BUDAYA PLURALISME MULTIKULTURALISME

Diposting oleh Asri Bintoro on Jumat, 10 September 2010

AGGRA INSTITUTE 
TAMAN BELAJAR PLURALISME MULTIKULTURALISME

Alamat : bintoroasri @yahoo.co.id


5 . BUDAYA PLURALISME MULTIKULTURALISME 4


Mula mula kami ( saya dan konco konco yang sepaham ) telah bersepakat untuk menjadikan padepokan kami yang dinamakan AGGRA INSTITUTE ini sebagai pendopo atau pura untuk berkumpulnya kawan kawan yang ingin mengumpulkan peninggalan peninggalan kuno , warisan nenek moyang yang ingin kita teliti apakah sesungguhnya masih relevan dan dapat kita manfaatkan dalam kehidupan sekarang ini atu malah kita campakkan saja karena hanya akan jadi beban pemikiran saja ? (Vide : 1.Buku Apa Kata Hati Orang Pribumi dan Apa Kata Hati Orang Non Pribumi (Cina) l atau Siem Siang Shenme ? 2. Hangudi Luhuring Budaya Jawa ) .
Belajar dari orang non pribumi (Cina ) . Jika orang non pribumi (Cina ) yang memiliki sikon sosial ekonomi jauh lebih baik dari kita , sudah maju maju dan jauh lebih baik segala galanya dari kita orang pribumi , toh masih begitu mencintai hangroso handarbeni budayanya , bahkan dibelain bermusuhan (karena rumongso harus hangrungkebi ) budaya kunonya dari tindakan orde baru yang tak bersahabat dengan eksistensi budaya Cina , tentu ada hikmah hikmah yang tersimpan dari budaya budaya Cina kunonya . Betapa modernnya orang orang non pribumi (Cina ) , dilingkungan rumah dari yang yang super modern sampai yang kumuh , sepanjang toko toko tercium bau hio . Ada meja meja persembahan makanan buat arwah leluhur . Hari Ceng Beng di tempat tempat tertentu banyak dibanjiri orang non pribumi dan pribumi .Orang non pribumi betapapun modernnya masih taat ngeluri warisan leluhur , mempunyai takut kualat dengan warisan leluhurnya jika tak meneruskan pesan pesannya itu . Barangkali kesuksesan orang non pribumi (Cina ) juga karena masih ada kedekatan dengan arwah leluhurnya , ada bantuan spiritual dari kepercayan kepada roh nenek moyang dan dewa dewa . Mengapa kita yang masih dalam tataran jauh dari orang non pribumi (Cina ) dalam segala galanya tidak belajar dari orang Cina , menghargai budaya budaya daerahnya sebagai mana mestinya . Jika ada perhatian hanya terbatas pada pengertian yang sangat dangkal , misalnya seni yang sebenarnya berguna sebagai tuntunan hidup yang beraklak dan bermoral , cukup sekedar menjadi sarana mendatangkan uang yang justru yang bertentangan dengan maksud pendiriannya . Tempat sakral yang dimaksud sebagai tempat keteduhan bertapa , bersemedi , merenung , untuk mendinginkan hati dan pikiran , diobrak abrik menjadi tempat yang hingar bingar untuk mendulang uang memuaskan nafsu nafsu ketamakan . Meskipun sebenarnya kita tak perlu merendahkan diri sendiri , tetapi perlu instrospeksi , apakah yang dapat kita banggakan prestasi kita ? 
Alam kita memang kaya , tetapi hasilnya banyak dicuri orang . Alam yang yang indah diaduk aduk , hutan digunduli , kedung diurug , dengan akibat banjir atau longsor , udarapun kian panas .
 Kepintaran teknologi , apakah yang dapat kita banggakan jika HP , elektronika , digital sampai alat alat dapurpun semua impor .Agrobisnis , dipasaran lebih banyak hasil hasil bumi luaran . Keuangan dan ekonomi , bukankah sudah jelas ahli ahli kita hanya menjadi mainan orang orang non pribumi .Perdagangan , bukankah semua jalur dagang milik orang non pribumi (Cina ) . Apakah yang dapat kita banggakan dari diri kita orang pribumi . Jika kami katakan demikian bukanlah ingin memperbesar kecemburuan , hanyalah sekedar mengingatkan para orang pintar kita sendiri yang terlalu membunsungkan dada atas "keberhasilannya ", berbangga bangga dalam barisan orang modern yang berhasil . Keberhasilan beberapa perorangan janganlah dijadikan ukuran keberhasilan umum . Golongan orang tua heran atas aktivitas golongan muda , mengapa meninggalkan nilai nilai luhur budaya sendiri padahal itu semua mungkin dapat menopang pembangunan ?

"Ut lubil ilmi walau bits Sin "
Belajarlah sampai negeri Cina .


Dengan adanya sikon baru utamanya dengan makin terdesaknya budaya budaya daerah , maka AGRRA INTITUTE ingin lebih menyegarkan semangatnya dan melebarkn cakrawalanya tak dibatasi oleh ruangan kederahan yang sempit tetapi ingin menjangkau budaya budaya daerah lain sepanjang hal itu masih dalam satu jalan , karena sesunggungnya Bhineka Tunggal Ika adalah Berbeda beda tetapi satu .satu tetapi berbeda . Budaya daerah adalah berbeda beda tetapi mengalami satu nasib terancam penggusuran oleh kemajuan . Mengapa harus menyalahkan kemajuan , tentu bukan itu maksudnya .Yang jelas janganlah kemajuan begitu tega memarginalkan budaya daerah . Meskipun dari dahulupun dikhotomi orang modern dan orang kuno sudah ada , yaitu ketika generasi tua katakanlah generasi yang masih mengalami pendidikan kolonial Belanda masih ada , masih banyak orang yang ingat pada budaya daerah misalnya Pela Gadongnya orang Ambon , Dawuhan Nan Tilu orang Batak , Tata Kramanya orang Jawa . pati kramanya orang Sunda yang semua itu mengarahkan pada budi luhur . Ternyata kolonis Belanda diam diam mengakui bahwa sesungguhnya bangsa ini mempunyai budaya yang tinggi yang dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan tata pemerintahan kolonial di negeri ini . Diangkatlah raja kecil kecil , yaitu bupati yang menjadi wakil gubermen Hindia Belanda . Bupati dengan pengetahuan budaya Jawa ternyata menjadi aparat yang effisien bagi pemerintah Hindia Belanda . negara tata tentrempun dambaan penjajah dan itu klop dengan falsafat bangsa Jawa ketika itu .Karena itu institute institute yang mengurus budaya dibuka dan pendidikan budaya dan bahasa daerah diutamakan dengan tujuan untuk menghasilkan manusia berbudi dan beraklak moral yang baik , mempunyai tata krama dan intergritas untuk keberhasilan pemerintah Hindia Belanda . sayang senjata ini berada pada pemerintah kolonial dan manfaatnya untuk pemerintah kolonial yang malah sanggup bertahan menjajah kita selama 350 tahun . Dulu dalam kurun waktu pemerintahan Pak Karno dan Pak Harto yang masih dapat mengingat sisa cara cara pemerintahan di Hindia Belanda . Mereka tak jarang berkelahi dengan kaum modern murni artinya tak mengenal dan tak belajar budaya daerah , karena belajar di luar negeri baik di Eropa maupun di Amerika . Bahkan Pak Karno yang menyadari bahwa dirinya bukan berpendidikan tata negara yang modern , setelah sebulan menjadi perdana menteri , dari tanggal 18 Agustus 1945 sampai dengan 13 Nopembr 1945 pernah mengalah, rela memberikan kesempatan kepada negarawan negarawan muda yang modern untuk memraktekkan ilmunya. Mula mula Pak Karno memberikan mandat pada Sutan Syahrir pada tanggal 14-11-1945 sebagai Perdana Menteri Kabinet Parlementer Pertama . Hanya dalam waktu setahun lebih kabinet ini jatuh, digantikan kabinet Amir Syarifudin pada Juli 1948 , Kabinet inipun jatuh pada Januari 1948 digantikan oleh Perdana Menteri Drs.Moh .Hatta Kabinet dengan Perdana Menteri Drs.Moh.Hatta inipun jatuh pada Agustusi 1948 digantikan Perdana Menteri Moh .Natsir dari September 1950 s-d Maret 1951.Selanjutnya Perdana Menteri Moh.Natsir diganntikan oleh Perdana Menteri Dr. Sukiman Wiryosanjoyo dri April 1951 s-d Pebruari 1952 Perdana Menteri Mr.Wilopo dari April 1952 s-d Juli 1953 Perdana Menteri Mr. Ali sastroamidjoyo I dari 3-1955 Perdana Menteri Burhanudin Harahap dari 1955 -1955 Perdana Menteri Alisastro Amidjoyo II 1955 Karena sekian lama tak berhasil sebagaimana diharapkan ,akhirnya Pak Karno tak dapat percaya lagi pada kaum modern yang liberal , tetapi kembali kepada kepribadian sendiri pada Juli 1957. Bahkan Pak Harto menyingkirkan Pak Karno hanya karena Pak Harto ingin menjadikan Indonesia berdasarkan budi perkerti dan aklak Pancasila yang lebih cepat lagi . Dalam regim Pak Hartolah cita cita dan kepribadian sendiri betul diupayakan untuk dibumikan dibumi sendiri . Selanjutnya menyadari diri beliau bukan dari akademisi lalu mencari tenga tenaga yang diangap mumpuni yaitu Widjoyonomic dan para teknokrat yang diharapkan akan dapat mewujujudkan kemakmuran bersama . Namun setelah ditinggalkan atau melepaskan para asprinya , usaha Pak Harto terganjal oleh banyak musang berbulu ayam yang adalah homo ekonomic dan para tehnokrat yang menjadi pembantu pembantu beliau , yang ternyata memmpunyai teori teori kapitalistis yang justru berseberangan dengan kepribadian sendiri . Nasib Pak Harto yang bermaksud baik , menghadirkan kemamuran Indionesia ecara lebih cepat tenyata berahir dengan fatal , seolah olah pembantu pembantunya kroni kroninya seperti kemlandeyan ngajak sempal . Betul saja setelah pohon itu roboh maka monyet monyet berlarian kian kemari .Perang rasionalisasi dari westernisasi dan pikiran pikiran yang masih memuat kebijaksaan lokal terus berlanjut , bahkan hingga kini . Kalaulah dapat dibedakan dua kekuatan yang meskipun sama tujuannya tetapi lain jalannya . Tujuannyanya kesejahteraan rakyat , kemakmuran bersama . Golongan kuno masih menuntut azas kebersamaan dan budiluhur , pengendalian diri , duga prayogo .. Yang western sentris , orientasinya modernisasi ,liberisasi , demokrasi ,individualistis, praktis dan pragmatis .uniformisasi, sentralisasi dan persaingan bebas . Yang kuno berbasis pada budaya kuno , atau yang dikenal sebagai mempertahankan kepribadian sendiri yang terpusat pada penegendalian diri , kearifan kearifan lokal , spiritual , irrasionalisasi dan kebersamaan . Selama Indonesia merdeka maka tata kenegaraan dipraktekan dengan theori weternisasi .Meskipun Sukarno bukan seorang liberalis , memberikan kesempatan pada golongan modernisasi dari 1945 s/d 1957 .Namun karena selama kurun waktu tersebut tidak ada kemajuan yang dicapai maka kepercayaan tersebut dicabut , dan Sukarno mencari jati diri dengan kembali pada kepribadian sendiri (artinya mendalami budaya lokal yang kuno ) . Kebaikan dari periode ini adalah periode diplomasi yang ternyata dapat membawa Indonesia ke tujuan merdeka dengan menghindari kerusakan yang besar ,jika dihadapi dengan konfrontatif akan banyak kerugian karena sebenarnya orang orang yang bersimpati pada penjajah Belanda juga tak sedikit . Maka sesudah tugas itu selesai para petugas itu dihukum . Sukarno membuktikan bahwa kepribadian sendiri sanggup dan cukup layak untuk menyelenggarakan negara .Keberhasilan Soekarno antara 1957 s/d 1965 menimbulkan arrogansinya dan ini dianggap tak baik, lebih lebih jika menganggap keberhasilannya itu sebagai keberhasilan perorangan sehingga beliau mengangkat diri sebagai Pemimpin Besar . Suharto kurang sabar dan puas mengenai pelaksanaan membumikan kepribadian bangsa sendiri menjadi landasan tata negara , sehingga beliau bersama para asprinya menyingkirkan Soekarno yang maksudnya ingin memperjelas ide kepribadian Indonesia agar dapat diterima rakyat . Dalam periode inilah yang kuno kuno dapat membawa Indonesia pada tataran yang adi luhung . National bulding mendapat perhatin yang sangat besar . Pendidikan bangsa atas cita citanya bangsa diperdalam . Boleh dikata hampir tak ada orang Indonesia yang tak mengerti negaranya , dasar dasar negaranya , cita cita negaranya . Pendidikan bangsa akan merupakan dasar demokrasi . Namun sekali lagi persaingan antara yang modern dan yang kuno tetap berjalan , justru ditengah tengah kekunoan para homoeconomic sanggup meminggirkan para aspri , Sultan, penasehat spiriritual yang lain , sehingga yang berdiri dibelakang Preseden adalah modernis sebagai pembantu . Keruan saja pola pikir Pak Harto mulai berubah , menjadi economi oriented , menikmati liberalisasi usaha , menjalankan pragmatisme dengan mengadakan sentralisasi , KKN dan otoriter . Sekali lagi terjadi arogansi , beliau diangkat atau mengangkat diri sebagai Bapak Pembangunan yang makmur beserta kroninya . Kepribadian sendiri sebetulnya sudah ditinggalkan Soeharto , karena itu jika ada persaingan adalah persaingan antara golongan modernissi yang satu dengan kaum modernisasi yang lain . Pak Harto dijebak dengan hutang yang tak terukur oleh para homo ecomomic pembantunya ,sehingga jatuhlah beliau tatkala terjadi resesi . Apa kesimpulannya tulisan ini ?
Lihat pergulatan antara kekuasaan yang bertumpu pada westerinisasi , modernisasi , rasionalisme , liberalisasi ,dan kekuasaan yang bertumpu pada kepribadian sendiri .Dengan pelbagai akal dan cara westernisasi selalu berusaha dan berhasil merembes kepemerintahan siapapun .Lihat jika kepribadian sendiri ,yang diusung oleh kedua presiden pemimpin pemimpin besar telah kandas , telah kandas menjadi landasan bernegara .Sekarang bagaimana kepribadian sendiri mau bertahan , jika tak ada yang sudi mempertahankan lagi bahkan mengertipun tidak ? Lihat kekandasan dari ide menegakkan kepribadian sendiri , lalu diikuti oleh makin jauhnya kemandirian bangsa sendiri dan makin jauhnya tujuan dengan sendirinya tujuan tata tentrem kerta raharjo . 

bintoroasri@yahoo.co.id .

----------------------------------------------------------------------------------------------

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar