BUDAYA PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME 5

Diposting oleh Asri Bintoro on Jumat, 10 September 2010

AGGARA INSTITUTE TAMAN BELAJAR PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME
Alamat :bintoroasri @yahoo.co.id .

6.BUDAYA PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME 5

Golongan penguasa yang terdiri dari westernis ,mempunyai ciri ciri yang jelas , berjalan diatas modernisasi dan induvidualisme . Westernis dan modernis jelas berkehendak untuk mengusung paham paham barat yang adalah pemikiran yang serba rasional , liberisasi dan demokrasi , kemerdekaan pribadi , pesaingan bebas , praktis dan pragmatisme . Jangkauan pandangan yang rasionalistis selalu dibatasi pada yang kasat mata , dan dapat diterima akal sehat dan tak ingin ada batas untuk memenuhi kepuasannya .Yang lain dianggap kurang perlu dan perlu dibiarkan saja .Namun tampaknya apa yang kita sebut sebagai westernisasi sekarang juga sudah tak demikian lagi tetapi cenderung menjadi globalisasi . Apa yang disebut globalsasi menurut phenomena phenomenanya , menurut penulis dapat diarartikan Amerikanisasi .
Bung Karno dulu mencita citakan tata tentrem kertoraharjo sebagai mana orang Jawa umumnya , tetapi beliau kadang kadang mengaku tak pernah menyukai keadaan yang tenteram damai , tetapi kesenangan beliau menyaksikan sesuatuyang bergolak yang menantang. Melihat lukisanpun tak ingin yang lembut , teduh tenang tetapi yang bergolak menantang . Tetapi banyak lukisan lukisan lembut yang mempunyai nilai tinggi menghiasi istana .Patung patung yang berdiri megah sepanjang ibukota yang didirikan semasa rejim beliau berkuasa adalah karya yang bergolak , patung Pembebasan Irian Barat di lapangan Banteng , patung di Tugu Miring Pancoran , patung olah raga di Kebayoran Baru , semua patung itu dibuat kasar , bergolak dan menantang . Justru patung tugu tani di Prapatan meskipun menyandang bedil dibuat halus , seperti patung patung yang ada di diistana Bogor . Barang kali itulah jiwa yang berkecamuk dalam diri presiden pertama kita . Presiden pertama kita yang kita cintai juga menjadi ajang perjuangan antara kekunoan dan kekinian , antara kekinian yang satu dengan kekinian yang lain . Antara cita cia tata tentrem kertaraharjo yang teduh damai dengan faham revolusi belum dan tak akan selesai . Hingga sekarangpun kami pikir juga tak sedikit orang yang masih belum memahami maksud Bung Karno tentang revolusi belum selesai . Tetapi harus bilang "yes" , sebab kalau tidak dapat dikatakan kaum reaksioner dan kontra revolusi . Karena itu aneh , jika kemudian slogan dari orang liberal ini yang tak puas puasnya dalam menumpuk kekayaan dipraktekkan oleh orang yang anti liberalis yang juga menghendaki revolusi selalu belum selesai .Kedua faham yang gelisah ini sudah tentu tak sesuai dengan tujuan hidup orang Jawa (Javaisme ) yang selalu memimpikan hidup tata tentrem kerta raharjo . Kami sebetulnya juga sedang sibuk memahami sifat sifat dari aliran yang lain dari yang tersebut diatas dan sibuk mencari istilah untuk menamakan sebutannya . Golongan kekunoan di negara kita sebetulnya juga tak sepenuhnya atau tidak serta merta tidak dapat menerima (menolak ) westernisasi, modernisasi , rasionalisasi , tetapi apa yang datang kemudian dianggap sebagai melengkapi yang sudah ada . Sesuai dengan tujuan masyarakat itu yang adalah hidup tata tentrem, karta raharjo , maka landasan yang sudah ada misalnya mempertahankn budi luhur , budi pekerti , pengendalian diri, keselarasan ,perlu diperkokoh dan kalau dapat masih perlu ditambahkan modernisasi yang menurut seleksi dapat untuk menambah mempercepat tujuannya , misalnya soal disiplin .Disiplin menepati waktu , disiplin menepati aturan aturan yng berlaku dan budaya antri , tidak sembrono dan selalu berlaku yang tertib .

Mengingat tujuan tata tentrem kerta raharjo yang sangat sederhana , sebenarnya kurang perlu untuk terlalu memacu keadaan karena semua sudah berada pada platfom tujuan , tinggal mengurug bagian bagian yang masih rendah dengan meratakan bagian yang menonjol . Namun untuk mencapai tata tata tentrem kerta raharjo walaupun tampak sederhana tentu harus ada aturan aturan yang kuat ,eksekutip yang kuat , karena harus ada batas hak dan wewenang masyarakat berbangsa dan bernegara yang tak boleh dilanggar . Pemerintah yang berlandaskan faham faham kuno ini , adalah dari jenis paham revolusi sudah selesai , tak perlu ada revolusi lagi . Sekalipun Bung Karno menikmati kata tata tentrem karto raharjo ,yang menunjukkankeingnannya untuk hidup tenang , tetapi Bung Karno akan marah jika mendengar kata revolusi sudah selesai , mungkin sekedar gensi untuk memodulir teorinya . Sebetulnya ada peperangan batin dalam diri Pak Karno , disatu pihak beliau sangat mencintai budaya "kepribadian sendiri " yang tujuannya tata tentrem kerto raharjo ,dilain pihak Pak Karno ingin bergelora terus sebagai pemimpin besar revolusi belum selesai ? Revolusi membongkar dan membangun , mungkin Pak Karno juga tak bermaksud membangun revolusi seperti di Rusia yang selalu menyebarkan raja pati , Pak Karno tampaknya bukan tipe yang suka pada kekejaman . Atau malah ingin merombak dan membangun pemerintah modern ala barat tetapi juga bukan membangun komunisme ala Rusia , tetapi justru untuk kembali menggali nilai nilai luhur bangsa sendiri yang beliau namakan kepribadian bangsa sendiri . Kepribadian sendiri yang diperjuangkan .Apakah dibalik pikiran Bung Karno tersembunyi pikiran bahwa Revolusi tak akan selesai sebelum kribadian sendiri mengusai negeri ini ?. Begitu pula Pak Harto dan Presiden Mega mestinya menyebut demikian sekalipun tak mengatakan begitu . Yang lain lain adalah golongan westernisasi , yang tampaknya menganggap apa yang disebut kebijakan atau kearifan lokal sebagai hal yang baru akan dipikirkan jika akal sehat (rasionalisme ) sudah tak dapat mengatasi masalah , masalahnya bukan apa apa , karena tak pernah mendalami P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila ) lebih lebih bertambah hari PMP ditiadakan , maka generasi yang akan datang tak akan mengerti Pancasila , Bhineka Tunggal Ika , pluralisme dan multikulturalisme , yang semua itu nanti akan cukup terpampang sebagai lambang dan slogan negara penghias dinding . Nasib kalimat kalimat keramat itu akan sama dengan nasib budaya daerah dihapus dari pelajaran sekolah. Sungguh menyedihkan bahwa semua itu tak ada tak satupun ada pembelanya . Untuk mengganti hal hal yang idialistik tersebut , penguasa akan menciptakan atau menjadikan rakyat Indonesia kaya raya semua . Yang kurang dapat dipahami mengapa penguasa yang sekarang justru terdiri dari orang Jawa , mengapa tampak sangat alergis terhadap budaya Jawa atau plurlisme dan multikulturalisme , selain mengenakan blangkon dan sungkeman pada saat tertentu . Penguasa sekarang malah boleh dikatakan yang paling ekstrim yang tak pernah memikirkan budaya , budaya daerah , pluralisme dan multikulturalisme , selain mengapriasiasi budaya Cina . Barangkali tak ada pemerintah lain yang begitu intensnya memikirkn ekonomi dan keuangan seperti pemerintah sekarang , begitu intens barangkali berupaya untuk membuktikan bahwa janji pemerintah untuk merealisasikan kesejahteraan bukan omong kosong . Begitu mata melek yang diingat hanyalah angka pertumbuhan , deretan angka angka statistik atau dimaklumi saja krena lagi kemaruk baru mendapatkan gelar dibidang itu . Pada hal menurut pengalaman adalah sebaliknya, selalu memikirkan uang yang tujuannya mempercepat hilangnya kemiskinan dan ingin menghadirkan kesejahteran bagi rakyatnya secepatnya , meskipun sebab sebabnya berbeda beda kenyataannya selalu mennai kerugian kerugian yang menyengsarakan rakyat kecil . Sebetulnya semangat pimpinan manapun ,mula- mula terlalu semangat untuk maju . Yang sekarangpun ini tak lebih dari semangat pendahulunya . Tetapi seperti pemimpin sebelumnya ,begitu semangat kerjanya , justru kian hari selalu mendapat masalah dalam bidang keuangan . Banyak sekali masalah keuangan yang muncul pada tahun tahun pertama jabatan presiden SBY yang ke dua ini .Barangkali semakin banyak uang pendapatan negara yang dapat dikumpulkan, akan semakin ruwet dan rumit membaginya , memanagenya karena semakin banyaknya tumbuh kebutuhan kebutuhan baru , baik yang semestinya , maupun yang akal akalan . Semakin orang pinter orang semakin banyak akalanya untuk kebaikan dan akal akalannya untuk berbuat yang tak benar . Kita sebetulnya belum bisa menebak apa sebetulnya keinginan pemimpin jaman pada saat ini . Kita tak mau menebak nebak , karena kadang kadang menebak dengan melihat sesuatu yang kasat mata , ternyata mendapatkan hal yang kurang tepat atau malah berlawanan .
Kita lihat orde baru . Orde baru sibuk mengerahkan homo economic dari Amerika dan barat lainnya. Menyingkirkan aspri aspri yang tua . Lalu begitu bersemangat membongsai peranan orang Cina di negeri ini , yang semua kita kurang memahami maksudnya selain tampak melakukan kekejaman terhadap orang Cina . Dan logis saja jika orang Cina lalu membencinya setengah mati . Ternyata dibalik itu semua adalah adanya upaya orde baru mengerem laju kekuasaan dan kecakapan orang Cina yang ingin menguasai mula mula memang dimulai dari ekonomi kita , dan selanjutnya . Nyata sekali dengan tumbangnya orde baru , gelombang ekonomi , budaya ,dan kekayaan orang Cina melanda bahkan mengurug negara kita kembali . Dari pemerintah yang ini selain berita tentang pertumbuhan angka statistik hampir tak satu kalimatpun pernah bersahabat dengan pluralisme dan multikulturalisme selain di depan perayaan perayaan Imlek sejak 2007 . Jarang sekali terdengar disebutnya pilar pilar negara pilar pilar kebanggaan bangsa ,pendidikan moral, budi pekerti .Atau hal itu dianggap tak perlu , karena satu satu yang diperlukan manusia atau manusia kita adalah menjadi kaya raya , banyak uang . Karena itu dari segi pertumbuhan pemerintah telah banyak mengeluarkan kebijakan dan bantuan bantuan untuk mengatasi kemiskinan , artinya meskipun dari orde liberalisasi masih juga memikirkan pemberantasan kemiskinan dan kebersamaan . Bapak Wim Tangkilisang , Pemimpin Harian Umum Suara Pembaruan yang bukan orang Jawa dan sudah pernah mengikuti P4 atau belum kurang jelas , dengan bahasanya menyatakan " SBY mengatakan " dalam demokrasi , landasan bagi seluruh tujuan pemerintah dalam segala programnya adalah bagaimana memberikan kemaslahatan terbesar bagi sebagian besar rakyat ." To provide the greatest good to the greatest member of peolple "Namun pertanyaan besarnya adalah terletak pada persoalan apakah presiden SBY mempraktikan apa yang diucapkannya . Presiden SBY telah melakukan semampunya apa yang diucapkannya .Tetapi dia tak dapat melakukan sendirian .Semua orang , tidak hanya kabinet atau partainya , tetapi seluruh pihak yang terlibat dalam pelayanan masyarakat harus memperhatikan seruan itu. Akan menjadi tragedi bagi Indonesia , jika seruan Presiden untuk kebaikan terbesar itu hanya menjadi teriakan di padang belantara ." Banyak sekali tugas tugas pemerintah yang belum terselesaikan . Dapatkah dalam waktu yang tinggal 4 atau 3 tahun dapat menuntaskan semuanya .Tetapi umpama kelak tugas itu tak terselesaikan maka yang paling akan di pertanyakan adalah soal pembinaan moral budi , karena soal itu yang sama sekali kurang mendapat perhatian sebagaimana mestinya . Dari moral benegara atau berpolitik , moral berdemokrasi , moral berekonomi , moral dalam pergaulan /bersosial , dan karena banyak orang yang tak bermoral atau bermoral rendah . 

bintoroasri @ yahoo .co.id .




AGGRA INSTITUTE

TAMAN BELAJAR PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME
Alamat :E mail bintoroasri @ yahoo.co.id

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar