga banyak orang Jawa , namun untuk mengemukakan Jawaisme belum tentu memiliki nyali , berkenaan takut dituduh mau men Javanisasi sidang atau membawa sidang dari untuk urusan modern ke daerah kekunoan . Sungguh diluar dugaan , karena ternyata putra Munangkabau yang kontroversial dan bersuara vokal , yang telah berhasil atau dapat membawa suatu kekunoan Jawa ke tengah sidang nasional yang mencurigai kembalinya Javanisasi . . Membawa seloka dari kitab Jawa Kuno atau Sanskerta kedalam kancah perdepatan sidang BPUPKI , tentu tak mudah , tetapi hal itu dapat dilakukan oleh Prof. Mr. Mohamad Yamin, putra Minangkabau yang bergelar mester in de rechten (ahli hukum ) . Barangkali karena beliau bukan orang Jawa yang tak mungkin dicurigai sebagai mau men Jawanisasi politik di Indonesia dan kecuali itu karena beliau berpendidikan modern tak mungkin akan menyeret Indonesia ke masa masa yang kuno . Beliau orang luar Jawa yang jatuh cinta pada budaya Jawa dan telaten nguplek uplek , menggeluti budaya Jawa yang kuno kuno , sehingga dapat menemukan temuan temuan penting sebagai asupan kedalam UUD 45 yang baru disusunnya . Begitu cintanya dengan yang berbau Jawa bahkan beliau akhirnya mengawini putri bangsawan Jawa yang masih saudara raja Solo . Beliau satu satunya orang yang dapat memasukkan unsur unsur Jawa yang tak akan diprotes sebagai men Jawanisasi sidang , karena beliau bukan orang Jawa , dan tak akan diprotes karena memasukkan unsur unsur kuno sebagai suatu upaya yang set back , karena beliau seorang intelektualis modern berpendidikan barat .(Pengalaman menunjukkan yang kuno kuno seperti itu diprotes oleh orang luar Jawa dicurigai sebagai akan men Jawanisasi Indonesia . Misalnya , hasil hasil Komisi Bahasa Indonesia di bawah Pak Anton Moelyono banyak yang di anulir ,karena dicurigai akan men Jawanisasi bahasa Indonesia . Sebagai gantinya berdiri Komisi Bahasa Indonesia diketuai oleh J.Badudu yang sangat terkenal .
Ada tiga hal mengapa Pak Moh . Yamin dapat memasukkan unsur unsur Jawa dengan mulus dalam sidang BPUPKI tersebut .

Kesatu
: Wakil wakil orang orang Jawa yang mengerti menganggap apa yang diusulkan Pak Moh.Yamin adalah sesuatu yang memang benar .

Kedua :
Orang orang luar Jawa yang tak mengerti , setuju saja mengingat Bapak Mohamad Yamin juga dapat mewakili unsur orang luar Jawa , yang tak mungkin akan menghadirkan Jawanisasi nusantara kembali .

Ketiga :
Bapak Muh.Yamin menggali sendiri dan memperdalam apa yang menjadi temuan beliau , karena itu dapat ,meyakinkan seluruh anggauta sidang .
Bhineka Tunggal Ika tercantum menjadi Pasal 36 A dari UUD 45 . ( dengan mengalami perubahan ke dua yang disahkan 18 Agustus 2000 . Yang berbunyi : Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika Pasal 36 C Ketentuan lebih lanjut mengenai Bendera , Bahasa dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan diatur dengan undang undang . Begitulah bunyi UUD 45 berkenaan dengan Bhineka Tunggal Ika , sekedar dan sekedar menjadi semboyan dalam lambang Negara Garuda Pancasila . Demikianpun penjelasannya . Kelak pun jika misalnya Pasal 36 C dijabarkan , gambarannya tak akan jauh dari itu . Tak ada perintah atau petunjuk untuk menjadikan semboyan itu tersusun menjadi konseptual , sebagaimana dikeluhkan Bapak Pak Dr.Ayip Rosidi . Pada hal begitu pentingnya substansi Pasal 32 sebagai hakekat dari Bhineka Tunggal Ika , yang berisi idée mempertahankan pluralisme dan multikulturalisme untuk pemeliharaan jati diri bangsa dalam ke bhinekaan ,pembinaan moral bangsa , untuk penjaga hidup dalam kebersamaan yang damai , sangat mengherankan jika hal itu belum terjangkau perhatian pihak manapun .

Sayang jika hingga sekarang apa yang dimaksud leluhur kita belum mendapat respon dari keturunan keturunannya yang sudah menjadi kaum modern yang praktis , pragmatis . Justru yang dapat ditangkap tak lain yang kasat mata sebagai sapta pesona yang layak dijadikan komoditi alat mencari tambahan uang , yang kemudian muspro karena di curi tangan tangan orang pintar yang jahat . (Sungguh berdosa bangsa kita ini terhadap para leluhur , jika para leluhur menciptakan sesuatu untuk tujuan meningkatkan mempertahakan budi luhur , oleh orang kini , hal tersebut sebagai menciptakan yang anah aneh (sapta pesona ) , irrasionalisasi yang menganandung maksud maksud pendidikan (spiritualias )kini masuk dalam hal yang patut di tonton sebagaimana halnya orang nonton kebon binatang .
Mudah mudahan kita tak kuwalat ,memperlakukan karya karya para leluhur seperti itu , kalau kualat Negara akan menderita borokan yang tak sembuh sembuh sampai orang menyadari kekeliruannya dan mertobat .
Meskipun tak penulis utarakan kira kira semua orang tahu bagaimana gambarannya negara yang borokan . Kalau Negara borokan semua kawula yang menderita , bukan hanya yang membuat dosa saja .
Bukan kami menakut nakuti tetapi memberi warning , jangan sampai kita kena kuwalat dari para leluhur karena telah melecehkan karya para leluhur yang pada taraf membuatanya dibelani dengan laku laku tapa brata . Bolehlah sekarang orang mengetawakan pendapat ini sekarang , bahkan yang disebut penjaga budaya Jawa mulai meragukan keadiluhungan budaya yang telah memberikan kalenggahan luhur yang dinikmatinya . Sesungguhnya jangan sampai kelak akan ada penyesalan , jika sesuatu telah menimpa .

Catatan : Soal kuwalat . Saya ingat pernah punya teman yang sangat puritan dalam beragama , sungguh sayang kurang dapat mengendalikan diri , ia buang air diatas punden yang dihormati orang lain . Tak tahu apa dia kesiku atau tidak , yang jelas menyinggung perasaan orang lain ,yang sebetulnya tak usah berulah seperti itu . Begitu banyak tempat , benda , peristiwa yang disakralkan lalu diacak acak orang modern , didisvalue , dishonor , .Tak tahu kelak apa yang akan terjadi , apakah karuhun , leluhur yang mbau rekso akan balas dendam kita belum tahu , tetapi yang jelas dampak dampaknya mulai terasa . Keadaan usreg , udreg udregan terus tanpa kendat malah ndadra . Undang Undang otonomi yang sayang jika hanya jatuh pada orang yang belum menghayati benar tentang Bhineka Tunggal Ika .bahkan ada kecenderungan , Pemda akan selalu mengikuti patronnya , jika pusatnya hanya uplek gegeran ngurus duwit , so do anak buahnya . Sebetulnya ada baiknya daerah mengembangkan jati dirinya sendiri meskipun tak berarti harus mbalelo dari Pusat'Mengapa demikian ?.
Karena daerah mempunyai objek kerja yang lebih beragam . Kalau perlu daerah melindungi budayanya dari ketidak tahuan Pusat , bahwa suatu tempat perlu dilestarikan kesakralannya , karena berhubungan dengan tuah para leluhur yang mewariskannya . Sayang yang terjadi justru ikut menjual daerah sakral , kadang kadang punden leluhur dijadikanobjek untuk mengejar uang .
Karena itu dengan sengaja ( karena mengetahui bahwa kandungan Bhineka Tunggal Ika itu adalah ajaran hidup dalam kebersamaan ) atau tak sengaja (karena orang belum mendalami isi kandungan ) yang ada di dalamnya , maka status Bhineka Tungga Ika tetap akan seperti yang sekarang . Selamanya . Jika dijabarkan secara konseptualpun , hanya akan berisi keterangan tentang detail gambar / phisik lambang Garuda Panca Sila dengan seloka Bhineka Tunggal Ika , Penjelasan pejelasannyapun , tak akan lebih jauh dari itu .
Keadaan seperti ini adalah dampak dari pikiran yang selalu mengagungkan pikiran barat yang modern , yang selalu berpikir yang praktis pragmatis , kekinian , uang , yang beranggapan buat apa memikir yang sulit yang tak quick yielding .yang tidak mendatangkan uang .Golongan kekinian umumnya tak begitu tertarik untuk berpikir selain yang berhubungan dengan uang .Barangkali anggapan orang kini

“Hanya uanglah satu satunya yang dapat meneyelesakan masalah .Semua ujung ujungnya duit . Dan pikiran yang demikian tak goyah , sekalipun pengalaman menunjukkan berangkat dari uanglah semua masalah berubah menjadi musibah “.
Biarlah orang modern yang sedang gandrung hal keenomian yang akan mempunyai pikiran demikian , karena sebelum kena batunya selalu akan meremehkan warisan leluhur yang berisi wewaler wewaler yang tak quick yielding . Selama orang belum dihantam badai kesulitan menganggap upaya antisipasi seperti perbuatan yang menggelikan .

Mengingat pengertian modernisasi adalah seputar rasionalisme , demokrasi ,liberalisasi , maka orang masih akan selau membanggakan hal hal tersebut sebagai jlan yang tepat untuk kehidupan modern . Sebelum dibanting ulah neo liberisasi , belum mengerti kejamnya neoliberisasi , sebelum kena hantaman demokrasi belum tahu rasanya digebug demokrasi , sebelum jera dikerjai hukum orang menyanjung hukum , sebelum dicukur gunduli kebebasan pers mendewa dewakan pers .
Nanti suatu saat akan nampak orang kepayahan tertatih tatih kena santet , tetapi sebelum kena santet tak mau mendengar kata kata dukun.

Barangkali faktor faktor alam juga ikut mendorong adanya perbedaan cara berpikir , atau akumulasi pikiran oranglah merubah faktor alam .Namun kita sebagai sebagai orang yang masih ingat ,perlu kiranya memperingatkan .

Ingat dulu berpendapatan , tetapi sesal kemudian tak berguna . Aja getun ing tembe buri , Kaduheung tar ti heula .
Chines wisdom “ Wu shi bu deng san pao tian .” Seseorang tak akan pernah berdoa ke kuil jika tidak ada masalah .
Kita turunan orang yang makmur , nenek moyang kita yang hidup dalam alam yang subur makmur , sudah jenuh dengan kekayaan karena itu pikiran teralihkan pada bagaimana mempertahankan kedamaian , ketenangan hidup , kebersamaan , guyub rukun .Pikiran pikiran kita sejak nenek moyang tak ngongso ongso , tetapi sabar sareh nrimo ing pandum . Sebaliknya golongan yang selalu memburu kebendaan tentu berasal dari Negara Negara yang kurang subur dan kekurangan .Tak punya bahan tambang yang cukup sehingga tiap musin diburu waktu untuk secepatnya mengumpulkan bahan kebutuhan untuk mengantisipasi ancaman alam pada musim berikutnya . Mempertahankan hidup karena alam , dari keganasan orng lain . Memang orang orang ini berjuang lebih hebah , dimulai dari diri sendiri , akhirnya menjadi suatu paham .
Sebenarnya
perlukah ada sesuatu yang diperlukan dan dipikirkan dalam menata pergaulan agar dunia aman damai , atau tidak atau biarkanlah diabaikan saja alam akan mengatur sendiri . Seperti yang sudah terjadi ,betapapun manusia berusaha kearah perdamaian semacam itu , kenyataan paham paham ini gusur menggusur , sebagaimana halnya dengan rotasi bumi yang juga tak mau berhenti , bergerak dan berubah . Atau justru karena pengaruh rotasi bumi itu ,isi alam ikut bergerak maju mundur , pasang surut sesuai dengan irama yang dibuat alam sendiri . Kini dalam kurun waktu ini ,golongan kekinian , westernisasi ,modernisasi dan globalisasi berada diatas roda perputaran dunia . Makanya mungkin lebih baik kita mengikuti arus , berebut terus , tak perlu susah susah menata nata , yang penting ada uang semua nanti akan beres .

Begitu barangkali pemikiran kini .
Biarlah mereka orang modern yang sedang gandrung hal keekonomian akan mempunyai pikiran yang demikian , selama orang belum kena batunya memang selalu akan meremehkan nasehat nasehat yang tak quick yielding .

Menurut aluran ceritanya (filsafatnya ) Bhineka Tunggal Ika bukan seloka nglengkoro (kata kata tanpa makna) , atau bukan sesanti tanpa aji (arti ) , bukan jimat yang tanpa kasiat , melainkan upaya atau instruksi untuk menghentikan pertikaian yang tak henti hentinya dan untuk menciptakan kedamaian di bumi ini .
“Simbolisme merupakan warisan sejarah Jawa yang sangat penting untuk dikemukakan disini ialah simbul upaya perdamaian , kerukunan hidup bersama ,yang diwariskan dari jaman kejayaan kerajaan Majapahit dibawah pemerintahan Hayam Wuruk dan Maha Patih Gajahmada .Simbul tersebut sangat bermanfaat bagi kehidupan bernegara , yaitu sebagai lambang kesatuan dan pemersatu bangsa , yang telah dibuktikan pelaksananya oleh Maha Patih Gajah Mada .
Pertama , seloka Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrowa ( berbeda beda tetapi sesungguhnya satu , memang tak ada kebenaran yang mendua ) .Seloka ini terdapat dalam kitab Sutasoma karya Mpu Tantular , pujangga jaman itu . Bunyi bait selengkapnya dalam kitab Sutasoma tersebut adalah sebagai berikut , = Rwaneka dhatu winuwus para Budha Wisnu , bhineka rakwa ring apan kena parwanosen mangkang Jinatwa kalawan Sinatwa tunggal , BHINEKA TUNGGAL IKA tan hana dharma mangrowa (Sutasoma 135 ; 5 ) = (Disebutkanlah dua perwujudan beliau Budha dan Siwa konon keduanya itu berbeda oleh karenanya dapat dibagi dua , demikianlah kebenaran Jinatwa dan Sinatwa itu satu BERBEDA BEDA TETAPI SESUNGGUHNYA SATU ,memang tidak ada kebenaran yang mendua ) . Kebenarannya tak meragukan .
Kedua , Bendera Gula Kelapa , yang merupakan bendera kerajaan Majapahit . Bendera ini berwarna merah putih .Merah berasal dari merahnya warna gula , dan putih seperti putihnya isi buah kelapa ,lambang sifat berani dalam membela kebenaran yang suci . Warisan yang berupa kedua simbol ini sekarang dipakai oleh Negara dan seloka Bhineka Tungal Ika diabadikan dalam lambang Garuda Pencasila , sebagai seloka persatuan bangsa .

( Simbolisme Dalam Budaya Jawa , oleh Budiono Herusatoto ) .
Dahulu pertikaian bangsa disebabkan adanya pertikaian golongan agama dan yang dinamakan kekuatan golongan agama adalah juga kekuatan politik waktu itu . Begitu juga pendapat Pak Sudjiwo Tejo tokoh budayawan Jawa yang sering mengaku sebagai dalang edan . Pertikaian antar golongn politik adalah pertikaian golongan agama , yang waktu itu adalah agama Budha dan Wisnu (Hindu ) . Founding father kita telah membawakan nasehat yang diwarisi dari leluhurnya yaitu Bhineka Tunggal Ika . Kalau permasalahan (bhineka ) yang dulu hanya terdiri dari dua golongan agama yang dapat juga disebut dua golongan politik yang berhadapan dan bertikai , namun bhineka sekarang meliputi berbagai aspek kehidupan yang pluralistis dan multikulturalistis ., Phenomenanya ialah adanya berbagai suku bangsa di negeri kita , adanya berbagai kepercayaan ,berbagai bentuk budaya , bahasa , adat , kebiasaan , tradisi , keyakinan politik . Semua itu bukan barang mati , tetapi sesuatu yang dapat bergerak atau digerakan untuk berinteraksi dalam pergaulan bersama , dan dalam ruang yang sama .Kebijakan Bhineka Tunggal Ika dimaksud mengantisipasi agar semua pergerakan itu jangan sampai kacau balau ,saling bertabrakan dan tungganglanggang , yang berujung pada suatu yang merugikan seperti halnya bertikaian pada masa lalu yang tak kunjung habis . Misalnya ; Adanya berbagai suku bangsa di Negara kita , tak usah menyebabkan keributan saling usik mengusik , usil mengusil , saling desak mendesak ,gusur menggusur yang disebabkan karena memperebutkan sesuatu . Yang diharapkan tetap rukun bersatu dan damai , saling membutuhkan , saling harga menghagai , saling hormat dan saling tolong menolong . Adanya berbagai kepercayaan tak usah menyebabkan keributan karena berebut benar .Adanya berbagai bentuk budaya daerah tak usah menyebabkan persaingan meperebutkan keunggulan , dan saling mematikan sehingga satu budaya dapat hilang dan malah digantikan budaya lain .'
Jangan sampai dua anjing berebut tulang , anjing ke tiga yang medapat tulangnya ‘.Kita berkelahi sendiri , orang lain yang dapat untung .
Biarkan berbagai pernik pernik budaya yang berwarna warni hidup ,justru akan menambah keindahan .Yang diharapkan saling menghargai ,saling menikmati dan saling menghayati .

Yang uangnya banyak tak usah mengagul agulkan kekayaannya yang menyebabkan orang atau budaya orang lain mati , Yang mempunyai massa besar jangan merasa menang sendiri dan mempunyai tanggung jawab sendiri , sehingga mengabaikan golongan minoritas .
Adanya berbagai bahasa , bahasa yang satu tak usah berusaha mematikan bahasa yang lain agar bahasa sendiri dapat berkembang dan hidup subur .dan meremehkan yang lain .
Pengalaman yang sudah dalam jaman apapun ,tak ada bahasa persatuan yang dipaksakan , orang tetap rukun rukun saja dan dapat berkomunikasi dengan baik . Atau kalau maju sepesat pesatnya yang tanggung tanggung sebetulnya bukan hal sulit menjadikan bahasa Inggris menjadi bahasa harian dan global kita , bahasa yang nyata nyata telah menjadi bahasa yang dapat untuk berkomunilasi di seluruh dunia , praktis dan bahasa bergensi , asal niatnya memang begitu . Mengapa dipilih bahasa yang masih dalam penataan , untuk dijadikan bahasa nasional , dengan menggusur bahasa daerah ? Toh nyatanya sekarang bahasa Inggris banyak dipakai orang , baik formal maupun informal , bahkan ternyata dengan cakap berbahasa Inggris menaikkan martabat orang jauh diatas orang yang tak bisa berbahasa Inggris . Datang lagi bahasa Mandarin .


Demikian masih banyak hal hal yang berhubungan dengan aktivitas hidup manusia bermasyarakat sebagai misalnya adat kebiasaan , tradisi dan demokrasi bahkan keyakinan politik dan ekonomi mereka , perlu ditata dengan baik dalam kerangka Bhineka Tunggal Ika .

Kami tak akan berpanjang cerita , namun ingin memperjelas apa yang kami kemukakan dengan sebuah perumpaman .
Misalnya Bhineka Tunggal Ika itu sebuah kolam besar Kolam Bhineka Tunggal Ika ,disitu hidup berbagai macam ikan dalam kolam yang sama , dari ikan yang paling lemah dan kecil, lalu ada ikan yang gedean lagi sedikit , lalu ada lele , ada gabus dan ada gurami dan ikan yang paling berbahaya piranha . Jika tak diberi sekat sekat ,betapa hingar bingarnya dan gaduh dan kacaunya ikan ikan itu .Yang besar mengejar yang kecil yang buas memangsa yang lemah , yang ganas ganas mengudak udak yang tak berdaya , yang tak dapat melawan lari sembunyi sambil kelaparan .

Barangkali yang dimaksud oleh Bhineka Tunggal Ika adalah sebuah amanat , ada banyak jenis ikan dalam kolam , buatlah sekat sekat yang memisahkan mereka yang dapat melindungi mereka , agar mereka dapat hidup tenang dalam lahannya masing masing ,agar mereka dapat hidup aman tak saling ganggu ,dan masih dalam satu kolam bhineka
.


Itulah Pak Ayip , Bhineka Tunggal Ika memang belum pernah diuraikan secara konseptual atau sengaja tak akan diuraikan secara koseptual .Kecuali orang tak paham tentang Bhineka Tunggal Ika ,yang mengandung falsafah kuno , spiritualistis , irrasionalistis ,hidup dalam kebersamaan , yang pluralistis dan multikulturalistis , tetapi mungkin memang tak sadikit orang yang tak menyukai adanya sekat sekat , aturan aturan yang membatasi kebebasan manusia , kebebasan untuk berkreasi , berinovasi , memasuki persaingan , bebas menentukan arah sendiri, igin maju lebih cepat sendiri , ingin slamet sendiri , tanpa memikirkan orang lain yang belum siap untuk terjun dalam persaingan , tanpa memikirkan golongan minoritas , minoritas dalam daya pikir , jumlah , kemampuan , yang tak mungkin bersaing .
Golongan ini adalah golongan orang modern yang serba praktis ,pragmatis , yang mendewakan rasionalisme tetapi tak pernah hidup rasional , yang modern dan beraliran western dan sudah mencampakan ajaran ajaran kuno yang tepo slira , yang kami maksud sebagai golongan kekinian barangkali tak mengenal tepa slira .
Golongan yang ini memang selalu berseberangan dengan golongan yang selalu ingin melindungi yang lemah dan yang tak dapat melawan perlakuan dari yang kuat . Begitu kuatnya golongan ini hingga sanggup membungkam semua karya baik orde lama maupun orde baru , yang cendrung mengingatkan kita pada pesan pesan leluhur ..
Dan bukan seloka Bhineka Tunggal Ika saja yang mempunyai nasib tak mendapat perhatian , dan nasibnya menjadi remang remang , tetapi justru perhatian terhadap pilar pilr Pancasila falsafah hidup bangsa , yang menjadi inti dari cita cita luhur bangsa , juga cita cita adil makmur , sumber hukum , haluan Negara , sudah menjadi bureng ,tak jelas masih ada atau tidak , cita cita sejahtera bersama masih ada atau tidak . GBHN masih ada atau tidak .Pak Ayip , kita semua yang satu pendirian tak perlu emosi , sekalipun melihat orang orang kita yang tergusur , budaya kita yang tercampak .Itu risiko berdemokrasi yang tidak mengacu pada Bhineka Tunggal Ika . Dalam demokrasi orang yang tak mengertipun dapat menjadi penguasa , yang kuasa tetapi tak mengerti memang menyebalkan .
Membumikan Bhineka Tunggal Ika tampaknya memang tidak mudah disebabkan banyak adee idée tentang perlindungan , bimbingan dan proteksi , arahan dari sang pranata ,kepada masyarakat dan itu ditentang orang yang tak suka ditata tata , orang orang yang menyukai kebebasan , kemerdekaan individu , yang suka persaingan bebas , liberal .Demokrasi yang ada dapat menghancurkan pluralisme dan multikuturalisme yang sedang kita bicarakan . Demokrasi juga dapat berseberangan dengan Bhineka Tunggal Ika .Demokrasi mayoritas bisa jadi dictator mayoritas yang menghancurkan bangsa dan akan dimusuhi bangsa bangsa lain . Sebelum demokrasi ditata sesuai dengan Bhineka Tunggal Ika adalah demokrasi yang berbahaya , seperti demokrasi dalam kolam ikan yang besar dalam cerita tadi .
Memang golongan ini yang ideenya berasal dari penjajah barat selalu berseberangan dengan golongan idealis kaum yang sepaham dengan founding father kita . Kalau saja golongan liberal ini dari dulu sudah dapat masuk dalam BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan ) sulit dibayangkan bahwa UUD 45 dapat terselesaikan , sama halnya dengan peristiwa Konstituante hasil pemilihan umum tahun 1955 , bersidang dari sejak 1955 sampai dengan 1957 tak dapat menyelesaikan tugasnya karena tak pernah ada kata sepakat . Bahkan golongan ini selalu bergerilya dalam berupaya meredusir UUD 45. Ini bukan cerita yang ngawur , bahkan suatu waktu barangkali akan ada amandemen amendemen . Dengan jalan mengamademen pasal pasalnya akan sampai pada tujuan mereka tercapai . Meskipun kita dari golongan orang yang terlalu mencintai milik kita sendiri , kadang kadang ada orang lain yang lebih kuat yang berusaha merampasnya . Sudah sejak permulaan kemerdekaan pluralisme dan multikulturalisme tak berjalan sebagaimana mestinya , karena selalu digoda liberalisme , Ada gagasan yaitu timbulnya kesadaran untuk kembali kepada Uang Undang Dasar 1945 , kembali kepada kepribadian sendiri , kembali kepada pergaulan bangsa secara timur yang ramah , saling asah saling asuh dan saling asih , kembali pada demokrasi tetapi yang sudah mempunyai arahan yang jelas , cara mengatur kemakmuran bersama dan membangkitkan kepribadian sendiri yang perlu dibangakan dan tak dihancurkan sama sendiri . Orde barupun kemudian melanjutkan upaya orde lama , yang jelas membumikan Pancasila , pedoman bangsa , pedoman budi luhur , pedoman untuk pengendalian diri , untuk memurnikan jati diri , harga diri , kepribadian bangsa sendiri , nasionalisme dalam arti persatuan bangsa , untuk menambah kewibawaan pemerintah , sayang semua berakhir dengan kegagalan , tak kuasa mempertahankan diri dari maneuver paham yang ternyata sudah mengglobal jauh lebih kuat .
Ternyata selain Pak Harto hanya dikelilingi oleh manggala manggala yang memenuhi istana ,yang semuanya penipu dan pendusta dengan janji janji dan sumpahnya palsunya . Manggala manggala yang cidra prasetyanya dan harus memanggul dosa yang lebih besar karena orang ini adalah pengajar yang “ militant “ tentang P 4 , yang lari dari tanggung jawab. Ikut ikut melecehkan ajaran yang diajarkannya , pada hal belum pasti ajaran itu tidak baik dan menyesatkan . Memang manggala manggala yang mengaku penyebar kemuliaan Pancasila , budi luhur, sesungguhnya bukanlah orang yang baik . Mutiara yang keluar dari mulut musangpun tetap mutiara , tetapi mutiara yang dikuasai musang menjadi barang yang tak bermanfaat .Mereka ternyata hanya manusia biasa yang tak ada apa apanya , Bukan orang yang bisa dipercaya , bukan orang yang mempunyai tanggung jawab dan bukan orang yang punya intergritas yang tinggi . dalam papatah Cina dikatakan jika pohon itu tumbang maka monyet monyet yang ada disitu berlarian tunggang lamggang .”Shu tao hu , san san “.Sebetulnya figure figure semacam ini sudah harus masuk kotak .
Bagaimana Bhineka Tinggal Ika sesudah reformasi .
Masalahnya sekarang bukan anti atau tidak . Yang menjadi masalah adalah bahwa maksud kandungan Bhineka Tunggal Ika dapat dijangkau atau tidak oleh rejim yang berkuasa ini .
Rejim ini merupakan rejim westernis yang paling extrim , hampir tak satu kalimatpun kata kata kearifan lokal pernah terdengar . Sulit dipahami mengapa rejim ini menjadi rejim super modern , dengan ciri kekinian yang lengkap , yang sedikitpun tanpa pernah mempedulikan kearifan lokal , soal aklak dan moral. Rejim ini rejim yang paling tak takut terhadap kekunoan , tak ada pikiran lain selain ekonomi dan uang . Yang sakral sakral pun diturunkan menjadi piranti mendulang uang .Apa yang sedang berjalan belum dapat dinilai . Belum dapat dinilai dan memang tak ada yang mempunyai kompetensi untuk menilai .Semua sedang berproses , sedang berjalan .
Penilaian dan pujian pujian oleh orang orang kini sebetulnya adalah penilaian bohongan , hanya karena ketakutan dihajar kalau tak membongkok bongkok , kalau tak memberi gelar kehormatan kalau tak nyembah nyembah , kalau penyambutannya salah , kalau laporannya tak aspal atau asbun. Tetapi lihat , begitu yang diberi pujian berlalu ,meninggalkan tempat itu yang tinggal hanya sumpah serapah dan umpatan umpatan yang memanaskan kuping .
Tak percaya ?
Yang jelas keadaan usreg dan udreg udregan terus tanpa kendat , malah ndadra , namun kalau kita berpikiran biar usreg terus lama lama kita biasa dan tak risi lagi .
Udreg udregan menjadi hal biasa , kita tak risi , tawuran menjadi biasa ,kita menjadi tak risi lagi melihat kemiskinan , orang tak bisa sekolah dan tak bisa membayar rumah sakit , menjadi biasa dan kita tak risi lagi seolah kita telah kita telah tanpa masalah , tata tentrem kertarahajo.Tampak tak akan ada harapan masalah Bhineka Tunggal Ika mendapat tanggapan ,jalurnyapun sudah lain .
Kegagalan yang tersebut tadi memang dapat dijadikan sebagai pelajaran yang sangat berguna bagi yang ingin mempertahankan warisan ajaran budi luhur nenek moyang khususnya orang pribumi , umumnya orang orang timur , yang diteruskan oleh para founding father kita , Hanya kita harus bersabar kembali menunggu golongan kekinian hilang (?) . Golongan kekinian tak peduli ras apapun , tak peduli golongan non pribumi (Cina ) maupun golongan pribumi .Karena mereka golongan orang orang tamak akan hilang sendiri karena mereka akan bertempur saling berebut sama sendiri dan mati . Sayang ada peribahasa , hukum besi yang sudah kuno makuno , gajah sama gajah bertanding , pelanduk masti ditengah tengah . Orang kaya dan orang kaya betempur orang miskin terjepit ditengah tengah . Waspadalah . Untuk melihat Bhineka Tunggal Ika menjadi pegangan yang konseptual (yang benar ) , barangkali kita harus menunggu sekian lama lagi , sampai generasi tua habis , yang berarti jaman sudah berganti . Mudah mudhan yang muda lebih bijak “Shu lao gen duo ren lao si duo “ Pohon semakin tua akarnya semakin banyak ‘orang semakin tua wawasannya semakin luas “. Tak apa , Tuhan tentu lebih Wikan .

Dalam Imlek 2010 ini banyak Peminpin orang non pribumi(Cina ) yang menyitir sitir Bhineka Tunggal Ika Tan hana Dharma Mangrowa . Sukurlah . Meskipun maksudnya mungkin khusus untuk manyelamatkan etnisnya saja , yang jelas pernah mengertinya . Sorry , ini teka teki yang tak serious , tapi serious . Serkarang setelah uraian ini bagaimana pikiran orang orang non pri (Cina ) yang sudah berhasil menjadi sangat kaya ?
Apa masih belum merasa kaya juga ? “San buy an kao hay buy an shen “ Gunung tak puas tingginya , laut tak pernah puas dengan kedalamannya . Hal yang biasa .
Kuatir kekayaannya berkurang atau hilang hingga perlu mengamankan kalau perlu di luar negeri . Jika demikian maka betul betul Bolehlah orang yang merasa kuat , merasa menang , merasa pinter , sekarang tersenyum bangga , tetapi diatas langit masih ada langit “ Tian Wei you tian ren wai you ren dan ada lagi di dunia ini tak ada pesta yang tidak berakhir .

“tian xia mei yu pun san de yan xi “
Sura Diro Jayaingrat Lebur Dening Pangastuti ., meskipun tak diapa apain kalau sudah titis tulisnya golongan ini juga bakal kukut , kukut oleh ulah sendiri .BHINEKA TUNGGAL IKA TAN HANA DHARMA MANGROWA.


Alamat E-mail : http:// bintoro .aggrainstitute .blogsot.com

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar