12 .BUDAYA PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME .

Diposting oleh Asri Bintoro on Jumat, 10 September 2010

AGGRA INSITUTE
TAMAN BELAJAR BUDYA PLURALISME MULTIKULTURALISME

bintoroasri@yahoo.co.id


10 - 5 - 2010


12 .BUDAYA PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME .

Sebuah Tekateki

Kalau misalnya kita membuat teka-reki, mengapa keadaaan negara selalu gonjang-ganjing dan kapan keadaan semacam ini akan berhenti dan kembali tenang , jenjem , tata tentrem kerto raharjo lagi . Orang dapat hidup lebih santai lagi , orang dapat nonton wayang , mendengar klenengan , ngelaras , menggembala kerbau sapi uro uro dengan senangnya . Dulu kita kok dapat hidup lebih senang , sekalipun kita relatif lebih kekurangan di segala bidang . Tetapi sumber sumber kekayaan negara masih utuh , kedung kedung masih banyak ikannya , hutannya masih rungkut dan adem . Pendek kata tata tentem kerta raharja . Tata tentrem kerto raharjonya tentu lebih sederhana , mengingat kita dulu masih bodoh bodoh , yang pandai cuma bangsanya kaum penjajah dan orang orang yang mendapat kebaikan istimewa dari penjajah . Sekarang kita sudah merdeka , orangnya pandai pandai . Sandang pangan dan papan melimpah bagi yang punya . Yang tidak punya panggah saja kedandapan seperti keadaan sebelum merdeka .
Tetapi mengapa baik yang punya maupun yang tak punya tetap kedandapan ? Sehingga keadaan esreg terus ?


Sejak adanya reformasi masyarakat malah selalu usreg dan gelisah belum ada tanda-tanda kapan ketidak pastian (istilah Pak Sultan) akan berakhir. Pada hal usaha rakyat berserta pemerintahnya untuk mengatasi hal ini boleh dikatakan sudah all out, toh belum mantra-mantra mengembalikan situasi seperti semula apa lagi lebih baik. Misalnya MPR telah mengandemen UUD 1945 yang sebenarnya perlu disakralkan tetapi malah diorak arik seenaknya, mudah mudahan tak kualat .Kekurangan uang sudah dipenuhi dengan menunda hutang dan malah meneken hutang-hutang baru lagi. Kekayan berupa hutan , juga yang di laut , juga yang berupa tambang sudah habis di jual atau dikapling , tinggal sisa sisa . Presiden sudah berganti beberapa kali, pembatu-pembantu presiden adalah orang-orang atau pakar-pakar pilihan berpendidikan modern berijazah dari universitas yang top, ada yang dari Harvard ada yang dari Barkerley dan yang lain lain yang tak tanggung tanggung , sudah di proper test tentang kecakapannya, dalam keadaan sehat jasmani dan rohaninya sesuai dengan surat keterangan dokter, berkelakuan baik dan tak pernah tersangkut urusan kriminal sesuai dengan surat keterangan kepolisian, bebas narkoba dan terdiri dari orang-orang yang bertakwa, dan terakhir sudah disumpah sesuai dengan agamanya masing-masing.

Toh kericuhan , kekacauan bahkan krimilalitas belum menda-menda.


Sebetulnya agak janggal penderitaan rakyat semacam ini kok di buat teka-teki, kayaknya menyepelekan masalah atau cuek tehadap masalah. Justru itu dilakukan karena menunggu selesainya ketidak pastian ini sudah terlalu lama, sehingga kalau kita tegang terus otak bisa fatique, tak bisa tidur lalu stress dan penyakit datang.

Memang matematika (ilmu pasti) tidak selamanya dapat memecahkan masalah, rasionalisasi terbatas tak bisa untuk menebak keajaiban alam yang sangat luas. Namun tak apa jika generasi ini mencoba-coba menguasai alam berdasarkan rasionalisasi ,logika dan eksata yang didewa-dewakan.

Tepa palupinya adalah, misalnya kita menanam sebatang pohon. Telah kita pilih dari bibit yang unggul dan bebas hama, lalu kita tanam dilahan yang dipersiapkan sesuai dengan aturan-aturan dalam ilmu pertanian. Diberi rabuk lalu di jaga agar tak diserang virus atau hama. Disinilah keanehannya pohon itu menggik-menggik saja, layu, merana, hidup enggan mati tak hendak.

Ada yang lebih kuasa menentukan keadaan dari ilmu manusia.

Ada contoh lagi, misalnya kita merawat seorang anak. Anak dirawat sesuai aturan kesehatan yang dikatakan dokter. Bahkan sejak kehamilan dini sudah selalu memeriksakan diri ke dokter. Persalinan dilakukan di rumah sakit berkelas dengan bantuan dokter ahli. Dirawat dengan amat teliti, diberi gizi, vitamin dan obat-obatan sesuai dengan kebutuhan. Sungguh aneh jika toh akhirnya menunjukkan gejala-gejala kelainan baik fisik maupun mentalnya.

Ternyata masih ada yang lebih kuasa menentukan hidup ini dari pada ilmu-ilmu kedokteran, betapa pun modernnya.

Begitu pun dalam mengurus negara, ada yang lebih kuasa dari segala ilmu yang dihimpunnya.
Baru saja kita alami betapa dahsyatnya kemauan rakyat untuk bereformasi . Reformasi sudah dilakukan toh keadaan usreg terus , saben dino udreg udregan ora ana mendane , piye to ki ? . Budaya demokrasi yang menjadi kebanggaan dan diagul agulkan berubah menjadi budaya poyok poyokan (saling melecehkan ) , saling memojokkan , saling sikut , bertemunya keserakahan melawan ketamakan , ora idep isin , berkecamuknya budaya kekerasan dan kekasaran dan budaya kurang ajar makin marak . Budi luhur sudah terlupakan .

Rupanya betapapun cermatnya mengurus negara , jika masyarakatnya masih usreg , atau udreg udregan terus . kuwi tandane ana sing ora atau durung beres . Apakah yang dikehendaki rakyat belum sesuai dengan yang diberikan negara . Apa ada aturan aturan atau kebijksanaan yang kurang dikehendaki rakyat ? Apa rakyat kecewa karena yang dijanjikan para pemimpin belum ada buktinya . Apa rakyat merasa bahwa mandat yang diberikan tak memberikan manfaat bagi rakyat .
Apakah memang masyarakatnya yang rewel , mencari cari alasan agar dapat memeras penguasa .Apa penguasanya yang bertindak aneh ,sehingga rakyat menggugatnya .
Orang muda selalu berrnafsu ingin meminggirkan golongan tua, arogansinya selalu mengatakan orang tua lamban tak njamani dan orang muda ingin tampil memamerkan kepandaiannya itu wajar, namun pada umumnya pemimpin baru umumnya agak gagap pada kedudukan barunya , itulah saatnya para penjual mulut manis berbaris untuk menjilat jilat . Sebenarnya yang muda tak boleh begitu saja meninggalkan peranan golongan tua. Sama halnya seorang anak yang merasa pintar berkendara. Justru karena kecakapannya ia berdemonstrasi, sekali salah perhitungan ia jungkir balik masuk got, karena melupakan nasehat-nasehat orang tuanya , untuk selalu hati hati .
Aja grusa grusu , alon alon waton klakon . Yen kesusu apa sing diuber uber , aja grusa grusu apa sing digoleki , eling ana pirang pirang kendala sepanjang kita berjalan . Memang sayang tradisi timbang terima jabatan tak ada lagi , pergantian pimpinan tinggi biasanya diawali dengan perseteruan , sehingga pemimpinan baru bukan kelanjutan dari pimpinan lama , tetapi pimpinan baru dengan gaya baru dan lain lain yang serba baru .

Ada hal yang telah dilupakan oleh para pemimpin, pakar-pakar muda yang modernis yaitu ilmu-ilmu orang tua warisan leluhur sendiri. Dalam jaman penjajahan dahulu penjajah Belanda membiarkan ,orang Jawa dibiasakan menerima pelajaran tentang kehalusan, kesantunan dari kearifan lokal yang diajarkan melalui sekolah formal. Tentu saja hanya bangsa-bangsa yang memiliki kearifan lokal saja yang dapat mengajarkan kesantunan bermasyarakat. Sayangnya dengan makin majunya peradaban manusia Indonesia , ilmu ilmu westernisasi dan modernisasi, rasionalisasi dan liberalisasi terlalu kuat menghancurkan kearifan lokal, menjadi sebab hilangnya upaya-upaya pengendalian diri, kesantunan dalam kebersamaan terabaikan. Kesantunan dan kehalusan memang tampaknya tak cocok dengan alam kekinian, justru menjadi bahan tertawaan bagi orang yang tak pernah memiliki kesantunan . Barulah nanti setelah merasakan kekasaran dan kekasaran dari alam demokrasi yang beliau puji sebagai suatu sistim yang paling baik untuk pemerintahannya , merasa perlu memperbaiki demokrasi .


Kita kembali berteka-teki

Pertanyaannya :
Mengapa kerisauan, kegelisahan masyarakat yang terjadi sejak awal reformasi hingga kini, tak bisa berhenti.

Jawablah pertanyaan ini dengan jawaban yang anda anggap paling benar.

a) Karena kita menerapkan sistim yang tak cocok dengan kepribadian bangsa sendiri. Belanda mula-mula menjajah kita juga begitu, tetapi karena lalu merubah haluan dengan menghargai pluralisme dan multikulturalisme, pemerintah Hindia Belanda sanggup bertahan 300 tahun.

b) Karena kita semua kuwalat kepada leluhur kita yaitu meninggalkan budaya warisan yangsarat dengan kearifan-kearifan lokal

c) Karena pemimpin-pemimpin kita bukan orang kuat yang dilambari atau di topang ilmu-ilmu yang mempunyai kekuatan spritual yang memperkuat kedudukannya, malah cenderung melecehkannya, akibatnya sangat rapuh mendapat goyangan gempa sedikit sudah bingung

d) Pemilihan pakar-pakar yang paling jenius pun, perimbangan-perimbangan kekuatan yang dilakukan dengan cermat, pertumbuhan ekonomi yang signifikan, tak menjamin bakal kembalinya masyarakat setenang jaman sebelumnya

e) Karena keadaan yang tak stabil, alam pun berbuat menghambat lajunya modernisasi yang akan menghancurkan alam buminya, penduduknya, budayanya (defensifnya alam)

f) Teriakan batin rakyat yang menimbulkan kekuatan untuk menghambat nafsu atasan yang makin memperjauh jarak dan lupa pada tujuan adil makmur

Kalau ternyata sulit menebak tak usah ditebak, karena semua itu betul ,
sulit untuk mencerna ilmu ini, jika belum mempelajari ilmu pluralisme dan multikulturalisme. Bukan penulis ini yang menjadi gudangnya ilmu itu. penulis sekedar memberi tahu gudang pakarnya ilmu ini ada di fakultas fakultas budaya , khususnya Fakultas Budaya Universitas Pajajaran Bandung juga para dalang , para guru ilmu kebatinan ahli ahli dalam bidang pluralisme dan multikulturalisme , yang berjenis jenis bobot dan cakrawalanya .

alamat email : bintoroasri@yahoo.com.id



'AGGRA INSTITUTE TAMAN BELAJAR TENTANG PLURALIME DAN MULTIPLURALISME Aggrainstitute@Gmail .com . Alamat : E mail bintoroasri@yahoo.co.id / aggrainstitute@gmail.com (sambungan dari No 12 . bloger - bintorosri@ co.id . 13 .BUDAYA PURALISME DAN MULTI KULTURALISMENomor ini sebenarnya sudah dibuat ketika penulis menyiapkan tulisan dengan gaya yang lama yang terus menerus . Ketika penulis merubah cara penyajian menjadi bernomor nomor maka tulisan ini mestinya diganti . Tetapi sayang dibuang lalu dimasukkan kembali dengan mendapat nomor seperti yang lain .Kalau dibaca seperti kita mengulangi hal hal yang telah kita telah kita ketahui sebelumnya . Penulis kira tak masalah , karena tujuannya antara lain untuk lebih mendekatkan pikiran kita kepada masalah ke daerahan . Adapun nama AGGRA INSTITUTE dimaksud sebagai ajang tukar pikiran mengenai Budaya Jawa Yang Adiluhung . Kepanjangan dari AGGRA sesuai dengan para pecinta yang ada di dalamnya yang menggunakan bahasa Jawa . Tertulis dalam bahasa Jawa yaitu Angesti Gapuraning Nugraha Gung , yang dapat diartikan Menggapai Gerbang Anugerah Gusti Allah Yang Maha Agung . Mengenang Budaya Jawa Yang Adiluhung bukan berarti ingin mendirikan arogansi berdasar cerita masa lalu , ketika bangsa Jawa menjadi bangsa besar , melainkan ingin mengenal dan mengenang kembali Budaya Jawa Yang Adi Luhung yang telah mampu mengantar bangsa Jawa menjadi bangsa yang besar . Bahwa kami sebagai warga negara tentu saja juga seperti warga negara yang lain, ikut berada di atas perahu Indonesia menuju yang dalam UUD 45 disebut Negara Indonesia yang merdeka , bersatu , berdaulat , adil dan makmur yang dalam versi dalang Jawa disebut tata tentrem kerta raharjo . Sang nakhoda yang mengomandani perahu ini telah berganti ganti , dengan berbagai gaya dan kepiawian masing masing untuk menuju adil makmur.Pertanyaannya ialah sudah sampai dimana perjalanan kita , Sesudah kita merdeka selama paling tidak 60 tahun sudah sampaikah atau kapan kita akan mencapai tujuan adil makmur itu , atau sebetulnya paling tidak kita perlu mengoreksi apakah perjalanan kita masih tetap pada arah pedoman yang benar atau melenceng ? Nahkoda yang piawaipun tentu tiap kali atau melakukan barring terhadap kompas yang menuntun perjalanan kapal . Itulah yang selalu menjadi pemikiran kita , apakah arah kapal kita itu masih benar atau tidak , sebab arah yang kita tuju daratan yang adil makmur ,atau tata tentrem karto raharjo , suatu cita cita impian atau katakanlah lamunan bangsa yang telah tumbuh sejak dan kita bperjuangkan bersama serjak kita belum mempunyi negara , yang hingga daratanmakmur bersama (wong cilik bisa gemuyu ) hingga belum kini belum nampak . Bahkan sepanjang perjalanan yang nampak tanda tanda yang menunjukkan arah yang bebeda dengan arah yang kita tuju . Jangan jangan kita malah sudah terlanjur terlalu jauh menyusuri jalur yang beda bahkan semakin menjauh dari tujuan semula . Demikian pula kalau kita mengenangkan ,mengapa kita membentuk bangsa ini ? Yang semula ubaya atau prasetya kita bertujuan untuk mempersatukan kekuatan yang benar benar ampuh untuk bersama sama berjuang atau berjuang bersama sama membebaskan diri dari penjajahan untuk mencapai kemakmuran bersama , ternyata diujung perjalanan apa yang menjadi niat bersama sama ternyata yang didapat pemenuhan janji yang tidak seperti semuala . Reformasi sebagai upaya yang paling akhir pada saat ini, juga sebagai upaya yang ingin mengadakan pembaruan yang berarti perubahan dan perbaikan , tampaknya juga makin mempertajam kesenjangan , menjauhi tujuan adil makmur . Ada yang mengatakan keberhasilan reformasi adalah tuntutan untuk mengamandemen konstitusi /UUD 45 , peninjauan Dwi Fungsi ABRI , pelaksanaan otonomi di daerah propinsi , kota/ kabupaten rakyat menikmati kebebasan berpolitik , muncul 200 partai politik , kebebasan pers dan kebebasan berunjuk rasa . Sedangkan yang belum dapat diselesaikan adalah penegakan hukum dan pemberantasan korupsi ,kolusi dan nepotisme pemberasan kemiskinan dan pengangguran . Dan dari semua itu puncak keberhasilan reformasi adalah rakyat menikmati kebebasan berpolitik dalam arti munculnya 200 partai politik dan kebebasan pers dan kebebasan berunjuk rasa dengan segala dampaknya . Sedangkan yang belum dapat diselesaikan adalah penegakan hukum ,dan pemberantasan korupsi ,kolusi dan nepotisme .Lalu kapankah adil makmur menjadi perhatian bersama lagi ? Yang menjadi tanda tanya ialah dugaan masuknya neoliberalisme dengan ciri ciri , penanaman modal asing dan penjualan BUMN BUMN . berlakunya pasar bebas kemerdekaan iduvidu yang terlalu bebas hilangnya kebersamaan . Ada orang mengatakan semua hasil besar reformasi ini tak sesuai dengan cita cita kemerdekaan . Tampak sebagian masyarakat Indonesia mulai melupakan cita cita bersama dan Pancasila yang diakui sebagai lambang persatuan . Dalam kancah perpolitikan terlihat adanya keresahan . Dialog jati diri bangsa yang berlangsung di Yogyakarta Saptu yang melahirkn komunike yang intinya berisi keprihatinan terhadap nasib bangsa yang disebabkan berlarutnya krisis moral yang berakar pada lunturnya jati diri bangsa , Sri Sultan Hamengku Buwono ke X berbicara sebagai pembicara kunci menilai reformasi telah tercabut dari akar hakekatnya , yaitu komitmen terhadap perubahan dan perbaikan , karena digantikan oleh ketidak pastian tersebut. Kompas 16-2-2004 . Pakar politik pemerintahan dari UGM Yogyakarta IGN Ari Dwipayana mengatakan di Jogya Kamis (31/5-07 ) "Indonesia memiliki ideologi Pancasila ,tetapi idee yang diambil pemerintah bersumber dari nilai liberalisme .Kebijakan pemerintah yang berseberangan dengan ideologi Pancasila dapat dilihat dari UndangUndang Penanaman Modal yang sangat bepihak ada investor asing .Selain itu privatisasi terhadap air dan sunber daya alam yang dilakukan pemerintah sangat diwarnai idee liberalisme ." Lanjutnya , Pancasila seharusnya menjadi spirit yang menjiwai kebijaksanaan dan Politik Indonesia "kini Pancasila hanya dimaknai sebagai simbol atau slogan yang dianggap sakral . Benarkah politik Indonesia sudah salah arah ? Memang dari awal kita berjalan pada dua rel yang berbeda , yang satu pada rel budaya yang pluralisme dan multikulturalisme dan yang ke dua pemerintahan yang mengaku modern sentralistik rasionalisme dan pragmatis . Pada saat kita bekonsentrasi terhadap nasionalisme , barang kali akan terlalu mengaggetkan kami menulis dengan bertumbu pada budaya Jawa , khususnya budaya Jawa yang adiluhung . Tetapi disini Budaya Jawa sebenarnya secara illegal ingin mewakili budaya kalangan luas yaitu budaya budaya daerah yang beragam ragam yang tergabung dalam budaya pluralisme dan multikuturalisme atau yang ada dalam tiap etnis. Betulkah budaya kita sangat plural dan multikutural , beragam ragam ? Berbicara Bapak Ayip Rosidi , bapaknya budayawan dan ahli ahli Sundaisme , dalam Visi Konferensi Internasional Budaya Sunda Kompas 24 Agustus 2001 " Diantara negara dan bangsa di dunia , Indonesia adalah salah satu yang mempunyai budaya sangat beragam .Keberagaman itu dilembagakan dalam lambang negara "Bhineka Tunggal Ika " beragam macm namun satu jua . Namun keberagaman itu , walaupun sering dibangga banggakan secara verbal , tidakpernah secara konseptual dan berencana dijaga dan dipelihara bahkan dikalahkan oleh jargon "perstuan dan kesatuan "yang bersifat monolitis , tetapi yang juga tak pernah diuraikan secara konseptual ." Redaksi Kompas dalam pengantarnya , pada halaman yang sama "Yayasan kebudayaan Rancage didukung Toyota Foundation dan Pemerintah propinsi Jawa Barat menyelenggarakan Konferensi Internasional Budaya Sunda I (KIBS) di gedung Merdeka Bandung 22-25 Agustus 2001.Konferensi ini diharapkan membersitkan pencerahaan kultur Ki Sunda yang universal ,namun sering " dilupakan " oleh urang Sunda sorangan . " Untuk sementara waktu, AGGRA barangkali belum dapat masuk dalam kancah Budaya Jawa pada umumnya , karena menurut AGGRA masih ada hal yang lebih urgen untuk dibicarakan . Yaitu kenyataan bahwa Budaya Jawa semakin lama tampak semakin menghilang , dan AGGRA perlu kiranya alok alok , elik elik sebelum semua itu hilang sama sekali . Phenomenanya ialah sekitar lingkungan kita , apa lagi di Jakarta tak pernah lagi orang Jawa bertegur sapa dengan orang Jawa lain menggunakan bahasa Jawa . Bahkan sampai di pelosok gunung baik di Jawa Tengah maupun Jawa Timur atau di yang disebut daerah berbahasa Jawa pun, orang berbahasa Jawa sudah sangat jarang . Bahkan di kraton kraton sebagai mercu suar dan sumber budaya Jawa , benteng terachir penjaga budaya Jawa , orang selalu berbahasa Indonesia yang bukan budaya Jawa . Orang orang berbusana Jawa boleh dikatakan sudah tak kelihatan lagi . Gending gending Jawa, klenengan atau suara uyon uyon yang dulu terdengar dimana mana di daerah Jawa dan di rumah rumah orang Jawa di mana saja yang halus dan anggun dan menjadi ciri khas ke Jawaan sudah tak terdengar lagi . Penulis kurang faham apakah instansi resmi , perguruan tinggi , institute institute , yayasan pengkajian terutama yang berkaitan dengan budaya utamanya budaya Jawa sudah memiliki data data tentang akan menghilangnya budaya Jawa di masyarakat ini dan sudahkah ada upaya untuk mengantisipasi gejala yang akan terjadi dengan budaya Jawa dan masyarakat Jawa . Tampaknya sekarang jika ada orang yang berbahasa Jawa biasanya umurnya sudah lanjut , menurut perhitungan tentu mereka akan meninggal . Apakah mereka sudah meninggalkan kepinteran berbahasa berbudaya Jawa pada anak keturunannya . Jika tidak, pasti punahlah bahasa Jawa dalam tempo sesingkat singkatnya . Demikian pula dengan eksistensi budaya Sunda . " Orang Sunda yang hanya mau menggunakan bahasa Indonesia bahkan dirumahnya sendiri sebagian diantaranya menilai menggunakan bahasa Indonesia merupakan wujud nasionalisme . Padahal orang yang menggunakan bahasa Indonesia dirumahnya belum tentu mempunyai kebangsaan yang tebal . Orang yang dirumahnya menggunakan bahasa daerah bukan berarti nasionalismenya tipis " . Kata Pak Ayip Rosidi pada diskusi sympai peguyuban guar Sunda di UI Depok . ( Suara Pembaruan Selasa 11 Juli 2006 . Susahnya Berbahasa Sunda di Universitas Indonesia dan di Indomesia . ) Orang yang mengerti hal itu , biasanya hanya mengelus dada , tak dapat berbuat apa apa , apa yang dapat dibuat wong modalnya cuma ada pengetahuan dan kemauan , tetapi tak punya kuasa tak punya dana atau kemampuan ? Selain kita menghadapi kehilangan besar yaitu Bahasa Jawa atau bahasa daerah , kita juga akan menghadapi dampak dampak yang ditinggalkannya . Sabda Sinuwun Kanjeng Gusti Sultan Hamengkubuwono X dalam menyambut HUT ke 2 nya majalah " Kabare Jogya " Menurut guru besar antropologi-sosiologi FISIP-Unpad, Dr.Kusnaka Adimihardja krisis penggunaan bahasa ibu berdampak negatif terhadap kelestarian alam .Karena marginalisasi bahasa daerah , ternyata ikut meminggirkan kearifan lokal yang termuat dalam idiom -idiom lokal yang berkaitan erat dengan pengetahuan sosial , ekologi, dan kelestarian lingkungan .Warna warna lokal yang bermuatan kearifan lokal semacam itulah , menurut hemat saya , yang perlu digali ,untuk diangkat dan dikembangkan dengan lebih dalam dan tajam sebagai wahana pembelajaran bagi generasi muda untuk memahami nilai -nilai budayanya . " Dari kutipan pendapat Bapak Dr.Kusnaka Adimihardja dapat kita cocokan dengan apa yang telah terjadi dengan alam ini . Betulkah sesudah orang Jawa melupakan bahasanya, alam Jawa menjadi berubah .Ketika orang Jawa memarginalisasikan bahasa ibunya lalu banyak kearifan lokal terpinggir . Sebelum Bapak Dr.Kusnaka Adimihardja menuangkan karyanya yang banyak dibaca orang lain , tentunya beliau telah begitu lama mengamati kehidupan masyarakat Parahyangan umumnya dan Bandung khususnya . Masih banyakkah orang Bandung yang masih berbahasa Sunda yang halus , lembut dan bagaimanakah ketika bahasa Sunda sudah termarginalisasikan ? Masih adakah terdengar suara suara kecapi suling yang melengking tinggi mendayu dayu dan lalu merendah lagi yang terdengar seperti sebuah sendu , masih terdengarkah gending gending dan degung Cianjuran yang sangat sahdu . Lalu bukankah alam Bandung menjadi gersang dan panas . Penggundulan bukit terjadi dimana mana . Orangnya yang dulu mempunyai perangai lembut , ramah , someah lalu berubah menjadi tak pedulian terhadap sasama . Pendek kata sangat banyak perubahan Bandung dulu yang ramah , adem dan indah dengan Bandung sekarang . Raja Jawa itu begitu terkesan pendapat Pak Dr.Kusnaka Adimihardja dan menukil pendapat pak Dr. Kusnaka Amidihardja dan malah menjadikannya sebagai sabda raja . Sabda raja tentunya bukan hal main mainan , tetapi merupakan tengara dari sang Hyang Widi tentang apa yang terjadi dan apa mesti kita buat . Banyak opsi . Opsi I . Menyerah , biarlah bahasa Jawa punah, toh ada bahasa nasional ? Budaya Jawa kita hilang, toh ada budaya globalisasi ? Kearifan kearifan lokal digusur oleh kearifan bukan lokal ? Biarlah unggah ungguh , tata krama hilang , toh ada tata pergaulan modern . Bahkan Eyang Drs Marbangun Hardjowirogo dalam kepasrahannya mengatakan "Sukar diramalkan sampai kapan masih akan terdapat cukup banyak apresiasi pada khalayak penonton pertunjukan wayang kulit terhadap wejangan wejangan yang diberikan seorang dalang .Yang terang saja dari hari kehari apresiasi bukan bertambah , melainkan berkurang . Termasuk didalamnya apresiasi terhadap bahasa dan budaya Jawa yang sukar bisa bertahan terhadap saingannya bahasa dan budaya Indonesia sebagai bahasa dan budaya nasional, yang tambah hari tambah kuat kedudukannya selagi bahasa dan budaya Jawa lambat tapi pasti sedang menuju ajalnya " (Dari buku Manusia Jawa oleh Drs .Marbangun Hardjowirogo .Indayu Pres 1984 . Namun kalau diteliti , sebenarnya Eyang Marbangun Hardjowirogo bukan pasrah secara total . Banyak kalimat kalimat beliau yang sebetulnya tak rela (ngoweli = owel ) melihat yang beliau ceritakan itu akan terjadi .Namun mungkin karena kitidak tahuannya dan ketidak berdayaannya membuahkan gerutuan gerutuannya yang panjang . "Semenjak tanggal 28 Oktober 1928 diikrarkan Sumpah Pemuda yang menghendaki adanya satu bangsa : bangsa Indonesia ; tanah air Indonesia , satu bahasa :bahasa Indonesia , maka diucapkannya sumpah itu berarti berarti dibunyikannya lonceng mati bagi bahasa dan budaya Jawa atau katakankanlah budaya plural multikulturalime yang tak berkemungkinan lebih lama untuk berkembang . Sebaliknya dari bahasa Melayu dengan pengguna bahasa yang kecil , dengan kecerdikannya , memaksa dan suku suku lainnya yang ada untuk mengikutinya , menjadilah bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia . Betulkah ada sifat mengalah yang diambil oleh pemimpin pemimpin politik Jawa seperti Dr.Soetomo , Ki Hadjar Dewantara ,dan Bung karno , untuk memberikan tempat kepada bahasa Melayu sebagai bahasa nasional , atau suatu keterpaksaan atau suatu kekeliruan . Kita tak mengungkit ungkit hal yang sudah lama terjadi , hanya ingin menyampaikan uneg uneg pada wakil wakil kita .Apakah wakil wail kita waktu itu memang dengan sadar dan mengalah untuk menciptakan persatuan dengan memberi kesempatan dan kehormatan kepada bahasa Melayu unuk menjadi bahasa persatuan .Sedangkan bahasa dan budaya orang Jawa di Indonesia meski berdasarkan bilangannya tergolong mayoritas dan masih digunakan , kenapa orang menyerah . Pertanyaannya masihkah orang orang Jawa masih menjadi mayoritas di dalam masyarakat Indonesia baik dahulu maupun sekarang .Tapi sungguhpun menjadi suatu mayoritas , tetapi jika mayoritasnya , lemah dan tak berdaya , tak punya pengaruh tak punya greget selain hanya sendiko dawuh , kados pundi saenipun , , mangga wae kumaha saena ,kelak dalam posisi barunya sajege urip tidak pernah menguntungkan bagi perkembangan bangsanya , selain menjadi bangsa sendiko dawuh dan menjadi batur yang lain . Opsi 2 . Diam , adalah perbuatan yang telah kita lakukan selama ini . Kita melihat bahasa kita yang dijungkir balikkan dikeluarkan dari kurikulum , budaya kita terobrak abrik , dilecehkan dijadikan poyokan dan mainan , mungkin oleh orang kita sendiri . Kita ngalah , kita takut melawan , kita kekes ,miris atau kalah tak berdaya . Kita diam dalam kesadaran , tetapi diam kita sebetulnya karena ketidak percayaan diri kita yang hilang , harga diri kita yang memang sudah sakit yang diakibatkan penjajahan . Kita diam menjadi clila clili , clola clolo dan ingah ingih takut melawan ,takut dikatakan kuno , tidak modern , premordialistis , Jawa sentris , pemecah belah persatuan , tidak nasionalistis , jargon jargon yang dipasang kaum yang ingin mende Jawanisasikan kekuatan Jawa .Para pujangga ,ahli ahli bahasa Jawa , mereka yang tahu persis dan mungkin dapat menjawabnya , kalau tak kekes . Berkata Pak Ayip Rosidi " Jika tidak ada keseriusan bersama untuk mengembangkan bahasa daerah ,kita harus siap menyaksikan punahnya bahasa daerah termasuk bahasa Sunda . Kita tahu pemerintah sulit diharapkan .Di tangan kita bersama masa depan bahasa daerah berada . " Lanjut Pak Ayip "Pamarentah laen wae teu ngarti soal budaya daerah .Pemerentah teu daek ngarti soal pentingna budaya daerah kaasup bahasa daerahna .Pertimbangan ekonomi merupakan faktor yang mempecepat hancurnya bahasa Sunda ." Komentar penulis ,sabarlah Pak Ayip , orang sabar disayang Tuhan . Sungguh besar kesanggupan Pak Ayip ini , beliau berkata di tangan kita bersama masa depan bahasa daerah berada . Kita , siapa kita ?. Wong semua lebih mengapriciate bahasa nasional ,malah bahasa globalisasi . Opsi 3 .Yang belum pernah dilakukan adalah berusaha untuk survive . Berusaha agar Budaya Jawa ( atau budaya daerah ) kita tak mati , sukur dapat berjaya lagi . Survive agar budaya kita benar benar adiluhung dan menjadi tuwan di negeri sendiri . Agar bahasa kita dihargai oleh minimal kita sendiri . Agar kearifan lokal , idiom lokal dapat mempunyai arti lagi . Penjajah dulu dapat menghargai pluralisme dan multikulturalisme . Apakah belum pernah, kita berusaha ke sana?Sudah , tetapi seperti hujan di musim ketiga . Setitik setitik , terpencar pencar , tak mempunyai pengaruh apa , seperti titiktitik embun diatas daun talas . Kita bukan tak menghargai usaha Yayasan Javanologi , Sundanologi , Sundalana . yang telah secara rotin mengadakan sarasean sarasean , tetapi ternyata tak atau belum berpengaruh terhadap operasi penggusuran bahasa dan budaya Jawa (buday plural ,multikultural ) . SENAWANGI (Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia ) dahulu secara rotine mengadakan mengadakan Pekan Wayang 5 tahun sekali .Tujuanya melestarikan ,mengembangkan dan mengagungkan wayang dan menyiapkannya untuk memasuki PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG TAHAP II DAN ABAD 21 (Sambutan Pak Soehartoyo Panitian Pekan Wayang Indonesia VI 1993 dalam Buku Panduan Pameran Seni Rupa Wayang Indonesia . ) Sudah tentu yang dimaksud dengan wayang adalah budaya dan bahasa Jawa keseluruhannya karena semua itu tak terpisahkan , sama halnya meneyebutkan budaya dan bahasa Jawa tentu wayang sudah masuk ke dalamnya .Bahkan Bapak Damardjati Supajar dan Romo Setiono sampai sampai menggelar kirab Patok Negara di Sala yang dimaksud agar orang Jawa kembali dan tidak melupakan Jawanya . Sebenarnya banyak sekali tunas tunas budaya Jawa, budaya Sunda kecil kecil yang tumbuh dimana mana , yang sayang tak terkordinasikan hingga menjadi suatu yang signifikan . Right or wrong penulis mengagumi ulah Bupati Purworejo dulu (Pak Marsaid ) yang sambil goyon parikena mengajak bawahannya untuk nonton wayang ( yang diselenggarakan di pendapa kabupaten, dengan katanya "Yang tidak nonton wayang SK nya ditinjau ), suatu semangat yang berapi api dalam melestarikan budaya Jawa . Dalam buku Ilmu Masayarakat oleh Prof .P.J.Bouman "Mannheim mengemukakan teori , bahwa kemunduran kebudayaan secara massal itu hanya dapat diberantas dengan mempergunakan cara cara massal yang baru pula. Dan alat alat ada pada kita :pers , film dan radio , yang sebagai semua alat tehnik pada asasnya tidaklah baik atau buruk .Yang menentukan baik buruknya adalah untuk apa kita pergunakan alat alat itu . Seandainya kita ingin mengembalikan bahasa dan budaya budaya daerah sebetulnya tidak sesulit itu . Baik dengan menggunakan alat canggih atau tidak yang jelas adanya pemahaman dan semangat. Kita ulangi lagi contohnya Bapak Walikota Sala Bapak Ir.Joko Widodo atau Pak Jakowi kecuali mempunyai pemahaman yang besar terhadap budaya Jawa dan kehidupannya , mempunyai kecintaan dan semangat yang tinggi untuk melestarikan budaya Jawa dan suatu kelebihan yang tak dipunyai pemda lain adalah pemahaman ,kemauan , kemampuan dan wewenang untuk berbuat . Banyak gebragan yang beliau kerjakan . Dari membangun kembali wajah kota Sala dan lingkungannya , lalu banyak sekali memunculkan budaya budaya Jawa dipermukaan . Masyarakat kota Sala baik kawan maupun lawan akan selalu terkenang dan berkenan dengan gebragan Pak Jakowi , yang tidak mengadendakan kepemimpinannya pada soal uang melulu, kalau ada undang undangnya pasti masyarakat minta Pak Jakowi memegang jabatannya selamanya . Jika tidak , patut digadang gadang untuk memegang jabatan yang lebih tinggi .Siapapun kelak yang mengganti Pak Jakowi kiranya dapat nulada pimpinan pendahulunya . Sukur jika beliau memang diturunkan Tuhan untuk ngopeni budaya daerah apakah sebagai pelindung atau pengayom .Semoga . Bapak Dr. Sahid Gitosardjono menerbitkan Solopos yang membuat budaya Jawa bisa bernapas . Penulis gembira sekali kalau ke dua beliau dapat memperoleh RANCAGE yang diberikan secara jujur . Mudah mudahan kelak Bapak Gubernur Jateng Bapak Bibit Waluyo -Ibu Rustriningsih , juga ibu Iriani Ratnaningsih atau pendeknya pemimpin yang lain yang tidak selalu nguplek upleg masalah duit thok , tetapi yang dapat diharapkan lebih menyemarakkan budaya Jawa di bumi Jawa sendiri akan disengkuyung orang banyak dalam segala urusannya . Biarlah orang Semarang mengagung agungkan Laksamana Cheng Ho , tak apa karena Laksamana Chengho di Semarang toh malah jadi pemimpin yang baik disana . Barangkali itulah sebabnya untuk sementara AGGRA belum memasuki alam budaya yang sesungguhnya , karena akan berkonsentrasi pada upaya untuk survivenya budaya yang adiluhung . Dalam buku Seri Kejawen 2002 terbitan AGGRA, juga sudah disebutkan , " Membaca buku Seri Kejawen 2002 Jilidan 2 ini, mungkin pembaca akan kecewa , jika yang ditemui di dalamnya ternyata hanya cerita polesosbud biasa ( soal politik ,ekonomi , sosial ,budaya . Tidak akan ditemukan cerita tentang Jangka Jayabaya ,cerita tentang kehebatan pusaka Naga Sasra Sabuk Inten , tumbak Kyai Baru Klinting yang dapat mlesat ing ngawiyat katon mencorong kaya lintang alihan dari satu kraton ke kraton lainnya .Tak akan ada cerita kerajaan lelembut , sesajen , ilmu ilmu kebatinan .Juga tak akan ada cerita jimat , aji aji atau rapalan rapalan , mantra mantra yang membuat orang sakti mandra guna atau tak akan dijumpai peternakan tuyul atau babi daden daden , atau babi ngepet atau siluman yang mampu menguras kekayaan orang kaya yang punya hobi tidur atau bahkan tak akan dijumpai cerita wayang purwo yang membuat orang tidak tidur semalaman .Tak ada primbon, petung yang dapat membaca peruntungan orang .Yang seperti itulah kelaziman yang disebut Kejawen ." Pak Muji Sutrisno Sj Pengajar di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkoro Jakarta , ngendikane " Kebudayaan adalah hidup sehari hari yang dimaknai dan diberi arti . " Jadi yaitu , kita bicarakan yang perlu dibicarakan lebih bulu , yang agak emergency . baru nanti kita lanjutkan bicara hal hal seperti halnya membicarakan Serat Darmogandul , Gatoloco . Atau yang dilakukan oleh para warkaban ( warga kabupaten Bantul ) uro uro mengupas Babad Tanah Jawa saben Rebo legi . Kita sekarang baru sibuk atau perlu atau harus menyibukkkan diri dengan urusan mengapa bahasa Jawa termarginalisasikan dan dampak dampaknya ? Kalau kita telusuri tampaknya ada pergulatan yang sangat seru tapi tak kentara diantara penganut paham paham poleksosbud yang berbeda beda yang berkuasa di negeri ini . Antara lain , perbedaan seperti ini . Paham yang satu berpendapat bahwa dalam satu negara seharusnya hanya ada satu budaya yang sama . Berbagai budaya sebaiknya dilebur , diciptakan budaya Indonesia baru , agar menjadi satu bangsa yang solid . Perjalanan sejarah kita yang melewati pemberontakan pemberontakan selalu curiga terhadap keragaman yang selalu dicurigai akan menimbulkan terpecahan . Sebetulnya pendapat tersebut terlalu naif , yaitu memandang berbagai pikiran yang berkembang yang beragam ragam selalu dengan kecurigaan . Masalahnya bukankah tahapnya memang masih seperti itu . Dalam tahap konsolidasi memang masyarakat akan selalu usreg dalam mencari pijakan pijakan masing masing .Itu adalah tahap konsolidasi , tahap mencari bentuk kemapanan yang paling pas . Kelompok yang satu itu terkenal sebagai kelompok keras sesuai dengan jamannya . Kelompok pendobrak , kelompoknya orang yang tak sabar yang menginginkan negara merdeka sekarang juga . Tak sudi menunggu menerima kemerdekaan yang direncanakan akan diberikan penjajah . Kelompok ini boleh disebut kelompoknya orang orang non ( maksudnya non koperatif dengan penjajah yang akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia ) . Akhirnya kelompok ini dengan bantuan pemimpin pemimpin tentara Jepang ternyata berhasil menggolkan kemerdekaan. Keberhasilan kelompok ini telah menumbuhkan sifat terlalu percaya diri yang melahirkan watak unitaris dengan tujuan dan kesanggupan menguasai semuanya . Akhirnya semua urusan terkonsentrasi pada suatu kelompok dan dikuasai oleh kelompok yang terkonsentrasi pada suatu tempat . Segala sesuatu tersentralisir dan jadilah negara ini negara sentralistik. Paham yang lain berpendapat biarlah dalam negara ada keragaman budaya , toh keragamanpun dapat dipersatukan . Keberagaman budaya merupakan pernik pernik yang menambahi keindahan negara . Sungguh keliru untuk menilai keberagaman , identik dengan perpecahan . Golongan ini golongan penyabar atau lebih penyabar dari yang pertama . Kita mau berjalan maju haruslah menyiapkan segala sesuatu untuk kemudahan kemudahan di perjalanan , apa lagi kita akan merdeka mengelola negara besar dengan sebaik baiknya , sebaiknya memang harus menyiapkan segala sesuatu secermat mungkin lebih dahulu . Minimal perlu menyiapkan pimpinan pimpinan yang terdidik . Pemimpin negara janganlah pemimpin dadakan atau asal asalan .Untuk itu diperlukan kerja sama dengan penguasa penguasa yang berjalan (kolonial ) yang akan memberikan bimbingan , agar dikemudian negara dapat berjgalan baik . Golongan ini disebut golongan co ( artinya golongan yang masih ingin bekerja sama dengan pemerintah Belanda untuk memepersiapkan kemerdekaan ) . Golongan ini tampak sangat hati hati dalam menuangkan pikirannya , karena menurut akal sehat mengelola negara seluas ini yang bukan sekedar Jakarta dan sekitarnya perlu tenaga trampil yang sangat mengenal daerah itu , dapat menyelamatkan manusia dan budayanya , adat istiadat , kepercayaan daerah setempat atau bahasa dan budaya setempat dengan systim yang dapat dipergunakan untuk menguasai wilayah itu dengan baik (golongan ini desebut golongan federalis ) . Lalu ada pergolakan antar kaum unitaris dan federalis . Seperti pada pergolakan di tempat lain biasanya golongan radikal ( contohnya dalam gerakan reformasi ) biasanya dapat menguasai medan ketimbang yang kurang radikal . Demikian pula dalam pembentukan Republik kita dimasa lalu . Sesudah berakhirnya perang Dunia II dan Belanda ingin meneruskan kembali menguasai negara jajahannya Hindia Belanda , ternyata jajahannya sudah tak ada , sudah menjadi negara Indonesia . Hal ini membuat berang pemerintah Belanda sehingga dengan bantuan sekutunya berusaha mendapatkan kembali Hindia Belanda yang telah menjadi Indonesia . Pemerintah Belanda masih ingat pada mereka, orang orang Indonesia bekas anak didik yang masuk dalam golongan co dan dengan bantuannya mencoba ingin menguasi Hindia Belanda kembali . Sebetulnya keinginan pemerintah Belanda ingin menguasai kembali negeri ini hampir terkabul, karena sebenarnya dalam KMB (perundingan antara pemerintah Belanda dan Indonesia ternyata secara de fakto dan de jure Republik Indonesia hanya merupakan negara Republik Indonesia yang berpusat di Jogyakarta yang mempunyai wilayah RI dan Aceh , dan hanya merupakan bagian dari R.I.S di dalam uni kerajaan Belanda-Indonesia dibawah Ratu Belanda . Ini berarti kemenangan bagi golongan co atau golongan federalis yang penyabar . Namun ternyata banyak sekali orang federalis yang tak tahan gempuran dari orang orang unitaris dan telah berubah atau pura pura menjadi unitaris, sehingga keputusan KMB dibatalkan , Negara federal bubar , bersatu lagi dalam negara kesatuan . Kemenangan kali ini berpihak pada kaum unitaris pendukung NKRI . NKRI menjadi idola bahkan menjadi sakral karena setiap sosok warga negara secara emosional mengiyakan . Kalau kita kaji lebih dalam , apa arti NKRI ? Menurut UUD nya NKRI adalah negara kesatuan ,dengan presidennya Sukarno-Hatta . Apakah R.I.S .? R.I.S adalah negara federal , presidennya juga Sukarno -Hatta . Perbedaannya mungkin kalau dalam NKRI Kepala Daerahnya Gubenur dalam RIS adalah Presiden Kecil atau raja kecil . Mungkin Sukarno tak begitu suka bawahannya terdiri bukan dari kroninya .Beliau akan merasa dosa meninggakan kawan seperjuangannya .Lalu RIS dibubarkan kembali ke NKRI dimana beliau dapat mendudukan kroni kroninya dalam pemerintahan baru . Begitukah ? Contoh keragaman budaya bhineka tunggal ika .Dalam kurun pemerintahan R.I di Jogyakarta (jaman pengungsian ) seluruh pegawai , tentara dan polisi RI harus keluar dari daerah bukan RI pindah ke daerah RI . Manusia dari berbagai suku bangsa ,berbagai budaya dan agama , tumplek blek dalam suatu daerah yang sempit yaitu Jogya dan sekitarnya . Orang Jogya sangat baik ,selalu menawarkan kepada pengungsi yang kesusahan yang perlu bantuan dan penampungan " mari tak apa apa kita mangan ora mangan asal kumpul .Di daerah sangat sempit ini pluralisme dan multikulturalisme berkembang tak ada masalah , jika ada masalah adalah masalah perebutan kekuasaan " . Belanda belum puas sebelum RI bubar , maka daerah yang sempit itupun diserbu , terkenal dengan clash ke 2 . Pemerintah R.I . bubar , yang tak sempat lari ditahan . Inilah contoh pluralisme yang hidup dalam NKRI tak ada masalah .Semua berjalan lancar . Ngarso Dalem Sultan Hamengkubuwono IX tenang tenang saja . Dalam kedudukannya sebagai raja Ngayogyakarta Hadiningrat yang diakui kerajaan Belanda , beliau tak punya urusan dengan sengketa R.I dan Belanda . Dalam daerah daerah pendudukan , inilah terbentuk model masyarakat bhineka tunggal ika , multi etnis , multikultural , masyarakat pluralis yang nyata , dimana orang tersebut dapat hidup dalam kebersamaan , gotong royong , berbagi nasib , ringan sama dijinjing berat sama dipikul , saling menghargai satu sama lain , tenggang rasa tetapi masih miskin dan lugu . Ini contoh pluralisme yang hidup dalam NKRI . Tak ada masalah .Semua berjalan dengan lancar .Timbul petanyaan apakah masyarakat yang demikian itu hanya dapat berkembang dalam keterpaksaan atau dapat berkembang menjadi dasar masyarakat yang lebih luas dan maju . Persaingan antar kelompok lainnya yang ingin membawa negara ini maju ke depan , bahkan sudah dimulai sejak lama .Bermula dari adanya penjajahan negara Jawa ( baik Singasari , Majapahit maupun Mataram atas kerajaan di sekitarnya yang dikenal sebagai adanya Jawanisasi (pengaruh kekuasan Jawa terhadap negara sekitarnya ) . Bagi orang yang bukan orang Jawa ada kecenderungan untuk melakukan perlawanan terhadap perlakuan yang tak adil yang dikenal sebagai men de Javanisasi , bahkan secara kafah mengalir disetiap nadi kehidupan berbangsa besar , bangsa Indonesia . Ada lagi persaingan kelompok intelektualis Eropa di satu sisi, kelompok Amerika di sisi lain . Lulusan dari Amerikapun ada grup grup dari Universitas masing masing , malah ada yang sangat terkenal yang disebut Mafia Berkeley, Harvard . Seperti halnya di Indonesia sendiri ada grup Gajahmada dan grup Universitas Indonesia . Namun mengingat negara kita adalah bekas negara jajahan yang miskin lalu timbul paham yang berkeinginan untuk memberikan hak kemerdekaan sebesar besarnya kepada tiap warganya untuk segera maju dan merdeka berusaha dengan maksud memenuhi kebutuhan sehingga warganya menjadi kaya dengan sandang papan pangan dan uang yang melimpah . Maksudnya menebus ketertinggalan yang lalu . Faham ini dapat menjadi lebih menonjol karena faham ini warisan dari penjajah atau westernisasi , modernisasi yang selalu mengandalkan cara berpikir yang rasionalistis, disebut aliran liberalistis atau neo liberalistis .Dalam kenyatannya karena manusia mempunyai kemampuan dan kecerdasan yang berlain lain maka dengan tidak adanya kebersamaan terjadi pergumulan dan sudah jelas yang lemah , yang bodoh tak akan mendapat bagian seperti yang didapatkan oleh yang kuat , yang menangan yang pinter dan cerdik . Lalu terjadi golongan yang berhasil menjadi kaya , dan ada yang masih tetap tinggal dalam kemiskinan . Karena yang kuat bertambah kuat maka yang kaya akan tambah kaya , yang tak kuat semakin tak berdaya menghadapi yang kuat karena itu akan semakin miskin . Hukum alamnya memang begitu .Paham ini disebut paham liberal atau neoliberal . Tujuannya negara harus menghormati kemerdekan orang secara individuil dan orang bebas berusaha sekuat mungkin . Aturannya adalah hukum yang rasional . Paham yang lain disebut paham kebersamaan ,paham yang menjunjung tinggi nilai budaya asli yaitu yang menginginkan adanya masyarakat yang men cita citakan terciptanya tata tentrem karto raharjo , guyup rukun , gotong royong , budi pekerti , hidup yang selalu dibatasi pengendalian diri dan kebersamaan dan yang tak semata mata disandarkan pada kebutuhan phisik sandang papan pangan dan uang saja . Memang kenyataannya banyak orang atau sebagian besar orang memburu duit yang menjadikan dirinya tak puas puasnya nguber duit untuk menjadikan dirinya kaya raya tanpa batas dan tanpa perlu memikirkan yang lain lagi , dan itulah kenyataan yang ada dinegeri ini ,yaitu upaya ingin segera bebas dari akibat sejarahnya yang lewat . Begitulah kaprahnya orang sekarang . Pada hal banyak contoh , dulu banyak orang Jawa yang dapat hidup tanpa mengejar kejar duit , samadya saja , bahkan kadang kadang masih sibuk memikirkan kebersamaan , hal hal kebatinan . Memang lalu tak menjadi kaya raya karena bukan itu tujuannya . Tujuannya umumnya mempebesar kekayaan batin , hidup tata tentrem , adem ayem , aturannya budi pekerti , budi luhur . Untuk jaman sekarang dengan kemenangan westernisasi , modernisasi dan cara berpikir yang rasionalistis dan semua perhatian terfokus pada kebutuhan phisik yang nyata , maka semua perhatian diarahkan kepada uang .Perhatian kepada kebutuhan non phisik misalnya budaya adat istiadat berkurang , pada hal budaya itu yang mestinya akan mengolah perilaku manusia menuju kebersamaan dan keserasian atau tata tata tentrem . Cara berpikir orang barat yang dikatakan modern dan rasionalistis ini dicontohkan para pendatang pejajah . Orang paham bahwa sebenarnya ada misi orang penjajah menguras sumber alam sebanyak banyaknya .Yaitu mengeruk kekayaan kita untuk dibawa ke negeri asal untuk kemakmuran warganya . Mereka tak perlu tahu sumber alam akan lekas habis , mereka tak perlu tahu dampak dampak yang akan terjadi , toh orang pribumi yang akan merasakan .Atau jika ada pengendalian pengurasan sumber sumber daya , sekedar managemen eksploitasi agar pengiriman bahan bahn dapat berlangsung secara terus mnerus dan teratur . Aneh , ternyata orang pribumi mengapriciate dan bersorak senang . Pekerjaan ini harus cepat karena belum tentu penjajahan ini akan betahan lama , karena banyaknya pesaing penjajah , atau apa yang meraka cari sangat dibutuhkan dinegara asal dan segera . Golongan apapun yang memegang pemerintahan dinegeri ini akan seperti itu , karena basis atau asal pendidikan dan teorinya memang seperti itu . Adapun golongan yang menganut paham kebersamaan yang biasanya orang kuno ,tradisionalis ,irrasionalis , lebih mengutamakan pengendalian diri dan mengedepankan utuhnya kebersamaan yang selalu disetai kelembutan dan kesantunan .Harus pandai mengendalikan diri supaya sumber sumber alam yang ada tak cepat terkuras .Mengendalikan diri agar lingkungan tak rusak . Pengendalian diri agar pergaulan dengan sesama tidak rusak .Pendeknya beraktivitas bersama , untuk kepentingan bersama menjaga kelestarian alam bersama untuk melindungi kelangsungan hidup bersama . Golongan ini biasanya orang kuno ,tradisionalis , irrasionalis spiritualis . Golongan irrasionalistis yang sangat rasional , alon alon waton klakon , patitis , penuh perhitungan , gemi , nastiti ,ngati ati , punya duga prayoga lan empan papan ,suatu model kehidupan yang gotong royong , justru golongan irrasionalistis ini yang punya pikiran yang lebih rasional . Karenanya golongan ini sulit diterima oleh golongan westernisasi , modernisasi dan rasionalis dalam organisasi pemerintahan karena bukan saguru sailmu . Yang dalam lingkungan pemerintahan kolonialis hanya diberi kasta rendah . Memang golongan ini tak punya pendidikan ( maksudnya pendidikan barat ) . tak punya pendidikan modern (maksudnya pendididkan liberal ) dan bukan golongan rasional (artinya tak mau menguras sumber sumber alam setuntas tuntasnya ) , namun golongan tradisional ini adalah menjadi pesaing yang tangguh bagi golongan wersternisasi , moderisasi dan rasional . Dengan kurangnya mendapat perhatian untuk disertakan duduk dalam pemerintahan maka semakin jauhlah masyarakat dari pengertian budaya , makin jauhnya pemerintahan dari kebijaksnan yang berbau budaya .Dan karena budaya Jawa membawahi bahasa Jawa , bahasa Jawa atau bahasa daerah semakin jauh lagi dari pergaulan ( termarginalisasikan ) . Yang manakah sebenarnya paham yang lebih baik dan dapat diterima dan bemanfaat bagi orang banyak . Hukum alam mengatakan yang menanglah yang terbaik . Dalam hukum negara demokrasi juga mengatakan yang menang yang terbaik , yang berkuasa . Vox populi vox dei , itu kata pengagum demokrasi . Demokrasi adalah suatu sistim untuk menciptakan pemerintahan . Sebetulnya seperti senjata . The man behind the gun . Apa jenis senjatanya , siapa yang menggunakan , unuk siapa barulah nanti akan keluar penilaiannya , baik atau tidak . Demokrasi adalah senjata , sangat tergantung pemakainya , pintar atau tidak memainkannya . "Sudah lima presiden memimpin Indonesia .Tidak satupun yang mampu mengantarkn negeri ini bermartabat baik secara ekonomi maupun politik " Begitu yang terbaca dalam Media Indonesia 29 Maret 2008 mengomentari buku Pak Ishak Rafick yang berjudul Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia . " Ada dua kebijakan yang disabdakan oleh Kanjeng Sinuwun Sultan hamengku Buwono X .1.Setelah menyaksikan termarginalisasikannya bahasa ibu seperti dikemukakan Bapak Dr.Kusnaka Adimihardja seperti diatas selanjutnya beliau membuat himbauan atau pesan "warna warna lokal yang memuat kerifan lokal sumcam itulah , menurut hemat saya ,yang perlu digali dan diangkat dan dikembangkan dengan lebih dalam dan tajam sebagai wahana pembelajaran bagi generasi muda untuk memahami nilai nilai budayanya " Dari pernyataan Sampean dalem tersebut yang kami dapat tangkap intinya ,marilah bergiat untuk kembali dan meningkatkan budaya Jawa , untuk mengembalikan idiom idiom lokal , kearifan kearifan lokal yang sangat diperlukan untuk kembalinya alam agar bersahabat kembali dan pergaulan manusia yang berbudaya . 2. Dalam menyikapi Komunike Jogyakarta Kompas 16 -2-2004 bahwa reformasi telah tercabut dari akar hakekatnya yaitu komitmen terhadap perubahan dan perbaikan karena digantikan oleh ketidak pastian yang sengaja diciptakan oleh mereka yang diuntungkan dari ketidak pastian tersebut , Menyikapi hal tersebut tentunya kita harus kembali ke pada akar hakekat tujuan reformasi yaitu komitmen terhadap perubahan dan perbaikan , kembali kepada kepastian . Kepastian yang bagaimana yang dimaksud , kepastian yang mana yang digantikan ketidak adanya kepastian yang menguntungkan orang yang membuat ketidak pastian itu . Demkian pula yang dimaksud dengan tujuan reformasi yang adalah komitmen terhadp perubahan dan perbaikan apa dan bagaimana . Kados pundi para budayawan Jawa , Javanolog , penjaga budaya Jawa . Jauh dari tempat penulis lamat lamat sepertinya terdengar jawaban serempak "kados pundi kemawon saenipun . "BAHASA IBU YANG TERPINGGIRKAN . Bahasa ibu orang Jawa adalah bahasa Jawa . Bahasa ibu orang Sunda adalah bahasa Sunda dan seterusnya . Mengapa hanya masalah bahasa dijadikan masalah yang akan menjadi masalah yang mempengaruhi kebijaksaan pengelolaan bangsa atau negara .Begitu pentingkah masalah bahasa . Mengapa kita tak mengambil masalah managemen , clean government atau economy to day yang lebih bermanfaat untuk kelangsungan hidup negara ? Dari bahasa dapat terlihat gambaran suatu bangsa , watak bangsa itu , kebiasaan , budaya bangsa itu . Tetapi bahasa juga dapat merubah watak , kebiasaan dan budaya bangsa .Bahkan sesuai dengan pendapat Bapak Dr.Kusnaka Adimihardja , krisis penggunaan bahasa ibu , berdampak terhadap kelestarian alam .Karena memarginalisasi bahasa daerah , ternyata telah ikut meminggirkn kearifan lokal yng termuat dalam idiom idiom lokal yang berkaitan dengan pengetahuan sosial , ekologi dan kelestarian lingkungan . Mengapa bahasa ibu tergeser ? Kita kembali ke tahun 1700 ketika penjajah menjejakkan kakinya di nusantara ini . Sejak penjajahan dimulai ada berbagai alasan dan upaya yang bertujuan untuk meminggirkan bahasa ibu orang Jawa yaitu bahasa Jawa dan budaya Jawa . Terutama mengganti bahasa Jawa dengan bahasa Belanda atau bahasa Melayu untuk dapat melaksanakan penjajahannya di Hindia Belanda . Namun jika kemudin pemerintah Belanda ragu ragu untuk meminggirkan bahasa dan budaya Jawa , yang dipandang masih dapat dipertahankan untuk mempertahankan pemerintahan Hindia Belanda . Orang orang bukan penjajah yang ingin mendeJavanisasi pengaruh Jawa ternyata makin kuat . Karena itu nyata sekali eksistensi budaya Jawa pada jaman pemerintahan Hindia Belanda yang masih dilindungi pemerintah penjajahan ,dan sesudah ada Sumpah Pemuda tahun 1928 , dan sesudah kita merdeka . Bahasa Melayu yang menjadi bahasa Indonesia dan bahasa nasional mendapat dukungan penuh dari pepemerintah karena termasuk didalam UUD 45 Pasal 36 dan 36 c "Bahasa negara ialah bahasa Indonesia . Sebetulnya para founding fathers kita tidak hanya memikirkan eksistensinya bahasa nasional Indonesia saja . Dalam UUD 45 jelas sekali termuat bahwa eksistensi bahasa dan budaya Jawa atau daerah , tak dilarang bahkan didorong untuk mengembangkan budayanya masing masing . Pasal 32 .( 1) Negara memajukan kebudayan nasional Indonesia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai nilai budayanya . (2) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional . Barangkali kami terlalu sombong jika mengatakan banyak orang yang belum tersentuh perhatiannya dengan yang disebut dalam Pasal 36 A dari UUD 45 yang sudah diamendemen , "Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika " , sehingga urusan yang termasuk dalam semboyan keragaman budaya , tak menyentuh kekuasaan yang ada . Barangkali pasal pasal ini tak menarik untuk dipelajari orang karena tak bersangkutan dengan uang dan kekuasaan sehingga membosankan . Barangkali kami terlalu sombong jika mengatakan banyak orang sebetulnya belum tersentuh perhatiannya , belum meminati dengan yang disebut dalam Pasal pasal yang dapat menjadi pancatan bagi budaya misalnya ; Pasal 36 A dari UUD45 "Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika " . Pasal 18 ayat (5) Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas luasnya , kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat . Pasal 18 A Ayat (1) Hubungan wewenang anara Pemerintah pusat dan pemerintahan daerah propinsi , kabupaten dan kota ata antara propinsi dan kabupaten dan kota , diatur dengan undang undang dengan memperhatikan dengan memperhatikan kekhususan dan dan keragaman daerah . Pasal 18 B Ayat (1) Negara menagakui dan menghormati satuan satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang undang . Ayat (2)Negara mengakui dan menghormati kesatuan kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan ssuai dengan perkembangan masyarakat dan Prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang undang . Pasal 32 Ayat (1) Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia ditengah peradaban dengan menjamin kebebasab masyarakat dalam memelihara dan mengembngkan nilai nilai budayanya Ayat (2) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya bangsa .Bagaimana pemerintah daerah akan mengkaji bahasa dan budaya berhubung dengan pasal 18 Ayat (5) , semua belum tahu . Yang jelas apa yang dikatakan memajukan budaya dan bahasa daerah malah belum nyata dengan belum jelas .Di kota Solo , Pak Walikota banyak mengadakan kegiatan budaya yang selain menghidupkan kegiatan budaya Jawa , tetapi juga karena terkait dengan memajukan pariwisata atau sebaliknya . Menurut pengalaman kami , pembelajaran Bahasa Sunda di daerah Jawa Barat sekitar Jagotabek seperti air di daun tales . mungkin demikin pula untuk daerah lain ,tetapi bukan maksud kami mengecilkan jasa para guru . Kami percaya kesungguhan para guru .Tetapi perlu dicari sebab mengapa demikian , dan perlu langkah baru yang lebih baik . Pembelajaran dan pengajaran bahasa daerah tak boleh sekedar ila -ila (asal ada ) . Bagaimana mengatasi lingkungan yang sudah multi etnis . Misalnya kalau Pemda menetapkan tekad agar para warga kembali menghayati budaya daerahnya , perlu menoleh ke belakang . Rasa nasionalisme kita sebenarnya memang mengharamkan segala sesuatu yang berbau kolonial . Tetapi karena tampaknya pemerintah kolonial lebih piawai memelihara keragaman . mengapa kita tak mau belajar dari masa yang sudah itu . Apakah kita memang harus mengharamkan kepiawian pemerintah kolonial atau malah harus belajar banyak dari situ , sehingga makna tunggal ika yang dahulu untuk mendukung kepentingan pemerintah Hindia Belanda , lalu sekarang untuk kepentingan negara kita yang merdeka . Mungkin bukan orang Jawa saja yang makin jauh dari bahasanya , tetapi seluruh bangsa bangsa di Indonesia melihat gejala seperti yang beritahukan Eyang Marbangun Harjowirogo seperti diatas . Taruhlah kita tak usah peduli dengan kematian bahasa dan budaya daerah , karena semua orang telah sepakat memperkuat nasionalisme , tetapi jika dampak dampak hal ini membuat kita kecut , sebenarnya kita harus berhitung lagi . "dengan terpinggirkannya bahasa dan budaya Sunda menyebabkan pembangunan phisik yang hebat yang tak terkendali atau dibalik pembangunan yang hebat tak terkendali menyebabkan terpinggirkannya bahasa dan budaya Sunda " . Tata alam bumi Parahyangan dan Bandung sudah sulit dikendalikan . Bermanfaatkah bagi orang orang Sunda pengorbanan yang sudah diberikan orang Sunda ? Adakah orang Sunda kebanyakan atau kebanyakan orang Sunda mendapat manfaatnya . Tentu ada , menjual jagung, sayuran , buah buahan sepanjang jalan , kuli kuli ,buruh pabrik modal asing, sementara yang berada digedung gedung indah , restoran yang besar besar , mal yang ramai , yang naik sedan sedan baru yang mahal bukan orang Sunda . Tanah , rumah rumah , balong , kebon , sawah , yang akan diwariskan ke anak incu telah terjual . Sungguh sayang belum ada proteksi bangsa Sunda . Meminggirkan bahasa dan budaya ibu , menyebabkan hilangnya idiom idiom , kearifan lokal Sunda . Alampun kaget mendapat perlakuan aneh yang tak seperti biasanya . Yang biasanya dilakukan dengan lemah lembut, sehalus bahasa dan gending gending Sunda , sekarang semua perilaku yang mengandung kehalusan tergusur dan itu sudah tak terdengar . Ustad Zaenuddin MZ , secara pendek mengatakan kalau orangnya nggak ramah dengan alam , alamnyapun tak akan ramah dengan manusia . Daftarnya : 1. Dengan ganasnya manusia menghajar alam . Alamnya digunduli untuk perumahan, pabrik, kebon , akibatnya alam menjadi panas . Lalu banjir dan tanah longsor mengikuti . Dimusim kering kekeringan . Lalu gagal panen , kebakaran hutan . Orang kurang gisi .Tetapi ratusan ribu insinyur tak satupun yang dapat menaikkan air dari sungai atau tempat rendah ketempat yang lebih atas . Rakyat kecil tatap saja harus mengambil air dari tempat jauh dengan memikul , menggendong , padahal ada slang , ada mesin air, atau ada angin untuk kincir dan ada dana yang bisa diminta . Rakyat yang pintar tak mengandalkan insinyur , membuat kincir tradisional sendiri yang umurnya sudah ratusan tahun . Mengapa begitu ? Jika hujan turun Bandung Selatan banjir besar , sekalipun Bandung gudang dan pabriknya insyinyur dan padahal Bandung terletak diketinggian ,yang logikanya air akan cepat turun ke bawah mencari tempat yang rendah . Juga tempat tempat lain di Jawa juga demikian . 2. Manusia berjejal, perumahan berjejal , mobil berjejal tumpah ruah sepanjang jalan raya bahkan di jalan jalan tikus dipenuhi mobil , suara yang bercampur aduk masih diperkeras dengan jutaan pengeras suara . Suara kecapi suling dan gending gending dan degung Sunda yang gemulai terdengar dari radio radio sudah tak ada .Demikian pula suara gamelan , klenengan , uyon uyon Jawa diganti dengan berbagai suara musik yang hingar bingar . 3. Lumpur Lapindo dan lumpur yang lain memberi syarat akan mengikuti Lapindo . ALAM TRADISIONAL ,YANG DIKATAKAN KUNO, IRASIONALISTIS . Ini adalah alamnya para nenek moyang dahulu . yaitu ketika nenek moyang mempunyai jati diri dan kepribadian yang masih utuh . Orang Jawa dulu sangat menggemari wayang kulit , karena dalam wayang kulit yang benar (sebagai lawan wayang kulit instan yang tak punya arti apa apa dipandang dari sudut budaya ) wayang kulit yang benar adalah tempatnya falsafah hidup pandangan hidup ,pedoman hidup orang Jawa , atau dunianya orang Jawa yang indah . Di tempat wayang kulit orang bisa bersilaturachim sambil mengingat dan menyerap ajaran leluhur yang diberikan sang dalang . Dulu Presiden , menteri menteri , jendral jendral , penjabat pejabat tinggi masih pada suka sama sama nanggap dan nonton wayang , dalam wayang kita dapat mendngar kearifan kearifan lokal . Siapapun orang Jawa yang masih nJawani dalam hati mengagumi kepintaran sang dalang . Pak Frans Seda Menteri Perhubungan suka menanggap wayang bagi para bawahannya . Dalang yang benar adalah guru sejatinya orang Jawa , kedudukan tinggi setingkat pendeta dan raja . Memahami betul pakem Barata Yuda dan Ramayana dengan segala isinya .Wejangan wejangan para wali para nabi .Ngerti marang gending gending ,titi laras lan sabetane . Dalang setingkat Pak Manteb Soedarsono , Anom Suroto dan Pak Ekocipto ( dan yang semacam itu ) sebenarnyalah orang yang pantas di gugu ditiru , yang pantes jadi guru besar yang seharusnya diangkat menjadi guru besar dengan gelar gelar diatas Doktor dan diberi pangkat diatas pangkat IV/e bergaji setingkat Ketua Makamah Agung atau pangkat tituler Jendral bintang empat , mendapat rumah dinas atau padepokan , agar tidak susah susah mencari uang diluar bidangnya . Namun kenyataan mengatakan lain , karena dunia sedang menjadi lain , tak memihak aturan dunia timur . Sekarang aturannya aturan barat . banyak orang Jawa yang sudah menjadi Landa Ireng , tak suka wayangan , tak suka slametan . Yang yakin sebagai orang modern harus memakai adat modern .Tak ada aturan pemerintah yang mengatur kepintaran model timur ,budaya sendiri . Masyarakatlah yang akan memberikan penghargaan . Penghargaan kepada para dalang , penghargaan kepada para dukun yang ampuh dan lainnya , penghargaan kepada kepala padepokan , sinden , niyaga . Yang mendapat penghargaan yalah yang semata mata berbau barat . Contoh Bapak R.Ng. Purbocaroko , ilmunya ilmu Jawa , tetapi berkaitan dengan ilmunya orang barat , beliau diakui sebagai ahli Jawa , bergelar Doktor dan bergaji besar . Dalam dunia sekarangpun tak beda , banyak sekali orang yang mencelupkan keahliannya yang spiritualistis dan religius timur ke universitas di Amerika , lalu syah diakui pemerintah dan begaji besar . Ibu Savitri Prastiti Scherer membuat tesis untuk gelarnya dengan judul Keselarasan dan Kejanggalan Pemikiran pemikiran Priyayi Nasionalis Jawa awal Abad XX dengan judul asli Harmony and Dissonance ;Early Nationalist Thought in Jawa Cornell University 19975) Yang masih tradisional tetap kleleran . Yang sungguh lebih kejam jika masyarakatpun terbujuk untuk tak menghargai budaya sendiri . Sungguh sangat aneh jaman sekarang , keberuntungan selalu berpihak pada orang yang memang mendewakan uang . Uang tak suka pada orang yang tak mendewakan dirinya . Atau memang begitulah adanya , jalannya lakon , Tuhan Maha Tahu . Masyarakat yang tradisional , yang mendapatkan predikat kuno serta irrasional , yang selalu berlaku nastiti , ngati ati , alon alon waton klakon , sabar sareh , nrimo ing pandum , yang menunjukkan kemantapan dan kemapanan tingkat tinggi , dicurigai sebagai masyarakat yang lamban , fatalis dan irrasional . Tetapi orang kuno malah heran mengapa orang hidup sekali saja kok ngongso ongso , sing di goleki apa to . Kehidupan orang Jawa dahulu sepenuh dibaktikan untuk mecapai masyarakat yang Tata Tentrem ,Kerto Raharjo . Untuk mencapai tujuan itu disusun Yang disebut Budi luhur , seni yang halus dan kebiasaan , turu longan mngan longan , lan kebiasaaan nglaras . Budaya apa ini . Kalau kita menyaksikan orang dimana mana rebutan , dalam hati timbul panguda rasa ? Apakah model rebutan yang beginian yang diajarkan dan membawa orang Jawa menuju budi luhur . Contohnya dimulai dari kraton sebagai mercu suarnya budaya Jawa . Di depan kraton atau regol (gerbang) peribadatan , orang rebutan gunungan yaitu tumpeng besar dengan lauknya , sayur sayuran dan buah buahan . Semua itu memang disediakan agar orang dapat berebut .Orang rebutan karena takut tak mendapat bagian dari tumpeng yanga sakral itu . Orang rebutan air bekas mencuci kereta pusaka . Orang berebut takut tak mendapat bagian air bekas cucian kereta yang sakral itu. Orang rebutan apem yang disediakan oleh masyarakat untuk selamatan yang tujuannya untuk keselamatan rakyat . Orang rebutan karena takut tak mendapat bagian apem tersebut . Orang rebutan uang receh yang dicampur beras kuning untuk upacara penganten atau orang mati . Rebutan dan serba berebut , seperti satu ajaran dan latihan untuk cakap mendapat yang paling banyak . Seperti ajarane liberalisme , sapa sing kuwat , sing rosa , sing licik , bisa oleh akeh , sing ora kuat , jompo , anak anak , wong cacad ora kebagian apa apa . Pada hal dari sikap rebutan ini banyak yang muspro , mubazir terinjak injak , sementara dipinggiran banyak orang tak kebagian . Suatu sikap dan perbuatan yang malah jauh dari watak perwiro dan budi luhur . Pada hal budaya kita kan mengajarkan sabar sareh , nrimo ing pandum . Kados pundi para budayawan menggah pamanggih kula punika ? Apa budaya yang tak sabar sareh , tak nrimo ing pandum , ngurmati sapada pada tidak kita kembalikan pada yang seharusnya , mbiasaake budaya antri sing melindungi wong cacad jompo lan bocah bocah , apa wis bene wae ngambra ambra . Kita lihat di jalan atau dimana saja budaya berebut nganggo sakepenake dewe juga sudah menjadi adat padinaning masyarakat umumnya . Malah ing bab apa wae rebutan wis dadi kultur sing tanpa kendali . Menurut Eyang Marbangun Hardjowirogo " Semua orang Jawa itu berbudaya satu .Mereka berpikiran dan berperasaan seperti moyang mereka di Jawa Tengah dengan kota kota Yogya ,Sala , sebagai pusat pusat kebudayaan , baik mereka yang masih tinggal di pulau Jawa maupun mereka yang sudah menjadi warga negara Suriname ataupun mereka yang telah menemukan tempat tinggal baru di daerah daerah transmigtasi di luar Jawa , mereka berkiblat pada Yogya dan Sala dalam menghayati hidup budaya mereka .Mereka inilah yang mewakili manusia Jawa dengan ciri ciri lambannya yang begitu khas dan yang sering dianggap tak sesuai lagi dengan kehidupan masa kini yang lebih banyak menuntut kecepatan dalam berpikir dan berbuat selagi orang Jawa umumnya karena mengutamakan kebahagiaan dan keselarasan kurang menyukai ketergesaan dalam hidup ." ( Manusia Jawa - Marbangun Hardjowirogo ) . ALAM WESTERNISASI ,MODERNISASI , RASIONALIS . Pikiran westerinissi ,modernisasi dan rasionalis dibawa oleh penjajah Berbeda dengan alamnya orang tradisional , orang yang mengaku didikan westernisasi , modernisasi yang pikirannya serba rasional , sudah diajari , diajar berpikiran kesusu , ngongso ongso . dan prakis , pragmatis . Kesusu ( harus serba cepat ) tentu masuk akal saja wong penjajah itu harus kerja seefisien mungkin , mereka datang ,lalu mengambil dan harus segera kembali mengantarkan jarahan untuk memburu keuntungan dan memenuhi kebutuhan rakyat di negerinya . Ngongso ongso artinya harus dapat sebanyak banyak , ini dapat dimengerti , wong datang dari jauh jauh tentu harus dapat perolehan yang seimbang . Praktis pragmatis , tegese perkara kerusakan lingkungan dan lain lain ora perlu dipikir wong yang akan mengalami kerugian penduduk pribumi . Tetapi untuk kita mestinya ya tidak cocok , wong kita tak akan kemana mana . Kita pribumi dengan kekayaan yang melimpah di kanan kiri , tak perlu bingung kekurangan . Hasil padi , sayuran ternak, ikan , kayu unuk buah dan bangunan tak kekurangan . Kenapa kita ikut ngongso ongso ? Ikut rebutan . Sebetulnya budaya rebutan harus masuk grup sini . Agar kumpul sesama orang yang suka kesusu dan ngongso ongso . Adanya orang didikan westernisasi , modernisme dan serba rasional diawali oleh kedatangan orang barat yang datang menjajah negeri kita , mereka datang untuk mencari kekayaan mengurasnya dan membawa pulang kenegerinya . Tentu saja harus dilakukan cepat cepat karena diperlukan menolong rakyat di negara asal yang susah .Tidak peduli semua sumber alam habis dan tak peduli meninggalkan dampak pada lingkungan yang merugikan orang pribumi . Kedatangan penjajah atau pendatang asing pencari rejeki ibarat orang jahat masuk dalam rumah kita mengambil semuanya lalu cepat cepat berlalu memanggul jarahannya . Kelakuan seperti inilah yang diajarkan kepada kader kader kaum westernisasi , modernisme dan rasionalis dan ditiru orang jaman sekarang ini . Dan ternyata kader kader ini yang kini dapat menguasai medan .Dengan segala variasinya intinya para kader telah terprogram harus berbuat seperti itu . Tetapi kalau kader itu ternyata orang pribumi dan berhasil mengambil segala sesuatu sebanyak banyaknya buat apa wong tak akan kembali kemana mana , maka jadilah pekerti yang dikatakan pekerti orang rasional yang tak rasional . Kenapa kesusu susu dan ngongso ongso , menguras segala galanya sampai tuntas , yang sebenarnya sumber daya dapat di dicadangkan untuk kebutuhan yang lebih lama , apakah keturunan dibelakang hari tak perlu diberi sisa ? Kalau kita pikir rasionalkah pikiran demikian . Tak apa apa sekedar memenuhi hasrat kesrakahannya menumpuk numpuk harta , menguasai harta di mana mana yang tak satupun dapat dinikmatinya . Bukan tak mungkin dalam kurun waktu nusantara jaya sampai jatuhnya Mataram II orang kita tak pernah mengalami super mewah sesuai dengan jamannya, justru dari keadaan seperti itu mereka dapat menimba pengalaman . Dari sana orang dahulu dapat melahirkan kearifan lokal kearifan lokal yang menutun kearah tata tentrem . ALAM HONGKONG ATAU CINA . Orang Jawa belajar budaya budi luhur di Hongkong . Kini anak buah atau anggauta warga negara yang menjadi TKI/TKW di Hongkong tengah mendalami penghayatan budaya modern . Budaya westernisasi , modernisme dan rasionlisme Hongkong jenis lain dengan yang kita adopsi . Dulu dulunya kami tak tahu , yang kami tak tahu kaya apa Hongkong itu , yang kami tahu Hongkong sekarang . Medernisme Hongkong secara phisik memang hebat sekali , barang kali malah di dunia manapun tak akan ada yang menyamai Hongkong , selain US . Gambarannya adalah , tak usah menceritakan bagaimana kemewahan tuannya , para pembantunya saja yang berasal dari Indonesia atau Philipina rata rata mendapatkan gaji kira kira HK $ 5000,- atau Lima juta rupiah sebulan utuh .Ada tempat tinggal sederhana , dan kesehatan dan makan dijamin secukupnya , dengan jaminan perlindungan hukum yang mantap (tidak kacau ) . Di Hongkong jarang terjadi perbuatan pelecean terhadap TKI/TKW . Siapapun tak salah kalau ngiri terhadap kehidupan di Hong Kong . Dari yang semula kepulauan yang amat buruk , tempat orang orang jahat berubah menjadi wilayah tertib dan makmur Ketertiban , keamanan sangat dijaga . Orang tak boleh dan tak akan berebut dimana saja . Di kereta , di bis , di tempat tempat umum lainnya . Budaya antri sudah menjadi budaya umum di Hongkong , orang harus sabar sareh dan menerima gilirannya . Ini adalah yang dalam budaya Jawa dilambangkan dengan kata nrimo ing pandum . Hidup tak usah serakah apa lagi disertai dengan melanggar hukum unuk memenuhi nafsu keserakahannya .Kebersihan sangat dijaga . Tak boleh dan tak akan ada orang membuang sampah sembarangan , meludah di mana mana , merokok ada tempat tak boleh disebarang tempat . Bukankah warga kita di Hongkong harus menggali dan mempelajari dan membiasakan berbudaya Jawa yang adiluhung kembali . Barang kali kelak sekembali di Indonesia dapat mengajarkan budaya tesebut kepada lingkungannya . Memang kenyataannya budaya budi luhur yang mestinya penuh ketertiban , karyenak atining liyan , menghormati orang tua dan serta orang cacad , tak membuang sampah/ meludah ditempat sembarangan , tak boleh merokok ditempat yang tak ditentukan, pada praktiknya kurang mendapat appresiasi dari perintah maupun rakyat Jawa sendiri . Siapa tahu membanjirnya oarang Jawa ke Hongkong adalah suatu petunjuk dari Yang Maha Kuasa bahwa kita orang Jawa mesti meniti budaya leluhur kita kembali . Meniti budaya Jawa yang adi luhung kembali, suatu conditio sine qua non . Karena semua lapisan masyarakat kita lagi gandrung dengan uang dan terusirnya TKI /TKW gara gara karena mereka di tanah air tak kebagian uang , lalu harus mencari uang ke negara lain , maka ukuran keberhasilan tak lepas dari masalah uang . Baik pemerintah maupun masyarakat umumnya menghargai TKI/TKW hanya karena mereka menghasilkan devisa negara yang besar dan bagi masyarakat lainnya karena mereka pulang membawa kemakmuran . Pemerintah yang semula cuekpun dan memandang pengiriman TKI/TKW sebagai upaya kesementaraan untuk mengatasi kemiskinan yang memalukan dan tak kunjung habis , kini meningkatkan pelayanan terhadap TKI/TKW sebagai program tetap sebagai sektor pendulang devisa . Suatu upaya darurat yang semula hanya untuk mengatasi hal yang tak proposional , lama lama menjadi proposional. Tak satupun lahan yang tak diekploitir untuk menghasilkan, seolah olah di Inonesia ini hanya satu satunya agenda yaitu menghimpun uang , anehnya uang tak cukup cukup , utang bertambah terus . Kemana saja uang itu . Tak satupun berpikir atau berusaha menyerap budaya Hongkong seperti diceritakan . Dan mereka (TKI/TKW) dari Hongkongpun sekembalinya ke tanah air larut kembali dalam budaya kita yang dilanda krisis . Satu hal yang mudah mudahan luput dari pembuat rencana menghimpun uang , jangan sampai angkatan bersenjata kitapun dimanfaatkan untuk menjadi tentara bayaran yang mendatangkan devisa . Sungguh sayang ada saja Saudara kita orang Cina , yang sudah menjadi warga negara yang cinta tanah air , ternyata tak mencontoh bangsanya di Hongkong yang tertib dan baik hati terhadap TKI/TKW .Cina cina disini yang kami sayangkan tersebut , ialah Cina yang berbuat hitam menodahi bangsanya dan melukai pribumi Indonesia yang masih melarat . Sebetulnya Cina yang berbuat hitam tersebut juga tidak berbuat sendiri , banyak sekali dibantu orang pribumi .Orang pribumi yang bodoh dan melarat . Bodoh bukan berarti tak menamatkan universitasnya , tetapi bodoh karena mau menerjang aturan yang akan membelenggunya , hanya sekedar main spekulasi , melarat bukan karena tak banyak uang tetapi karena keserakahannya yang tak terkendali . Semua itu hanya terjadi di negara yang hanya mendewakan uang . Ada orang pinter yang mengritik keadaan sekarang ini , seolah olah kehidupan hanya mempunyai agenda tunggal memburu uang . aggrainstitute@ G-mail .com . ------------------------------------------------------------------------------------------- AGGRA INSTITUTE TAMAN BELAJAR PLURALISME DAN MULTIKULTURALLISMEAlamat E .mail : aggrainstitute @ gmail .com. 15.BUDAYA PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME Burung gagak dan serigala ( L'OISEAU NOIRE ET LA RAGE ). Merenungkan ,memikir mikir , tentang bermacam ragam budaya di negara kita yang pluralismr dan multikulturaisme ,maka mengenai persaingan antara kekunoan dan kikinian tak pernah berhenti . Sekalipun kekunoan tak pernah secara legal ikut berperan dalam mengatur negara ,tak pernah mendapatkan pehatian dari negara , tetapi toh sebenarnya juga tak pernah mati sama sekali dalam menyumbangkan aktivitasnya untuk memajukan atau memakmurkan bangsa .meski dapat dinilai kurang proposional , yaitu jika penguasa hanya ingin mengeruk untungnya tetapi telalu pelit untuk mengeluarkan ongkos ongkos unuk keperluan pariwisata .Seseorang yang ingin mengadakan upacara selamatan besar di Toraja yang mungkin bisa menghabiskn beberapa ratus juta rupiah ,biasa ditanggung sendiri . Demikian juga di Bali banyak sekali upacara upacara yang makan beaya , yang terbesar dan paling terkenal ialah ngaben . Sementara orang bersusah payah untuk menyelenggarakan upacara yang mhalitu ,penguasa dan pengusaha sekitarnya dapat memperoleh keuntungan dari peristiwa ini . Meski terkemas dalam program pariwisata , banyak tradisi tradisi yang tanpa sengaja terlestarikan . Masih banyak dilakukan doa doa tradisional , korban korban tradisional , selamatan selamatan ,yang dilakukan dalam rangka pariwisata demi suksesnya memperbesar pendapatan negara . Demikian pula banyak peninggalan peninggalan dan punden punden yang makin terawat . Ada kirab kirab yang selalu dilakukan di seputar kraton dengan mengeluarkan berbagai jimat jimat ,kirab budaya , kirab grebeg .Masih banyak lagi kirab kirab setempat yang tak kalah meriahnya dengan yang diadakan di keraton . Masih banyak orang melakukan korban korban larungan yang dilakukan ditepi pantai , upacara jamasan pusaka dimana mana ,nanggap wayang untuk ruwatan ruwatan ,bersih desa , selamatan kecil atau besar ,yang semua itu sebagai upaya penyelamatan diri dari segala ancaman mara bahaya dan segala sambekala .Bahkan nanggap wayang dari yang paling sederhana sampai Sendratari Ramayana yang diadakan secara besar besaran dan mewah ,semewah kirab kirab yang diadakan diseputar kraton . Ketika penulis sedang menulis bab ini , sambil memdengar seruan dari radio Safari Jakarta yang mengajak masyarakat untuk ikut dalam kirab budaya di Jakarta yang akan menonjolkan busana busana daerah dll. Anehnya di Jakarta justru lebih banyak dapat kita akses siaran stasiun stasiun radio menyiarkan budaya daerah dibanding dengan di kota kota Jawa tengah dan Timur . Yang sudah lama radio P2C , sekarang ada radio Safari , radio Jakarta , radio sam an (kedengarannya begitu ) ,radio Inyong , radio el Shinta . Dahulu sekali sejak kuno makuno Lurah Grabag (Kutoarjo ) , adalah lurah yang paling banyak nanggap wayang , hampir tak pernah lowong selamatan dengan nanggap wayang demi keselamatan desa dan warganya . Ketika musibah serangan tikus besar besaran , diadakan upaya pemberantasan manual ,gropyokan bersama , selain itu Pak Lurah tak lupa nanggap wayang untuk ruwatan sebagai upaya spiritual . Ternyata tikusnya kabur semua . Memang ini upaya spiritual yang irrasional , nyatanya manjur . Yang percaya silahkan yang tidak silahkan . Tetapi saksi mata kejadian ini masih banyak yang hidup. (Vide. Buku Seri Kejawen 2002 Jilidan I ) . Penjelasan ini juga dapat untuk melengkapi jawaban terhadap seruan Pak Ajip Rosidi yang sangat mengkawatirkan punahnya budaya lokal seperti tersebut diatas .juga jawaban atas pernyataan Pak Marbangun Harjowirogo alm . yang memprediksi cepat atau lambat budaya Jawa yang pasti sedang menuju kematiannya . Meskipun yang kami ceritakan sebenarnya hanya pucuk budaya yang tampak diatas banjir budaya lain . perlu diperingatkan sungguhpun pucuk pucuk yang kelihaan dapat dijadikan tanda tanda kehidupan , janganlah pucuk pucuk dijadikan kebanggaan dan kepuasan sehingga melupakan untuk mencari pokoknya pokoknya ,sehingga budaya budaya daerah menjadi adiluhung lagi . Jika lali dan terbuai untuk menikmati pucuk pucuknya saja , sebentar lagi pucuk akan terendam dan hilang dan kita akan kehilangan keseluruhannya . Sesudah reformasi semua orang jadi modern dan rasionalistis hampir tak memikirkan wayang lagi atau budaya daerah pada umumnya ,kegemaran orangpun berubah . Itu tak dilaramg wong kita hidup dalam alam demokratis mau apapun boleh ,monggo saja . Dimana mana orang lebih suka nonton ndolalak atau bergpyang yang seronok dengan dangdut , main friseks dan narkoba , melupakan ilmu ilmu spiritual yang irrasional yang selalu mengingatkan orang pada adanya panen wohing pakarti ing akhir tembe ,kejujuran dan perilaku utomo. Modernisasi mengganti sapta pesona dengan ciptaan ciptaan teknologinya , apa yang menarik dahulu mulai ditinggalkan .Di Bali, di Jawa mungkin dalam sekian dasa warsa lagi , pariwisatanya tak akan difokuskan pada hal hal yang spiritual , tetapi telah disediakan ciptaan teknologi canggih seperti di Hawai atau negara negara yang mengabdi pada kesejahteraan lahir . Dari penyediaan hotel hotel mewah ,segala macam permainan ketangkasan . Tampaknya memang seperti ada upaya evolusi tak kentara , yang membawa orang timur penganut kekunoan yang spiritualis ke peradaban kekinian .Ada evolusi perluasan hegenomi kekuasaan dari modernisasi barat ke dunia timur . Modernisasi barat tampaknya sudah mulai menggenggam orang timur yang tak berdaya dan penuh penyerahan . Akibatnya masyarakat menjadi masyarakat menjadi rentan batin dan tak punya kekuatan batin lagi dalam menghadapi segala cobaan dan bujukan setan .Ada goyangan batin sedikit saja sudah collapse .Perombakan perombakan yang dilakukan oleh kekinian bukan terbatas pada ekonomi dan politik ternyata merambah kesemua lapangan kehidupan . Sungguh menyedihkan jika pemimpin kita sengaja atau tanpa sengaja membawa bangsanya menjadi orang bodoh . Dari mainan anak anak , makanan ringan atau berat , minuman , hiburan , alat hiburan , telpon seluler yang setiap tahun memerlukan berjuta juta unit , alat digital lain ,semua kita tergantung pada produk asing .Apalagi alat alat yang canggih canggih dengan teknologi yang tinggi . Lalu apa sebenarnya kepandaian ahli ahli kita , apa yang mereka kerjakan .Apa mereka bingung dan frustasi juga ? Kembali pada cerita Bupati Purworejo .Kebetulan ada sambekala besar yang menimpa Pak Lurah yang sebetulnya sudah sinengkaken ing ngaluhur jadi Bupati .Padahal Bupati sebelumnya tak pernah lupa nanggap wayang .Nangap wayang , tujuan pertama adalah melestarikan budaya .lalu sebagai upaya membersihkan hal hal yang kotor, menumbuhkan jiwa gotong royong bagi semuanya .Wayang kecuali hiburan banyak sekali manfaatnya .Untuk silaturahmi warga , pendidikan umum , budi pekerti bahkan apa saja yang harus disampaikan kepada masyarakat dapat disampaikan disini .hampir tak ada pertunjukan yang mempunyai isi dan misi selengkap wayang .Wayang dengan dalang baik tak kalah manfaatnya dengan perguruan tinggi formal . Dalang yang baik adalah guru besar , budayawan , rohaniawan , kadang kadan sebagai dukun dalam arti yang bisa menyembuhkan penyakit dan mengusir roh jahat , hampir segalanya .Tentu saja dalam kekinian pak dalang merupakan profesi yang mengganggu modernisasi cara berpikir rasional dan kekinian . Mendapat pinalti untuk dimarginalisasikan . Bagaimana hebatnya dalang tak akan dapat penghargaan formal , berijasah formal , diangkat sebagai pegawai negeri baik tingkat rendah maupun tinggi .Tetapi masyarakatlah yang mengakui keberadaannya , kadang dengan penghormatan yang kadang kadang berlebihan .Tetapi mungkin cara itu yang terbaik , penghormatan yang diberikan dengan adil dihadapan mata ribuan masyarakat , ketimbang penghargaan berdasarkan atas nilai ijazah yang belum tentu tidak palsu . Orang orang tua didaerah , masih percaya ada yang namanya kesiku , kesarik , kuwalad ,lali kepada yang mbaurekso .Untuk peringatan pejabat selanjutnya ,jangan meninggalkan tradisi leluhur , sukur bage sewu bisa ngrembakakake Artinya orang tak boleh berlaku sawiyah wiyah terhadap sesama .Berbaikan dengan sesama makluk , saling menghormat kepada sesama makluk , baik makluk yang kelihatan maupun yang tak kelihatan bukan berarti orang itu musrik .Orang pintar tak mudah menghukum orang lain sebagai musrikin .Ada dalil dalil tentang kemusrikan .Banyak orang yang sengaja memberi misinformation tentang budaya daerah , dengan tujuan menjauhkan orang dari budaya seperti itu .Umumnya oleh orang orang yang tak mengerti pa bengkongnya budaya seperti itu . Seperti kata " eling " kata "alon alon waton klakon " kata " singmbau reso " juga ada yang memberi konotasi yang melecehkan sehingga kata kata tersebut dibenci dan dijauhi orang.mBaureso yang menurut akar katanya berarti "tenaga atau yang bertugas ,mengrekso atau mengreso " menjaga , memelihara melindungi , digambarkan sebagai setan yang menyeramkan yang akan mecekik siapapun yang tak disukainya sebuah gambaran yang jauh dari pangkalnya, bahkan tak ada kaitannya . Yang secara resmi bertujuan menunjang kemajuan pariwisata , toh budaya seperti tersebut diatas masih tak sedikit yang percaya dan menghayati semua itu dengan bersungguh sungguh dan percaya bahwa sebetulnya itulah ( semua itulah ) kepercayaan yang mereka percaya sebagai kepercayaan yang benar .Kepercayaan ini kadang kadang menjadi keder karena serangan dari pihak yang ingin merombaknya .Tinggal terserah bagi pemiliknya bisa dan kuat handarbeninya dan hangkrukebinya atau tidak .Yang jelas barisan rasionalisme adalah yang menjadi musuh utama dan selain itu masih ada upaya dari pihak lain lagi yang sudah lama ingin meniadakan budaya yang dianggap tahayul itu .Setelah berhasil menyingkirkan golongan kekunoan ( Budaya budi luhur, kebersamaan , penerus budaya leluhur yang kuno kuno ) , faksi faksi dari golongn kekinian dan golongan budaya kekinian ( modernisasi , westernisasi , rasional,liberisasi ) , juga perlu bertarung dengan faksi faksi sendiri .Tak mengapa siapapun yang menang toh kenyataannya golongan kekinian juga yang berhasil meraih kesuksessan itu . Demikian dalam skala negara , negara negara modern yang satu harus bersaing , berkelai dengan negara modern lain .Seperti cerita burung gagak yangakan kita ceritakan di bawah ini .Penggunaan alat alat perang yang canggih canggih akan mempercepat kehancuran , mudah mudahan "kono nggone kono wite " jika terjadi disana saja di tempat orang yang suka berkelahi , jangan meleber ke sini . Alat perang yang canggih banyak mudaratnya dari pada manfaatnya . Dulu penulis punya guru bahasa Perancis bernama H.c .Horenweg orang Belanda . Dalam memberikan pelajarannya beliau selalu menampilkan cerita pendek yang lucu lucu .Kalau penulis kaitkan dengan cerita Pak Horenweg tersebut , maka pemimpin kekinian yang sedang bertengkar berebut kemenangan dan yang sudah memperoleh kemenangnya kita ibaratkan dengan burung gagag (l'oiseu noir ) yang bertengger diatas dahan yang siap menikmati dendeng kemenangannya . Seterusnya dalam cerita itu datanglah seekor serigala (la rage ) , yang sebenarnya sejak tadi mengincar dan ingin merebutnya . Kata serigala , " Wahai burung gagak sobatku yang baik .Sudah lama aku mencarimu .Aku mencarimu kemana mana dengan sengaja , karena sebenarnya aku kangen sekali mendengar suaramu yang sangat merdu .Suaramu sungguh merdu , itulah alasanku mencarimu , tak lain hanya ingin mendengarkan suaramu .Perdengarkanlah suaramu yang merdu , wahai sahabatku , untuk mengobati rinduku ." Mendengar pujian sang serigala , hati sang gagak mengembang, berbunga bunga " Benarkah suaraku sangat baik . Lalu timbul keinginan sang burung gagak untuk memperdengarkan suaranya . Karena begitu gembiranya mendengar pujian sang serigala , maka sang burung gagak tanpa pikir panjang membuka paruhnya dan mengeluarkan suaranya keras keras . Dengan tangkas sang serigala yang sudah memprekdisi apa yang akan dilakukan burung gagak yang bodoh tetapi mengaku pandai itu ,dengan cekatan menyambar dendeng yang lepas dari mulut sang burung gagak dan dalam hati serigala berkata " dasar orang dungu tak tipu kowe, kapokmu kapan " , lalu sang serigala itu berlalu dengan membawa dendeng . Pimpinan pimpinan kita yang kekunoan berantem dengan yang kekinian , ternyata yang kekinian menang mengalahkan yang kekunoan .Selanjutnya yang kekinian yang satu beratem dengan kekinian yang lain .Dan diantara keduanya yang menang itulah yang diwakili burung gagak . Apakah benar burung gagak yang menang yang akan dapat menikmati hasil berantemnya ?Kenyataannya tidak , karena hasil itu jatuh ke mulut serigala ? Kita ibaratkan bahwa pemimpin kita ini berantem siang malem , menghabiskan tenaga , mengerahkan segala kemampuannya ,untuk memperbaiki ekonomi , meningkatkan pertumbuhan , menggerakan sektor riil , menyelamatkan pendapatan negara , ternyata ada golongan lain yang lebih cerdik dan pandai dari pada para cerdik cendekiawan keluaran westernisasi dan modern. " Golongan ini dalam hati berkata , " biarlah mereka berantem mengadu ilmu yang tinggi, bertengkar, berpameran kekuatan dan kepiawian di parlemen , mengadu kecakapan ngomong pengadilan yang membuat hingar bingar seluruh kehidupan dan masyarakat , biarlah yang dieksekutip menghabiskan segala tenaga dan pikirannya .Toh yang penting uangnya dapat kita akali .Lalu diam diam kita gunakan untuk pembangunan .Pembangunan swasta bebas tak berkendala , untuk golongannya sekalipun , toh dengan liberalisasi tak terkendala lagi oleh berbagai peraturan . kalau perlu " kaum burung gagak " diberi sedikit sedikit , misalnya a Rp.2 milyar .Bagaimana , bereskan ? " Ada kawan seorang sarjana , yang begitu membanggakan kesarjanaannya , tetapi karena kesal dengan keadaan yang semakin tak jelas , membuat lelcon , " Setinggi tinggi bangau terbang akan kembali kekubangan juga , diplesetkan menjadi setinggi tinggi ahli ekonomi yang berpendidikan hebat hebat yang berdasi , bermobil ,jangan keburu sombong dulu karena tak akan sanggup bersaing dengan orang orang lulusan Glodok ,Petak Sembilan , Mangga Dua yang bersandal jepit tetapi membawa sekarung uang dengan wadah yang butut .Ternyta bahkan orang jahatpun dapat dikelabuhi oleh mereka . Mereka tahu banyak masalah dan rahasia .Dari yang kasat mata ,rasional sampai dengan yang gaib . Sekalipun mereka juga dapat digolongkan modern , mereka tak melupakan kekunoan mereka , rajin membakar hio lengkap dengan ajian ajiannya .Mempunyai meja meja persembahayangan buat tempat sesaji bagi leluhurnya di rumah tangganya , Hasilnya sungguh hebat , tenyata bagi mereka bukan hal yang susah untuk memanage orang lain , bahkan untuk meng-instruct orang lain termasuk pembesar, para cendekiawan yang bangga dengan gelar gelarnya .Kalau mau mereka betul betul mudah menjadi unvisible gouvernment .Siapapun dari kita yang sudah melepas ilmu kekunoan kita ,mendapatkan serangan dari ilmu kuno mereka , akan tunduk seperti kerbau yang dicocok hidungnya, mata yang normalpun tiba tiba tak berfungsi untuk membedakan jurus tipu mereka , itu namanya kena aji sirep .Tak percaya ? Tampak semuanya seperti biasa tetapi bukankah semua luar biasa ? Terbukti seorang tua dari mereka , yang pendidikannya entah apa, dapat membuat orang satu negara susah ,ribut dan berantem sendiri . Mereka paham betul cara cara bagaimana berburu ular .Betapapun ganasnya ular , betapapun manjur bisanya , tangkaplah dulu kepalanya , lalu terserah mau dimasukkan karung atau dikuliti saja atau dipotong untuk obat kuat . aggrainstitute@ gmail com . --------------------------------------------------------------------------------------------- AGGRA INSTITUTE TAMAN BELAJAR TENTANG PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME Alamat ; E mail : aggrainstitute@ gmail com 16.Budaya Pluralisme dan multikulturalisme , sebuah renungan .Mengapa kita (atau penulis ) membuat golongan yang masih mengingat ingat, mengingat kembali kekunoan kita . Itu timbul karena kita melihat sekitar sudah berubah tak seperti yang dicita citakan kan orang tua kita , hidup guyub rukun , gotong royong , tata tentrem kerto raharjo , gemah ripah loh jinawi , repeh rapih .Barang kali sekedar mengingatkan bahwa sesungguhnya soal soal pluralisme dan multikulturalisme ini sudah terpaterikan dalam UUD45 , hanya masalahnya belum pernah mendapat perhatian ,lebih lebih perhatian yang khusus dari pihak manapun .Masih untung pasak pasal ini belum terhapus oleh amandemen yang dilakukan oleh orang yang suka mengamandemen UUD 45 .Mudah mudahan kekuatiran kita , hanya terbatas sebagai kekuatiran kosong ,misalnya jika wakil wakil kita di MPR tak kuat ngomong melainkan hanya inggih inggih kados pundi saenipun terhadap semua manuver pihaklain atau , hanya seperti padi menguning di sawah , setuju saja pada angin yang ingin membawa mereka kemanapun . Suatu hal yang menjadi kekuatiran nyata ialah jika budaya pluralisme dan multikulturalisme (budaya daerah ) kita tinggalkan lebih jauh ,karena hal itu mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap tata nilai , tata kehidupan kita atau tata yang mengatur masyarakat kita , Dari hal itu tampak makin jelasnya tentang adanya perbedaan arah tujuan yang tak seperti tercantum dalam dasar dasar negara kita . Ini ditandai dengan adanya masyarakat yang usreg terus terusan , tanpa ana jenjem jenjemnya , seolah olah sebagai pernyataan bahwa apa yang dberikan bukan yang mereka cari . Masyarakat di ajak mentati budaya taat hukum karena negara ini ngara hukum .Tetapi jika dalam negara yang brdasarkan hukum ini ,kesandung mafia hukum , tentu saja masyarakat akan bosen dan menjauhi budaya berhukum yang tak benar ini , bahkan jika masyarakat sudah bosen dengan kelakuan hukum ini , kelak akan menjauhi hukum . Bertindak sendiri sendiri. Bahkan dulu ada pejabat yang sangat bangga dengan kehidupan berhukum , sehingga hampir semua masalah diserahkan pada hukum .Nyatanya hukunm tak pernah menyelesaikan masalah , bahan penjabat itu mengeluhkan ternyata hukum juga bisa menambah masalah , jahat dan tak berkeadilan . Masyarakat dijanjikan kehidupan yang adil ,nyatanya mencari inti dari arti keadilan saja sudah susah atau yang berkembang sekarang ini sudah merupakan keadilan yang dicita citakan ? Artinya biarlah memang keadaan dunia begitu ada yang kaya ada yang miskin , ada yang kaya sekali ada yang miskin sekali . Ada yang jahat ada yang tidak jahat . Masyarakat akan diberikan kemakmuran .Tampaknya gross nasional product serta kemakmuran meningkat , sekalipun hutang kita juga meningkat banyak , dan hampir semua kekayaan sumber alam habis . Kenaikan kita tentang kesejahteraan bukan seperti samodra kang rob (yang diajarkan ASTABARATHA ) , alon alon tetapi munggah bebarengan .Rata . Memang banyak yang sudah menjadi kaya , tetapi masih banyak juga yang masih dibawah garis kemiskinan .Kalau kita telah merasa sukses dengan dengan pembangunan kesejahteraraan yang kita peroleh ,kesejahteraan seperti inikah yang mendorong kita untuk benegara ? Lalu yang belum sukses bagaimana ?Penguasa bukannya tak mencarikan yang terbaik buat bangsanya , tetapi suatu kenyataan bahwa apa yang diupayakan penguasa sering tak cocok dengan yang dimaui oleh rakyatnya .Bolehlah penguasa dengan kekuasaanya memaksakan kehendaknya kapada rakyatnya karena mereka kuasa ,tetapi jika rakyat tetap tak bersetuju maka tentu akan menolaknya .Belum tentu semua orang mau menyedu susu yang disediakan oleh penguasa sekalipun susu itu penuh gizi dan mahal harganya , mungkin orang malah memilih tape ,getuk , gaplo , growol, kaliguci dan pecel dan besengek yang sudah dikenalnya . Kalau saja keinginan rakyat dan pemerintah dapat klop tentu tak akan muncul masalah .Justru timbulnya masalah karena kenginan penguasa dan yang dikuasainya belum klop . Pembangunan yang menggebu gebu perlu disesuaikan dengan keinginan masyarakat .Karena ternyata masyrakat manusia bukan seperti masyarakat kambing .Masyarakat kambing perlu kandang yang bagus , bersih , higenis , dan makanan yang bergizi .Itu menjadikan masyarakat kambing makmur gembira dan gemuk gemuk .Namun demikian toh mengatur masyarakat kambing tak mudah ,kadang kadang perlu kekerasan digebug, ditendang agar menjadikan masyarakat kambing mematuhi aturan aturan peternak . Namun peternak yang baik perlu jeli terhadap kelakuan kambing .Mengapa tiba tiba sakit mencret , gelisah , berantem tak habis habisnya tentu ada yang tak beres . Mengatur masyarakat manusia ternyata tak semudah mengatur masyarakat kambing . Ada yang mengatakan bahwa semua itu bersumber pada banyaknya uang . Ada uang , semua beres . Mungkin sementara ini karena gencarnya kekuatan uang , orang berpikir seperti itu , lebih lebih kita bekas negara jajahan yang miskin atau bekas orang yang dipermiskin oleh kolonial dan neokolonialis. Tetapi kelak jika manusia sudah kapok dengan ulah uang akan berpikir lain .Manusia punya otak yang dapat membedakan yang benar dan tak benar , yang adil dan tak adil , yang jujur dan yang curang ,yang selalu ditipu dan yang selalu mau menipu ,yang mau menang sendiri maupun yang jadi kalahan . Yang kalah , yang ditipu , yang selalu dicurangi , yang di bodohkan ,yang dianggap lemah akan berusaha untuk , pinter ,untuk kuat untuk merebut kemenangan berikutnya .Selalu begitu .Sampai keadaan menjadi klop . Bisakah keadaan klop ? Barang kali leluhur kita yang sudah kenyang dengan hidup dan siklus siklusnya itu yang menyadari bahwa uang bukan segala galanya .Apakurangnya syarat syarat kita untuk makmur mubra mubru , keceh duwit , wong semua kita punya .Dari sumber alam ,tambang , tanah subur makmur dapat kita jadikan sumber agar kita kaya raya . Uang memang diperlukan tetapi bukan segalanya , tetapi untuk hidup ini ada kebersamaan ada hidup gotong royong , itu yang penting .Itu sebabnya leluhur kita telah memilih opsi tata tentrem kerta raharjo .Segala upaya manusia (budaya dalam arti yang luas maupun yang sempit ) harus bersumber dan diarahkan kepada tujuan TATA TENTREM KARTA RAHARJA . Tak perlu bermewah mewah tetapi juga jangan miskin miskin amat .Pengalaman menunjukkan siapapun yang dapat mengikuti paham ini hidupnya lebih tenang tak kedadanpan , siapa yang berpikir lain dari seperti diajarkan itu akan sellu gelisah dan tak akan pernah merasa telah sampai pada yang mereka cari .Kekayaan yang berlebihan selalu berakhir dengan musibah . Alm. mBah Josonto ,begawan ( disebut mBah Kyai ) yang kenamaan di desa Patuk ,Patutrejo , Kec.Grabag biasanya mempunyai nasehat dan ajaran seperti itu .Kini kharismanya menurun ke sang putrinya .Di daerah ini siapakah pejabat yang tak mendapat restunya ? Nasehat penulis , jangan sekali kali membelakanginya .Bolehlah sekarang para pemilik uang berbangga bangga dan yang belum jenuh berusaha sampai jungkir balik untuk memperpesar kepemilikannya , dengan membangun pengamanan berupa pagar pagar kuat , deposito bank , deposit box , dan innvestasi , jika tak ada kebersamaan dan melupakan gotong royong , semua itu maya belaka , dapat berbalik sebagai musibah yang merusak diri sendiri dan lingkungan bergenerasi . Begitulah juga ajaran orang besar kuno sebagai tersirat dalam pelbagai kitab ,maupun dalam kumpulan kata kata mutiara orang bijak yang semua itu memberi peringatan agar nama kita semua tidak diaduk aduk sebagai penjahat setelah kita tiada . "Hirup darma pawayangan ,hirup ngan ngakonan , hal hal anu ditangtukeun ku Pangeran . Hirup katungkul pati , waktu teu nyaho dimangsa .Hirup ditangtukeun ku maot , anu teu nyaho waktuna . Ulah maot manggih untung ,ulah paeh manggih bagya .Sing bener waktu keur hirup .Supaya ulah diomongkeun dimana geus maot " bintoroasri@ yahoo .co.id .AGGRA INSTUITUTE TAMAN BELAJAR BUDAY PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME Alamat E mail : bintoroasri@ yahoo .co.id 17. Leadership .Ternyata mencari istilah leadership dalam budaya pluralisme dan multikulturalisme tak mudah .Tak semudah mencari istilah itu dalam texbook kekinian .BP7 dalam regime orde baru menterjemahkan leadership dengan istilah kepemimpinan . Ada tiga syarat untuk menjadikan orang atau orang untuk menduduki kepemimpinan . Ki Hajar Dewantoro menyebut bhw ada 3 syarat yang harus ditaati seorang pemimpin . Ing ngarso sung tulada , Ing madya mangun karso , Ing wuri handayani . Hal itu adalah urutan kacang yang didasarkan ngarso , madya , wuri .Namun barang kali jika dikaitkan dengan perbuatan mungkin lebih baik diurut sebagai berikut : Ing ngarso mangun karso ( karsolah yang mendahului semua pekerjaan ) , lalu ing madyo yang berati langkah kedua adalah sung tulodo (langkah kedua adalah membericontoh bagaimana seseorang berbuat , bertindak , beraksi ) , barulah langkah ketiga ing wuri handayani ( artinya seorang pemimpin kecuali sebagai pengambil inisiatif pada setiap perencanaan kerja , lalu memberi contoh bagaimana mengatasi pekerjaan juga di belakang memeriksa barisan , memberi semangat , mengontrol apakah semua berjalan sesuai dengan derap langkah yang telah ditetapkan) . 'Budaya pluralisme dan multikulturalisme , sebagaimana namanya , terdiri dari banyak sekali dalam bentuk dan jumlahnya kalau tiap satuan mempunyai pemimpin , akan banyak sekali pemimpin yang diperlukan . Kalau saja masyarakat yang berbudaya pluralisme dan multikuturalisme ,kita umpamakan dengan kehidupan masyrarakat yang lain , tampaknya lebih mendekati masyarakat gugusan trumbu karang . Semua hidup dalam komunitasnya masing masing , tanpa mencapur tangani urusan masing masing semua hidup dengan warnanya , masing masing dengan bentuknya dan dengan damai dan membentuk suatu keindahan .

AGGRA INSTITUTE TAMAN BELAJAR PLIRALISME DAN MULTIKULTURALISMEApa kata hati orang pribumi ‘ Apa kata orang non pribumi (Cina ) “ Siem Siang Shenme ?” 1 Muharam (puasa ) Penyunting : Asri Bintoro Diterbitkan : AGGRA INSTITUTE
TAMAN BELAJAR PLURALISME
DAN MULTIKULTURALISME
ALAMAT Komplek Mekatani No.15 Cempaka Baru JAKARTA PUSAT 10650 Setting Asrini Printed by Rachmad Sahabat Setia Printing Jakarta
( Isi di luar tanggug jawab percetakan ) ISBN :
1. Pendahuluan . Meskipun saya pernah duduk mendengarkan kuliah Ibu Nio Joe Lian dalam mata kuliah Sejarah Cina di U.I. Jl.Diponegoro , saya hampir tak pernah tertarik dengan masalah masalah Cina .
Ketika masih muda memang sekali waktu saya pernah tertarik dan menaksir seorang amoy , itu karena pertemuan tiap hari dalam fakultas yang sama dan ia begitu sopan . pemalu , lembut , cantik , tetapi cerdas dan yang lebih penting ia begitu perhatian dan begitu baik terhadap saya . 
Tetapi karena saya juga melihat contoh contoh yang ada di sekitar saya tentang hubungan asmara antara orang pribumi dan orang non prbumi (Cina ) , misalnya seorang amoy puteri seorang pengusaha di sebuah kota di Jawa Tengah , minggat dari rumah untuk tinggal bersama sorang pribumi karyawan di sebuah perusahaan yang sudah beranak isteri di kampung lain . Contoh ini adalah contoh buruk yang tak patut diteladani . Ada lagi , kawan saya orang pribumi yang mendapatkan isterinya seorang amoy . Tetapi itu terjadi di luar negeri bukan dinegeri kita ini , Keduanya orang pintar dan modern .Contoh ini meskipun baik , juga contoh yang sulit diteladani .
Mengingat kelak akan banyak sekali kendala yang menghadang atau bahkan tantangan yang berat yang antara lain perbedaan ras , budaya , lebih lebih campur tangan keluarga besar dia dan keluarga saya , saya memilih jalan untuk menyerah sebelum bertempur . Apakah sikap saya ini sebagai sikap pengecut atau akan dianggap sebagai sikap yang bijaksana tak pernah saya pikirkan . Tetapi setelah saya lanjut usia mengapa saya begitu perhatian terhadap orang orang Cina dan masalah masalahnya , sepak terjangnya , budaya serta tentu saja sejarahnya .
Dalam buku saya “Apa kata orang pribumi dan apa kata orang non pribumi (Cina ) “ yang dibahasa Cinakan menjadi SIEM SIANG SHENME , yang saya maksud untuk ikut meramaikan buku tulisan Pak Prof. Hembing Wijayakusuma yang berjudul PEMBANTAIAN MASAL 1740 TRAGEDI BERDARAH ANGKE ,saya telah menyinggung sedikit tentang perjalanan sejarah orang Cina di nusantara ini .Begitu banyak masalah hubungan antara orang pribumi dan orang non pribumi (Cina ) , sepertinya tak akan habis digali untuk dibawa kepermukaan dengan maksud menuntaskan hal hal yang gelap yang dapat menimbulkan prasangka dan memperbesar transparasi ( keterus terangan ) . Namun ternyata bukanlah hal mudah . 2.Status Orang Cina jaman dulu dan sekarang .. Meskipun dikatakan sekarang tak ada orang pribumi dan non pribumi (Cina ) , semua telah mempunyai status yang sama , sebagai sesama warga negara yang mempunyai hak pelayanan publik yang sama . Namun tak mungkin tiap kelompok etnis melepaskan begitu saja indentitasnya atau jati dirinya , lebur menjadi satu bangsa Indonesia yang satu dengan identitas , jatidiri yang baru . Pengalaman telsh mrmbuktiksn betapa orde lama maupun orde baru , yang memiliki proyek national building yang ingin mewujutkan manusia Indonesia Baru yang maju , mendapatkan tentangan dari rakyat . Masalahnya rakyat tak mau melepas identitas yang dimilikinya yang merupakan roh komunitasnya dan apalagi karena proyek semacam itu sesungguhnya bertentangan dengan UUD45 pasal Bhineka Tunggal Ika dan pasal pasal budaya , pesan pesan leluhur yang disampaikan kepada kita melalui founding fathers kita . Karena itu bila dalam tulisan ini banyak didapatkan istilah orang pribumi dan orang non pribumi atau orang Cina , bukan maksud kami memperjauh jarak antara mereka , melainkan sekedar membedakan objek objek nyata yang sedang dibicarakan .
Mengapa saya tidak selalu ikut menyebut orang non pribumi (Cina ) dengan sebutan etnis Tionghoa , sebagaimana dicontohkan Pak Prof .H.M. Hembing Widjayakusuma dalam bukunya dan sebagaimana dilazimkan dan dimasyarakatkan pada acara acara jaman ini , karena saya mempunyai kawan kawan blok orang Cina yang gagah gagah , bahkan bangga menyebut diri sebagai orang Chin , suatu adopsi dari dynasti yang membawa keagungan bagi Negara Cina , dynasti Qing atau Chin .Pak Onghokham yang terkenal itu , yang juga cerdik pandai orang Cina tak pernah mempermasalahkan sebutan sebutan itu . Sungguhpun demikian memang ada beberapa kawan yang umumnya orang Cina Jawa , yang risi dirinya disebut atau menyebut dirinya sebagai orang Cina (wong Cino ) dan selalu menyebut dirinya atau mengajak orang lain menyebut dirinya orang Tionghoa yang dalam buku “Apa Kata orang Pribumi , Apa kata orang non pribumi (Cina ) , Siem Siang Shenme ,” mempunyai makna bahasa kromo inggilnya Cina . Bahkan kami mempunyai pikiran mungkinkah orang Cina di sini akan membentuk komunitas baru orang Cina yang lain dengan yang ada di Cina , di Singapura ,di Taiwan ,di Hongkong dan hoakiau lain . Tetapi mungkin dugaan kami yang keliru , sebab kalau kita lihat kanan kiri banyak suku bangsa lain di Indonesia ini yang juga bosen dengan identitas lama ( atau dengan alasan lain ) dan ingin mengganti dengan identitas baru . Orang Jawa banyak yang malu mengakui diri sebagai orang Jawa dengan ciri ciri orang Jawanya .Orang Sunda demikian juga , malu sebagai orang Sunda dengan ciri ciri ke Sundaannya . Mungkin identitas lama tak mencerminkan kemodernan , kemajuan tetapi malah menunjukkan ketertinggalan , keterbelakangan ,pendeknya bukan ciri orang modern , orang kekinian dan ini bukan barang baru , justru sudah berjalan lama .Berkata Prof .Kern “ Een volk dat zijn eigen karakter verliest , word karakterloos ( bangsa yang kehilangan wataknya sendiri menjadi bangsa yang tak berwatak ) dan sedih mendengar dalam Kongres di Yogya , bahwa diantara yang berpidato ada yang berpidato dalam bahasa Olanda , dengan mengaku kerna tidak bisa bahasanya . 
Sang Pemula , Pramudya Ananta Tur hal. 146 . Meskipun orang Cina ini semula kebanyakan adalah kuli kuli , orang orang miskin yang berangkat dari negerinya untuk numpang mencari rejeki di negara negara pilihannya xi nan yang ( demikian seperti diceritakan oleh orang orang orang tua orang non pribumi atau Cina ) , mereka mempunyai status orang asing yang merdeka , yang lebih tinggi dari status orang pribumi . Orang pribumi adalah orang taklukan . Orang taklukan menurut undang undangnya adalah budak bagi negara yang memenangkan peperangan . Kata Francoise Valentijn , seorang Belanda “ orang Jawa dari raja sampai rakyatnya adalah budak “ . Betapapun compang campingnya orang Cina , tetap mempertahankan statusnya sebagai orang asing ini . Tak mungkin mereka ingin mengajkan permintaan untuk naturalisasi menjadi orang pribumi yang rendah . Tetap mempunyai status asing yang merdeka adalah lebih terhormat dan lebih tinggi derajatnya dari pada orang pribumi . Apalagi status merdeka yang asing dapat menjadikan mereka dapat saja setingkat dengan orang Belanda , tuannya orang pribumi . Barangkali pikiran yang begini ini yang menyebabkan orang Cina merasa harus selalu tidak sama dengan pribumi dalam arti orang Cina mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dan lebih terhormat . Derajat bangsa bangsa bangsa penduduk (onderdaan) disini waktu itu adalah nomor satu bangsa Belanda dan asing barat karena mereka bangsa bangsa penjajah yang berkuasa .
Nomor dua orang asing timur (Cina,Arab ) yang merdeka . Paling rendah adalah pribumi (inlander ) . Kenyataannya memang demikian , dan selajutnya memang juga demikian , ternyata dalam pembauranpun orang Cina sengaja atau tidak selalu berada pada posisi yang lebih tinggi dan lebih terhormat dibanding dengan pribumi .Misalnya dikantor kantor swasta , diperusahaan , di pabrik pabrik , orang Cina selalu menjadi bos dengan bawahannya orang pribumi . Di toko toko super market samapai tokok eceran gurem , di restoran restoran , di pretek besar sampai yang kecil , orang Cina selalu yang menjadi tauke , kulinya orang pribumi . Juga di rumah tangga , tuan pemilik rumah orang Cina , pembantu , sopir , tukang kebon semua orang pribumi . Tak ada yang sebaliknya . Dan kenyataannya orang Cina sembodo (layak dan dapat memenuhi persyaratan yang diperlukan untuk menunjang tuntutannya untuk berada pada posisi diatas tersebut ) ..Berusaha berprofile meyakinkan , mempnyai kharisma (walaupun sedikit ) dan modal ,untuk menguasai orang orang yang harus di kuasainya (manage ) . Dan memang kenyataannya orang non pribumi (Cina ) telah mengenal dengan baik perangai , watak , adat , kelakuan dan pikiran kita bahkan kebiasaan dan kebisaan kita (ilmu jiwa orang pribumi ) , sejak nenek moyang .
Namun orang non pribumi (Cina ) dapat meraih kedudukan seperti itu bukan dengan mudah , tetapi dengan melalui perjalanan yang panjang yang penuh dengan liku liku penderitaan . Berkata kawan saya Lauw Cai “ Bapak jangan melihat orang Cina di sekitar kita saja (BSD) kalau Bapak melihat ditempat lain masih banyak orang Cina yang susah , di bawah garis kemiskinan .”
Tentu maksudnya ditempat lain itu tak ada pembedaan bos dan bukan , majikan dan bukan , wong orangnya sama sama miskin , baik orang pribuminya dan orang non pribumi (Cina ) nya miskin semua tak bisa mmbayar pembantu meskipun murah .. Memang kebiasaan kita ,orang pribumi ketika melihat orang Cina , selalu mandeg ditempat orang Cina kaya , dan timbul bayangan seolah olah orang Cina kaya semua , dan disitulah tempat yang membuat bingung orang pribumi , mengapa mereka bisa maju , mengapa mereka bisa membeli rumah rumah besar ,bermobil mewah , mempunyai pembantu pembantu ,makannya enak enak dan uangnya banyak , Ada kesenjangan yang luar biasa antara orang Cina yang numpang mencari rejeki (istilah dulu ) dan pribumi pemilik bumi ini . Tumbuh bibit kecemburuan sosial . 3. Arah keinginan putera orang pribumi dan arah keinginan orang non pribumi (Cina) . Kesenjangan yang ada antara orang pribumi yang kaya dan orang pribumi yang miskin , hanya menimbulkan pertanyyaan sedikit , tidak sebesar kesenjangan antara orang pribumi dengan orang non pribumi (Cina ) . Apalagi kesenjangan orang non pribumi (Cina) yang kaya dan yang miskin tak pernah menarik perhatian .
Dalam buku “Apa kata orang pribumi , apa kata hati orang non pribumi (Cina ) Siem Siang Shenme 1 “ kami telah menyinggung sejarah perjuangan orang orang Cina untuk dapat survive di pengembaraan yang kami akhiri dengan pemberian pengertian kepada warga pribumi , agar bersabar menunggu giliran untuk maju , “ tak apa putera putera Cina maju lebih dulu ,karena dalam sejarahnya orang Cina di Indonesia telah mengalami perjuangan yang sangat pahit, hidup diperantauan sebagai orang miskin yang menjadi bulan bulanan orang kolonial dan menjadi olok olok orang pribumi . Selain itu memang mereka tak pernah menjadi orang jajahannya Belanda atau arisstokrasi nusantara .Orang Cina adalah orang merdeka di bawah kerajaan Cina . Mereka boleh bekreasi , bekerja dan belajar dengan merdeka ,dengan kedudukan sebagai orang asing yang mempunyai status setingkat dengan orang Belanda dan hanya tunduk kepada undang undang yang diberlakukan terhadap orang asing atau peraturan yang khusus mengatur orang Cina di Hindia Belanda .” “ Nanti dalam alam yang sudah merdeka , di alam yang tak ada lagi penindasan phisik dan mental oleh penjajahan , apalagi putera putera pribumi generasi baru sudah menjadi besar besar , dan kita orang pribumi telah menemukan jati diri dan percaya diri , maka putera putera pribumilah akan mendapat kesempatan dan giliran untuk maju .” Kalau dapat dikatakan ramalan , betulkah ramalan saya itu menjadi kenyataan ? Setelah dibolak balik diperiksa dari atas kebawah , dari bawah keatas lagi , nampaknya ramalan saya tak benar .
Jurang perbedaan kemajuan yang dicapai putera pribumi dibanding putera putera orang non pribumu (Cina) , betapapun pontang panting putra pribumi kita mengejarnya , bukanlah makin mengecil justru makin lebar .Ketika putera putera kita orang pribumi baru mulai berkutat untuk bangkit dari ketertinggalannya , pemuda orang non pribumi(Cina ) sudah berjalan jauh jauh sekali di depan .
Kalau putera putera orang non pribumi (Cina ) sudah dapat mengusung teknologi yang begitu tinggi ke negara kita ini, tampaknya putera putera pribumi masih jauh dari tataran itu . Paling banter baru dapat menyelesaikan ujian TOFEL bahasa Amerika atau maksimal memiliki gelar tinggi Amerika .
Tetapi sebenarnya itu sebenarnya sudah cukup memberikan kepuasan kepada mereka karena sudah dapat mendongkrak gensi dan mendongkrak derajat mereka di masyarakat dan rata rata orang pribumi hanya cukup dengan itu . yang lain tidak .
Bagi orang pribumi gelar dan pangkat adalah gensi dan itu adalah segalanya . Gelar disiplin apapun apapun , apa ada kaitannya yang membackup pekerjaan atau tidak , yang penting ada gelar sebagai gelar pengganti gelar bangsawan yang ,ulai tak populer .
Ada sedikit kekeliruan saya dalam mendalami gerak langkah orang pribumi sendiri di satu sisi dan kiprah putera putera non pribumi (Cina ) . Cara gerak langkah atau kiprah dari kelompok kelompok ini memang sudah beda arah sejak dulu dan diwarisi oleh keturunan masing masing . Kemajuan model orang pribumi , Sejak awal sekolah , tujuan sekolah mereka sudah berlain lainan .Sebagai orang jajahan atau bekas orang jajahan yang harus tunduk dan patuh kepada atasan atau tuannya , menyebabkan cita cita mengabdi orang pribumi lebih besar dibanding orang non pribumi (Cina ) . Cita cita orang pribumi tak pernah lepas dari cita cita mengabdi , baik kepada pemerintah maupun swasta .Jiwa untuk menjadi abdi telah mendarah daging pada putera putera pribumi karena ditanam oleh kekuasaan aristokrasi dan masa penjajahan yang panjang . Yang di uber uber putra putra pribumi adalah gelar , yang dapat mengatrol gensi mereka .Bagi putera pribumi mendapatkan gelar ialah yang paling diidamkan . Gelar disiplin ilmu apapun . Gelar adalah segalanya .
Perbedaannya adalah karena sekarang pendidikannya tinggi menuntut kedudukan yang lebih terhormat dan gaji yang lebih besar menurut ukuran pribumi . Orang pribumi dulu yang sederhana dan jujur jujur , jangankan memiliki kekayaan jutaan dolar , melihat atau mendengar uang sejeumlah itu pun belum . Jika sekarang lain (artinya orang pribumipun kaya kaya bahkan dengan bim salabimpun dapat kaya , itu lain Tetapi bagi orang non pribumi (Cina ) soal mencari rejeki yang diubah menjadi mencari kekayaan melihat kekayaan yang besar memang bukan aneh . Pada jaman pembantaian masal orang non pribumi (Cina) oleh Belanda 1740 ialah gara gara orang non pribumi (Cina ) kaya kaya yang dapat menyaingi orang Belanda . Ketika Inggris menguasai Hindia Belanda , kakak beradik keluarga orang non pribumi (Cina ) malah dapat membeli dua kabupaten , masing masing Besuki dan Bandawasa (Aja gile ) . Selanjutnya dalam tiap jaman boleh dikata ada orang non pribumi (Cina ) yang menonjol dalam hal kekayaan . Pada jamam orla orang non pribumi (Cina ) yang melegendaris adalah Oei Tiong Ham , pada jaman orba disebut sebut Liem Swi Liong ,dan dalam jaman reformasi ini ( lihat daftar ) .
Jika ada orang orang pribumi yang sukses dalam bidang bidang tertentu , mempunyai prestasi yang menyolok , itu sebetulnya bukan cita citanya , melainkan nasiblah yang membawa ke arah demikian . 
Putera seorang kaya pribumi kadang kadang tak bisa menikmati kekayaannya dengan tenang , malah memilih menjadi magang sebagai pesuruh di kantor kecamatan , guru honor yang bisa ada honornya atau kadang kadang tidak , tak lain karena keinginannya yang besar untuk masuk dalam lingkungan penguasa , tempat kaprawiran berada .Meskipun kaya raya dalam hati mereka belum merasa puas karena belum berada persis sesuai dengan cita citanya .Orang kaya yang pekerjaannya non formal , tidak dalam struktural pemerintahan , akan selalu menghibur diri dan berkata “ Meski pekerjaan saya begini, tak kalah dengan gaji pegawai tinggi ‘ Suatu protes bahwa keberadaannya yang memiliki kekayaan banyak , ternyata tidak begitu dipedulikan masyarakat dibanding golongan formal . Selalu ada rasa kurang atau rendah diri karena tak berada diatas relnya . Saya punya teman pegawai rendahan pada bengkel pool kendaraan pemerintah , tetapi karena SK.nya dibuat oleh pejabat yang berwewenang bidang kepegawaian pemerintahan , ia begitu bangganya , seolah olah ia seorang bupati , meskipun pendapatannya sangat minimal .
Dulu saya juga punya kenalan PNS pesuruh U.I di Jalan Diponegoro Jakarta , dengan pangkat terendah Gol. I karena hanya memiliki ijazah SD kelas 3 dan bergaji sangat kecil . Ia punya tugas membersihkan ruangan dan lain lain , yang ketika kantor dan kuliah dimulai harus sudah selesai semua .
Ketika saya diajak mampir di rumahnya diseberang jalan UI yaitu di Paseban ,ternyata ia seorang pengusaha mebeulair yang cukup besar . Mempunyai karyawan puluhan orang , dan berkeluarga besar yang makmur .. Dalam hati saya bertanya apa yang dicari orang tua ini dengan menjadi pesuruh di kantor . Yang dicari ternyata adalah status sebagai orang pemerintah , karena lingkungan pemerintah adalah gensi . Itu contoh kepuasan orang pribumi , bekas kaum terjajah . Bukan uang banyak tetapi gensi . Bahwa akhir akhir ini , orang pribumi juga ikut ikut menyerbu tumpukan uang adalah phenomena baru , sesuai dengan lingkungannya yang berubah . Tetapi meskipun mulai meniti pekerjaan baru memburu uang ,Ditambah lagi masalahnya bukan cakap dan tidak cakap , tetapi dikarenakan oleh falsasah . Banda ditumpuk akeh akeh kanggo apa , wong nek ditinggal mati yo ora digawa . Donya brana mung gawe gendra , pada hal yang dicari orang orang timur dalam kepercayaan apa saja adalah tata tentrem , kerta raharja .
Karena itu kebanyakan orang pribumi kurang piawai mencari uang , karena sesungguhnya mereka bukan keluaran dari daerah yang mengidolakan uang . Yang coba coba mengumpulkan uang banyak ngawur , potong kompas .Dapatnya juga cuma sedikit ,bahkan kalau korupsipun cepat tertangkap dan masuk bui . (Baris ini , mungkin diketawai oleh koruptor yang belum atau tak tertangkap ) .Orang non pribumi (Cina ) ternyata tak pernah mempunyai cita cita mengabdi baik kepada pemerintah maupun swasta . Keberadaan mereka sebagai orang asing tak usah berbaik baik seperti orang pribumi yang harus patuh dan hormat habis habisan kepada pemimpinnya . Yang jelas diperantauan orang non pribumi harus bisa survive . Mereka bagaimanaon harus mandiri .Sejak kecil terlatih untuk usaha . Setidaknya membantu orang tuanya membuka , menjaga dan menutup warung atau tokonya . Terlatih untuk usaha yang memerlukan pembantu bawahan . Jadi tmbul cita cita menjadi manager . Sulit dikatakan ada masa bermain bagi anak anaknya . Kalau saja ada orang non pribumi (Cina ) menjadi pegawai atau karyawan misalnya dokter atau ABRI ,sesunggunya bukan itu yang menjadi impiannya , tetapi itu hanya akibat keadaan yang memaksa .
Orang orang non pribumi ( Cina ) umumnya ingin mandiri . sebagai langkah awal menuju ke tahapan berikut yaitu mencapai prestasi , sekolahpun tak sembarangan ,yang dipilih yang quick yielding , yang akan cepat menghasilkan uang , misalnya ekonomi , bahasa Inggris atau kedokteran , tehnik , Itulah sebagai langkah awal untuk menuju tahap berikutnya .
Sebagai orang timur tentu saja penulis begitu mengagumi tradisi menghormati warisan leluluhr , menghormati arwah nenek moyang , Tian dengan tak lupa membakar hio .
Lalu langkah berikutnya yang lebih penting ialah belajar memanage orang lain atau orang orang lain , untuk dikaryakan menjalankan usaha .Itulah pelajaran pertama menjadi manager .Menjadi tuan yang dapat mengatur ,menguasai, memanfaatkan tenaga orang lain .
Menjadi pegawaipun selalu ada akal yang tak biasa dikerjakan pegawai pribumi .Akalnya selalu tumbuh terus untuk menemukan kreasi kreasi yang lebih dari tugas pokok mereka yang dapat menambah keuntungan . Misalnya seolah olah menjadi agen yang memasukkan peralatan canggih yang diperlukan bidangnya yang tentunya dapat memberi keuntungan yang lebih buat dirinya . Mereka tak tenang duduk mencakung menunggu habis bulan dengan gaji yang rendah . Atau disamping kerja pokoknya mereka memanage orang lain untuk menjaga toko toko nya , bengkel atau restorannya ditempat lain .
Tampaknya pola pola pikiran pendahulunya tak dapat hilang seluruhnya meskipun dunia sudah berganti dengan jaman yang super canggih . Pikiran yang merasa orang Cina datang sekedar menumpang mencari nafkah , atau bahkan mengumpulkan uang untuk dibawa ke negeri leluhur , masih belum hilang meskipun mereka sudah diajarkan untuk hidup berdampingan secara damai dengan masyarakat lain , dan mengaku sama sama bangsa Indonesia . Mengumpulkan harta untuk dibawa ke tanah leluhur sudah tak njamani , tetapi tetap saja orang non pribumi (Cina) tetap rajin dan piawai mengumpulkan harta di bawa pulang kemana ,karena umumnya mereka sudah malas kembali kemasa silam di tanah leluhurnya . Namun ada kebisaan untuk hidup dimana saja mereka suka , tak terkait cinta tanah air seperi orang non pribumi . Tren baru orang non pribumi (Cina ) yang dulu selalu etnosentris kembali ke tanah leluhur sekarang ke Singapura .
Atau mungkin orang non pribumi (Cina ) meskipun secara de jure sudah merupakan masyarakat seperti yang lain , tetapi belum yakin betul apakah betul betul menerima seperti itu dalam hatinya ,apakah masyarakat dalam hati merelakannya . Lihatlah contoh mereka selalu hidup mengelompok dengan sesama etniknya . Tentu saja selain agar ada kesamaan budaya , kesamaan kemampuan untuk membeli hunian yang baik , ada tujuan untuk sama sama menghadapi kemungkinan yang terjadi dari ulah kelompok etnis yang lain . Bahkan nyatanya mereka memilih huni hunian yang dekat dengan alat transportasi ,yang dapat diperlukan untuk jika sewaktu waktu dipaksa keadaan untuk exsodus . Golongan tua orang pribumi (Cina ) yang selalu etnosentris .Tetapi lihatlah model orang Cina golongan muda , yang modern yang dapat dikatakan masih bersih dari polusinya budaya kita .
Lihat bagaimana pilihan sekolah oleh orang Cina yang betul dan yang mampu , analis Lin Che Wei ‘ kelahirnan Bandung 1 Desember 1968 yang menyekolahkan anaknya di Singapura “ Saya tertarik dengan pendidikan disana .Itu sebabnya saya menyekolahkan kedua anak saya disana .Saya tidak mau mendidik anak saya dalam lingkungan yang bisa menerima sikap korupsi .Dari kecil banyak anak yang dari dini sudah melihat ayahnya menyuap oknum polisi , menganggap menegosiasikan nilai hidup hal yang lumrah .Saya imgin mendidik anak saya di dalam lingkungan yang bisa membuat saya bisa tegas mengatakan , you must strick to your value . Soal kewarganegaraan saya merasa tidak harus mengganti hanya karena banyak orang yang membandingkan Indonesia jauh lebih buruk dari Singapura dalam seluruh aspek . Saya setuju .” Kompas , 28 –April 2002. 4 .Orang Cina dan aturan aturan yang ada ; Dalam jaman penjajahan oleh kolonialis Belanda , orang Cina bestatus orang asing timur . Ini untuk membedakan adanya orang asing barat . Orang asing timur ( oosten vremdelingen misalnya orang Cina , orang Arab , India ) memiliki aturan khusus bagi mereka , sedang orang asing barat (Eropa) mempunyai status diberlakukan sama dengan orang Belanda .
Orang Cina sudah menjadi masalah dinegeri ini .sejak lama . bahkan sejak kaisar Khu Blai Khan ingin agar raja Kertanegara di Singasari menjadi raja bawahannya . Demikian pula pemerintah Belanda sejak VOC sudah sibuk dengan urusan urusan yang menyangkut urusan orang Cina .
Hubungan pemerintah VOC dan pemerintah Hindia Belanda dengan orang Cina mengalami pasang surut , kadang kadang semesra dibawah cahaya bulan purnama , tetapi kadang kadang dan tiba tiba VOC atau pemerintah Hindia Belanda seperti kepanjingan setan membuat orang Cina susah .Misalnya pemberlakuan bea masuk yang tinggi . Berbagai macam pajak yang memberatkan , monopoli dagang oleh VOC dan berbagai larangan aktivitas bagi orang Cina . Demikan pula penjabat pejabat orang pribumi pegawai VOC atau Pemerintah Hindia Belanda masih sempat memeras , menambah kesulitan orang Cina .
Olok olok orang pribumi terhadap orang Cina miskin , yang orang Cina miskinnya sendiri tak tersinggng , orang Cina kaya yang tersinggung . Ini yang menyebabkan orang Cina tak mau disebut wong Cino . Puncaknya ialah Pembantaian Masal 1740 Tragedi Berdarah Angke , sebagaimana judul buku Pak Hembing seperti sudah saya sebutkan . Tanggal 17 -8-1945 Indomesia merdeka . Sebetulnya Indonesia mau merdeka atau tidak , tak ada sangkut pautnya dengan orang Cina . Orang Cina cukup membuka dan menutup pintu pintu tokonya manakala ada kejadian atau huru hara . Mereka waktu itu belum bangsa Indonesia .
Kami katakan bahwa itu bukan kekeliruan orang Cina untuk tak menjadi patriot bangsa . Betapapun compang campingnya , orang Cina berada pada status sebagai orang asing . Memang begitulah aturannya . Status orang asing yang merdeka lebih terhormat dari pada orang taklukan seperti orang pribumi .Apa lagi dengan status orang asing yang merdeka , dapat memperoleh derajat yang sama dengan penjajah (Belanda ) . Bahkan dikatakan ada orang Cina yang aktif secara politik dan tetap memperjuangkn status yang sama dengan orang orang Eropa . Kelompok ini masih kental berorientasi ke Cina , menganggap tidak sederajatnya orang Cina dan Belanda sebagai menurunkan martabat . (Lihat Onghokham ) .Bahkan oleh VOC kemudian masalah Cina diangkat menjadi masalah yang menjadi kewenangan hukum VOC , meskipun terbatas mengenai usaha usaha dagangnya . Memang ternyata ada juga orang Cina yang mengurus kewarga negaraannya menjadi warga Negara Belanda , agar keberadannya lebih mantap .Ketika dalam suatu negara pecah perang , orang asing tak perlu dan tak usah repot campur tangan dengan urusan dengan mereka yang bertikai . Tugasnya hanya menunggu dan menunggu siapa yang kalah siapa yang menang . Selain tak ada kuajiban untuk memilih pihak yang mana ang harus dipilih . Memilih salah sartu pihak yang bertikai dapat membuat celaka jika pilihannya keliru . Contoh salah pilih ; Ketika kota kecil Kutoarjo di Jawa Tengah diduduki musuh ( tentara NICA ) ,berarti musuh atau Belnda mendapat kemenangan di kota kecil tersebut . Seorang pemuda Cina yang sudah enak enak menjadi penjaga toko , tergiur untuk memilih menjadi tentara pemerintah yang sedang menang yaitu NICA . Karena ia penjaga toko besar sesuai dengan jaman dan tempatnya , ia banyak dikenali warga pribumi setempat . Suatu kali ia konangan berada dan bersama sama dengan tentara Belanda mengadakan patroli ke daerah daerah sekitar . Ia memilih bergabung menjadi tentara Belanda . Tentu ia dikenali karena ia penjaga toko yang tersohor . 
Tanggal 24 Desember 1949 Pemerintah Belanda di tarik dari Kutoarjo ,karena perang berakhir . Pemuda Cina tersebut pergi entah kemana , menghindari rasa malu dan takut pada balas dendam orang orang setempat .
Sebetulnya orang Cina tak berjuang juga tak apa apa memang tak ada kuajiban untuk menjadi patriot . Apalagi kedatangan Belanda disertai pasukan yang syah dari negara pemenang yaitu Inggris yang seolah olah pihak yang benar untuk mengalahkan kaum extremis yang merebut kemerdekaan Indonesia dari tangan Belanda .. Benar benar pilihan yang sulit , Kalau mau memilih , benar benar pilihan yang sulit .Bukan saja bagi orang Cina yang mempunyai status orang asing , Diantara orang pribumi yang boleh dikata semuanya berjuang untuk republik , ada juga orang pribumi yang bingung memilih apakah akan berpihak pada kaum extremis yang republikein atau tetap mengakui pemerintah Hindia Belanda yang ingin mengambil kembali kekuasaanya dari kaum extremis dan ternyata malah banyak juga yang memilih bekerja sama dengan penjajah yang ingin kembali meneruskan penjajahannya , Anatara lain yang didorong oleh keterpaksaan , atau karena keyakinannya bahwa mereka juga menempuh tujuan Indonesia sejahtera . Risikonya mereka menjadi golongan yang di sebut golongan ko atau bekerja sama ,kooperatif dengan Belanda . Risikonya mereka dimusuhi atau bisa di dor oleh golongan non kooperatif , yaitu kaum republikein atau extremis musuh tentara Belanda .
.Kebimbangan orang Cina ini ditambah lagi bahwa dengan berdirinya Republik ini , apakah mereka akan memilih sebagai warga Negara Indonesia atau akan mempertahankan statusnya sebagai orang asing . Kalau dulu mereka selalu dan terus mempertahankan statusnya sebagai orang asing , karena sebagai orang asing derajatnya setaraf dengan penjajah Belanda , dan tak mau disamakan dengan orang pribumi (inlander ) orang jajahan (bangsa budak ) , sekarang ternyata orang pribmi menjadi tuan dinegeri ini , menjadi penguasa di negeri sendiri .
Melihat kebingungan orang Cina , pemerintah Indonesia memutuskan memberikan pilihan kepada orang Cina untuk memilih , apakah mereka akan menjadi warga negara asing atau masuk menjadi warga Negara Indonesia , Dwikenegaraan ( status ganda kewarganegaraan orang Cina ) berakhir , dan mulai jelas mana orang Cina yang warga Negara , dan mana orang Cina yang masih berstatus orang asing , Itu baru terjadi tahun 1959 dengan keluarnya PP 10/1959. “ Akibat PP 10’/1959 ternyata banyak orang Cina yang memang tak menghendaki menjadi warga negara Indonesia , dan ratusan ribu orang Cina dipulangkan kenegri leluhur . Untuk itu pemerintah RR Cina sengaja mengirimkan sebuah kapal untuk mengangkut mereka kedaratan Cina .Peristiwa ini sangat menganggu hubungan RI-RRC dan baru dapat diselesaikan setelah diadakan perundingan antara Bung Karno dan Cho Eng Lai yang sengaja datang ke Jakarta “ (Alwi Shahab , Republika , 23-9-2006 ). Sebelum itu sulit untuk mengatakan bahwa orang orang Cina sudah terlibat dalam pergerakan bangsa Indonesia . Bahwa ada orang orang Cina yang melibatkan diri dalam perjuangan Republik Indonesia , itu bukan suatu pendapat umum orang Cina , melainkan merupakan kekecualian kekecualian . Misalnya sejak jaman Konggres Pemuda sudah ada orang Cina yang duduk sebagai panitia Konggres Pemuda tahun 1928 itu . Dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI ) telah ada orang Cina yang duduk sebagai wakil golongan Cina , misalnya Liem Koen Hian. ,Oei Tjong Hauw , Oei Tiang Tjoei dan Mr. Tan Ken Hoa ( apakah dalam status sebagai warga negara apa tidak , tak pernah jelas ) . 
Banyak pedagang pedagang yang membantu perjuangan republikein mengatur penyelundupan ekspor hasil Indonesia keluar negeri dan mendatangkan logistik untuk perjuangan Republik Indonesia . Tugas pedagang adalah mencari untung tak peduli kucing itu hitam atau kucing itu putih yang penting dapat memberikan keuntungan .
Sebaliknya bagi pemimpin kita juga tak peduli mereka orang hitam atau putih tak mengapa , yang penting dapat membantu perjuangan kita . Tentu saja pemimpin pemimpin kita yang dadakan belum mahir untuk urusan urusan besar yang beginian . dan keunggulan kepintaran , jaringan luas orang Cina ternyata juga sangat membantu perjuangan kemerdekaan kita . dalam hal ini tentu saja semua orang Indonesia mengucapkan terima kasih dan tak melupakan bantuan mereka ini .
Dalam bidang national building tercatat ; Yap Tjwan Bing, Siaw Giok Tjan , Tan Po Gwan , Auyung Peng Kun , Yap Thiam Hien , Oh Sien Hong dan Tio Thiam Tjong . Lalu masih ada lagi K.Sindhunata , Yunus Yahya dan kawan kawan yang tak bosan bosannya dan dengan caranya mengabdi dalam national building . 5 . Orang Cina dan Bhineka Tunggal Ika . Dan sesudah itu warga negara orang non pribumi (Cina ) menjadi salah satu dari untaian ratna mutu manikam Bhineka Tunggal Ika . Bhineka Tunggal Ika adalah pluralisme dalam etnis dan kepercayaan , multikulturalisme dalam budaya yang meliputi bahasa , adat , kebiasaan , tradisi . Paham pluralisme dan multikulturalisme ,yaitu paham yang tidak mengusik adanya pluralisme suku suku dan kepercayaan , dan mulultikulturaisme adalah paham yang tak mengusik adanya keberagaman dalam budaya dalam hal bahasa , adat kebiasaan , tradisi mereka ,bahkan mendorong utuh atau mekarnya sikon demikian . . Berbeda dengan keadaan sekarang di mana Bhineka Tunggal Ika hanya terpaterikan dalam UUD 45 , hanya dikenal sebagai lambang atau seloka saja , justru Bhineka Tunggal Ika yaitu pluralisme dan multikuturalisme dulu di jaman penjajahan begitu hidup , dan terus terang orang orang penjajah lebih mengerti dan piawai dalam mengaplikasikan ilmu ini dalam menata masyarakat , atau bahkan dapat memanfaatkan ilmu ini untuk kepentingan mempertahankan stabilitas kekuasaan negara Hindia Belanda yang dapat mencapai kurun begitu lama . Di Jawa Tengah, Jawa Barat , Kalimantan , ada wayang , ada ketoprak, sandieara atau mamanda , semua suku menghormati budaya lokal dan bahasa lokal yang penuh idiom idiom dan kearifan lokal . Memang perjalanan kita belum sampai pada tujuan yaitu tujuan adil makmur sejahtera seperti tercantum dalam Pembukaan UUD 45 atau tata tentrem , kerto raharjo seperti cita cita yang menjadi keyakinan yang ditnggu dan dihapal hapal orang Jawa . Bhineka Tunggal Ika hingga kini merupakan slogan atau seloka yang mati , merupakan hiasan dinding dinding kantor pemerintah tanpa makna . Gambar ayip Berserulah seorang budayawan Sunda Pa Ayip Rosidi pada Konferensi Internasional Budaya Sunda (KIBS 1 ,) 22-25 Agustus 2001 , “ Di antara Negara dan bangsa di didunia ,Indonesia adalah salah satu yng mepunyai budaya sangat beragam .Keberagaman itu dilembagakan dalam lambang Negara “Bhineka Tunggal Ika , beragam macam namun satu jua . Akan tetapi kebergaman itu , walaupun sering dibangga banggakan secara verbal , tidak pernah secara konseptual dan berencana dujaga dan dipelihara bahkan dukalahkan oleh jargon “persatuan dan kesatuan “ yang bersifat monolitis , tetapi yang juga tak pernah diuraikan secara konseptual . “ 
Sebetulnya Bhineka Tunggal Ika bukan hanya sekedar lambang dan slogan tanpa makna . meskipun dalam pasal pasal dan penjelasannya , memang hanya berbunyi demikian .
Bhineka Tunggal Ika merupakan realita atau phenomena , bahwa di Negara kita memang terdiri dari , daerah daerah yang berbeda dari Sabang sampai Merauke , dihuni bermacam macam suku atau etnis , masing masing memiliki kepercayaan yang tak sama , mempunyai budaya , dalam arti bahasa , adat kebiasaan , tradisi masing masing . Orang orang Cina , budaya dan bahasa serta kebiasaan , kepercayaan dan tradisi nya merupakan salah satu unsur Bhineka Tunggal Ika itu juga . Bhineka Tunggal Ika ibarat kolam besar yang di huni berbagai macam ikan . Ada ikan teri yang kecil yang tak berdaya , ikan gurami yang galak terhadap ikan kecil dan ada ikan piranha yang membahayakan ikan yang lain . Sebetulnysa Bhineka Tunggal Ika kecuali megatakan keberadaan yang pluralis dan multikulturalis sekaligus juga mengandung perintah agar sesuatu atau keberadaan sesuatu yang Bhineka Tunggal Itu perlu dijaga agar dapat tetap demikian , aman damai tak berubah . 
Sebetulnya kekurangan dari pasal Bhineka Tunggal Ika yang kenyal ini perlu disertai ayat ayat yang mengisyaratkan adanya keamanan , tak terganggunya masing masing komunitas ikan , baik karena pertengkaran mereka sendiri maupun rekayasa yang akan merugikan Bhineka Tunggal Ika itu , sehingga Bhineka Tunggal Ika terjaga utuh sesuai dengan sifat dan kondisi yang diperlukan dan masing masing komunitas tak saling mengganggu sesamanya , dan ikan ikan penghuni penghuni kolam Bhineka Tunggal Ika dapat hidup aman damai . 6. Bhineka Tunggal Ika menghormati Keutuhan Budaya . Kaum atau budaya yang utuh ialah yang tak dirusak , diubah ubah . Merekayasa budaya daerah , Meskipun kadang kadang tujuannya baik , ternyata kadang kadang orang seperti dengan sengaja atau tak sengaja melecekan nilai budaya itu , misalnya dengan merekayasa budaya yang ada dirubah demikian rupa sehungga menjadi lain . Itu l menipiskan sakralisasinya lalu melecehkannya dan suatu saat akan melenyapkannya . Misalnya : Modernisasi wayang Jawa ialah adanya keinginan orang orang yang mengaku modern untuk memordernisasi pakem pakem asli Jawa , Merusak pakem artinya merusak budaya terlalu jauh . Kalau orang modern dapat melihat pakem hanya dari luarnya saja , belum tentu dapat mengerti makna (there in ) dari pakem tersebut .

Lalu nanti ada gagasan merubah penampilan Srikandi memakai baju renang , Arjuna andrawina yang diganti dengan Arjuna pesta pora ajojing , tentu akan dianggap sebagai pelecehan , belum lagi jika membicarakan falsasaf yang dimaksud dengan penampilan seluruh wayang . Wayang adalah ajaran , tuntunan hidup yang sebetulnya non komersial tetapi spiritual dan irrasional . Bahwa oleh orang yang kurang mengerti tapi punya kuasa dibalik balik , mudah mudah orang itu tak kuwalat . Orang Cina sendiri tentu akan marah ( meskipun dalam hati ) jika yang mereka percaya , misalnya ritual ritual kepercayaan mereka hanya sekedar dipandang dari luar saja .
Ada orang mempunyai idée memadukan barongsai memakai blangkon , meskipun idée ini baik untuk mewujudkan kesatuan dan persatuan tetapi ide itu merusak dan melecehkan kedua komponen budaya , yaitu budaya blangkonnya orang Jawa dan budaya barongsainya orang Cina . Arti kesatuan dan persatuan bukan merusak yang baik untuk dibentuk menjadi tidak baik. .Tetapi cukup jagalah , pundilah , hargailah yang sudah baik tetap baik, yang indah indah tetap indah ,agar dapat berjajar jajar tanpa bertikai . 7 .Bhineka Tunggal Ika sebagai rambu rambu , Dalam kolam Bhineka Tunggal Ika belum ada ayat ayat yang memberi batas batas yang mempetak petakan kotak kolam ikan , untuk melindungi dan mengendalikan berbagai macam ikan dalam kolam itu . Memelihara bermacam macam ikan dalam satu kolam ikan Bhineka Tunggal Ika tentu harus cermat . Memelihara bermacam ikan dalam satu kolam tanpa disertai rambu rambu . aturan , sama saja dengan sengaja mempersilahkan ikan gabus , ikan lele , dan piranha untuk menghabiskan ikan lainnya dan ikan yang menangan ini cenderung ingin menjadi ikan tunggal yang tak bhineka . “ Ta yu chi ziao yu ‘ Ikan besar makan ikan kecil . Ada juga pendapat demi persatuan dan nasionalisme yang solid tak perlu lagi ada pengkotak kotakan bangsa dan Negara , demikian memang pendapat umum kita . Selama orang atau golongan masih berada diatas angin artinya tak rugi atau merasa terancam atau rugi dengan tak adanya hukum Bhineka Tunggal Ika ( mungkin karena mayoritas atau mempunyai dukungan dana yang kuat atau mempunyai dukungan angkatan bersenjata yang kuat ) , orang tak pernah berpikir tentang orang yang ada dibawah angin . Kalau perlu orang yang dibawah angin itu (minoritas ) dimakan . Itu biasa .Tetapi kalau saja pembicara ini merasakan bagai mana rasanya menjadi ikan kecil yang tanpa proteksi setiap hari diuber uber ikan besar untuk dimangsa , tentu akan berbicara lain . Demokrasi dengan kesantunan . Ketika belum kena batunya siapapun dapat bersuara vokal mengenai demokrasi . Sewaktu orang sangat gandrung demokrasi , lebih lebih karena mendapat nilai lebih dari adanya demokrasi .Kedudukannya dipilih langsung oleh demokrasi . Pers bebas merupakan prestasi dalam kekuasaanya .Tentu saja ia memuji demokrasi setinggi langit . Tetapi setelah kena batunya tiap hari didemontrasi , digugat , dipersalahkan oleh demokrasi , demokrasi tak menghendaki lagi kehadirannya , demokrasi tak lagi mempercayainya sebagai orang yang dapat dipercaya karena demokrasi juga hanya pikiran orang yang dapat berubah rubah , maka sekarang bingung bagaimana demokrasi ini , kok ugal ugalan bener . Lalu menciptakan istilah demokrasi satu lagi , demokrasi dengan kesantunan . Demokrasi harus dilaksanakan dengan sopan santun dan unggah ungguh ? Demokrasi tak boleh hanya menjadi ajang pertarungan orang yang masing masing mempunyai banyak bondo dan bolo , suara demokrasi yang voix populi vox dei , itu musrik . Masa cuma pikirannya orang banyak disamakan suara Tuhan .
Kebebasan pers , yang tadinya dipuji sebagai keberhasilan reformasi , juga dikeluhkan , jangan hanya dijadikan ajang memperburuk rupa orang , Sebetulnya dari dulupun pikiran semacam itu sudah ada , contoh demokrasi terpimpin , demokrasi pembanungan , demokrasi terarah , mengapa diciptakan yang baru , wong dari dulu juga sudah ada petunjuk . Demokrasi made in reformasi harus punya nama lain . Demokrasi dengan kesantunan , demontrasi dengan kesantunan sebagai lawan dari keadaan yang tak mengenal kesantunan lagi .
Orang awam seperti penulis makin bingung saja karena ternyata demokrasi banyak model modelnya tak hanya seperti keputusan DPR kita , yang memutuskan demokrasi artinya coblosan , contrengan . Padahal ada demokrasi liberal dengan segala implikasinya . . Demokrasi liberalpun tak konsekuen , artinya kalau ternyata pertumbuhannya susah dan tetap menjadi kerdil juga ketakutan dimakan yang besar . Yang pertumbuhannya besar bisa menjadi dictator mayoritas atau lalu mengeliminir minoritas, itu tidak boleh . Merasa besar sendiri , menang sendiri , merasa mempunyai tanggung jawab yang besar drndiri , tak boleh lalu bertindak gegabah memukuli yang kecil kecil . Tak elok menyebut pengalaman dalam negeri sendiri , tetapi di Rusia dan Yugoslavia dulu begitu dan bubaran . Lalu di Korea Utra juga ada demokrasi model Korea Utara . Di Negara kita ahli demokrasi liberal atau neoliberal diam dan tak bisa mengatasi dampak dampak yang terjadi setalah diterapkannya demokrasi yang dikembalikan pada demokrasi murni seperti sekarang ini .
Akhirnya juga malah cuma bisa maido orang yang kejatuhan tugas memimpin Negara yang sudan payah ketimpa tangga ini .
Orang biasa baru menyadari sesuatu setelah mengalami sendiri . Orang baru dapat menikmati keberadaan demokrasi jika mendapat kenikmatan demokrasi dan merasakan kejahatan demokrasi
setelah terinjak oleh kaki kaki demokrasi . 
Belum hilang dari ingatan betapa kokohnya Pak Harto yang atas nama demokrasi pembangunan atau demokrasi Harmoko sanggup bertahan dikursinya selama 32 tahun toh disapu bersih oleh demokrasi yang menyerbu dengan seragam reformasi .
Mengapa demokrasi tak boleh terpimpin , tak boleh terarahkan ? Tak boleh demokrasi untuk pembangunan ? Yang jelas dalam demokrasipun tak boleh semau gue , tak boleh monggo monggo , karena ada aturan dan tentunya arah demokrasi , tak boleh anarkis , tak boleh voix poluli vox dei itu musyrik , masa suara manusia meskipun banyak sama dengan suara Tuhan . tak boleh ada diktator mayoritas , mayoritas yang seenaknya akan membabat yang kecil kecil .
Pasal pasal Bhineka Tunggal Ika sudah mengamanatkan itu , tetapi belum menyentuh kaum pintar , karena kaum pintar dan kuasa masih terlelap dalam masalah uang dan menangkis serangan serangan demokrasi yang tak hentinya ..Pada diskusi yang bertajuk Tugas Dan Peran Tionghoa Indonesia Dalam Membangun Bangsa Dan Negara pada 27 April 2002 , digaris bawahi fakta bahwa WNI etnis Tionghoa harus terwakili dengan baik di bidang politik guna menghalangi kemungkinan diberlakukannya kebijakan pemerintah yang diskriminatif “ Iskandar Yusuf , konsultan hukun .
Ini usulan agar diadakan petak petak perlindungan yang diperlukan golongan minoritas sebelum semua ikan mati karena berantem . Dan suara ini muncul ketika minoritasnya Pak Iskandar Yusuf merasa terancam . Umpama minoritasnya Pak Yusuf kebetulan berada diatas angin mungkin akan berkata lain . Contoh contoh ini adalah upaya mengantisipasi agar ikan ikan dalam kolam Bhineka Tunggal Ika dapat hidup tenang di petak masing masing sehingga tak ada kaki yang terinjak , tak ada ikan kecil dauber uber ikan besar . Tak ada ikan ikan yang berbunuhan .
Pak Iskandar Yusuf menghendaki agar ada orang non prbumi (Cina ) mengikuti demokrasi untuk menjaga demokrasi .
Etnis Cina atau orang Cina sebenarnya dalam Bhineka Tunggal Ika hanya merupakan salah satu unsur dari anasir kebhinekaan yang yang ada di nusantara kita ini . Tetapi selama ini menyita perhatian 50 % , seperti tampak dalam pembedaan antara orang pribumi 50 % dan orang non pribumi (Cina ) 50 % .
Orang pribumi ternyata terdiri dari suku bangsa yang banyak sekali yang semua itu hampir memiliki identitas masing masing . Semua etnis ini nantinya dan mestinya perlu mendapat perhatian yang sama dan semua mengharap perhatian yang sama untuk diurus . Ternyata orang non pribumi (Cina ) telah menyita 50 % perhatian sendiri . Juga etnis atau orang Cina yang hanya merupakan sebagian dari anasir Bhineka Tunggal Ika itu dapat mengusai keperluan ekonomi suku suku bangsa lain di Indonesia , Itu yang menjadi keheranan dan pertanyaan bagi orang pribumi , hal itulah yang justru menjadi Siem Siang Shenmenya orang pribumi . Dalam kondisi kuat yang demikian tentu saja minoritasnya Pak Iskandar Yusuf adalah minoritas yang kuat , tak memerlukan petak petak yang membatasi kiprahnya , yang dapat mengancam akan ikan lainnya , bahkan kalau perlu menyulap diri sebagai piranha memangsa ikan lain . Namun Pak Iskandar Yusuf dalam melihat ke depan bahwa hidup bukan hanya hari ini . Hari depan sikonnya mungkin tak seperti ini . Misanya sikonnya menjadi lemah seperti ikan teri dan mudah diganggu oleh ikan piranha yang lain .

Begitupun kebencian orang no pribumi (Cina ) terhadap orde baru , barang kali mungkin juga hanya salah pengertian .
Tindakan orde baru yang dirasakan menindas orang non pribumi (Cina ) , barangkali hanya mempunyai maksud mengendalikan ikan ikan agar tak saling memangsa , mengancam satu sama lain , terutama bahaya ikan piranha yang tentu saja harus diwaspadai ikan ikan kecil .
8.Sikon menetapkan kedudukan ikan ikan Sebetulnya kedudukan orang non pribumi (Cina ) dalam kolam Bhineka Tunggal Ika ,seperti ikan apakah . Sebagai minoritas adalah ikan teri yang mudah dauber uber mayoritas. Tetapi dalam bidang daya pikir (khususnya ) urusan uang adalah ikan piranha . Orang pribumi yang mayoritas adalah sebenarnya ikan yang kuat tetapi dalam daya pikir adalah ikan teri . Karena banyak pendapat dan tak bisa bersatu lalu semua menjadi ikan lele.Ikan lele yang sombong dan selalu menyombongkan patil dan sungutnya , Ikan lele yang kerjanya cuma bertempur sama sendiri . Mereka mungkin tahu mungkin tidak bahwa sesungguhnya mereka under managemen orang non pribumi (Cina ) . Unsur kebhinekaan yang benar adalah adanya wilayah yang sedari semula ada , unsur sukunya masih ada , kepercayaannya , budayanya , bahasa dan seninya , adat kebiasaan serta tradisinya masih ada dan utuh atau , sekurang kurangnya beberapa syarat untuk adanya identitas tersebut masih ada . namun dengan adanya westernissi , modernissi , rasionalissi , globalisasi , semua berubah . dan semua bergulat dengan ekonomi , sedikitpun tak sadar bahwa keberadaan budaya Jawa, bahasa Jawa nyaris hilang . budaya , bahasa Sunda ,nyarishilang bersama bangsanya Orang selalu sibuk dengan ekonomi , dan hasilnya hanya ribut soal uang .. Kesatuan yang solid dari suatu bangsa atau Negara yang tanpa masalah , hanya tampak dalam bayangan dan angan angan penguasa otoriter ,yang selalu menangkapi yang berbeda pendirian , tanpa kegunaan bagi rakyat umumnya selain rejim itu sendiri .
Mungkin merupakan petunjuk Tuhan jika pemerintah Presiden Soekarno tanpa atau sengaja mengeluarkan PP. No. 10/1959 atau barang kali sudah ada firasat para penguasa yang perlu melindungi ikan ikan kecil dari ikan besar . Seperti yang telah terjadi , tanpa proteksi , betapa tragisnya : anggauta bhineka unsur Betawi telah terlanjur hilang dimakan ikan ikan lain , tak satupun pemimpin yang pebuli atau menyayangkan , selain hanya sebuah penjelasan bahwa itu dampak kemajuan yang wajar . , kini unsur bhineka Sunda hampir hilang dimakan ikan lain pula , inipun sudah dipersiapkan sebuah penjelasan pendek sebagai dampak kemajuan , , unsur bhineka dari Jawa juga sudah menipis akan demikian ,justru orang non pribumi (Cina ) yang sangat rumongso handarbeni dan hangrungkebeki budayanya (contohnya dari pembongsangan oleh orde baru ) makin berkibar , sebagai ternyata dalam tiap tiap Imlek , bahkan semua lapangan kehidupan mereka di bumi ini maju pesat . Ikan ikan besar yang tak dikendalikan menurut kodratnya adalah sebagai predator selalu mencari dan mengancam ikan kecil kecil untuk dimangsa . Ikan yang sama besar , sama kuat , tak pernah berhenti berkelahi , saling menguber uber . Begitu tamsilnya tanpa pihak manapun yang peduli .
Barangkali itulah yang dilupakan para pemimpin kita ,yang mengira bangsa ini tak menyimpan masalah besar , tenang damai Sebaliknya malah mengira bangsa ini sudah sangat kesrakat , maka arah pikiran kita sudah all out diarahkan pada masalah kesejahteraan dan pertumbuhan dan lebih dari itu mengira kita sudah berada pada haluan yang tepat atau karena kita keliwat serakahnya sehingga seluruh kemampuan diarahkan hanya kepada urusan ekonomi dan hal hal yang aluamah , atau katak akan menjadi lembu .
Sepertinya tak ada agenda lain selain masalah ekonomi atau barangkali justru memang batas kemampuan (cakrawala ) berpikirnya memang terbatas pada bidang itu saja .
Pada hal pengalaman sudah menunjukan bagaimana susahnya mengumpulkan uang sekian trilliun , namun selalu diikuti kehilangan yang lebih besar lagi , karena tak adanya penjagaan atau gagal dalam upaya menjaga moraldan intergritas kepada Negara . Betapa merosotnya harga diri sebagai bangsa karena menjadi negara pengutang besar . Dalam masyarakat kampungpun yang menjadi pengutang juga digolongkan orang terhina yang tak disukai .
Kejadian yang demikian itu karena kita menaruh target ( gegayuhannya ) terlalu tinggi seolah olah kita sudah dalam keadaan sehat dan kaya ingin menyamakan masyarakat kita seperti sikon masyarakat negara gurunya Amerika Serikat dan dalam tempo segera . Padahal orang Amerika sendiri membangun Amerikapun bukan semalam , melalui proses lama penuh dengan segala kesulitan, perjuangan , perkelahian dan pengorbanan.
Atau selalu dihantui banyangan masyarakat kita yang super miskin , sehingga kemudian pemimpin kita kepengin mengambil jalan pintas loncat jangkit untuk menghapus kemiskinan dan menyamakan diri dengan keadaan masyarakat yang sudah maju itu , Sehingga dengan susah payah menyulap diri sendiri dari orang (bangsa ) yang santai , menjadi orang susah yang dikarenakan cita cita yang terlalu tinggi , yang tak nimbang ka awak , tak ngukur awak sekujur . Tak proposional . 9. Pemimpin . Dalam Bhineka Tunggal Ika menempatkan orangpun juga harus dipikir kecocokannya (proposional ) . Hendaklah berada pada yang cocok . Maaf , raja raja Jawa betapapun penuh semangat dan karisma nya belum tentu cocok di tempatkan sebagai pemimpin di Papua , Sulit kiranya orang Papua untuk taat, patuh dan menyembah nyembah seperti orang Jawa Solo atau Jawa Jogya menyembah rajanya .
Demikian pula ekonom ekonom yang kesohor di dunia atau PBB tentu hanya dapat bersinar disana , tempatnya disana dan hanya cocok disana . Bagaimana mungkin ekonom yang selalu memikir ekonomi global dan memikir kredit trilunan dapat mendalami nasib orang orang disekitar mbah Marijan , pemecah batu , pemulung di pantai selatan Jawa .
Seorang kepala Bandara di Nanga Pinoh dekat Sintang Kalimantan Barat yang hanya didatangi pesawat kecil dua kali seminggu ternyata dididik dalam pengetahuan managemen seperti untuk menguasai Schipol Air Port di Belanda .Selalu dan terlalu kedombrongan . Ternyata program program ekonomi yang berjalan dari waktu kewaktu dari kelompok ahli ke kelompok ahli yang lain dari rejim kerejim yang lain , misalnya sejak dari mazhab Wijoyonomic sampai Indrawatinomic yang begitu hebat menurut versi kelompoknya sendiri , hanya berjalan bagaikan badai yang ganas dalam cawan tak menghasilkan apa apa ( sesuai dengan tujuan adil makmur bersama ) tetapi malah hanya menyebabkan pertikaian dan kerusakan segalanya , diseling dengan peristiwa peristiwa pencurian pencurian besar besaran uang Negara dan tambahan hutang luar negeri yang menggunung . Bagaimana ya , kita itu isin menjadi bangsa sing utange akeh banget .Lemua lemua kae , gagah gagaha kae , nungganga mercy , camri , ferari wong utange akeh ya ngisin isini .mBok nyebut . Ikan ikan sedengan berenang kian kemari tanpa proteksi sambil berantem sendiri , piranha datang tinggal mak lep memangsa ikan kecil yang sudah kepayahan . Jawanisasi oleh orang Jawa dulu menimbulkan trauma yang kepanjangan bagi mereka yang mengalami ketertindasan . Tanpa proteksi . Justru kalau ada proteksi , yalah yang melindungi Jawanisasi karena ada kepentingan disitu . Pembataian masal oleh Belanda terhadap etnis Cina adalah bentuk keadaan tak terkendali karena tak ada Bhineka Tunggal Ika yang menghalangi Belanda untuk melaksanakan kejahatannya . Lho kok begitu mau diulang ? Olehe ora kapok kapok lho . Ta yu chi ziao yu . Ikan ikan besar memangsa dan mengancam memangsa ikan kecil dengan tenang ,tak ada sekat sekat ,tak ada penjaga , tetapi ada ikan lain yang namanya piranha lebih kejam lagi ,ganas kepada ikan apa saja yang dijumpai . Asal tahu saja . Orde Baru menindas orang Cina , “Ta yu chi ziao yu “ ( begitu seperti dikatakan orang orang Cina , betulkah orang non pribumi (Cina) tak mendapatkan apa apa dari rejim orde baru ) , mestinya tak demikian seluruhnya. Menurut catatan tak sedikit orang Cina yang dapat berkah pembagian kue dari orde baru .
Dalam orde baru yang sebetulnya juga telah berkembang pertikaian yang bersumber berebut uang , tetapi masih banyak lagi aturan aturan yang hakekatnya melindungi ikan ikan kecil . Banyak orang yang suka pada Orde Baru tetapi orang Cina tidak , mungkin diantaranya ada kepentingan besar (ekonomi ) yang tak bersesuaian ? Atau karena Pak Harto dengan tim ekonomin”ya yang tangguh tak disukai para taipan , padahal tim Pak Harto itu juga belum tentu dapat menghadirkan kemakmuran rakyat .
Dan banyak juga orang orang yang mengaku reformis liberal tak suka adanya proteksi proteksian . Di dalam orde barupun terjadi peperangan golongan liberal dan golongan yang memikirkan kebersamaan .Antara kelompok orang non pribumi (Cina ) yang mendapat bagian dan kelompok orang non pribumi (Cina ) yang tak dapat bagian .
Tentu saja yang mengatakan tidak senang adalah orang Cina yang tak dapat memperoleh keuntungan dari orde baru itu tadi , sedangkan yang mendapat jatah apa lagi banyak sekali tentu saja mengucapkan berterima kasih .
Sekarang para taipan melaju kencang tanpa halangan karena semua teman . Biarlah badai menerjang bumi ini , biarlah ada lindu tujuh kali sehari , tak mengapa toh semua daratan , segala medan sudah terkuasai .
Lalu siapa yang menjadi “Tha yu “ dan siapa pula yang menjadi ”ziao yu “ . Awas , jangan berpandangan sesaat . Mungkin dunia ini masih akan lama berputar . Sekarang yang sedang berada diatas jangan berbangga bangga (aja seneng gemuyu ) . Dunia bergulir sedikit saja semua keadaan berganti . Siapa yang ta yu siapa yang menjadi ziao yu Sikonlah yang menetapkan . Sebagai pelajaran baca sejarah tanah leluhur . Yang bangkit dan yang jatuh silih berganti , tak mungkin kita mencontohnya . Jalan terbaik selalu ingat , yang baik bagaimanapun akan lebih selamat dari yang tidak baik . “Sabeja bejane sing lali , isih beja sing eling lan waspada . Sebagaimana kami katakan , mungkin tak seluruhnya kiprah orde baru itu jelek , Misalnya siapa tahu maksud rejim orde baru mengerahkan ekonom ekonom mazbab Wjoyonomic ,yang dikira mempunyai kebisan sebagai pamungkas dalam mengatasi masalah ekonomi Indonesia (wong sekolahnya hebat hebat ) , 1.- dimaksudkan mempercepat tujuan bangsa ke adil makmur , sejahtera , 2.-ingin melindungi ikan kecil warga negara pribumi dari keganasan para taipan , para tauke yang sudah mulai menguasai ekonomi Indonesia , atau ingin melihat kemajuan ekonomi Indonesia yang cepat dan tak nguler kambang ,3-memberi kesempatan kepada anggota rejimnya ,kroni kroninya memperoleh bagian yang besar dari kue hasil perjuangan kemerdekaan dan hasil perjuangan menumbangkan orde lama . Disinilah diuji kemampuan ahli ahli dari yang bangga atau membanggakan diri menyebut atau disebut homo economic dengan kemampuan para taipan Cina dalam ulah ekonomi atau ilmu ekonomi .
Para ahli ekonomi orang pribumi , homo economic adalah murni , modern dan anti yang kuno kuno anti yang irrasional disatu sisi dan ahli ekonomi Cina yang selain ilmu eksata , didukung pengalamannya yang luas tetapi juga masih diperkuat ilmu nenek moyang yang bisa nyirep memutar dan membanting otak ahli ahli pribumi , dan karena makin paham tentang perangai atau ilmu jiwanya manusia pribumi ,yang dari dulu dibawah pengaruhnya .
Dikemudian hari dapat kita lihat ternyata semua kiprah ekonom ekonom bangsa ini hanya meninggalkan kerusakan , menambah hutang berkepanjangan dan krisis ekonomi yang meruntuhkan rejim itu sendiri . Tahun 1998 , Rp. 600 trilyun amblas untuk BLBI , siapa yang menikmatinya? Terlalu banyak teori pada hal rakyat bawah sebenarnya tak banyak tuntutan .
Sandang pangan papan yang cukup . gampang bepergian dan aman, bisa sekolah , berobat gampang . Belum perlu sekali yang disebut spektakuler . Mngkin itu perlu , tapi proioritasnya bertahap, belakangan . 10 .Siapakah yang patut menjadi bintang ? Justru yang perlu disimak , Ikut ikut menyoroti bab ekonomi Dari sejumlah presiden yang berkuasa sampai sekarang berapa terakumulasi hasil pertanian ,penjualan hutan , bahan galian tambang , dari lautan hutang terakumulasi berapa ?. Berapa terakumulasi hutang ? Untuk siapa . Bunganya berapa , kapan dibayar . Bisa dibayar atau tidak ,mengapa ? Kapan kita tak punya hutang . Merngapa ada yang kaya , mengapa ada yang miskin ? Kapan kita adil makmur sejahtera ? Kapan kita bisa mengutangi orang , wong Negara kita kaya raya ? Bab budaya UUD 45 pasal budaya Sudahka ayat 1 dikerjakan dengan baikDemikian juga sudahkah ayat (2) dikerjakan dengan baik . Apa penduduk daerah dan udayanya tak banyak tergusur . Sebelum itu terjawab sebaiknya janganlah ada pimpinan yang berani mengklaim sebagai pimpinan yang berhasil , karena rakyat juga punya pikiran . Jika ada seorangpun yang berani bertanggung jawab sudah baik . Misalnya “Sayalah yang bertanggung jawab atas kekeliruan ini , sehingga rakyat kita susah . Demi Allah , saya siap menerima hukuman apapun baik dunia dan akirat “ Rata rata atau kebiasaan pemimpin lengser cukup pergi tanpa kesan ,beban pertanggungan jawab , malah masih tanya lagi aku ini diberi apa wong aku sudah berjasa pada Negara . Orang Cina sendiri mengomentari orang Cina yang mendapat keuntungan dari orde baru ,sbb “Etnis Tionghoa yang semasa pemerintahan rejim Orde Baru tampak seolah olah “gagah “ ternyata hanya dalam tempo sekejap dapat dibuat tak berdaya . Ini yang tak pernah disadari oleh kebanyakan etnis Tionghoa di Indonesia .Mereka selama ini dinina bobokan , seolah rezim orde baru adalah segala galanya , yang memberikan kemakmuran ,keamanan dan kemapanan atas dirinya “
Meskipun orang Cina membenci orde baru , dalam masa pemerinthan rejim orde barupun orang Cina banyak yang memperoleh kemudahan kemudahan , menjadi kaya raya . Bahkan ada yang namanya menjadi nama salah satu Jalan di kota Beijing karena sumbangannya kepada negeri leluhurnya . Orang Cina selalu mengeluhkan penderitaannya di Indonesia , tetapi sekaligus tampak menjadi orang kaya raya di Jakarta , Surabaya dan di Singapura .
Ternyata segala macam sistim yang ada di dunia ini baik sistim ekonomi maupun pemerintahan dari yang demoktratis dan liberal sampai yang otoritarian , sudah dicoba , namun mesin kapal belum pernah berjalan kearah adil makmur yang kita harapkan bersama , bahkan meletakkan haluan yang benarpun belum .Bahkan yang namanya adil makmur kaya apa gambarannya , sejahtera kaya apa ukurannya .
(Apakah yang namanya sejahtera adil makmur itu tiap warga Negara berhasil menjadi orang yang memiliki tabungan kekayaan US 10.000 . Ternyata yang namanya adil makmur saja hampir semua orang tak tahu .) Suatu pertanyaan yang menggelitik ialah apakah dalam Negara yang hutangnya tak terhitung lagi itu masih ada harapan untuk menjadi adil makmur . Atau beyond help .
Yang simpanan kekayaannya 1000 kali dari itu pun masih belum merasa sampai pada adil makmur dan sejahtera , karena selalu nguber uber adil makmur sejahtera lebih hebat lagi .?
Sekalipun ribuan ekonom ekonom eks luar negeri dalam negeri baik yang kampiun maupun kelas teri , telah mengerahkan , semua ilmunya , pamhawereuh , pangabisanya , semua itu hanya dipandang dengan sebelah mata oleh orang Cina . karena ternyata satu orang Cina rendahanpun dapat membuat pusing orang satu Negara , dari yang tertinggi sampai terendah .Right or wrong , ia hebat . Hebat , bukan main .Ialah pemain top , single yang melawan pluralisme , yang tak ada duanya . Kalau tak malu pasti MURI cepat cepat memberikan piagamnya . Soal kepiawaian dalam urusan uang dan dagang , orang Cina meskipun hanya mengenakan kaos oblong, sandal jepit dan celana kombor dari blacu dan mesin hitungnya sipoa ,jangan ditanya lagi , belum dapat tertandingi oleh ahli ahli yang berdasi dan menggunakan komputer . Karena apa ? Kalau orang pribumi setelah menjadi ahli seperti orang barat dan modern , segera mencampakkan warisan leluhur , ilmu ilmu batin yang dikatakan ilmu kuno ilmu yang tak rasional dan musrik . Tidak demikian dengan orang Cina , betapapun modernnya , betapapun pinternya ,ilmu ilmu kunonya tak ketinggalan , meskipun mereka menempatkannya mungkin pada lapis kedua . Betapa hebatnya doa orang Cina untuk dapat membebaskan diri dari kungkungan orde baru untuk bebas dari kerangkeng ilmu batinnya orde baru yang lebih kuat Sesungguhnya ada perang
batin antara ilmu batinnya orang Cina dan ilmu batinnya orde baru . Pak Harto kelelahan , serangan batin yang datang dari segala penjuru harus dilawannya dengan kekuatan yang terbatas , sementara pendukungnya tak mau tahu karena terdiri dari orang modern yang sama sekali lepas dari kendalinya . Orang Cina atau orang orang Cina sekalipun ia sudah siap berpakaian rapi , berdasi dan berjas dan siap naik ke mobilnya ,tak lupa membakar hio lebih dulu dan bersembah kepada dewanya .Paling tidak orang tuanya yang pension dari kegiatannya yang melaksanakan kekuatan lapis kedua itu Mengapa kami katakan orang Cina mempunyai kelebihan yang menonjol dalam memanage orang . Banyak ilmu kebatinan timur yang cukup kuat untuk memaksa orang menjadi penurut . Menurut dan patuh kepada perintahnya , setia dalam bekerja , menurut untuk meneken kontrak kotrak yang kurang bener, Menurut saja untuk membeli barang dagangannya . Kekuatan ilmu modern yang ditopang kekuatan batin orang Cina benar benar luar biasa . Bisa mengeruk separo harta Negara kita hanya untuk kepentingan satu kelompok orang Cina . Orang Cina dapat menginvest uangnya ke Singapura , bahkan menjadikan Singapura menjadi Negara makmur , sementara kita kaya dengan teori teori dan ahli ahli . Kasihan kita , termasuk orang orang non pribumi (Cina ) yang masih tetap terpaku dalam kemiskinannya . Ini kenyataan berdasarkan hukum dan keadilan di Negara kita , Negara dimana penuh dengan pakar pakar segala macam ilmu , dan dibelakang masih jutaan pakar pakar dan setengah pakar baru yang antri sebagai calon tenaga kerja baru ..
Ini juga bagian dari Siem Siang Shenmenya orang pribumi mengapa orang Cina dapat sehebat itu .
Mengapa cerdik pandai orang pribumi masih juga pongah mbok dapat mawas diri sedikit ,dan malu mengapa orang Cina yang tak banyak ngomong , tak usah banyak teori tak sekolah yang hebat hebat yang tak berdasi , dapat sehebat itu, dirinya tidak .Bahwa mereka mereka berhasil menjadi kaya , ya terang saja , siapapun yang diberi kekuasaan dan kesempatan akan demikian , tidak seperti berhasilnya orang non pribumi (Cina ) , dari hasil fight .
Karena frustasi , kecewa dilecehkan oleh orang Cina umumnya para pejabat pribumi yang mengaku sebagai pakar pakar yang mengaku mempunyai pikiran yang cangih canggih menjadi apatis sebodoh amat pokoknya aku dapat uang banyak . Titik . Ada kekecewaan , karena apa ? Orang tua mengingatkan , berebut uang yang tak halal , sekalipun menurut undang undangnya legal , jika masih terselib niat tak baik , kelak hanya akan memberikan buah yang pait saja . Tak usah macam macam , yang jujur prasojo saja , dari pada kuwalat .
Orang Cina sendiri yang tua tua mungkin juga heran mengapa aktivitas mereka juga terfokus seperti orang liberal , seperti homo economic , animal economic , pada hal menurut tradisi Khonfusian , hanya menempatkan strata masyarakat yang diurut ,Urutan pertama strata sarjana (mestinya tingkat sarjana model dulu yang dilandasi kejujuran , dedikasi pada masyarakat dan negaranya ) Urutan ke dua petani , Urutan ke tiga perajin , Para pedagang jatuh pada urutan terakhir , tempat perkelahian pergulatan yang tak habis habisnya yang dulu dijauhi orang pribumi , sekarang orang pribumi ikut ikutan terjun ke sana karena begitulah yang dicontokan panutannya dan jamannya . Dalam masyarakat yang sudah menyampingkan pertimbangan selain urusan uang , misalnya budaya , aklak dan moral , ternyata malah hanya menyebabkan banyak orang Cina yang berhasil duduk sebagai kapitalis kapitalis di negeri ini atau Singapura ? Teorinya ternyata dipraktekkan secara terbalik , yang mestinya pemimpin kita mau memakmurkan rakyat kecil jebulanne sugih dewe .Sing sugih tambah sugih . 10. Orang Cina Merasa Tertindas (cerita masalalu ) ., Orde baru mengeluarkan lebih banyak aturan aturan yang dirasakan oleh orang Cina sangat menindas orang Cina .Orang Cina sebagai pihak yang menjadi objek peraturan merasa sangat dirugikan dan ditindas . Tentu saja orde baru juga menetapkan aturan yang demikian juga bukan tanpa dasar . dasarnya adalah melindungi orang pribumi yang masih lemah dan belum begitu pintar , dari orang yang sedari dulunya memang sudah pinter dan kuat . Mungkin itulah langkah langkah orde baru untuk menghambat kiprah ikan besar dan melindungi ikan ikan kecil , dari kiprahnya ikan besar yang ganas . Orde lama mengeluarkan PP 10 /1959 , ini juga menyusahkan orang Cina .Lalu tahun 1960 dikeluarkan peraturan penertiban Kelenteng dengan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 4555.2.360 tentang Penataan Kelenteng . Tetapi orang Cina kurang peduli dengan kesusahan ini , malah mengatakan ; “ penggalan sejarah 1965 – 2000. Pada masa sepanjang itu, etnis Tionghoa akrab dengan berbagai upaya peminggiran . Pada hal sebelumnya di era Presiden Soekarno , kelompok etnis ini sempat menikmati masa bulan madu dengan penguasa ”,dengan diangkatnya Oei Tjoe Tat sebagai menteri dalam Kabinet Dwikora .pendirian Universitas Respublika di Jakarta 1958 kampus URECA di Surabaya 1962 . PP 10/1959 memang melarang orang Cina membuka usaha dipedesaan , dan dalam kurun waktu 1950 – 1959 Pemerintah memberi proteksi yang lebih kepada pebisnis lain, dibanding kepada pebisnis Tionghoa , namun disisi lain , pemerintahan Soekarno tetap memberikan kebebasan seluasnya kepada wargaTionghoa untuk beribadah atau kegiatan budaya lainnya . Itu tadi semua penuturan Mona Lohanda , sejarahwan dan peneliti Tionghoa yang bekerja pada Arsip Nasional RI kepada INDOPOS . Orang Cina tampak begitu geram kepada orde baru dan orde barupun begitu semangat untuk membongsai orang Cina .Ketika orde baru menumbangkan orde lama , mende-Soekarnisasikan orde lama , ternyata banyak hal yang menyebabkan kegalakan orde baru makin memuncak .BAPERKI yang dirikan tahun 1954 sebagai representasi kekuatan sosial politik Tionghoa, Ketuanya Siauw Giok Tjan ternyata ujung ujungnya mempunyai kedekatan dengan orang orang G30 S , dengan Sukarno , dengan pemerintah RRC . yang semua itu dianggap musuh musuh orde baru . Banyak aturan aturan orde baru dikeluarkan yang menurut orang Cina sebagai upaya meminggirkan keberadaan orang Cina , atau budaya Cina . Keputusan Presidium Kabinet No. 127/V/Kep/12/1966 Tentang penggantian nama Orang Cina dengan nama nama lokal . istilah Tionghoa diganti menjadi Cina . 2. Instruksi Presiden (Inpres ) No. 14/1967 tentang agama , kepercayaan adat istiadat Cina boleh dilakukan hanya dalam lingkungan keluarga / tertutup 3. Edaran Menteri Penerangan No. 02/SE/ Ditjen / PPG/K/1988 tentang Larangan Penertiban percetakan Iklan berhuruf Cina4. Surat Menteri Kehakiman & Dalam Negeri No.Skb 01-UM 09 30.80 No.42 Surat Bukti Kewarga Negaraan R.I. Karena sebab ini , sambatnya (keluan ) orang Cina yang seperti sendaren yang selalu benginging ditiup angin diwakili pemimpin mereka ‘ “Sebagai perantau yang mencari kehidupan baru di Indonesia , selama ratusan tahun , etnis Tionghoa selalu menjadi pelengkap penderita .walaupun kedatangan mereka di negara yang menjadi pilihannya semata mata bertujuan mencari kehidupan baru atau memajukan perdagangan tanpa sedikitpun melakukan kekerasan , apalagi dengan tujuan tujuan untuk menjajah seperti ang dilakukan bangsa kulit putih .”Ujar Benny G.Setiono . “ Masyarakat keturunan China yang berdatangan ke Nusantara sejak berabad abad yang silam adalah bagian peting dari sejarah bangsa Indonesia .Namun sejak zaman kolonial ,kelompok etnis ini kerap menjadi sasaran prasangka , diskriminasi , bahkan kekerasan .Baru lima tahun terakhir bertiup angin segar kebebasan .” Rekaman wawan cara Dr.I.Wibowo Wibisono , dengan wartawan Kompas , terbit 10-2-2008 .Romo Benny Susetyo menuturkan kepada Suara Pembaruan , terbit 26 -1-2006 .“Peristiwa 13-14 Mei 1998 yang telah meluluh lantakan ribuan ruko , toko , rumah tinggal pusat ppetokoan ,bengkel apartemen supermarket ,kendaraan bermotor baik roda empat atau roda dua ,bahkan juga perkosaan terhadap perempuan perempuan Tionghoa di Jakarta dan Solo merupakan puncak kehancuran martabat ,dan jati diri etnis Tionghoa .” “Selama pemerintahan Orde Baru secara terus menerus terjadi kerusuhan anarkis anti Tionghoa . Kerusuhan Mei 1998 seakan adalah puncak dari aksi kerusuhan tersebut “ Prof. H.M . Hembing Wijayakusuma dalam bukunya yang berjudul Pembantaian Massal 1740 Tragedi berdarah Angke ‘ “ Aksi anti etnis Tionghoa yang pertama setelah G 30 S /P KIterjadi pada tanggal 10 Nopember 1965 di Makasar. Berikutnya pada tanggal 10 Desember 1966 , terjadi kerusuhan masal di Medan .Pada peristiwa tersebut ,warga etnis Tionghoa dikejar dan dibantai dengan tuduhan bekerja sama dengan komunis . Satu tahun setelah peristiwa kerusuhan Medan terjadi kekerasan anti etnis Tionghoa di Kalimantan Barat yaitu pada Nopember 1967 . Korban tewas dari warga etnis Tinghoa , mencapai ratusan orang , sementara puluhan ribu lainnya terpaksa meninggalkan rumah dan harta bendanya menuju kota kota pesisir di Kalimantan Barat seperti Singkawang dan Pontianak . “ ‘Peristiwa kelabu terhadap etnis Tionghoa seakan tak pernah berhenti “ Lee Kuan Yew , Menteri Senior Singapura dalam Republika tangga 2 -10- 2006 “ Kedua Negara tetangga saya memiliki masalah dengan komunitas Tionghoa nya . Mereka (etnis Tionghoa ) orang orang yang sukses , mereka pekerja keras , karena itu mereka disisihkan secara sistimatis , bahkan dalam pendidikasn .Dan mereka (Indonesia dan Malaysia ) ingin Singapura seperti warga negara Tionghoa meraka , mengalah “ Apa kata Pak Badawi , PM Malaysia , Pidato ini memancing protes Malaysia dan Indonesia , yang menghendaki pemerintah Singapura memberikan penjelasan atas ucapan Lee. “Saya sudah membaca permintaan maaf Lee . Apapun alasannya , pernyataan itu bisa menyinggung ras tertentu .Kami harus memastikan pernyataan serupa tak akan terlontar lagi .” Indopos Semua itu adalah tanda tanda bahwa orang hidup bukan hanya memikirkan uang melulu , pertumbuhan ekonomi melulu . Ada budaya , ada harga diri . Kemenangan Orang orang non pribumi ( Cina ) Didorong oleh keinginan golongan golongan yang tak sepaham dengan makin tak terkendalimya penyalah gunaan kekuasaan dan wewenang ,kolusi ,korupsi dan nepotisme dari rejim orde baru , maka Presiden Suharto taat menuruti tuntutan untuk mengundurkan diri dan secara satriya mengundurkan diri dari kekuasaannya pada tanggal 28 Mei 1998 Wakil Presiden B.J. Habibi mengganti beliau sebagai Presiden ke 3 menghabiskan masa dinas Presiden yang masih tersisa . Kemenangan orang non pribumu (Cina ). Namun tampaknya bangsa ini belum siap dipimpin oleh seorang jenius dalam teknologi tetapi kurang bijak dalam duga prayoga dan empan papan , beliau tak lagi terpilih untuk jabatan berikutnya . Untuk menghindari kemauan pool pool masyarakat yang kuat yang mungkin akan sulit ditemukan kesepakatan , maka Gus Gur terpilih menjadi Presiden RI ke 4 . Modal Gur Dur ini sebenarnya secara politis lemah , secara phisikpun mempunyai kendala ,namun beliau mempunyai kharisma luar biasa dan orang memandang beliau bukan seperti manusia biasa . Tindakan tindakan beliau kadang kontroversial , namun umatnya menerima dengan iklas , malah menganggap itu sebagai kebijakan yang manusia lain kurang mampu memahami . Namun barangkali sepak terjang presiden ini tak sesuai dan tak dapat didikte untuk memberikan keuntungan kepada golongan yang mengangkatnya , maka oleh golongan yang mengangkatnya presiden ini dimakzulkan dari jabatannya sebelum masa jabatannya berakhir . Dalam kapasitasnya sebagai presiden ,Presiden Abdurrachman Wahid , mengeluarkan kebijaksanaan yang tertuang dalam instruksinya untuk mencabut berbagai peraturan yang rasis dan diskriminatif . menindas golongan Cina , yaitu dengan Surat Presiden No. B 20/Sesneg /l/2001 dan Sk .Menteri Agama No. 13 /2001 yang mencabut aturan yang melarang pelaksanaan kepercayaan , adat kebiasan harus dilakukan dalam keluarga dan tak boleh ditempat umum . Dan Kong Hu Chu ditetapkan sebagai agama . Sk.Menteri Agama No.13 /2001 Imlek Penetapan Imlek sebagai hari libur nasional . “Dihapusnya sejumlah peraturan yang bersifat rasis dan diskriminatif oleh Presiden Abdurrahman Wahid (Gus.Dur ), maupun penetapan tahun Baru Imlek sebagai hari libur nasional oleh Presiden Megawati Soekarnoputri , boleh dikata sebagai suatu kebangkitan yang diperjuangkan oleh seluruh masyarakat etnis Tionghoa di Indonesia . “ Hal senada diungkapkan Ketua Perhimpunan Indonesia Tionghoa DKI Jakarta , Benny G.Setiono ,yang menilai Imlek boleh dibilang sebagai bentuk kemenangan etnis Tionghoa Indonesia dari segala bentuk diskrininasi dan perlakuan tidak adil yang sebelumnya sempat dialami . “ Dengan berbagai pencabutan aturan yang membongsai orang Cina ini , maka tentu saja golongan orang Cina , menganggap Gus Dur sebagai Dewa penolong yang membebaskan ketersiksaan orang Cina selama orde baru . Mengapa Gus Dur mau mengeluarkan surat pembebasan orang Cina dari sekat sekatnya ? Tentu Gus Dur , yang dikenal sebagai humanis pembela hak hak asasi manusia , tokoh pluralisme tak tahan mendengar keluhan orang Cina yang selama ini terbongsai . Bahkan dengan keluarnya instruksi instruksi Gus Dur ini orang Cina merasa beroleh kemenangan . Pak Murdaya W.Poo , mengatakan , Dengan keluarnya UU No. 12 /2006 tentang kewarga negaraan , warga Tionghoa mengharapkan tak ada lagi dikriminasi perlakuan dalam segala bidang . Imlek 2007 sebagai Kemenangan orang Cina . Untuk menyatakan kemenangan nya itu orang Cina membuat Imlek secara besar besaran . Dimana mana perayaan Imlek digelar sebagai euforia kemenanganya . Di Jakarta , permainan barongsai dimainkan dimana mana , lampion lampion bergelantungan di disepanjang teritikan rumah , lambang berhuruf Cina dipajang memenuhi toko toko , sepanjang jalan .liong barongsai meliuk liuk kekanan kiri dengan penonton yang selalu berjubel dan yang nonton bukan hanya orang Cina , tetapi seluruh penduduk ikut berpartisipasi untuk memeriahkan tahun baru Imlek .Ucapan ucapan Gong Xi Fat Choi dengan senyuman bahagia ,tersungging pada orang Cina dan tamunya . Di Jakarta liputannya sbb . PERAYAAN IMLEK BERLANGSUNG MERIAH JAKARTA , (SINDO ) .Perayaan Imlek 2559 disejumlah tempat di ibu kota Jakarta kemarin berlangsung meriah .Ribuan warga keturunan Tionghoa memadati tempat tempat peribadatan . Di Kampung Cina , Kota Wisata Ciuleungsi Bogor , ribuan antusias mendatangi lokasi wisata tersebut . hampir seluruh ruangan dan pintu masuk wisata tersebut dihiasi lampion dan angpau merah yang tergantung dipohon .Pengunjungpun sibuk mengambil angpau dengan alat seadanya seperti payung dan kayu . Di vihara satya Dharma Pluit , di jalan Pluit Barat Raya Jakarta Barat Utara sempat terjadi kericuhan saat pembagian angpau pada pukul 09.00 WIB .Kericuhan tersebut terjadi karena ketidak tertiban warga sehingga terjadi aksi saling dorong .Akibatnya banyak dari ibu dan anak anak yang jatuh dan terinjak injak . Penasehat vihara Yusuf Susanto mengatakan pada perayaan tahun baru Cina kali ini vihara tersebut dipadati ribuan jemaat sejak pukul 05. 00 WIB . Vihara yang beroperasi hingga pukul 18 00 ini menjadi pusat tujuan masyarakat pluit yang ingin bersembahyang , “ Vihara ini didirikan untuk menghormati Dewa Kwan Kong , yaitu seorang Jendral besar pada masa Sam Po Kong “ Ujarnya .Menurut pengurus dan penjaga Vihara Satya Dharma bernama Slamet , 10.000 lilin kecil , 500 an lilin setinggi satu meter dan dua puluh ribu dupa disiapkan bagi jemaat . Menurut dia , dupa dijual dengan harga seiklas nya namun lilin besar dijual seharga Rp. 3,8 juta . Demikian pula di Jogya liputannya sbb., “ Acara hiburan tidak habis habisnya , disuguhkan untuk warga Jogya . Kemarin pikul 14.00 hingga 16.30 puluhan ribu berbondong bondong memadati Taman Abubakar Ali hingga sepanjang jalan Malioboro .Mereka menyaksikan kirab budaya dalam rangka merayakan tahun baru Imlek 2559 .Penonton dari pelbagai kalangn antusias menyaksikan acara untuk menyemarakkan Pekan Budaya Tionghoa (BT ) 2008 yang dipusatkan di kampong Pecinan Ketandan itu . “ Di Solo , di Semarang Surabaya dan kota kota lain Imlek dirayakan besar besaran, Di Magelang sebuah kota kecil pelaksanaan perayaan , liputannya sbb, , Ribuan warga dari 28 konunitas klenteng dari jawa Tengah , Jawa Timur dan Jakarta turut memeriahkan ritual kirab ruwat bumi yang diselenggarakan Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD ) Liong Hok Bio Magelang (17/3 ) .Mengenakan atribut khusus mereka berjalan beriringan mulai dari alun alun Magelang hingga kawasan pacinan .Rombongan dipimpin tuan rumah TITD Liong Hok Bio . Dalam rombongan ini terdapat pula patung tiga dewa yaitu Luk , Fuk dan So . Dewa So yang berbaju kuning dan berjanggut panjang , simbul pengharapan umur panjang , Dewa Fuk yang berbaju merah dan membawa bongkahan emas lambang rejeki .Dewa Luk berjubah biru , symbol kebagaiaan .Setiap rombongan dari masing masing klenteng membawa patung patung dewa dewi dengan memakai tandu aneka bunga .Setiap rombongan berhenti setiap saat memberi hormat kepada Wali kota Magelang H.Fahriyanto “ Kompas 18-3-2007 . Di Palembang ,Bangka , Pontianak dan , Singkawang sebagai sumber pertama keberadaan orang Cina juga dipertandingkan perahu naga , pendeknya tak usah diceritakan lagi , Semua berwarna merah menyala , tanda hidup , warna kesukaan orang Cina . Ternyata potensi orang Cina di mana mana masih utuh malah tambah , baik kualitas maupun kuantitasnya tak seperti dikeluhkan selama ini , merasa ditindas , dibongsai , didiskriminasikan . Orang Cina masih berpakaian bagus , berumah, bagus , bermobil bagus , dapat membuat kue kue untuk dibagikan kesanak keluarga , dapat membeli pernik pernik hiasan untuk Imlek , dapat makan direstoran restoran besar , malah dengan membawa tamunya . Orangnya sehat sehat kok , bergizi cukup wong malah berkecupan melebihi masyarakat yang ada disekitarnya . Lebih sehat lebih kuat untuk bertikai dengan tetangganya . Dupa hio terus mengepul ditiap rumah orang Cina ,juga terhidang buah buahan persajian di meja meja persembahan . Di kelenteng kelenteng ramai dikunjngi umatnya . Warna merah menyala disemua sudut dan ruang .Pujian dan decak kagum mengalir dari umat serta pejabat pejabat yang bukan orang Cina , yang diundangnya . Dalam bidang budaya begitu hidupnya budaya Cina membahanai udara nusantara ini , mengatasi budaya pribumi yang tertatith tatih untuk mempertahankan hidupnya , apa lagi dalam soal ekonomi kemajuan etnis Cina dikatakan luar biasa . Dalam bidang pembagian kue ekonomi , selama pasca reformasi ini orang Cina maju luar biasa .Maju luar biasa . Dewa dewa FUK yang berjubah merah dan membawa sebongkah emas dan dewa LUK yang berjubah biru yang menyebarkan kebahagian dan dewa So yang memberikan umur panjang yang mereka puja benar benar memberi keberkahan yang sangat besar. Sementara di Pulau Gebang berkumpul para pemulung yang mengais rejekinya untuk sekedar dapat bertahan hidup , tanggal 31 Juli 2007 Kompas mengumumkan orang orang kaya Indonesia . Orang terkaya di Indonesia dipegang Budi Hartono (66) , raja tembakau pemilik pabrik rokok Djarum Kudus dengan kekayaan senilai 46, 6 milyar dolar AS atau sekitar Rp.37 ,8 trilliun . Pengusaha rokok lainnya Rahman Halim (60) dari Gudang Garam Kediri , menempati posisi ke dua , Soedono Salim (92) yang namanya selalu dikaitkan dengan taipan terkaya era orde baru hanya menempati peringkat ke 4 di bawah Eka Tjipta Widjaya (Sinar Mas ) . 10 orang terkaya :============================================ Posisi ! N a m a ! Umur ! Perusahaan ! Nilai Kekayaan 1. ! Boedi Hartono 66 Djarum ! Rp. 37,8 trilyun 2. ! Rahman Halim 60 ! Gudang ! 31, 5 trilyun Garam 3. ! Eka Tjipta Widjaja 84 Sinar Mas 27,9 triyun 4 ! Sudono Salim 92 Salim Group 25,2 triyun 5 ! Putera sampurna 59 Sampurna 19,8 triyun 6 ! Sukanto Tanoto 57 Garuda Group 11,7 trilyun 7 ! Eddy Wil. Kastuari 56 Wings Group 9, 9 trilyun 8 ! Aburizal Bakri 60 Bakri Group 9,45 trilyun 9 1 Arifin Panigoro 62 Medco Energy 8,1 trilyun 10 ! Hary Tanusudibyo 42 Glob Med Com 7,3 trilyun_____________________________________________________ Kekayaan Indonesia senilai 46,6 milliar dolar AS atau setara Rp. 419 trilyun , ternyata hanya dimiliki oleh 150 orang terkaya . Majalah Globe Asia juga mendaftar kekayaan pejabat publik , pengusaha yang jadi pejabat publik , diluar daftar 150 orang terkaya . Teratas adalah Fadel Mohamad ,Gubernur Gorontalo ,dengan kekayaan 16,6 juta dolar AS , disusul Fahmi Idris Menteri Perindustrian ,Keduanya Pengusaha . Presiden Susilo Bambang Yudoyono memiliki kekayaan 516 000 dollar As atau R4, 6 milliard per ahun 2004 . Sementara hutang Negara bertambah terus . Penulis tak dapat komentar , terserah saja meskipun dulu janjinya kita berjuang bersama , makmur bersama dan sekarang nyatanya lain . Dalam tiap masalah jika ada yang menang tentu ada yang dikalahkan .? Siapakah yang kalah , siapa yang menang tentu masing pihak tak ada yang mau berterus terang , itulah masalah yang membuat pegaulan selalu terkendala , tak ada keterbukaan , tak ada transparansi dan banyak hal yang akan tetap merupakan suudon , prasangka yang kadang kadang mengakibatkan hal yang tak kita inginkan .Meskipun demikian janganlah hal itu sebagai masalah yang tak dapat diselesaikan dengan damai ?Harapan harapan Harapan harapan yang menjadikan Sim Siang Shenmenya orang pribumi kebanyakan sudah kami paparkan di buku Apa kata hati orang pribumi ,apa kata orag non pribumi (Cina ) 1 , dibawah ini lami cantumkan harapan harapan dari golongan orang non pribumi ( Cina ) yang diharapkan bukan sekedar sebagai pemanis pergaulan saja ,antara lain , Kiranya perlu kami ulangi apa yang menjadi harapan dan himbauan Romo Benny Susatyo Pr. Ketua Hubungan Antar Agama Konferensi Wali Gereja Indonesia , “ Saya berharap tahun baru Imlek dapat menjadi momentum bagi seluruh elemen dan komponen bangsa ini , khusunya masyarakat etnis Tionghoa , untuk membangun habitus baru .Dengan membuang egoisme dan mengarahkan seluruh perilaku yang berbasis pada hati nurani , moral , budi pekerti dan etika yang luhur , sehingga penyakit social ,dan criminal dapat dihindari . dan tahun baru Imlek dapat menjadi kemenangan etnis Tonghoa Indonesia .” Harry Tjan Silalahi , Penulis dari CIS (Centre for Strategic and Internasionalisme Studies ) . “ Bagaimana dalam masyarakat , etnis Tionghoa ini memiliki rasa senasib sepenaggungan serta solidaritas nasional . Kemudian diharapkan pula bahwa masyarakat lainnya dapat menerima kehadiran etnis Cina ini secara iklas sebagai sesama warga sebangsa .Karena hanya dengan sikap yang non diskriminatif , rasial dan etnislah dapat dibangun nation building Indonesia yang memenuhi tuntutan hak asasi , rule of law dan dasar negara hukum “ Seorang konsultan hukum Iskandar Yusuf menulis , Suara Pembaruan 18-2-2009 , “ Dalam diskusi yang bertajuk Tugas dan Peran Tionghoa Indonesia Dalam Membangun Bangsa dan Negara pada tanggal 27 April 2002 , digaris bawahi fakta bahwa WNI etnis Tiongkoa barus terwakili ,dengan baik dibidang dibidang politik guna menghalangi kemungkinan diberlakukannya kebijakan pemerintah yang diskriminatif . “ INTI yang dulunya didirikan oleh Edi Lembong ( Perhimpunan Indonesia -Tionghoa ) melalui Ketua Pusat INTI , Rachman Hakim , kembali mengingatkan pengurus , untuk bisa sungguh sungguh membawa kebaikan dan manfaat bagi masyarakat . Agar semua sebagai warga bangsa dapat menyadari posisi dan tanggung jawab kita semua .Selaras dengan dan semangat diatas kami juga berpesan dan menitipkan amanat kepada seluruh jajaran kepengurusan INTI untuk terus memelihara spirit tersebut dan menterjemahkan dalam program kerja yang membumi dan bermanfaat bagi masyarakat dimanapun berada secara luas .” Ia juga berharap dimanapun INTI berada , bisa mendapatkan dukungan dan partisipasi dari Pemerintah Provinsi , tokoh organisasi , tokoh agama dan tokoh masyarakat sekitar . Ini penting untuk mendukung kehadiran INTI , serta untuk bekerjasama dengan baik dan terbuka demi kemajuan bersama “ Ini memang pendapat mereka , sebagian orang non pribumi (Cina ) yang baik baik , tetapi teman sebangsanya kan banyak sekali dan ada yang menjadi nila setitik tapi merusak susu sebelanga dan merusak maksud hidup yang tenang damai . MULTIKULTURALISME ITU BUKAN SEKEDAR MEMBIARKAN , TETAPI SALING MENGHORMATI DAN BERINTERAKSI . Kompas , 17 -7- 2005 . Selain seperti yang kami utarakan diatas mengapa Presiden Gus Dur , menghapus semua peraturan peraturan yang dikatakan membongsai , menindas , mendiskriminasi orang Cina . Sebagai tokoh humanis , dan pluralis yang sangat menghargai kemerdekaan manusia lain , tak tahan mendengar keluh kesah warga Cina sesama warga negara Indonesia yang selalu mengeluhkan ketertindasannya . rapuh dengan bisikan bisikan yang meluluhkan batinnya . Sehingga sebagai orang yang tak terlalu bertele tele mengambil keputusan beliau putuskan untuk mengakhiri semua penderitaan orang Cina . Luar biasa sambutan orang Cina atas kebijaksanaan Gus Dur yang memang sesuai dengan apa yang imginkan orang Cina , yang kini bebas dari kungkungan orde baru . Gus Dur menjadi pembebas orang Cina yang terkungkung selama ini , yang dibatasi , didiskriminasi , terpinggirkan . tetapi nyatanya mereka makin makmur makmur . Betapapun tertindasnya orang Cina dan betapapun merdekanya orang pribumi , ternyata yang selalu tercatat dalam majalah Forbes sebagai orang kaya hanya orang orang Cina , tak sekalipun orang pribumi . Orang yang dapat melancong keluar negeri , istirahat ditempat yang indah indah dan memesan kamar di hotel berbintang , menyekolakan anak anak ke sekolah unggulan atau luar negri kebanyakan juga orang Cina . Semua yang disebut itu sesuatu yang kasat mata , yang tak mungkin digapai oleh orang pribumi pada umumnya atau umumnya orang pribumi dan tak mungkin dapat disembunyikan lagi . Dengan kesempatan yang diberikan Gus Dur , kemajuan orang non pribumi (Cina ) seperti tsunami yang membanjiri nusantara ini hampir tak ada proyek yang lepas dari tangan orang non pribumi (Cina ) atau tak ada orang bikin proyek selain orang non pribumi (Cina ) . Orang kuasa di negeri ini sedang berbaikan dengan orang non ribumi (Cina ) tetapi dengan yang lain , atau sama sendiri cekcok melulu . ? Bahwa banyak orang pribumi yang pergi keluar ngeri , perginya karena keterpaksaan , dipaksa kemiskinannya .Menjadi TKW TKI di luar negeri , karena di bumi sendiri tak mendapat bagiannya. Penulis tak dapat komentar apapun , itu hal yang nyata tak dapat disembunyikan , namun semua hanya tercatat sebagai Sim Siang Shenmenya orang pribumi . Catatan catatan : IMLEK di tengah keprihatinan . Perayaan Imlek 2559 kemarin masih diliputi suasana keprihatinan .Banjir yang menggenangi sejumlah wilayah ibu kota belum surut semuanya .Hujan terus mengguyur di beberapa wilayah , hujan menyebabkan banjir . Angin puting beliung memorak perandakan harta benda masyarakat .Bencana demi bencana masih terus silih berganti melanda negeri ini .Kemeriahan tahun baru China di tengah keprihatinan mengingatkan kita untuk menyelami dan mendalami makna dan simbolisasi dibalik perayaan sujud sukur doa dan harapan kebaikan kemasa depan itu .Perayaan menyambut musim semi di daratan Tiongkok yang mencerminkan fajar baru menyingsing itu tak hanya menyiratkan kegembiraan dan pesta yang melupakan keadaan sekitar .Disaat memeriahkan acara , tak lupa Imlek mengingatkan manusia untuk bersyukur kepada Sang Pencipta . Tak heran rangkaian perayaan Imlek berkaitan erat dengan serangkaian ajaran keagamaan yang dianut mayoritas masyarakat Tionghoa . Perayaan yang dimulai tanggal 30 bulan ke-12 dan berakhir pada tanggal 15 bulan pertama itu meliputi acara sembahyang Imlek ,sembayang kepada Sang Pencipta dan perayaan Cap Go Meh .Upacara itu memerintahkan agar manusia selalu ingat kepada Tuhan atas karunia dan rezeki yang diperolehnya selama ini . Manusia harus bersukur dan selalu menjaga solidaritas kemanususiaan dengan silaturachmi .Salah satu wujudnya adalah berkumpulnya para anggota keluarga dan terjalinnya silaturachmi dengan sanak saudara dan tetangga .” Pesan yang kami nukilkan dari Tajuk Koran Sindo 8 Pebruari 2008 , tampaknya mempunyai nuansa yang sama dengan Imlek tahun ini , berarti belum ada kemajuan apapun dari sejak itu . Bhineka Tunggal Ika selain sebagai lambang dan slogan ,orang sulit menebak apa maknanya .Banyak tafsir yang berbeda beda .Hal ini disebabkan belum adanya penjabaran yang konseptual yang dapat menggiring pengertiannya kearah satu maksud yang sama . (Seruan budayawan dari UNPAD Bandung ). Justru pemerintah sendiri sebagai petugas penertiban dan keamanan bangsa , DPR bahkan MPR sebagai perwakilan yang harus menertibkan bangsa , belum pernah sekalipun melihat persoalan keberagaman ini dengan serius sampai akhirnya nanti dapat meletus sebagai sesuatu masalah yang sulit diatasi . “ Xing Xing Zhi Huo ke yi liao yuan “ Percikan api dapat membakar hutan “ . Atau kalaupun kelak akan ada penjabaran yang konseptual belum tentu akan sejalan dengan pikiran founding father yang medesainnya . Amandemen amandemen terhadap UUD 45 ialah bentuk perang kecil kecilan dalam phisik , tetapi besar besaran dalam ideologi suatu bentuk manuver dari neoliberalisme yang menginginkan adanya kemenangan yang besar kepada kemerdekaan induvidu ( hak asasi ), kebebasan , kebebasan berdemokrasi , bersaing , kebebasan pers dan bermaksud meminggirkannya ideologi Indonesia yang adil makmur atas dasar kebersamaan , dalam rangka pluralisme dan multikulturalisme .Kepiawaian orang non pribumi (Cina ) ialah dapat mengambil keuntungan dari dunia manapun , karena punya kepintaran sendiri terutama mengenai karakter orang pribumi yang sudah sangat dikenalnya dan sudah dalam kantongnya .Namun karena Bihineka Tunggal Ika menyangkut masalah kepentingan bersama yang mestinya segera perlu diatasi , tetapi tak knjung mendapat perhatian dari manapun ,banyak kalangan yang menempuh jalur sendiri dalam arti tak menunggu inisiatip dari pemerintah untuk mempelajari masalah keberagaman atau pluralisme dan multikulturalisme . Dalam bagian lain telah kami muat seruan para ahli dan Budayawan Sunda yang dimotori tokoh Pak Ayip Rosidi yang telah berseru dalam Konferensi Internasional Budaya Sunda di Bandung 22-25 Agustus 2001 , yang berseru Bhineka Tunggal Ika “walaupun sering dibangga banggakan secara verbal, tidak pernah secara konseptual dan berencana ,dijaga dan dipelihara bahkan dikalahkan oleh jargon “persatuan dan kesatuan ‘ yang bersifat monolitis , tetapi yang juga tak pernah diuraikan secara konseptual . “Dan dalam rangka Negara berfokus dalam urusan ekonomi , sepertinya tak ada agenda lain , segala sesuatu yang tidak ada sangkutnya dengan ekonomi terpinggirkan atau dipinggirkan . Kecuali jika ada hal hal diluar urusan ekonomi tetapi disangka akan dapat memberikan pemasukan uang , misalnya budaya yang seharusnya menghormati kesakralan kesakralan pengendalian diri dan mencontohkan budi luhur ,diperkosa untuk menghasilkan uang . Sesudah TKI ,TKW kita yang berangkat ke luar negeri dikaryakan untuk mencari uang dan diangkat sebagai pahlawan devisa karena membawa pulang atau mengirimkan uangnya dari luar negeri , Marilah kita berdoa jangan sampai ulangi , jangan sampai Angkatan Perang kita dikaryakan mencari buruhan ke luar negeri sebagai angkatan perang bayaran , untuk mendatangkan devisa . Dari sejak seruan Pak Ayip Rosidi sudah lebih sepuluh tahun lebih berlalu seruan untuk mulai memikirkan makna Bhineka Tunggal Ika tersebut belum juga mendapat perhatian atau reaksi dari pihak yang berwewenang , atau manapun sungguh mengkawatirkan adanya satu kelompok memusnakan kelompok lain . Sekumpulan budaya meniadakan budaya lain . Neo liberalisme terus berjalan , kita sama kita cekcok , yang dapat keuntungan orang non pribumi (Cina ) . Proyek proyek besar kecil tersebar diseluruh permukaan tanah air .Memang pekerjaan itu sungguh besar , terus terng saja kemampuan bangsa kita , orang pinter kita kaya apapun belum secanggih itu . Kecuali jika hanya teken teken dan diapusi . .Menurut Presiden SBY . pada puncak peringatan cap Go Meh yang bertajuk “Cao Go Meh Bersama Indonesia Bersatu “ diselenggarakan Forum Bersama Indonesia yang dikordinir Lauw Murdaya W.Poo , mengatakan bahwa bangsa Indonesia merupakan yang majemuk , beragam dan terdriri atas berbagai suku , agama , etnis serta daerah . Untuk itu menurutnya setiap bangsa memiliki tradisi yang baik untuk merayakan beberapa tahun baru , seperti tahun baru Masehi , tahun baru Hijriyah , tahun Baru Saka , dan tahun baru Imlek .Semua itu adalah wujud dari syukur kita dan berdoa kepada Tuhan untuk masa depan yang lebih baik . Presiden SBY , Menpudpar ,Gubernur DKI Jakarta dan hampir semuanya berbaju merah , lambang keberhasilan orang Cina . Presesiden SBY berharap semua etnis bangsa ini dapat saling menyayangi , saling menghormati , termasuk menghormati perbedaan dan saling menolong dalam kesetiakawanan yang tinggi . “ Juga Presiden SBY menegaskan bahwa kehidupan berbangsa dan bernegara di Tanah Air semakin baik dan semakin menjanjikan .” Pranata yang diskriminatif telah kita tiadakan .Semoga ke depan bangsa kita semakin bertambah rukun dan bersatu .” Dalam acara tersebut Presiden SBY secara simbolis menyerahkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan akta kelahiran pada perwakilan warga etnis Tionghoa sebagai tanda telah diakui sebagai warga negera Indonesia asli . SINDO – 22-2-2008 . Di Singkawang Kalimantan Barat pada hari Jumat tanggal 26 -2- 2010 diadakan pula Seminar Nasional tentang “Cap Go Meh Dalam Kerangka Bhineka Tunggal Ika “ . Seminar nasional tentang “Cap Go Meh dalam Kerangka Bhineka Tunggal Ika “ ini yang dibuka Pak Wali Kota Singkawang Hasan Karman , menampilkan pembicara Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura di Pontianak Drs. Aswandi .Selain itu juga pembicara pembicara lain , antara lain mantan Wakil Kepala Staf TNI Angtan Darat Let.Jen. (Purn ) Kiki Syahnakri ,Ketua Umum Pengurus Pusat Muslimat Nadhatul Ulama Khofifah Indar Parawangsa dan pastor Robini Marianto OP dari Pusat Kajian Asia Timur Universitas Islam Negeri Syarif Hidayathullah , Jakarta . (Kompas 27 -2-2010 ). “ “Aswandi mengingatkan , bara konflik berdasarkan suku , agama ,ras dan antar golongan (SARA) dinegeri ini masih ada .Hal itu karena mereka ( anak anak Cat. Penulis ) selama ini tak pernah mendapatkan pendidikan yang bisa membangun kebersamaan dengan teman temannya yang berbeda . Oleh karena itu Aswandi menyarankan pentingnya pendidikan multikultural di negeri ini .Pendidikan multikultural itu, harus dimasukan dalam kurikulum pendidikan formal dan non formal .Hanya bangsa yang nyaman hidup dalam keberagaman yang maju . Kofifah dan Kiki Syahnakri mengingatkan , beragam budaya yang tumbuh di negeri ini tidak boleh menjadi pemecah belah bangsa .Bahkan kebudayaan , kebudayaan adalah perekat bangsa , seperti tergambar dalam makna Bhineka Tunggal Ika . Berbeda beda tetapi tetap satu . Sambil menunggu tanggapan dari peristiwa penting ini yang kadang kadang sulit memperolah perhatian umum maupun ahli , ( sudah sepuluh tahun yang lalu Pak Ayip Rosidipun telah menyerukan hal ini , seperti telah penulis kemukakan diatas ) penulis ingin menggunakan kesempatan yang baik ini , untuk urun rembug tentang masalah Bhineka Tunggal Ika . Sebelum penulis lupa , perlu kami kemukakan bahwa ada kebhinekaan yang jarang disinggung yaitu kesenjangan sosial . Kesenjangan social ujudnya ialah ada orang kaya raya , ada orang setengah kaya ,ada orang yang pas pasan , ada orang yang kekurangan , ada orang yang miskin sekali sampai tak bisa membayar sekolah anaknya , tak bisa berobat karena tak punya uang dan mati , bahkan makanpun susah . Sebagai mana bahwa Bhineka Tunggal Ika selama ini cukup menjadi slogan dan hiasan dinding , maka faktor kesejahteraan yang menyangkut kehidupan rakyat secara nyata juga masih menjadi hiasan pidato . Barangkali penulis keliru pandang bahwa dari kebanyakan perselisihan terjadi , hanya sedikit sekali yang tidak disebabkan kesenjangan sosial , kecemburun sosial kemiskinan yang desebabkan ketidak adilan , ketidak tepatannya sistim dan tak cakapnya penguasa yang mengatur .Bahkan gejolaknya masalah SARA , banyak disebabkan oleh masalah kesenjangan . Peristiwa Pembantaian masal orang Cina tahun 1740 akibat persaingan dagang antara VOC dan orang Cina . Peristiwa 1998 , peristiwa yang orang Cina menganggap badai terburuk adalah disebabkan kesenjangan sosial antara rakyat yang tetap miskin disatu sisi dan para kroni dan orang Cina yang makmur disisi yang satu lagi ? Sekarang ? Terus terang kami katakan gap antara orang non peribumi ( Cina ) miskin dan pribumi disatu sisi dan orang non perbumi (Cina ) dan orang pribumi yang semakin jauh . Dulu saja ketika gap masih belum seberapa , terjadi benturan yang hebat .Sebetulnya bisa dijadikan pelajaran .Mengapa itu akan diulangi lagi , dengan yang lebih dahsyat lagi ? Sebabnya ialah keberhasilan orang orang Cina yang tak terkendali , yang mungkin menggunakan momentum para penguasanya yang dapat diajak kerja sama . Kemajuan memang pesat sepesat menggunungnya hutang , hanya sayang masih belum dapat mengangkat nasib kaum duafa sedikitpun . Kenapa tak melihat tamsil ke air , sesuai dengan yang diajarkan asta barata . Air naik sedikit sedikit tapi merata , sedikit tapi merata . Barangkali itu adalah cukup untuk landasan untuk tinggal landas . Biar di nyek orang sedunia , penulis konsekwen dengan mengunggulkan pandangan “alon alon waton klakon “ “ngati ati “ ,”gemi “,”nastiti “ sebagai nasehat leluhur yang harus didengar . Kalau kita perhatikan ternyata hanya pekerjaan yang grusa grusu , yang amburadul , gagal , macet , mubazir , merugikan . Bahwa orang (bukan orang Jawa ) ngenyek pandangan alon alon waton klakon , itu karena salahnya orang Jawa sendiri . Orang mengira alon alon waton klakon adalah seperti prajurit prajurit kraton yang dipamerkan dalam kirab tiap tahun yang jalannya seperti orang sunat . Mungkin orang heran mengapa masalah managemen Negara kita kita selipkan dalam buku masalah Cina ini , tak lain karena justru Negara kita sebagian besar in disguise under China manager . Ditempat lain sudah disebutkan tentang kepiawaian orang non pribumi (Cina ) memanage orang pribumi dari luar maupun dari dalam , dari yang atasan apalagi yang bawahan .Hal ini memang sudah tertanam dari sejak ketika kita masih menjadi bangsa jajahan pemimpin pemimpin kita adalah anak anak dari kuli itu yang dari dulu sangat hormat dan menghargai orang non pribumi (Cina ) . selalu siap untuk dimanage . Hingga kini kita misalnya masih banyak orang pribumi yang merasa besar dan pintar dumeh diidzinkan duduk bersama jago jago dunia . Pada hal dari seprana seprene kita selalu menunjukkan dan merasakan kegagalan .. Ajaran leluhur diabaikan , karena selalu berkiblat pada leluhurnya orang sana .Tak nimbang ka awak , ngukur ka kujur , kondisi kita , sejarah kita , falsafah kita , kemampuan kia . Kalau mau pas , membuat baju mesti ngukur dengan badan sendiri .Orang non pribumi (Cina ) ketawa melihat kita memakai baju kedombrongan . Tak usah muluk muluk tentang ekonomi global, wong nyatanya ngurus yang harian saja kocar kacir , pijer diapusi wong , Taruhlah kita punya target tiap keluarga mempunyai minimal rumah layak 100 m2 , penghasilan sesuai dengan UMR atau lebih sedikit ,sandang pangan cukup dan bepergian gampang , aman , tertib .Itu sudah cukup . Mengapa pusing pusing memikirkan globalisasi , Memikir pertumbuhan ekonomi yang tinggi , pendapatan perkapita yang tinggi , tak ada gunanya wong tak membawa manfaat bagi rakyatnya , alias tak ada buktinya . Barangkali untuk ahli luar negeri yang beneran memang begitu ( memakai baju ukuran sendiri , ya pas ) , karena urutan sejarah dan perjuangannya memang beigutu .Tetapi untuk yang ahli amatiran yang main potong kompas sungguh menyedihkan , nasib bangsa dipertaruhkan untuk coba coba . Mengurus yang serba besar , yang besar besar saja , yang menyebabkan kesenjangan juga makin besar . Jika toh keahlian yang global global tak ada manfaatnya bagi orang miskin , selain menciptakan defisit yang tiap tahun bertambah , keuangan mawut di curi dan dibawa keluar negeri , tercecer dan pemborosan terjadi di mana mana , untuk membayar bail out yang tak lunas lunas . Bayar bunga dan hutang yang makin makin menggunung . Kalau regim ini berhenti ( misalnya , dengan wajar saja , karena masa jabatan habis ) , horo toh ,njur sing bayar , sing tanggung jawab utang sapa . Umpama cara bodo bodoan nek debt collectore teka piye ? Jujur saja kami katakan sebetulnya yang dikatakan ahli ahli hingga kini hampir tak ada kegunaannya buat keuntungan rakyat akar rumput , barangkali kalau saja ada keuntungan , bukan buat kebersamaan melainkan bagi kroni kroninya , yang bisa makan enak , tidur enak , mengenakan dasi , bermobil bepergian keluar negeri gampang . Ingat , bolehlah segala alasan bolehlah dibuat untuk pembenaran pendapat , tetapi nurani tak akan berhenti bicara . Selain hukum pidana , kadang kadang nurani akan menghukum pemiliknya . Kalau usaha atau persaingannya seperti itu , tentu saja bukan orang orang pinter saja , tetapi yang jaga duit yang menang , baik mereka itu pinter atau bodoh . Raihlah sukses sebesar besarnya baik denagn alasan yang bermoral atau tidak , tetapi pintu pintu neraka telah siap dibuka untuk orang yang berdosa . Di pintu kuburpun malaikat telah siap menyambut dengan penggada penggadanya .Barangkali perlu diserukan kepada orang non pribumi (Cina) , pegang teguhlah harapan harapan pemimpin orang non pribumi (Cina ) di Indonesia yang baik baik , mari kita bangun Indonesia bersama , sebagai sesama warga , sebagai orang yang sudah lebih pintar , lebih pintar dahulu , bimbing pemimpin kita yang pribumi ke arah jalan yang baik , jangan diteladani yang tak baik, agar kita semua dapat hidup dengan tenang . Warga Negara biasa , apalagi yang jauh dari pusat masih tetap merugi , masih terperangkap dalam mentaati dengan baik segala peraturan yang mengatur negara , tetapi mereka orang yang tak pernah dapat keuntungan dari bernegera . Namun mereka juga manusia yang dapat dan tetap berpikir dan bertanya dan betanya dalam hati saja tetapi kadang meledak keras , kapan bagian saya tiba . Mengapa dia mendapat , kita tidak ? Pertanyaannya , pernahkah siapapun yang berkuasa merasa tersentuh melihat nasib akar rumput yang begitu susah mengais rejeki . Pernahkan para pemimpin menyaksikan program bedah rumah TV , gantian profesi , pencari pasir wanita di kali , mengumpulkan batu batu , membelah belah batu di pinggir jalan Atau malah menyalahkan akar rumput yang susah mecari rejeki , dengan perkataan “ SALAHNYA SENDIRI MAU MENJADI AKAR RUMPUT . Bagaimana pikiran orang besar ketika sedang menikmati fasilitas yang istimewa dari rakyatnya dan bertemu dengan rakyat gembel yang telah memberikan kenikmatan kepadanya , apakah biasa saja karena hal itu sebagai hal yang semestinya , apakah trenyuh merasa bersalah mengambil bagian besar dari mereka , Bagaimana seorang pemimpin sampai hati mengumumkan kekayannya yang berlimpah limpah sementara para kawula yang dipimpinnya gembel , adakah perasaan tersentuh dan trenyuh dan merasa berdosa bahwa apa yang didapatnya sesungguhnya sebagian juga milik para kawula yang dipimpinnya . Atau merasa aku pemimpin sudah seharusnya dapat bagian yang banyak . Adakah pemimpin yang konsisten dengan asas kebersamaan , berjuang bersama , makmur bersama ? Pernahkah hal ini menjadi perhatian yang penguasa ? Yang terus menerus memandang ke atas , mengapa tak sekali kali melayangkan pandangannya ke bawah , itulah realitas yang ada di bumi nyata . Begitupun kelompok orang orang Cina yang berhasil , berkelompok seperti dalam perahu yang mengapung di atas lautan orang pribumi dan orang non pribumi ( Cina ) yang miskin . Kesenjangan kesenjangan ini menjadikan orang yang senasib bersatu , menjadi kelompok yang berbeda kepentingan . Perbedan kepentingan menyebabkan benturan . Kesenjangan inilah yang perlu di rem agar tak terjadi hal yang merugikan . Hukum kesenjangan adalah semakin besar kesenjangan akan menyebabkan makin besarnya benturan kepentingan . Kemajuan yang berlebihan kadang kadang juga seperti perangkap alam , yang tampak seperti makanan yang enak yang didalamnya dipasangi racun yang dapat menarik tikus tikus yang serakah yang kemudian berpesta pora menghabiskan perangkap itu . Barangkali perlu kami ingatkan pada teman teman orang siapapun yang mau mendengar agar baik baik dan waspada jangan sampai terjebak dalam perangkap kemajuan , yang semula diharapkan dapat menimbulkan kemajuan malah sebaliknya dapat menyebabkan musibah besar .“Kita tidak lagi mengenal warga pribumi atau non pribumi dan warga asli, atau keturunan . Semua punya hak pelayanan publik yang sama . ” Ujar Presiden , yang disambut tepuk tangan . Kata bersayap dari pernyataan sebagai tersebut , tentu menjadikan kaum lemah yang tak terlindungi , tak berperoteksi gemetar , ketakutan .Mereka memang semua dapat dan boleh berdiri sama sama .bagaimana jika tiba tiba orang disebelahnya yang gagah kekar, kuat dan kaya , lagi pinter lalu menbanting yang lemah dan yang tidak pintar ? . Ada perbedaan yang perlu dihilangkan ada perbedaan yang harus dikembangkan . Kami sangat mengapresiasi diselenggarakannya seminar tentang Bhineka Tunggal Ika ini , yang setidaknya mencairkan kebekuan tentang masalah ini , selama ini . Dalam kurun yang sangat panjang itu mungkin sudah sering dikemukakan masalah bhineka tunggal ika , seperti yang telah dilakukan para budayawan dari UNPAD Bandung seperti diatas , namun barang kali hanya mendapat perhatian yang sedikit sekali atau malah tidak sama sekali sehingga bhineka tunggal ika meluncur tanpa tahu arah kemana . Memperhatikan Thema dari Seminar Nasional “Cap Go Meh dalam Kerangka Bhineka Tunggal Ika “ nuansanya terlalu mengandung etnosentris yang sempit , sedangkan masalah Bhineka Tunggal Ika adalah masalah nasional yang sangat luas . Pak Onghokham ahli budaya Cina , sejak dulu 1991 dalam bukunya yang berjudul “Rakyat Dan Negara “ LP3S terbitan Sinar harapan 1991 sudah memperingatkan “Perjuangan memperbaiki status orang orang Cina merupakan suatu perasaan etnosentris yang sempit , terutama karena orientasinya ke Cina .Mereka hanya memperhatikan atau memperihatinkan orang orang Cina dan bukan masyarakat Indonesia secara keseluruhan .Keadaan ini mengandung bahaya dikemudian hari , karena dengan bangkitnya pergerakan nasional Indonesia dan Revolusi , watak etnosentris pergerakan ini akan menyebabkan mereka terasing dari berbagai pergerakan dan aspirasinya di Indonesia. “ Meskipun kami mengapresiasi usaha ini ,bukan kami yang salah jika kami dapat membaui adanya Cinasentris dalam seminar ini . Sebagai sudah kami ceritakan diatas adanya kegiatan orang Cina yang terbonsai oleh orde baru dan menjadikan orang Cina stress , maka seminar ini adalah upaya orang Cina mengantisipasi bahwa hal hal tersebut jangan sampai terjadi lagi terhadap orang Cina , Orang Cina barangkali tak pernah menyadari bahwa orang Cinalah yang menguasai perekonomian Indonesia , justru yang menyebabkan orang kita susah seumur umuran . Orang Cina mungkin tak sadar bahwa orang pribumi mengerti persis bahwa aliran kemakmuran selalu menuju kerumah rumah mereka , uangnya mengalir ke rekening rekening mereka . Budayawan Cina sendiripun secara fair mengatakan etnosentris mereka makin menjauhkan meraka dari pergaulan nasional . Sayang sekali pemimpin pemimpin orang pribumi kita umumnya lebih memilih menjadi pemikir upahan sebagai orang suruhan orang lain , tak sedikitpun mempunyai inisiatip untuk kreatif membuat seminar sendiri yang diarahkan pada pembelaan kepada orang orang yang lebih lemah yang lebih luas lagi . Mestinya pemimpin yang berbobot seperti itu harus dengan kesadarannya paling tidak merespon apa yang diserukan Pa Ayip Rosadi sepuluh tahun yang lalu , yang tidak terjun hanya karena adanya sesuatu yang tak seberapa . Alangkah murahnya pikiran kita , atau memang hanya pikiran kita yang murah itu yang kita punya . Atau bagaimanapun kualitas kita tak bisa lepas dari sifat ingin menghamba kepada orang lain , untuk memperoleh upah yang kecil . Dalam Chineese Wisdom memang disebut “ Dengan uang , hantupun dapat disuruh mendorong batu gilingan “ Ya apa boleh buat , pemimpin pemimpin kita telah memilih masuk kedalam jeratan Chineese Wisdom tersebut . Itulah yang kami maksud bahwa masalah Cina , sebagai salah satu dari puluhan etnis yang lain telah menyedot perhatian 50% sendiri dan dalam menarik perhatianpun orang Cina ternyata lebih mampu karena didukung keuangan yang kuat . .Bagaimana yang lain , orang Sunda yang telah sepuluh tahun lebih teriakannya tak ada yang menggubrisnya . Aneh juga jika Gus Dur yang orang pribumi tak menggubris rintihan orang pribumi , tetapi seperti membuka kebebasan orang Cina . Pada saat ini orang Cina betul betul diatas angin , ditayangan TV setiap waktu tampak budaya Cina berkibar Upacara perayaan besar diselenggarakan di gedung besar dihadiri para pejabat dari yang paling puncak ,hingga yang bawahan “ Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan berpakaian merah beserta Ibu Ani SBY menghadiri Perayaan Tahun Baru Imlek nasional 2558 di Jakarta , Sabtu 24/2 -2007 , Kompas 25 –2007 , Rakyat jelata berdiri berjajar dipinggir pinggir jalan . Kami ucapkan Kong Xi Fat Chai , sukses untuk orang Cina , yang bisa mengadakan perayaan yang sangat meriah , wong uangnya banyak . Uang itu halal atau haram ternyata susah membedakan . Yang ahlipun susah membedakan . Ada sejumlah duit negara yang disisihkan , lalu ahli ahlipun menjadi keder sulit membedakan itu masih uang negara atau bukan ? Ini umpama , hanya umpama , hasil seminar nasional “Cap Go Meh “dalam Kerangka Bhineka Tunggal Ika , segera mendapatkan tanggapan yang sangat positip dari penguasa ,lalu bagaimana pikiran para budayawan Sunda yang telah menyerukan hal kebhinekaan itu sepuluh tahun yang lalu . Tentunya perasaan dong . Rupanya keperibadian tinggal kepribadian ,kaprawiran tinggal kaprawiran , kejujuran tinggal kejujuran , uang memang sangat perkasa . Orang orang pinter kita , orang orang terkenal kita , pemimpin pemimpin kita tampaknya ternyata bukan orang yang mempunyai harga diri yang kokoh yang selama ini kita kagumi , ternyata sudah hampir seluruhnya masuk dalam kantong kantong para tauke . Dan ingat , jika dapat kantong kantong pemimpin jangan sampai dimasuki uang mereka . Karena jika terjadi demikian hilanglah wibawa kepemimpinannya . Kalau suatu saat ada perkara , awas mereka akan tinggal membuka bukunya . Apa maksudnya kalimat ini .Penulispun sulit menerangkannya . Orang non pribumu(Cina ) Bergembira Ria. Presiden Abdurachman Wahid dengan suratnya mencabut segala macam larangan yang menghambat kegiatan kegiatan orang non pribumi (Cina) , dan semua orang bergembira . Kini rambu rambu yang dipasang orde baru di kolam ikan Bhineka Tunggal Ika sudah disingkirkan .Merdekalah semua ikan dalam kolam itu , tanpa sekat tanpa rambu rambu tanpa proteksi . Ikan ikan bebas boleh berlomba kian kemari . Ber euphoria melampiaskan kebebasan yang selama ini dikungkungnya . Ikan besar bebas mengejar kejar ikan kecil untuk dimangsanya . Yang kuat misalnya lele , gabus , gurami ,dapat mengejar kejar ikan yang lemah , teri dan yang lain . Yang kecil yang masih sempat lari , sembunyi untuk berlindung karena ketakutan dan kelaparan . Semua bingung dan kolamnya menjadi butek . dalam kolam yang butek banyak orang dapat menangkap ikan ikannya . dan ada ikan piranha disitu , semua bisa habis dimakannya , sehingga akan ada satu ikan saja yang ada yang sanggup bertahan ? “Ta yu chi zhiao yu”Apakah betul maksud Bhineka Tunggal Ika seperti itu . Bhineka yang tanpa aturan , tanpa sekat sekat , tanpa rambu rambu , Rupanya orang perlu diingatkan lagi pada tema perayaan Imlek yang digelar Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin ) pada 2007 yaitu “ Apa Yang Diri Sendiri Tiada Inginkan , Janganlah Diberikan Orang Lain .” Jadi jangan ada penggusuran terhadap tanah orang lain , Jadi jangan ada penggusuran terhadap budaya orang lain , Janganlah Bhineka Tunggal Ika dijadikan kesempatan untuk berebut lahan , janganlah bhineka dijadikan kesempatan untuk saling menggusur budaya , adat , tradisi , lahan , lebensraum . Demikian juga janganlah Kalimat Sakral Dalam Sumpah Pemuda Tahun 1928 itu nasionalisme ,menjadi sarana mengacak acak lahan dan budaya masing masing kelopok masyarakat dan budayanya . Tampaknya menghadirkan Bhineka Tunggal Ika itu mudah , namun ternyata setelah semua ikan bercampur aduk dalam satu kolam , berbagai masalah timbul dan sayangnya belum ada aturan yang mengaturnya . Ingat , tak satu pihakpun boleh saling merugikan , jika itu terjadi pasti akan ada pembalasan . “Yi yan huan yan Yi ya huan ya ( Mata dibayar mata , gigi dibayar gigi “ . “Yi wu xiang yi wu .( Selalu ada hal yang akan mengatasi yang lain ) . Yang biasa berkeluh kesah terbongsaipun ( orang non pribumi –Cina ) , jika kebetulan dalam keadaan sehat , kuat dan lebih pinter , bisa menggunakan kebebasan itu untuk menyeruduk yang lengah , sakersa kersanya , menggusur dan mengusir yang bodoh dan miskin tak berdaya . Bhineka seperti itu namanya Bhineka yang berantem ? Seminar nasional “ Cap Go Meh dalam Kerangka Bhineka Tunggal Ika “ adalah seminarnya satu jenis ikan .Mestinya dengan maksud memberitahukan keberadaan satu ikan itu . Ini aku ikan baik , jangan diganggu mari hidup bersama baik baikan . Suatu upaya agar komunitasnya terlindungi . Memang susah , tak ada seminar dunia gelap . Ada aktivitas ada seminar timbul kecurigaan dari satu unsur bhineka dikira mau menonjolkan diri , untuk kemudian menguasai kolam ikan . Apalagi jika kolam yang diperuntukkan bagi bhineka ikan , itu separonya sudah ditempati ikan yang mengadakan seminar . Namun demikian kami masih dapat lebih memuji adanya aktivitas demikian dari pada selalu menaruh kecurigaan tanda dasar yang jelas ..Tetapi memang kadang kadang ikan yang lain tak mau gelawat (bergerak ) entah kenapa , tetapi yang paling mengawatirkan adanya kehancuran jati diri yang mendatangkan apatisme dan stress . Orang Jawa kadang kadang takut memperlihatkan jati diri ke Jawaannya , karena takut dikatakan menonjol nonjolkan diri (overacting ) ke Jawaannya yang dikatakan Jawa sentries , takut dikatakan ingin men Jawanisasi kembali masyarakat nusantara lagi, takut dikatakan sebagai orang kuno yang tak modern . Apa lagi banyak orang yang sengaja ingin mengadakan de Jawanisasi dari persada nusantara dengan mengadakan pembunuhan karakter mental orang Jawa . Orang Sunda sama saja , sehingga kadang kadang identitas jati diri kedua suku ini tampak nyaris punah . Kebanggaan menjadi orang lain , menjadi seperti orang Barat , bergaya barat , menyantap makanan barat , berkesenian barat ( budaya orang lain yang diadopsinya ) yang disangkanya dapat mendongkrak martabat , juga ikut mempercepat de Jawanisasi oleh orang Jawa sendiri dan de Sundanisasi oleh orang Sunda sendiri . Dan banyak orang Jawa yang frustasi sehingga enggan berbuat apapun , selain puas dengan yang didapatnya , tak peduli lagi orang sekitarnya memerlukan kerbersamaannya .Ini umumnya para pensiunan pejabat tinggi priyayi priyyi Jawa atau Sunda yang sudah menjadi OKB s menikmati sisa hidup dengan memanfaatkan perolehannya selama ini , Yang lain terserah ...Kadang saya pikir orang pribumi ini aneh aneh saja . Jika orang non pribumi (Cina ) yang sudah kaya , modern , serba mewah toh makin getol mengupayakan pembebasan identitasnya , kebebasan etnisnya , kebebasan budayanya dari kungkungan orde baru , dan dalam orde sesudah paska orde baru , masih sibuk menggalakkan agar yang kuno kuno Cina bisa pulih seperti dahulu , orang Jawa dan orang Sunda justru mengabaikan identitasnya , budayanya , seni seninya , diganti dengan budaya yang paling dangkal . Toh semua gembira tak ada yang menyesalinya , termasuk penjaga budaya Jawanya sendiri , termasuk Pengayom budaya Jawa sendiri , termasuk budayawan budayawan Jawanya sendiri , para Javanolognya . Namun aneh jika ada orang Cina yang justru perhatian pada budaya pribumi “ Saya pernah menghadiri peringatan 100 tahun ( ? Catatan penulis ) peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) Bandung di Hongkong yang diselenggarakan oleh masyarakat Hongkong kelahiran Bandung .Meski sudah puluhan tahun bukan lagi WNI tapi di pertemuan itu hampir semua bicara dalam bahasa Sunda .” Begitu tulis Dahlan Iskandar dalam INDOPOS 21-1-209 . “ Orang Sunda sekarang lebih banyak berbicara bahasa Indonesia bukan karena rasa kebangsaan .Mereka beranggapan bahasa Indonesia kelasnya lebih tinggi dari bahas daerah .Anggapan demikian tidak hanya terdapat pada orang Sunda .Orang Jawa juga umumnya mempunyai anggapan demikian . Dan seperti pernah saya kemukakan , yang kelasnya lebih tinggi dari bahasa Indonesia adalah bahasa asing .’ Kata Pa Ayip Rosidi dalam artikelnya yang berjudul Bahasa Pengantar dan Bahasa Ibu sebagai dimuat dalam buku Korupsi dan Kebudayaan , Pa Ayip menjelaskan , “ hancurnya bahasa daerah termasuk bahasa Sunda diakibatkan salah paham sebagaimana orang Sunda terhadap bahasa ibunya sendiri dan kekacauan berpikir pemerintah tentang bahasa daerah “. “ Si polan lain wae teu ngarti budaya daerah . Si polan teu daek ngarti soal pentingna budaya daerah ka asup bahasa daerahna .” Katanya dalam bahasa Sunda . “Ahli ahli sastra , kesenian , sejarah , dan kebudayaan dari luar negeri justru lebih mengagumi , kesenian dan kebudayaan Sunda .Bahkan Prof. Dr.A. Theuw memuji kesusasteraan dan pengetahuan sebagaimana tertulis dalam naskah naskah Sunda kuno sebagai sumbangan yang tidak kecil dalam memperkaya budaya Indonesia . ‘ Kompas 24-3-2001 . “Budaya Sunda mulai dilupakan anak muda . Sebagai orang Sunda sedih sekali kalau melihat remaja Sunda sekarang ini justru lebih menggandrungi budaya barat daripada budayanya sendiri ‘ Kata Tri Budiman penyanyi pendidikan Elfa Seciori . Sesudah Gus Dur membebaskan orang Cina dari kungkungan orde baru , dan liong barongsai meliukliuk , dengan hingar bingarnya di sepanjang jalan di seluruh nusantara , bahasa mandarin di sosialisasikan dimana mana , bahkan oleh Bupati Lamongan dimasyarakatkan untuk rakyat di kabupatennya sementara bahasa daerah sendiri tak dihiraukan .Bahkan sehubungan dengan rising of China , produk China membanjiri pasar nusantara . Sesudah Gus Dur melepaskan belenggu yang dikatakan sangat mengikat orang Cina , maka seperti kuda lepas dari ikatannya orang Cina bebas melakukan segala macam kegiatannya dan memperoleh kemajuan dengan sangat pesat . Dengan kepesatan kemajuan orang non pribumi (Cina) , semakin jauhlah gap yang ada antara orang pribumi dan orang non pribumi (Cina ) . Orang non pribumi (Cina ) begitu peduli dengan budayanya dan ritual ritual kepercayaannya ,Bahkan hanya dari banyaknya ritual ritual tradisi Cina , pek cun , ceng beng , imlek , cap go meh yang dimunculkan lagi , banyak produksi produksi pernak pernik untuk keperluan perlengkapan selamatan seperti itu , kembang dan penganan dapat menguntungkan pengusaha dan pedagang Cina . Kami juga kurang mengerti mengapa orang pribumi mencampakkan budayanya sendiri , demi agar dikatakan maju , modern , dan puritan hanya sedikit sekali pejabat pejabat hasil pemilu yang concern terhadap budaya daerahnya sendiri (Wong begitu , kok dipilih .) .Tak satupun yang concern terhadap budaya sendiri , bahkan takut untuk mengutarakan dalam proper testnya , takut dikatakan orang sebagai orang kuno , orang ketinggalan jaman yang tak akan gunanya untuk memajukan rakyatnya (atau memang sudah kehilangan jejak sejarahnya ) . Sesuai dengan kebutuhan rakyatnya , pemimpin yang demikian sebaiknya tak dipilih dalam pemilihan yang akan datang .Orang pribumi kehilangan kepercayan diri ,etnis etnis pribumi justru mencampakkan budayanya sendiri , emoh hangrungkubebi budaya sendiri , geli terhadap hasil produk produk bangsa sendiri . Hanya sedikit sekali pejabat pejabat di daerah berbahasa Jawa bahasanya sendiri , yang melakukan kegiatan rumongso handarbeni lan hangngrungkebi budayanya sendiri . Semua terfokus pada instruksi contoh dari atas yang tak kunjung ada karena diatas memang tak ada budaya , tak punya model lain selain nguplek uplek pertumbuhan ekonomi , tetapi terus terusan cures , dan kalau diingat ingat belum pernah membuat rakyat makmur selain gegeran , udreg udregan terus berebutan sendiri . Begitu merosotnya harga budaya dalam pandangan pemiliknya sampai sampai ada yang mengatakan orang Sunda malu mempunyai identitas Sunda , orang Jawa malu mempunyai identitas Jawa , karena memang mereka sudah dibuat pikun dan linglung , tak percaya pada kepribadian sendiri . budaya sendiri dianggap akan membuat diri sendiri menjadi orang kuno , tak maju dan tak modern . Pak Bibit Waluyo yang dalam pencalonannya sebagai Gubernur Jateng dengan gagahnya berani mengenakan kain wiron dan blangkon Jawa dan ternyata malah menang .Hanya Pak Joko Widodo , pejabat yang telaten dan maju terus nguplek uplek hangrungkebi budaya Jawa , toh tak mengurangi kemodernannya . Kedua tokoh ini tampaknya lebih mantap dan pantas menjadi pemimpin budaya Jawa . Sebagai penjaga budaya , pengayom budaya Jawa .Semoga selamat dari godaan korupsi . Ini bukan kami tak mengapresiasi ,yang lain lain yang dengan sadar merasa terpanggil untuk menyelamatkan warisan leluhur dari ancaman kekinian , walaupun sekedar hanya nanggap wayang , seperti dilakukan di kantor MK ,di RT RT dan RW RW . Atau yang tanpa modal yaitu berbicara dengan bahasa daerah dengan sesamanya , mengenakan pakaian daerah , memiliki kaset kaset gending gending daerah , minimal agar anak cucu pernah mendengar suara gamelan , pernah mendengar orang berbahasa daerah , bahkan termasuk Ibu Iriani Ratnaningsih yang juga dengan gupuhnya berusaha melestarikan budaya Jawa , Karena kami takut jika dianggap kumowani dan kuminter kami enggan untuk mengutarakan uneg uneg kami sekalipun hal itu menurut kami penting . Apaboleh buat dengan minta maaf cara Jawa lebih dulu sebagai warga bangsa , kami ingin mengajukan gagasan dan urun rembug bahwa sebaiknya orang daerah yang baik baik tak usah selalu nenggo dawuh (dawuh itu tak akan ada ) dan harus plek mengikuti contoh contoh yang belum tentu cocok dengan realita daerahnya , Pusat kadang kadang kurang mengerti secara detail dengan masalah daerah , lebih lebih budayanya yang bemacam macam , yaitu budaya budaya daerah , kebiasaan daerah , adat istiadat daerah . Yang penting jangan mbalelo . Karena sudah ada otonomi .bahkan orang daerah harus mengembangkan budaya yang lebih berdaya guna mencari model yang lebih kreatif , mendidik dan yang lebih cocok dengan masyarakat setempat tetapi juga tak usah mencari yang neko neko yang sulit diterima orang daerahnya , misalnya cukup menjujung tinggi melestarikan meningkatkan kualitas , mendalami falsafah warisan leluhur , karena memang hanya paham kedaerahan itu yang cocok dengan daerahnya .Orang Batak memelihara dan mengembangkan budaya Batak , orang Sunda memelihara dan mengembangkan budaya Sunda , orang Jawa bebas memelihara dan mengembangkan budaya Jawa , demikian pula orang Minang , orang Bugis , orang Papua dan lain lain , bebas memelihara dan mengembangkan kebudayaannya masing masing dan itu dijamin Negara sesuai dengan Pasal 32 UUD 45 . Mudah mudahan tidak diamandemen lagi . Yang lain diikutkan untuk melengkapinya dan jangan terbalik . Tak usah ikut bergoyang , bergoyang tak ada gunanya , jika setempat punya bekso dan gending yang bagus bahkan lebih bagus , tak perlu berdangdut ria , nge-rock ,jika setempat ada dalang dan punya wayang . Yang ngati ati , yang gemi , yang nastiti , irit , tak usah ikut ikut ngawut awut uang rakyat yang membuat orang curiga .Sesuai dengan habitatnya orang daerah hendak lebih berbudaya sebab adanya budaya ya didaerah . Yang disebut budaya nasional itu , ya kumpulannya budaya budaya daerah itu , tak perlu mengarang ngarang lagi .. Orang daerah yang punya budaya harus lebih pinter berbudaya , menjujung tinggi meluhurkan budaya , mempertahankan , mengembangkan budayanya , atau sama sekali jangan melecehkankan budaya sendiri , mengagung agungkan ( menjujung ) budaya lain . Yang disebut budaya itu memang budaya daerah , tak ada budaya selain budaya daerah , begitu menurut UU nya . Penjaga budaya asli yang tradisional dan terakhir tak boleh sendirian , tak mungkin dapat mengatasi penetrasi yang begitu dahsyat dari budaya lain dan hendaknya semua kawula bukan hanya mengandalkan penjaga budaya yang tradisional menjadi penjaga budaya , semua kawula harus lebih cocern dengan budayanya yang penuh dengan kebijakan kebijakan , kearifan kearifan lokal yang penuh dengan kehalusan , kesantunan , tidak ugal ugalan dan tidak brangasan . Tidak tawuran dan selalu udreg udregan . Jika seandainya yang selama ini tak berubah , tak ada perubahan berpikir dan bertindak , maka diramalkan bahwa dalam tempo yang tak lama kelak akan tampak di kolam bhineka tunggal ika , tak ada unsur bhineka dari Jawa atau Sunda , tak lagi ada unsur unsur yang kecil kecil , hanya akan ada ikan yang tunggal saja , yang galak dan menangan . Tak lama ,tinggal satu generasi lagi budaya daerah akan kukut . Jika selama ini, semua cuek terhadap budaya daerahnya sendiri , maka bukan salahnya budaya lain menggusur budaya asli nenek moyang kita , melainkan kita orang pribumi sendirilah yang kill our own cultures , reject our own identities . Satu saat bahasa bahasa daerah hilang , adat istiadat berganti , seni seni , seni gending , seni tari , wayang yang penuh dengan tuntunan kearifan kearifan makin jauh dan hilang . Keredupan ini sudah lama mulai , semua tak sadar atau cuek baik yang berwenang maupun yang warga biasa (?) . Waspadalah jangan kaget lagi jika sebentar lagi musnah . Kesimpulannya ternyata kalau kita renungkan ada Bhineka Tunggal Ika yang baik , dan ada Bhineka Tunggal Ika yang tak baik . Yang baik ialah jika anggauta anggauta pluralis menginginkan hidup bersama yang didasarkan pada ukuran ukuran baik secara umumnya , misalnya ada toleransi , pengendalian diri , introspeksi kesetaraan ,saling menghormati eksistensi masing masing , menghormati habitat masing masing , menghormai budaya masing masing , gotong royong , berniat maju bersama , jujur dan yang semacam itu . Yang jelek jika masing masing anggota pluralis mengabaikan kebersamaan , ingin menang sendiri ,ingin hidup sendiri , ingin menggusur yang lain , culas , tak jujur , serakah , tamak, adigang adigung adiguna , mentang mentang , dan yang semacam itu . “ Keragaman adalah kehendak Tuhan , sehingga harus dilihat sebagai anugerah dan kekayaan negeri ini . Konflik yang bernuansa etnis atau agama yang melanda sejumlah daerah tidak bisa hanya ditanggapi dengan keprihatinan tetapi harus segera dijawab . salah satu jawabannya dengan memasukkannya pendidikan multikultural dalam kurikulum pendidikan formal dan non formal serta membangun karakter bangsa . “ Kompas , 27 -2-2010 . Namun yang lebih penting harus ada petak petak sekat sekat dan rambu rambu dari Bhineka Tunggal Ika yang membuat orang aman dalam bumi dan habitatnya masing masing atau dengan aturan aturan yang tak merugikan salah satu pihak Dalam bahasa Cinapun (Mandarin ) juga ada sekat sekat seperti itu malah seperti ancaman misalnya “ San yu san bao ,e you e bao Bu shi bu pao , shi hou mei tao “ Pada waktu sekarang bagaimanapun juga orang non pribumi (Cina ) sedang sangat jauh diatas angin dalam segala bidang mungkin pengaruh tahun macan .Sementara orang pribumi ( terutama pemimpin pemimpinnya ) yang homo economic , yang pintar pintar , yang rasionalis , yang menjadi pemimpin rakyatnya , berpangkat tinggi dan menjadi pengurus rakyatnya sedang berkelahai mendapatkan jatah jatah yang lebih besar , atau bertengkar karena uang , orang non pribumi (Cina ) ber- silent operation memproduksi keuntungan keuntungan yang lebih besar , dan tahu tahu semua yang ada habis dibelinya . Seperti di depan hal yang demikian sudah kami beritahukan jangan sampai kemajuan berubah menjadi seperti jebakan tikus, katon seperti makanan yang menggiurkan ternyata didalamnya terdapat racun yang berbahaya . Kemajuan yang terlalu cepat akan menyebabkan kesenjangan semakin besar . Sangat berbahaya jika kesenjangan begitu besar akan menyebabkan kecemburuan social yang besar dan ekor ekornya . 

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar