BUDAYA PLURALISME DN MULTIKULTURALISME

Diposting oleh Asri Bintoro on Kamis, 17 Mei 2012

AGGRA INSTITUTE
TAMAN BELAJAR TENTANG PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME
10- 10 -2009


11, BUDAYA PLURALISME DN MULTIKULTURALISME

TANAH PARAHYANGAN ( BUDAYA SUNDA ).

Andai kata kita berpergian dari Jakarta menuju ke Pangandaran lewat Cianjur atau Puncak, maka seperti dimanapun di daerah Jawa Barat akan kita jumpai pemandangan yang sama.Misalnya , orang Sunda yang bergegas gegas menyebrang jalan, diantara kepadatan lalu lintas.Pengasong pengasong orang Sunda mengejar-ngejar pembeli dengan menawarkan dagangannya.Pembelinya kebanyakan , orang kaya bermobil dari Jakarta. Lapak lapak jelek berserakan sepanjang jalan yang padat .
Orang sibuk dan bergegas ada di mana-mana.
Sekalipun kita jauh berjalan tak akan kita temui daerah yang damai, dimana kita dapat santai dengan tenang .

Dimana-mana ada pembangunan, tukang-tukang kuli-kuli sibuk. Tanah berbukit diratakan, yang legok di urug, pohon pohon digunduli pemandangan yang indah bertukar dengan daerah yang berantakan , kering dan gersang , berdebu . Jika turun hujan , lumpur melumuri hampir semua lahan .Atau banjir merendam semuanya .

Kawasan Puncak
Lamun diajak ka Bandung ku bapa, kuring sok hanuet pisan.
Sok resep dijalanna. Komo lamun geus nepi ka Puncak mah hate asa tengtrem. Hawana tiis, pemandanganna endah. Lamun aya di daerah puncak pass, jalan teh maniula ileu, lir oray keur ngaleor. Ampis satuntung tingalkeun kebon enteh ngampar lir permadani hejo.
Memang tara bosen kuring mah aya di alam bebas teh. Lamun neuteup pemandangan sok rasa ka nu nyiptakeunana Pangeran Anu Maha Suci tos maparing rochmat dina wujud alam Jawa Barat anu sakitu endah jeung suburna, asa moal aya duanana. "Tah ieu teh rahmad Alloh anu kudu di jaga, di pusi-pusi. Komo kawasan Puncak mah gede pisan manfaatna, boh keur urang Jakarta jeung sabudereunana.

Yang seperti ini sudah tak ada.

Pembabatan hutan atau penggundulan daerah resapan untuk lahan usaha dan pemukiman baru berjalan demikian cepat dengan akibat-akibat yang tak mengenakkan. Suhu udara naik, tanah longsor, banjir juga terjadi di daerah ketinggian seperti di Bandung. Penghijauan sangat lamban itu pun kadang tak jadi karena di gusur lagi untuk pembangunan kantor atau pabrik. Padahal orang tahu apa akibat dari ulah-ulah yang diperbuat, tetapi perusakan lingkungan berjalan terus. Udara berubah menjadi panas dan debu beterbangan di musim ketiga yang kerontang ,dan berlumpur waktu musim hujan . Begitu pula penduduknya yang semula lembut menjadi cepat marah , kejadian kekerasan dan kekasaran bukan hal yang aneh karena terjadi hampir setiap hari .

Pembangunan mal dan villa terus bejalan apakah itu sesuai dengan peruntukan atau tidak . Teguran teguran tak digubris karena yang ditegur orang yang lebih kaya dan lebih kuasa dari yang menegur . Pembangunan kebun kebun modern , kolam kolam ikan ada dimana mana . Tempat makan berserakan dimana mana .Objek objek wisata dibuka disegala sudut wilayah , apakah merusak lingkungan atau peradaban setempat tak masalah . karena demi pembangunan yang berkonotasi uang semua yang sakralpun diprofankan untuk diacak acak . Begitukah komando atasan negeri ini , siapakah sebenarnya komando negeri ini ? Mending semua itu buat orang Sunda yang katanya pewaris bumi ini .
Pembangunan Jawa Barat yang begitu pesat benar-benar begitu hebat dan spektakuler.
Orang , bangsa bangsa di dunia terkagum kagum mengapa bumi yang paling indah ini dihancurkan demi pembangunan yang artinya uang . Seolah olah uang dapat mendatangkan kebahagian yang benar .
Nyatanya mereka yang tergusur tanahnya karena uang dalam waktu yang cepat hidupnya menjadi susah .

Pelaksana pembangunan dapat pujian setinggi langit dan angka rapornyapun rata rata diatas sembilan dan hidupnya tambah senang .

Yang menjadi pertanyaan, benarkah pembangunan yang demikian hebat itu memberi manfaat bagi orang Sunda penduduk asli daerah Pasundan, atau malah memberikan mudarat bagi penduduk setempat.

Betulkan pembangunan Jawa Barat yang demikian pesat dapat mengangkat derajat dan kesejahteraan bagi orang Sunda, sehingga orang Sunda dapat menjadi orang yang lebih sugih dan menjadi tuan di buminya sendiri, atau malah menjadikan orang Sunda terpuruk, kehilangan segala galanya.
Perlu direnungkan . Maju dengan pesat adalah harapan bagi semua, tetapi jika majunya hanya memberi musibah , memilukan karena memberbesar kesenjangan dan ketidak adilan yang menyakitkan dan akibat-akibat yang lain tentu perlu ada evaluasi lagi seribu kali.
Tetapi tampaknya ada pendirian yang lain yang mengatakan apapun yang terjadi pembangunan harus berjalan terus karena dari situlah rapor nilai pembangunan dan kemajuan akan didapat .Semuhun dawuh disinipun juga malah lebih besar dari yang lain .


Dengar kidung Pak .Prof Dr Rusyana ,


TANJUNG KERTA
Karya Ys.Rusyana

Megana ,euleuh ku suci putih ,
turun nyieun embun embunan gunung nu ngalamuk ,
umpalan di sawah pare keur rampak
dikolong dina balong ting galusur lauk .

Kalapa saparapat tambahan leubeut ku buah ,
petuy , jeruk , kudu , manehpeuy , ngan kari tanggal ,
ayu ku tentrem , eleuh ku tumaninah ,
ieu hati ngadadak sadrah ,

Lir karuhun nu baheula ngabedah
nyadiakeun incu betah bumetah
Ku gede tanggung jawab lelaki ujang
Lantaram kudu ngarasa ngaraksa saben jengkal tanah
pikeun incu betah bumetah .

Apakah syair ini sudah menjadi cerita masa lalu ,atau masih menjadi pendirian yang keukeuh orang Sunda .

Sepanjang perjalanan sejauh itu, hampir tak terdengar suara-suara degung yang mendayu atau suara kecapi suling yang melengking lengking meninggi dan merendah dari warung-warung sepanjang jalan, apakah orang sudah tak menganggap itu penting , karena toh sudah ada banyak menggengggam uang pengganti yang menghibur .
Orang berbahasa Sunda pun sudah sangat jarang. Tak apa , toh orang Sunda hanya berbicara dengan orang para pembeli yang punya duwit yang bukan orang Sunda . Kelompok diskusi Simpay ( Paguyuban Guar Sunda ) mengadakan diskusi bertempat di Gedung IX Fakultas Ilmu Pengetahun Budaya UI di Depok , dihadiri Pak Ayip Rosidi .Semua peserta diskusi diharuskan menggunakan bahasa daerah Sunda. Ternyata hanya satu atau dua tiga orang yang mampu berbicara Sunda sampai habis . banyak mahasiwa yang orang Sunda asli yang juga tak mahir berbahasa Sunda .Kenyataan buruk ini tampaknya juga tak menimpa Bahasa Sunda saja . Pengguna Bahasa Daerah lain juga banyak yang sudah tak mampu menggunakan bahasa daerahnya . Kalau saja bahasa daerah merupakan identitas bangsa bangsa daerah , maka dengan hilangnya identitas itu , hilanglah kebangsaan daerahnya .


Bagaimana dan apa yang harus diwariskannya generasi berikunya ?

Budaya budaya daerah yang memiliki tempat tempat khusus untuk memelihara kesakralan kesakralan tempat untuk mengajarkan pengendalian diri , kesederhanaan, kejujuran , ketenangan , kedamaian , tempat belajar mensucikan diri pun dikorbankan , diobrk abrik dijual dan dibeli orang oleh orang yang belum tentu jujur , belum tentu tak serakah dan belum tentu tak tamak, dibeli dengan uangnya yang belum tentu diperoleh dengan halal .

Bagaimana jika identitas Sunda itu sudah pergi dari daerah Pesundan ?

Presiden melalui Pak Jero Wancik berkata " kebudayaan itu lebih penting lagi , karena dari kebudayaan itu , kita akan dapat identitas bangsa yang akan diwariskan kepada generasi kita berikutnya . Identitas bangsa akan terus dipakai turun menurun dan dicontoh bangsa lain . Sungguh sayang jika kenyataan menunjukkan makin hilangnya kebudayaan nusantara . Apa yang mau dicontoh ,apa yang yang mau diwariskan kepada generasi kita seterusnya secara turun temurun , apa yang mau dicontoh bangsa lain, jika kenyatannya budaya pluralisme dan multikulturalisme makin tergeser , nyaris tercampak .

Agenda pembangunan yang hanya mempunyai satu acara memburu uang , tampaknya tak sesuai dengan niat gerakan mebangkitkan kebudayaan nusantara (budaya lokal ) , justru kebudayaan yang plural dan mutikultural itu akan dimangsa oleh yang dinamakan mafia ekonomi , economical animal . Tinggal menunggu ikan yang besar besar akan memangsa ikan ikan teri , lalu ikan piranha akan menghabisi ikan yang lain .
Orang kecil tak mungkin mencegah (ngelikake) wong gede , wong bodo tak mungkin nasehati wong pinter , wong rendahan tak mungkin nuturi wong duwuran . Orang yang tak berdaya paling hanya bisa menggerutu ,mengadukan masalahnya kepada Tuhan , memohon bantuan dan perlindunganNya .

Lalu mengancam dengan doanya ,y
ang perlu diingat yalah siapapun yang menghancurkan budaya nenek moyang dengan dalih apapun suatu ketika harus menebus dosanya didepan sidang para leluhur dan karuhun yang akan bangkit karena terganggu ketenangannya .

Phenomena diatas sudah menceritakan itu semuanya . Tahun tahun yang lalu pariwisata ditargetkan memasukkan devisa US $ 5 miyard atau Rp.50 trilyun pertahun .
Apa artinya? Tentulah tempat yang berpotennsi mengembalikan eksistensi budaya tergusur , oleh kepentingn yang berseberangan dengan nilai budaya itu sendiri .

Masih Sundakah daerah Sunda?


Masih orang Sundakah penduduk daerah Sunda?

Masih orang Sundakah penduduk Jawa Barat?.
Atau biarlah apa yang terjadi, asal segelintir orang Sunda yang dapat untung makin jaya, meskipun untuk diri sendiri. Tampaknya orang Sunda juga sudah cuek terhadap kearifan kearifan lokal yang selama itu sangat dipegang teguh .

Kebersamaan silih asih, silih asuh, silih asah adalah kata-kata yang sudah jarang diperdengarkan atau didengar, kecuali pada seremoni-seremoni .

Menurut Faisal Syahreza , Penyair ,Sekretaris ,Komite Sastra Dewan Kesenian Cianjur ,

" Pitutur bijak yang lahir dari adat leluhur sering kali berupa petuah penyelamatan masyarakat dari perkembangan zaman yang cenderung tidak manusiawi . Ditengah tengah masyarakat yang mulai terbiasa dengan maraknya tindakan kekerasan dan kehilangan kepekaan terhadap pentingnya humanisasi dalam diri , barangkali dibutuhkan ajaran ajaran kelembutan . Ajaran yang mampu mengembalikan naluri kemanusiaan seperti dulu kala lagi saat hakekat seorang manusia begitu hidup dalam harmonis , dengan manusia lainnya , dengan alamnya dan tentu saja dengan Tuhannya . Wilayah dan ruang tradisi sangat berpotensi dalam perkembangan kehidupan masyarakatnya . Segala yang terkandung di dalamnya adalah hasil perenungan dari nenek moyang yang sengaja diwariskan atas kesadaran kebutuhan memberi bekal hidup yang baik bagi masyarakatnya ".

Dalam Sambutan Edisi Ulang Tahun ke-2 Majalah KABARE JOGYA Kanjeng Sinuwun Sultan Hamengkubuwono X , rajanya orang Jogya atau rajanya orang Jawa mengatakan ;

Menurut guru besar antropologi -sosiologi FISIP UNPAD , Dr.Kusnaka Adimihardja ,bahwa krisis penggunaan bahasa ibu berdampak negatip terhadap kelestarian alam . Karena marginalissi bahasa daerah , ternyata telah ikut meminggirkan kearifan lokal yang termuat dalam idiom idiom lokal yang berkaitan erat dengan pengetahuan sosial .ekologi dan kelestarian lingkungan .Warna warna lokal yang bermuatan kearifan lokal semacam itulah , menurut hemat saya yang perlu digali , untuk diangkat dan dikembangkan dengan lebih dalam dan tajam sebagai wahana pembelajaran bagi generasi muda untuk memahami nilai nilai budayanya .

Masih banyak lagi pendapat pendapat yang mengawatirkan hari depan budaya daerah kita, kearifan kearifan lokal . Kita terus maju ke depan seperti menentang ketidakpastian , untuk melewati jembatan yang rusak .
Dalam resensi terhadadap buku Merajut Kembali Indonesia Kita karya Sampean Dalem Kanjeng Sultan Hamengkubuono X , Rifqi Muhamad , Pustakawan PIPMI UGM , menulis " Dalam buku ini , kesadaran berindonesia kita diungkit kembali ,Kenapa ?Kini Indonesia tidak ubahnya rumah besar yang mulai keropos , berlobang lobang dan nyaris roboh " .
Banyak orang mengajak, mari kita mencari jalan selamat , kembali menghayati petuah petuah , pedoman pedoman hidup dari nenek moyang , kearifan lokal yang terkandung dalam pluralisme dan multikulturalisme .
Banyak teori teori yang mengatakan,kalau masyarakat mau menjadi tenang , negara tenteram , tata , temtrem karta raharjo , please back to pluralism and multikulturalism , budaya Bhineka Tunggal Ika , budaya nenek moyang ,yang juga dilembagakan dalam UUD 45 , sebagai penyeimbang budaya yang anu saukur mburu duwit .
Adalah Studiklub Teater Bandung membuat pertunjukkan yang membuat terkesimak ratusn mahasiswa Universitas Maranatha Bandung .Sang sutradara IGN Arya Sanjaya , menyuguhkan ceritera ,
repertoir pertama berjudul "Symponi Nomor Empat" menggambarkan seorang pemain gitar panggung dan persahabatan ."saya ingin menonjolkan bahwa persahabtaan adalah yang utama .

Repertoir ke dua berjudul Symphoni April .Ceritanya tentang kehidupan pebisnis periklanan yang berhasil tetapi depresi dan memilih mengubah haluan hidupnya dengan menjadi pemain harpa .Dengan bermain harpa membawa kedamaian sehingga psikomania yang dimilikinya hilang . "Pesan moral cerita ini adalah bahwa uang dalam hidup ini bukan segalanya ."

AGGRA INSTITUTE mungkin tidak bermaksud mengkritik, hanya mungkin karena gaya bahasanya yang tak sehalus gaya Sunda , kedengaran sebagai sebuah kritik yang tak mengenakkan . Sedang maksud sebenarnya adalah berbicara dalam hati saja ( nguda rasa ) apakah semua komponen masyarakat utamanya para tokoh-tokohnya, para budayawan belum mengingatkan kapada penguasanya agar intropeksi apa yang kita kerjakan sudah sesuai dengan idealisme Sundaisme atau malah menjadi Sundaneese kills Sundaism.
Dari jauh tampak para ahli budaya Sunda, budayawan-budayawan Sunda, pecinta budaya Sunda, berjajar berbaris menyaksikan pembuldozeran atas semua yang berbau ke Sundaan . Etnis Sunda, Budaya Sunda, bumi Pasundan miliknya .Mereka tercenung dengan mbrebesmili dan tak berdaya. Menyaksikan etnisnya dan budaya dan buminya yang begitu dicintai , dipusi pusi , tergusur tanpa proteksi , menjadi kocar kacir dan hampir tak ada identitas Sunda satupun yang tampak .

Diseberangnya juga berbaris berbanjar banjar para tokoh kekinian yang dengan bangga membusungkan dada membanggakan keberhasilannya karena telah berhasil membuldozer yang kuno kuno dan merubah tanah Sunda menjadi lebih modern , lebih semarak dengan lagu rock dan dangdutnya lengkap dengan hidangan cepat saji , mall , mall dan kuburan super modern di San Diego .
Aneh ya di Jawa Barat ada San Diego , Palm Spring , kenapa tak ada New York atau Yokohama ?


Tentu mereka yang kalah tak mungkin berani melawan seperti Kartosuwiryo pada tahun 1950 an, atau seperti Surya Kartalegawa pada awal kemerdekaan. Tak sanggup mengatakan ,meskipun hanya berkata " tidak ", karena takut menjadi orang yang dicap anasionalistis,provinsialistis , premordialistis,anti persatuan dan kesatuan, tidak modern, anti pembangunan dan jargon-jargon seperti itu.

Pasrah saja, mungkinkah?

Ada sebuah kidung yang menasehati orang, tetapi juga bangsa. Eling sebelum semua berakhir.

Kaduhung tara ti heula.
(Penyesalan kemudian tak berguna)

Eling-eling maka eling
Rumingkang di bumi alam,
Darma wawayangan wae
Ragap taya pangawasa
Lamun kasasarna lampah
Nafsu nu matak kaduhung
Badan anu katempuhan.

Dalam kehidupan pun demikian , harus ingat dan waspada ,karena menyesali setelah semua hilang tak berguna.
AGGRA sendiri sebenarnya juga belum begitu paham tentang idealisme Sundaisme, sehingga perlu menggali-gali pelajaran Sundaisme yang disusun dan sebagian merupakan pertanyaan mengenai apa yang dapat kita temui dan apa yang seharusnya , dengan judul BUDAYA SUNDA MASIH PERLUKAH DAN MAUKAH ORANG SUNDA MENEGAKKAN PAYUNG KI SUNDA KEMBALI?

Sekalipun ini membicarakan budaya Sunda , tetapi sesanti panyebar semangat masih berlaku "sura Dira Jaya Ing ngrat Lebur dening Pangastuti ".


bintoroasri@yahoo.co.id



----------------------------------------------------------------------------------------------

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar