APA KITA LUPA ?

Diposting oleh Asri Bintoro on Minggu, 14 November 2010

AGGRA INSTITUTE TAMAN BELAJAR PLURALISME DAN MULTIPLURALISME

APA KITA LUPA ?


Kemajuan dalam alam berpikir kita sungguh luar biasa . Dalam kurun waktu tak lebih dari setengah abad , dari yang tadinya kita berada dalam jaman kuda gigit besi ,sekarang kita berada dalam alam berteknologi tinggi . Dahulu kita dikuasi oleh irrasionalisme , mistikisme , spiritualisme , sekarang kita berada dalam jaman modern yang rasionalistis . dahulu kita kurang sandang pangan dan hanya memiliki papan yang jelek , sekarang sudah banyak yang dapat sandang pangan dan uang yang banyak dan papanpun sudah baik baik dan tidurpun mempunyai tempat tidur yang nyaman . Namun banyak yang tak berhasil dan tetap saja susah , malah susahnya bertambah tambah , karena jika dulu susahnya dipikul orang banyak sekarang orang yang berhasil menjadi sugih seperti ngece pada orang yang ora duwe ,padahal makmurnya itu haram atau halal tak jelas dan yang susah menanggung sendiri . Tak ada gotong royong , kebersamaan, dalam arti hidup bersama , berjuang bersama untuk mekmur bersama . Hanya sedikit sekali orang yang masih punya pkian seperti itu ,yang peduli dengan orang lain . Yang lain sibuk menggrogiti apa saja yang dapat digrogoti .
Tampaknya semua sudah lupa sumpah kita bersama , merebut kemerdekaan bersama , berjuang bersama untuk menuju gerbang kemerdekaan bersama dimana kemakmuran bersama telah menunggu .
Sungguh jauh panggang dari api , ketika kita telah sampai pada gerbang kemerdekaan , dimana kemakmuran bersama menunggu , ternyata kita menjumpai keadaan yang lain . Yang sebenarnya kita memasuki gerbang itu bersama sama juga , untuk mengambil jatah kemakmuran bersama , ternyata kita melupakan kebersamaan itu . Tak ada kebersamaan lagi , yang cepat , yang cerdik , yang kuat ternyata sudah ada disana , memangguli apa yang teronggok tanpa mengindahkan siapa yang punya , tanpa memikir lagi kebersamaan . Orang orang penyabar , orang orang yang mentaati konmitmen perjuangan , yang antri ,yang sabar, yang memiliki budaya malu , yang menunggu dan memikirkan pembagian atas dasar keadilan bersama , ternyata tak berpikir dan bertindak cepat , ketinggalan dalam upaya menegakkan keadilan dan tergebrak oleh pikiran rasionalis yang dengan cepat menyapu bersih yang ada disana , bahkan selain tak dapat apa apa , diri sendiri (orang penyabar) dan milik asal pun pun lenyap dan kembali jatuh miskin makin dlam .
Justru orang kaya dengan kekayaannya yang tak puguh itu , sekali lagi menggusur milik pemilik tanah warisan miliknya dan orang orang itu menjadi papa makin . (Angkatan muda boleh tak tahu atau pura pura tak tahu , sumpah sumpah yang demikian .Mereka tak merasakan penderitaannya , tahu tahu makmur saja ).

Irrasionalisme , spiritualisme , mistikisme yang berjalan alon alon dan hati hati bersama atau menuntun bagian besar dari bangsa kita , mempunyai andil besar terhadap ketertinggalan ini, tetapi itulah gaya hidup , cara berpikir kita . cara berpikir dan gaya hidup yang lamban dan alon alon asal klakon bukanlah hal yang jelek seperti selama ini ditiup tiupkan orang yang tak menyukainya . Gaya hidup dan cara berpikir kita tersebut hasil budidaya nenek moyang kita selama ratusan tahun , dan memang gaya yang seperti itu yang dipertahankan dan karena memang sengaja ditujukan untuk menggapai hidup kebersamaan yang tata tentrem tata raharjo .Direwangi nganti gepengpun golongan ini sutik rebutan , karena rebutan itu itu perbuatan tak perwiro .Keperwiraan barangkali lebih bermatabat dari kekayaan .

Kita sebetulnya juga tak perlu kaget jika kita telah tahu bahwa hal seperti hanya merupakan tindak lanjut dari rencana jangka panjang kolonialisme yang telah mulai beroperasi sejak penjajah Belanda , Inggris dan Portugal berniat menguasai dunia timur .

Serangan serangan modernisasi barat terhadap poleksosbud timur ternyata tak mengenal batas waktu dan dilakukan secara total .
Dahulu yang disebut poleksosbud itu ya yang disebut budaya . Budaya itu polessosbud orang dulu .Orang tak berbudaya , atau berbudaya rendah artinya tak punya harga diri , tak punya etika , tak punya pengetahuan , ketrampilan dan kekayaan , tak punya wawasan .

Buadaya kita buday timur dimarginalkan dan seperti hilang .Jika masih ada sisa kekayaan poleksosbud sedikit , bukan tak mungkin ini disengaja untuk suatu kepentingan di belakang yang kita tak tahu .


Sisa yang masih , misalnya berujut sebagai Kepercayan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah suatu kenyataan . Sekalipun tak dipekenankan berdiri sebagai agama karena alasan tak dapat memenuhi kreteria yang di buat oleh manusia tentang agama , tetapi merupakan jalan yang dipercaya oleh penghayatnya untuk dapat mendekatkan diri pada Tuhannya dengan taqwanya . Barangkali pikiran orang orang ini , tak apa tak beragama , toh mereka tetap dapat menyembah Tuhannya .Tuhan tak pernah menolak kedatangan umatNya . Tuhan Yang Maha Esa selalu membuka pintu pintu maafNya karena mereka mohon diampuni kesalahannya , dibukakan pintu rejki karena mereka minta pertolongannya . Tak tahu lagi apa mereka beragama atau tidak yang jelas berbudaya tinggi , karena budaya yang paling tinggi dan paling prima adalah menyembah sang Penciptanya , dengan tetap pada taqwa nya, dekat dengan Tuhannya . Bisakah orang tak beragama tetapi ber Tuhan , atau tetap bertakwa dan mengabdi kepada Tuhannya sekalipun tak boleh disebut atau masuk golongan agama .

Kepercayan terhadap kekuatan spiritualis , makluk makluk yang tak kasat mata yang ada disekitar manusia ,
Kepercayaan yang disebut dinamisme , mejik ,mistik dari segala benda yang ada disekitar kita , alam asli , punden , pusaka dan peninggalan lain ,yang selalu diwanti anti jangan sampai mendatangkan kepercayaan musrik .

Selain orang orang modern atau orang "modern " yang sudah tak memikirkan , melecehkan dan menjauhi dan menjauhkan budaya kuno tersebut , masih ada banyak orang orang yang memiliki dan dari golongan berbudaya tinggi yang tentu masih dapat mengingat budaya leluhur kita ,yang sangat mengormati suatu keberadaan . Keberadaan pada leluhur dan punden punden sangat dihormati dan dijunjung tinggi , meskipun ada golongan lain ada yang melecehkan .
Menghormati keberadaan para leluhur dan punden punden bukanlah hal yang disepelekan oleh sebagian masyarakat kita . Hubungan (batin/roh) antara manusia dibumi nyata dengan yang ada dialam gaib tampak begitu dekat sekalipun orang tak tahu apakah alam gaib tempat para leluhur dan kita jauh atau dekat .Orang orang tua kita umumnya merasakan kedekatannya itu ( Catatan : Juga para paranormal umumnya mengaku mengetahui dengan baik baik hal itu ) .
Hanya barangkali ada yang berlebihan hingga dapat dikatakan mendekati musrik yang perlu dicegah , sambil diadakan penjelasan yang benar tentang duduk perkara dan pengetahuan tentang kemusrikan .)

Namun penulis sendiri juga kurang yakin akan pikiran sendiri apakah penulis menuangkan pendapat atas pengetahuan sendiri atau juga banyak disetujui yang lain .

Tetapi untuk para pangarso yang dapat dijuluki budayawan pinunjul tentu mempunyai pengetahuan dan keyakinan yang lebih sempurna mengenai hal yang misterius ini .
Pengetahuan tentang hubungan antara alam nyata dengan alam gaib yang biasa disebut gugon tuhon adalah pengetahuan orang kuno kuno . Pengetahuan orang kuno biasanya didasarkan
atas ilmu titen (eksperimn ) , hasil niteni semua kejadian baik alam maupun isinya , yang dilakukan bukan satu generasi tetapi bergenerasi , sehingga dari situ banyak kesimpulan (deduksi) yang dijadikan pedoman secara mantap , baik melalaui kepercayaan ,bahasa , seni , kebiasaan dan adat . Dan mereka yang mampu merekam semua atau apa saja yang diperlihatkan alam dan kejadian kejadiannya , dan bisa menyatakan kembali apa yang dialami , barangkali merekalah yang disebut budayawan .
Kerena itu banyak sekali kreteria tentang budayawan , karena ada banyak sekali tingkat kemampuan budayawan dalam menguasai keberadaannya itu .
Misalnya budayawan sang pengayom , sebenarnya siapapun yang menyandang atau diberi predikat semacam itu memang harus sembada . Sembada dilihat dari jumlah kekayaan (sugih ) , tingkat kawanterananya (singgih ) , kesakti mandragunaannya , aktivitas dalam melaksanakan kuajiban yang harus diemban . Mengerti apa yang harus diayomi (budaya dan kawulo ) , mengerti bagaimana ngayomi , untuk apa esuatu mesti di ayomi . Pantas jadi panutan .Tak ragu ragu , tak plin plan, tak bingungan dan kedandapan atas pikirannya sendiri . Keragu raguan , dapat menghancurkn keduanya .Baik pengayomnya maupun yang diayominya .
Penjaga budaya , istilah ini memang gampang didengar .Melaksanakannya memang tidak gampang , karena tak sekedar menerima gelar dalam acara yang glamur , sinubya subya ,sinembah sembah para kawula , tetapi sebenarnya seperti menerima berton ton beban berat yang harus dipikul dan dilindungi . Juga harus sembada . Guna , kaya lan winasis . Mengerti apa yang dijaga . Patut jadi panutan , tidak bingungan , tidak gumunan menyasikan kelaping jagat , madep mntep tak mangro tingal . Mangro tingal ,setengah hati . antara percaya dan tidak akan beban yang diemban , akan percaya atau tidak manfaat budaya yang diemban dalam kemajuan (pergolakan) jaman . dan bahkan sayang melpaskannya hanya karena disitu banyak kemuliaan yang dapat dinikmatinya .
Tak yakin akan beban , itu tak baik dan itu berdosa , dosa nglirwake kuajiban , dosa terhadap tugas yang wajib disangganya . Jika ragu ragu sebaiknya tak usah , perlu mencari atau dicari gantinya .
Budayawan dalam arti yang mumpuni memiliki kemampuan yang disebut empu , mumpuni dan pinandito . Secara lahir maupun batin mampu ing ngarso mangun karso , ing madyo sung tulodo , ing wuri handayani lan hangayomi , sepi ing pamrih rame ing gawe . Aja bingungan , aja kagetan , aja gumunan , miris , aja ngedap , aja tinggal glanggang colong playu , aja kumelap marang kridaning jagat . Apapun yang terjadi sebisa bisa tetap rumongso handarbeki dan hangrungkebi budaya yang dititipkn atau dipercayakan pada mereka .
Budayawan Jawa , harapan budaya Jawa bahkan harapan semua budayawan pluralis dan multikulturalis . Para pengayom ,para penjaga , pemimpin padepokan , pemimpin kasepuhan , para Javanolog pemimpin pemimpin sanggar seni , para dalang , para dukun , para paranormal , mangga sami dipun galih utawi kados pundi sauger dados langkung sae .

Golongan diatas ini adalah benteng terahir budaya pluralisme dan multikulturalisme yang tengah diuji segala cobaan .

Golongan yang ini yang masih selalu mengingat yang disebut kearifan lokal kearifan lokal yang kadang sulit dimengerti oleh orang "modern" atau "supermodern" , yang sudah apriori dengan kearifan lokal , sekalipun kadang kadang rasionalisasinya tak dapat mengatasi masalah dan tak rasional .
Dengan risiko mendapat dampratan dari golongan kekinian yang modern dan rasional, tampak sebagai akan mengembalikan arah kemajuan pada turning point menuju alam kuno , golongan ini tak jarang mengingatkan kepada kerifan kearifan lokal dalam mengelola masyarakat , sebab masyarakat kita memang pluralis dan multikulturalis .

Sebagai bagian dari masyarakat yang pluralis dan multikulturalis sebagian masyarakat Jawa , baik melalui pangarso pangarsonya atau tidak , karena sulitnya turun dawuh banyak melakukan kegiatan yang menggugah kehidupan kearifan lokal yang banyak dilecehkan .
Upacara kirab dalam berbagai bentuk ,selamatan , ruwatan , kegiatan padepokan dan kegiatan kegiatn kasepuhan sampai pada kegiatan sanggar ( sebenarnya untuk melahir seni untuk menghaluskan rasa yang menyelamatkan ) , pedalangan baik dilakukan sendiri sendiri atau bersama ialah bentuk upaya penyelamatan ,kepercayaan kuno ,tradisi , spiritual, mistik , misterius dan irrasional .
Barangkali kini ,kita satu bangsa tengah bertarung dalam mengatasi berbagai macam bencana alam , bencana sosial . Bencana alam silih berganti , bencana masyarakat berupa segala macam gegeran ora leren leren , segala maling , kecu. orang jahat dipayungi oleh hukum dan selalu disubya subya . Tampak segala upaya , kekuatan masa , kekuatan dana dikerahkan , seluruh kemapuan ilmu digebrak , namun upaya tersebut belum mendatangkan hasil yang jelas .

Golongan spiritualis , golongan yang menghayati pengetahuan yang irrasionalis berdiri dipinggir lapangan mengawasi segala upaya orang modern yang rasionalis dengan tertegun . Begitu mengagumi sepak terjang orang modern yang selalu mengandalkan kekuatan rasionalnya . Banyak dan terlalu sibuk mengatasi solusi solusi , namun tak pernah perpikir mencari akar permasalahan yang sebenarnya sehingga tak pernah tuntas .
Semoga teorinya betul , sehingga tak perlu ilmu yang aneh aneh . Golongan spiritualis ini bukannya tak mau bergerak , tak mau cawe cawe . Tentu bukan apa apa , hanya tak mungkin ada upaya upaya yang tidak sikron , lebih lebih bertolak belakang sejak awal . Golongan ini sangat tahu diri , mendekati tak mau nimbung nimbrung kalau tak diperlukan .

Mungkin baru terjadi pada masa sekarang ini , ketika modernisasi pada tingkat puncaknya .
Kirab kirab , sedekah bumi , upaya nenuwun untuk uwal dari sambe kala tak ada, selamatan selamatan yang betujuan untuk memanjatkan doa jarang , atau jika jika ada cukup untuk tujuan wisata yang menghasilkan uang atau untuk tujuan memberikan jalan untuk memperbesar aluamah .
Nenuwun , manekung ,semedi ,bertapa , lara lapa , ngurang ngurangi , mendatangi punden untuk mundi mundi para leluhur sudah tak diperlukan , wong orang sekarang sudah pinter pinter dan rasional , maka yang begituan tak perlu lagi .
Kalau kita sendiri kurang percaya untuk meyakini ilmu sendiri , mengapa kita tak belajar dari orang Cina ?
Ternyata orang Cina ( baik yang kaya , yang pinter ) begitu cintanya terhadap budayanya , sehingga ketika diadakan pembongsaian budaya oleh orang orde baru ,orang Cina benar benar berang. Orang Cina sangat concern memperthankan dan menggalakkan upacara upacara Cina , Imlek , memelihara meja persembahan di rumah , menghadiri Pek Cun , membakar hio , intinya begitu menghormati leluhurnya , budayanya harga diri dan jati dirinya .
Tentu saja kita lain , tak bisa disamakan dengan Cina , karena kita lebih rasionalis , lebih pinter .
Sudah lebih pinterkah kita dibanding orang Cina ?
Perasaan kita mengatakan seperti itu , kenyataan kita pribumi ini adalah kuli kuli orang Cina dari yang atas sampai yang bawah .
Ingat , satu orang Cina dapat membikin heboh separuh orang dari sistim pemerintahan .Dua orang cina , tiga orng Cina ,empat oang Cina ?

Wahai Saudaraku , jangan tekabur , belajarlah dari orang Cina . Orang Cina berjuang bukan hanya diatas teori yang tinggi tinggi , tetapi belajar dari pengalaman ,di pasar pasar , ditoko sepanjang jalan .
Orang Cina memiliki ilmu gaib dan dipundi pundi , kita tak boleh merasa lebih rasionalis , lalu menyepelekan yang kuno kono .
Bagi orang khususnya Jawa yang nJawani , dan tak meninggalkan Jawanya , bencana alam berturut turut yang tak sabaene , perlu dipahami secara ilmu Jawa . Perlu diterima sebagai peringatan dan teguran dari Sang Penata Jagat karena kita mungkin secara sengaja maupun tidak , kita telah banyak nerak wewaler . Sungguh sangat dianjurkan jika kita bersama dapat mengadakan ritual ritual kampungan (tradisional ) sebagai bentuk nenuwun kita kepada yang patut diminta pertolongannya , diminta maaf atas kekeliruan kita selama ini .
Mengapa tidak ?

Alamat E -mail : http://binoro.aggrainstitute .blogspot .com

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar