BUDAYA PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME

Diposting oleh Asri Bintoro on Jumat, 10 September 2010

AGGRA INSTIUTE
TAMAN BELAJAR TENTANG BUDAYA PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME 
E mail : bintoroasri @yahoo .co.id



2 . BUDAYA PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME
10-2-2010 
Fenomenanya adalah adanya banyak satuan,komunitas , kelompok masyarakat, suku besar dan kecil yang mempunyai identitas atau budaya, bahasa, tradisi ,adat istiadat dan kebiasaan atau kepercayaan masing-masing yang berbeda-beda pula ,bertempat tinggal atau mempunyai daerah yang berbeda-beda.
 Suku bangsa (orang ) Aceh mempunyai budaya (bahasa , tradisi ,seni budaya) Aceh . Orang Batak mempunyai bahasa , tradisi ,kepercayaan , seni budaya Batak . Orang Minangkabau mempunyai budaya sendiri Orang Palembang ,Lampung ,BengkuluOrang Melayu , orang Jawa , orang Sunda , orang Bali , orang Timor ,orang Bugis , orang Ambon ,orang Maluku , orang Papua dan masih banyak lagi .
Pluralisme atau multikulturalisme adalah pikiran atau paham yang menerima dan tak mengusik adanya berbagai hal tersebut bahkan dihargainya sebagai untaian mutu manikam dalam wadah bhineka tunggal ika yang merupakan sesuatu yang indah dan merupakan kekayaan bangsa yang mahal . Dalam skala negara misalnya Indonesia keadaan tersebut dapat berupa tergelarnya daerah daerah dengan identitas masing-masing namun terikat dalam suatu kesatuan atau teronggok dalam suatu wadah yang cantik yaitu wadah Bhineka Tunggal Ika.Banyak hal yang dapat dipetik dari adanya negara Pluralisme dan Multikulturalisme ini . Menguasai pluralisme dan multikulturalisme , Jika menyangkut daerah yang berbeda , maka penanganan penanganan masalah semestinya , dilakukan secara khusus menurut aturan atau cara yang sesuai dengan daerah itu dan karena itu tak terpusat.Tetapi walaupun sebagai negara bagian dari negara kesatuan , daerah tak boleh lepas dari kendali atau aturan aturan dari Pusat . Jika terjadi suatu masalah , daerahlah yang harus dapat mengatasinya dengan cepat dan tepat karena daerah-daerah akan lebih mengenal daerah dan persoalannya sendiri. Pengaturan dan kontrol lebih efisien. Kekuasaan Pusat yang terlalu besar akan menghilangkan kekhususan daerah , pemerintahan menjadi kurang effisien karena Pusat harus memikul beban terlalu besar . Tetapi pemikiran tersebut belum akan disetujui oleh orang Pusat karena hal tersebut akan mempersempit kekuasaan Pusat atas daerah daerah . Pemerintah Pusat akan lebih sulit untuk mengontrol wilayahnya yang sangat luas ,karena terhalang ada pemerintah daerah disana sehingga hal tsb . dapat mengurangi kewibawaan pusat .Pementh Pusat akan kesulitan untuk meratakan kemakmuran daerah karena tidak semua daerah makmur dan tak semua daerah miskin . Kekuasaan daerah selalu dicurigai bisa memberi celah-celah adanya saparatisme . Pusat akan kurang bersepaham dengan adanya peranan yang besar dari pemerintah daerah karena kita bukan negara sarikat . Sesuai dengan paham modernis yang serba praktis dan pragmatis ini , maka Pusat bahkan akan mengadakan cara kerja yang lebih efisien lagi misalnya menguniformkan berbagai hal unuk mengurangi adanya perbedaaan , perbedaan itu di lebur menjadi sesuatu yang baru yang uniform . Manusianya menjadi satu bangsa dengan manusia yang baru yang satu identitas yang sama , budaya yang satu dan baru.
Karena Pemerintah Pusat yang sentralistis harus mentackle semua masalah ,dan mengatasi semua masalah , mengontrol semua daerah, tentu saja pemerintah pusat akan mencari cara agar semua pekerjaan menjadi lebih efisien , perlu mengadakan uniformisasi dan sentralisasi dalam segala bidang dan harus otoriter. Otoriter memang alat untuk berjalannya sentralisasi . Siapapun yang mencoba mensentralisasi persoalan negara dapat diramalkan akan menuju sebagai otoriter .
Pak Harto sebagai orang pluralis dan multikulturalis yang sangat menghargai budaya budaya daerah , terjebak oleh ulah para pembantunya yang westernisasi dan modern yang selalu ingin pragmatisme dan sentralisme dan membawa beliau sebagai otoritarian , yang dapat dipergunakan untuk melindungi kepentingan atau konsep konsep pragmatisme dan praktisisme modernisasi .
Ternyata rejim ini gagal mewujudkan uniformasi disegala bidang , mendapat perlawanan dari golongan westernisasi lain . Sungguh kurang dapat dimengerti jika kemudin semua pembntunya dan arsitek arsiteknya yang mestinya bertanggung jawab atas kegagalannya ternyata cuci tangan sebagai orang yang tak bertanggung jawab . Dan Pak Harto memanggul beban segunung sendirian , beban yang diciptakan oleh ulah ulah para kroninya .
Dalam bidang budaya dan pemerintahan telah mewariskan banyak uniformisasi .

Busana resmi pejabat dari gubernur sampai dengan lurah . Alangkah seramnya busana yang diadopsi dari petinggi petinggi kolonial , mempunyai nuansa militer . Kenapa mesti diganti demikian wong daerah daerah sudah mempunyai busana busana sendiri yang lebih bagus ?
Telah mewariskan uniformasi nama perangkat kelurahan disesuaikan dengan nama perangkat perkantoran nasional seperti Kades , Sekdes , Kaur dan lain lain . Untuk sampai menjangkau urusan sedetil itu pemerintah pusat harus benar-benar kuat sentosa.
Apakah hal ini akan terus berlanjut ? Apakah semua atribut di daerah akan dihapus ? Apa budaya daerah akan dihapus ?
Hal ini tampaknya sepele namun sudah merupakan suatu isyarat adanya pelanggaran terhadap budaya daerah daerah . Kekuasaan Pusat yang terlalu besar dan terlalu detail , seperti mengabaikan kemampuan orang daerah itu sendiri untuk menyelesaikan masalahnya .
Hal ini pasti akan menimbulkan perasaan tak enak bagi daerah, akan merasa kurang dihargai, terjajah, didikte , dianggap bodoh dan selalu curiga jangan-jangan pemerintah Pusat akan mengambil semuanya. Pusat yang kuat dan otoriter memang dapat menghadirkan kemajuan yang luar biasa, tapi rentan dengan protes-protes perpecahan dari daerah.

Contohnya negara yang dapat melesat menjadi super power yaitu USSR setelah otoriannya dikalahkan ,menjadi berantakan. Demikian pula negara Yugoslavia yang sangat maju dikawasannya juga berakhir dengan berantakan. tak usahlah jauh jauh , negara kita sendiri , dibawah Pak Karno dan dibawah Pak Harto , bukan main banyaknya pujian dari negara negara yang menyukainya , toh dua duanya bangkrut oleh ulah anggautanya sendiri yang justru setiap hari sudah mengucapkan sumpah dan janji setia .

Sejak jaman dulu pro dan kontra semacam itu berlangsung karena orang mempertahankan pendirian masing-masing, lebih-lebIh jika orang tak berpijak pada sejarah dan mengabaikan atau tak memahami UUD 45.

Dalam masa perjuangan kemerdekaan sudah ada paham kooperatif (golongan co) dengan penjajah dan golongan non koopertaif (golongan non ) dengan penjajah yang berubah menjadi golongan unitaris dan federal.
Golongan co menghendaki , nantilah kemerdekan kita umumkan setelah persiapan persiapan cukup memadai , penjajah kita juga akan membantu persiapan tersebut , sehingga semua berjalan mulus (ini golongan tua yang moderat .
Golongan non , berkata tidak . Penjajah selalu berbohong dengan janji janjinya . Kita merdeka sekarang juga , kemerdekaan harus kita rebut . Tak apa apa jika kita lantas haru tidur beralas tikar saja , karena kita mikin .Tunggu mainnya penjajah kelilangan kita , segera akan bangkrut, karena selama ini penjajah makan dengan mengisap darah kita (Insulinde verloren , ramspoed geboren .

Kita berhasil merebut kemerdekaan dengan paksa , darah dan air mata mengalir membashi tanah tumpah darah , sayang kemerdekaan yang kita tegakkan memang dalam persiapan yang masih masih morat marit . Ternyata keadaan chaos semacam ini masih terasa hingga sekarang , dengan intermezo (tenang semu ) sedikit pada jaman orde baru .
Apa yang diprediksi para pemuda ternyata tak benar .Kehilangan Indonesia ternyata tak menyebabkan Belanda bangkrut , malah Belanda dapat jadi ketua konsorsium yang meminjami uang kepada kita .

Founding father kita yang arif telah meninggalkan warisan UUD 45 . UUD 45 sesuatu yang diciptakan dan dan direncanakan dalam suasana tenang dan pikiran berjalan tanpa emosi , karena mereka masih dibawah kekuasan Jepang belum terpengaruh pembagian kekuasaan . Sejarah perebutan kekuasaan dari awalnya diwarnai dengan semangat yang menggebu gebu ,sehingga mengesampingkan pertimbangan pertimbangan yang rasional .
Namun demikian bagaimanapun lakon menggapai Indonesia , negara Indonesia dapat diwujudkan dengan UUD45 . dalam UUD45 tercantum negara kesatuan berbentuk republik ( sesuai ide orang unitaris) yang mengharapkan adanya negara besar yang utuh yang dasarnya bertujuan menjadi terhormat diantara bangsa seanteronya .
Namun hal tersebut di barengi atau dipagari dengan pasal bhineka tunggal ika dimana bangunan negara kesatuan betapapun besar dan kuatnya ,harus berdiri dan terdiri bhineka tunggal ika (menampung ide-ide kaum federalis). Pasal Bhineka Tunggal Ika adalah pagar agar negara kesatuan , agar Pusat tak otoriter dan tak memaksakan seluruh kehendaknya kepada seluruh kesatuan masyarakat, yaitu anggauta negara yang lebih kecil dan agar pemerintah pusat tidak memerasnya. Melanggar Bhineka Tunggal Ika berarti musibah bagi satuan-satuan masyarakat negeri yang kecil. Tanpa Bhineka Tunggal Ika satuan masyarakat negara yang lebih kecil dengan mudah akan dimakan pusat atau dimakan satuan masyarakat negara yang lebih kuat, seperti ikan kecil dimakan ikan besar/piranha. Atau janganlah negara kita seperti hutan belantara , dimana berkumpul berbagai hewan dari yang besar yang kuat berkumpul dengan yang lemah dan kecil . Kini unsur bhineka Betawi sudah dimakan ikan besar dan hilang. Unsur bhineka Jawa Barat menunggu gilirannya, Bali hampir hilang ke Baliannya sesudah itu unsur Bhineka Jawa dan yang lain-lain tinggal menunggu giliran selanjutnya. Dalam masa jauh ke depan sudah tampak budaya Indonesia pun akan di caplok ikan yang jauh lebih besar lagi .
Tinggal terserah pada unsur-unsur bhineka itu sendiri ingin bertahan, kuat bertahan, untuk mempertahankan jati dirinya atau pasrah siap melebur diri dan hilang .
Pemimpin kita yang masih tergolong founding father sendiri kadang kadang lupa atas azaz kebersamaan , kompromi , gotong royong ,karena tabiat dan kebiasaannya yang selalu memaksakan kehendaknya dan selalu menang . Dengan semboyan Indonesia merdeka sekarang juga , kita merebut kemerdekaan , menunjukkan kemauan yang keras dan yang memaksakan kehendak , yang sulit berkompromi , yang demikian itu berlanjut hingga berhasil memegang kekuasaan tertinggi . Tetapi sepintar pintar orang kadang kadang masih ada yang lebih pintar lagi . Sebulan beliau menjadi Presiden dan Perdana Menteri ada orang datang yang meminta kekuasaan Perdana Menterinya . Kedudukan itu diberikan padanya karena ia mengaku dan dipercaya lebih piawai dalam menata pemerintahan , karena ia memang sekolah untuk itu dinegara Belanda .
Kita ingat periode 1945 /1957 adalah periode mempertahankan kemerdekaan secara phisik . Pemerintahan jatuh bangun setiap saat . Perundingan perundingan dengan Belanda terus berjalan , yang sebetulnya sangat mengurangi korban berjatuhan dan kerusakan kerusakan lebih parah .Namun kemajuan itu menurut ukuran para penguasa yang lain kurang signifikan . Kemajuan kemajuan yang dicapai sangat sedikit sekali atau boleh dikatakan tak ada . Bung Karno tak dapat sabar lagi melihat kondisi yang demikian akhirnya tak dapat mempercayai lagi sistim barat diterapkan dalam alam Indonesia . Bung Karno tahun 1957 mengatakan kita kembali kekepribadian sendiri .
UUD45 dikembalikan secara utuh , Sosialisme dikembalikan pada sosialisme Indonesia yang ada gotong royongnya , Demokrasinya adalah demokrasi yang punya tujuan , dipimpin oleh hikmat kebijaksanan dalam persatuan ,Ekonominya mengutamakan kebersamaan dan kemakmuran bersama .Budayanya harus yang sesuai kepribadian sendiri .

Disini ada perubahan , dan orang selalu akan setuju akan adanya perubahan untuk perbaikan . Dalam menertibkan sisa sisa liberalisme barat orde lama mulai dengan national building . Dengan doktrinnya Bung Karno memukau dunia .Negaranya menjadi kekuatan yang disegani negara sekelinglingnya . Konsep konsepnya dikenang oleh negara Asia Afrika yang tertindas penjajahan .Doktrinnya dikembangkan keseluruh dunia dengan judul "To Make The World A New " Ia layak memjadi pemimpin , pemimpin tertinggi bangsanya . Namun sayang , hukum alam sudah mengatur , bukan hukum manusia . Apapun dan siapapun , pemimpin yang merasa dirinya sukses selalu akan tumbuh menjadi arrogan . Negara harus terpusat sebagai negara kesatuan , dimana pemerintah pusat berkuasa dan daerah daerah wajib tunduk , sendiko dawuh . Berpikir lain dari itu disebut mbalelo dan berat hukumannya . Ada unsur arogan atau megalomia untuk berkuasa atas negara yang sangat besar ini , sekalipun kemudian timbul pelbagai masalah di daerah yang tak suka didikte pusat terus . Kecuali arogansi , dari kekuasaan itu timbul kemauan untuk menguasai , kecuali untuk kepentingan pusat juga terikut untuk kebesaran pribadi . Biar rakyat masih makan nasi aking , pemimpin harus berpenampilan keren . Kalau raja yang tak berdaulat saja punya banyak isteri , tentu saja pemimpin yang berdaulat tak mau kalah . Nafsu nafsu ingin punya kekuasaan yang besar ini semakin besar dan puncaknya ialah ingin mengusai Malaysia dan malahan Maphilindo . Pemimpin negara lain yang berjuang tidak dengan darah dan air mata ,tak boleh menjadi pemimpin besar . Ini merupakan ekses ekses yang terjadi karena kekuasaan yang besar . Lalu orde lama jatuh .

Pemimpin Pusat orde baru , meskipun membatalkan pengganyangan negara jiran Malaysia , merubah haluan untuk melebarkan sayap ke Timor Leste , hal ini menjadikan dunia marah dan mencegahnya , karena dianggap adanya ekspansi , aneksasi . Kembali ke soal Bhineka Tunggal Ika , melihat maraknya ikan piranha bergetayangan mengancam kolam kolam ikan lain , sementara proteksi pembatas pembatas Bhineka Tunggal Ika tak segera dipahami , apa lagi dibangun , dalam Konferensi Budaya Sunda Internasional di Bandung tahun 2001 ,berserulah Prof Dr. Ayip Rosidi ,

"Di antara negara dan bangsa di dunia ,Indonesia adalah salah satu yang mempunyai budaya sangat beragam .Keberagaman itu dilembagakan dalam lambang negara "Bhineka Tunggal Ika " baragam macam namun satu jua . Akan tatapi keberagaman itu , walaupun sering dibangga bangakan secara verbal , tidak pernah secara konseptual dan berencana dijaga dan dipelihara bahkan dikalahkan oleh jargon "persatuan dan kesatuan " yang bersifat monolitis , tetapi yang juga tak pernah diuraikan secara konseptual ."



Prof .Dr. Ajip Rosidi


Namun hingga kini tak satupun ada tanggapan yang sesuai dengan yang dimaksudkan . Mungkin bukan salahnya penguasa yang ekskutif tidak menanggapi seruan itu , karena penguasa itu sendiri belum tentu paham terhadap makna pasal Bhineka Tunggal Ika dan memahami maksud founding father kita mencantumkan Pasal itu dalam UUD 45 . Dalam penjelasan UUD 45 tidak tercantum maksud adanya Bhineka Tunggal Ika selain lambang sekedar penjelasan adanya kebhinekaan itu . Tak ada penjelasan atau perintah yang mengharuskan adanya perlindungan terhadap Bhineka Tunggal Ika .Seolah olah hidup di alam Bhineka Tunggal Ika adakah seperti hidup di hutan belantara , atau misalnya ikan hidup di lautan bebas . Kemungkinan lain adalah adanya arogansi penguasa yang merasa tak perlu menggubris protes protes yang lembut dan yang santun ,seperti yang disuarakan Pa Ayip tersebut . Tak merasa perlu mendengar protes yang tak sesuai dengan program program yang sudah terpolakan . Daerah daerah lebih gampang dan lebih baik menyembah ke atas yang akan memberi reward dari pada melayani dialog , keluh kesah masyarakat, seperti diserukan Pa Ayip . Namun sebetulnya rombongan seorang akademisi yang bergelar profesor doktor dan ahli di bidangnya bukan rombongan yang main main , sehingga seharusnya perlu diperhatikan sehingga ada kerja sama antara yang tahu tapi tak kuasa dan yang kuasa tapi tak tahu . kalau kedua hal ini dapat bekerja sama ,pembangunan yang demikian maju , tentu akan ada manfaatnya bagi para kawula semuanya dari yang gede sampai panghalusna . Misalnya ada orang yang tahu Bandung akan tenggelam tetapi ia tak kuasa mengantisipasinya , sedangkan yang kuasa mengantisipasi memiliki kemampuan mencegahnya tak mengerti masalahnya , sementara banjir mulai mendekat .Mengapa kedua kekuatan ini tak kerja sama ? Pak Ayip seorang yang tahu ,tetapi tak kuasa , apa daya .
Lain halnya di Jawa . Sayang sekali di Jawa dalam arti daerah tempat asli pengguna bahasa Jawa berada , dimana penjaga budaya , pengayom bangsa Jawa berada, kecakapan bahasa Jawa penduduknya sangat mundur . Jangan jangan akan segera sirna bersama komponen budaya yang lain . Mengapa pemimpin Jawa di tanah Jawa tak mengembangkan, tidak hangrungkebi dan handarbeni budaya Jawa ? Pada hal apa yang kurang ? Semua kekuasan , kekuasaan yang eksekutif dan spiritual ( penjaga budaya Jawa , pengayom budaya ) semua sudah tumplek blek , sudah berada di satu tangan . Mengapa budaya Jawa disana bernaib sama seperti di tempat lain ? Termarjinalisasikan ?

Nasib Bineka Tunggal Ika tak sebaik kata sakti Pancasila dalam UUD45 . Orde baru begitu intensnya untuk mencerdaskan bangsa antara lain untuk memahami dasar dasar negara sendiri khususnya dan untuk mencerdaskan bangsa sebagai manusia politik yang harus menentukan hidupnya sendiri dalam demokrasi . (Sadar untuk memilih dan paham menentukan pilihan ) .
 Dalam menyambut Edisi Ulang Tahu ke -2 majalah KABARE JOGYA Pak Sultan Hamengkubuwono"Menurut guru besar antropologi -sosiologi FISIP Unpad Dr. Kusnaka Adimihardja , bahwa krisis penggunaan bahasa ibu berdampak negatif terhadap kearifan kelestarian alam , Karena marginalisasi bahasa daerah , ternyata telah ikut meminggirkan kearifan lokal yang termuat dalam idiom idiom lokal yang berkaitan erat dengan pengetahuan sosial ekologi , dan kelestarian alam lingkungan . Warna warna lokal yang bermuatan kearifan lokal semacam itulah , menurut hemat saya yang perlu digali untuk diangkat dan dikembangkan dengan lebih dalam dan lebih tajam sebagai wahana pembelelajaran bagi generasi muda untuk memahami niali nilai budayanya . "Sayang kalimat itu terpenggal sampai disitu . Menurut pendapat para kawula , para kuli kuli alangkah baiknya jika sabda Kanjeng Sultan itu sekaligus dijadikan dawuh dan bukan sekedar sambutan ila ila saja . Dengan bersabda seperti itu beliau baik sebagai pengjaga budaya dan pengayom para kawula tentu sudah menjadi lebih waskito tentang apa yang terjadi dan apa yang bakal terjadi sehinga perlu dengan cepat diantisipasi . Kekuasaan eksekutif ada , kekuasaan spiritual ada , yang membuat heran mengapa sabda beliau terpenggal sekian saja . Lalu siapa yang harus menindak lanjuti sabda beliau dan bagaimana ?. Mungkinkah ada rasa merasa kurang percaya diri , kurang percaya tentang keadiluhungan budaya Jawa . Takut dikatakan akan mbalelo , tak pernah ada cerita orang Jawa mbalelo pada negaranya .Takut dikatakan kuno , tak modern , spiritualis , irrasionalis .
Sebetulnya tinggal milih yang kuno dengan serious atau yang modern dengan serious , mangro tingal menghambat semuanya .
Sebaiknya berbagi , karena darah raja, sentana sentana disitu banyak .Berbagi adalah jalan terbaik bagi semuanya . Dahulu pada jaman kolonial justru orang Belanda yang selalu mengintervensi mengatur segala sepakterjang orang orang keraton .
Seharusnya kalimat itu tak berhenti pada menurut hemat saya , tetapi perlu
instruksi yang akan menjadi pedoman dan menyemangati para mantri bupati saandahanipun . Sadaya sampun sumadiyo nyadong dawuh ing saben dinten dalah ing ratrinipun .
 Meskipun demikian penulis sangat marah jika ada orang mengatakan bahwa penjaga budaya kita tak bisa bahasa Jawa . Meskipun orang itu mengatakan "buktinya saya tak pernah mendengar sesorah beliau dalam bahasa Jawa ." Punulis bilang sama orang itu , ojo sembrono ,tak boleh berkata begitu , dengan berkata begitu nanti kamu kuwalat . E betul betul mati dia , wong memang dianya sudah tuwo . Sayang sekali jika penduduk Yogyakarta , tempat pusatnya budaya Jawa , tempat istananya pengayom dan penjaga budaya Jawa , tempat orang yang mengerti budaya Jawa , tempat orang yang punya kuasa mempertahankan bahkan merevitalisasi budaya Jawa tempat orang eksekutif yang mengarti dan mampu membawa budaya Jawa lebih membudaya lagi , namun sepi sepi saja dari aksi yang diharapkan . Jika semua termasuk yang mengerti dan yang kuasa hanya terhenti pada kalimat ,menurut hemat saya , lalu siapa yang harus menindak lanjuti ? Seperti orang khotbah di mesjid, takut disangka sok pinter sendiri dan ngajari orang , maka tulisan saya sebenarnya juga hanya panguda rasa , atau berkata pada diri sendiri , perkara orang lain tahu tak mengapa ,wong tujuuannya baik . Atau seperti Ebit G.Ade yang hanya bisa mengadu pada langit , matahari dan rumput yang bergoyang . Dahulu sebetulnya banyak tokoh-tokoh moderat yang sebenarnya belum tentu tak republikein dan tak mendukung perjuangan kemerdekaan republik kita, namun aktifitas mereka terpaksa dibatasi dan mereka membatasi diri mengingat mereka berdampingan dengan orang-orang yang sedang semangat-semangatnya mengobarkan revolusi. 

Kelihatannya perjuangan kita agak lain dengan perjuangan kemerdekaan negara jiran kita Malaysia terutama dalam persiapan persiapannya. Malaysia dapat bekerja ber -kooperatif dengan penjajahnya dan dengan persiapan yang matang , sehingga disana tak banyak pahlawan karena itu tidak banyak jatuh korban dan tak banyak kerusakan . Kerusakan fisik dapat diperbaiki kerusakan moral berdampak lebih jauh.
 Kita semua yang merasa menjadi produk perjuangan fisik kemerdekaan tentu bangga terbuai dalam eufora kemenangan dalam menghantam pemerintah kolonial yang bercokol 350 tahun. Sebaliknya kalau kita balik-balik catatan sejarah , sebetulnya kita yang ketika itu yang bagai di bakar api semangat untuk menjebol tatanan lama tatanan kolonial dan aristokratis dan membangun tatanan baru , agak keburu nafsu dan kurang hati hati . Padahal hakekatnya tatanan lama adalah pluralisme dan multikulturalisme , warisan leluhur sejak dulu yang sebetulnya kita selamatkan . Karena revolusi menjebol dan membangun maka tampaknya revolusinya Bung Karno yang tak pernah selesai itu kebablasan . Kita mestinya memerdekan budaya budaya yang berisi kebijakan lokal yang beragam yang terkandung dalam pluralisme dan multikuturalisme . Sedang yang terjadi adalah pluralisme dan multikulturalisme dijebol dan diganti dengan yang serba baru dan tatanan baru misalnya ide membangun manusia indonesia baru, budaya baru , yang sebetulnya itu tak benar menurut UUD nya . Karena itu ketika kita sadar kita insyaf bahwa kita telah melanggar kesepakatan konstitusionel, mari kita kembali pada pluralisme dan multikulturalisme . 
Timbul pertanyaan :
 Dulu Pak Harto , karena mengikuti para pembantunya yang modernis , praktis dan pragmatis terjebak dalam sentralisasi dan proyek menjadikan bangsa Indonesia menjadi manusia Indonesia baru seutuhya tetapi gagal bersama robohnya regim yang merencanakannya. Lalu sekarang keutuhan dari unsur-unsur pluralisme dan multikulturalime makin terpinggirkan lagi oleh pergeseran ke monolitis kembali dan yang akhirnya ingin meniadakan pluralisme dan multikulturalisme dan kemungkinan mengganti yang baru yang monolitis lagi . Tetapi jangan lupa ikan globalisasi telah menunggu untuk mencaplok ikan yang sedang kebingungan . Kali ini pluraisme dan multikulturalisme bukan diganti dengan budaya Indonesia baru tetapi budaya global, sesuai dengan visi penguasanya yang modern rasional dan westernis. Akhirnya tak lama lagi hanya akan ada ikan piranha saja yang hidup di kolam Indonesia ,setelah ikan-ikan lain dimangsanya. Yang menguasai kolam bukan ikan pluralisme dan multikulturalisme tetapi juga bukan ikan Indonesia , tetapi ikan globalisasi .
Meskipun pengertian budaya globalisasi , baru memasyarakat setelah konperensi APEC di Seatle tahun 1983 , namun sesungguhnya kita sudah mengalami hal hal yang global sejak dulu . Agama agama yang mengglobal semua masuk nusantara , budaya budaya lama yang mengglobal pernah masuk nusantara , segala macam bangsa pernah masuk nusantara . Sehingga kata globalisasi bukan hal yang aneh bagi telinga kita . Memang ternyata globalisasi tak menakutkan bagi kita , bahkan makin hari makin menggemaskan . Globalisasi bukan hal yang menakutkan bahkan orang orang kita yang menarik narik globalissi untuk memasuki kawasan kita .
 
Disinilah pintarnya globalisasi .Siapa yang akan menguasai suatu bangsa , kalahkan dulu budayanya , siapa ingin menguasai masyarakat atau negara telikung dulu pemimpinnya , semua akan beres .Dan justru yang menjadi kebingungan kita adalah suatu kenyataan bahwa globalisasi sekarang sudah mempunyai arti baru yaitu sinonimnya Amerikanisasi . 

Globalisasi adalah sinonim dengan Amerikanisasi . Pengaruh Ameriki bukan main dahsyatnya , merambah dari masriki sampai maghribi . Apa yang tak terjangkau pengaruh Amerika , dari yang remeh temeh sampai yang raksasa , bahkan selain keperluan orang hidup ,keperluan orang matipun menjadi perhatiannya semua berbau Ameriki . Di Krawang ada kuburan besar yang indah namanya San Diego kota pangkalan laut AS , di Tanggerang ada perumahan namanya Palm Spring , seperti daerah di San Fransisco , ada Gold Coast . Komplek komplek perumahan , ada cluster , ada rumah rumah minimalis ,ada apartemen , ada kondonimium . dan ada Gold Coast .
Di kota kecamatan Tangerang yang dulu kecil , sekarang tumbuh menjadi metropolis benuansa Amerika secara komplit.
Makanan cepat saji a la Ameriki ada berderet deret di pinggir jalan mana saja ,Penddidikan Bahasa , bahasa Amerika (Inggris ) mengagumkan , siapa dapat bahasa itu mempunyai nilai tambah berlipat ganda, 
Lagu, musik
 , siapa yang tak tahu Michel Jackson , Madona, Celine Dion . Bahkan buku buku tulis kini , sudah bersampul dengan nama nama kota atau universitas di Amer1ka . Ini adalah pengenalan Amerika sejak usia dini . Ada Havard , Cambrigde , C olombia , Departemen store model Amerika ada dimana mana ,Tenaga ahli yang terkemuka adalah yang eks . Universitas Amerika utamanya ekonom , teknolog bahkan dalam disiplin ilmu apapun , termasuk bidang humaniora yang eks Amerika dapat kedudukan lebih terhormat . Masih sederet lagi barang barang yang sangat dibutuhkan dan tidak begitu penting yang didatangkan dari Amerika . Dari A sampai Z yang penting atau tak penting kita telah memilih made in Ameriki . Seolah olah kita negara kaya yang dengan tak usah berbuat apa dan tak usah pintarpun semua sudah ada , tinggal pesan . Kita bangga mengkonsumsi yang serba asing . Ternyata itu keliru , kecuali kita menjadi bodoh , apa yang dilempar kebumi kita adalah barang sisa (turahan ) yang menyimpannya saja sulit .
Ilmu asing : Kita tentu bangga dapat mempelajari ilmu asing . Jangan jangan ilmu yang diberikan kepada kitapun ilmu ilmu sisa . Guru yang baik tentu tidak bodoh , tak akan memberikan seluruh kepintarannya kepada muridnya . Karena itu jangan terlalu berbangga diri menajdi ilmuwan ala Amerika . Amerika bagaimanapun tak akan memberikan sesuatu yang dapat membahayakan Amerika sendiri , misalnya pesawat pesawat yang canggih , ilmu ilmunya yang canggih . Buktinya kita dengan mudah dibikin berantakan oleh Geoge Soros dan I.M .F . Buktinya kita dengan mudah dibuat berantakan oleh ilmunya orang Cina ,orang Cinalah yang menguasai ekonomi kita. Bagaimana pintarnyapun tentang falsafah Jawa , dalang dan dukun dukun, ahli ahli magic tak akan diappriciate oleh kalangan ilmu pengetahuan modern .Justru pemerintah Hindia Belanda justru sangat intens memperhatiakan budaya Jawa dan menjadikan budaya daerah sebagai mensuport pemeruintah yang terbukti sanggup bertahan hinga 350 tahun .
Memang lalu kenapa jika kita ,tak suka dijejali Amerikanisme ?
Sebetulnya sepanjang mendatangkan kebaikan tak apa , demikian juga dengan modernissi Modernisasi yang mengajarkan tepat waktu , sopan berlalu lintas ,budaya antri , meningkatkan kualitas hidup adalah sesuatu yang baik , tetapi jika misalnya pengaruh itu akan mendatangkan kejelekan misalnya akan menggusur pluralisme dan multikulkuralisme harus diwasdai .
Apa dua pertanyaan yang menggelitik :

1. Siapa yang harus mewaspadai dan mencegahnya , wong semua orang pada mengucapkan well come dan appriciate . 2. Tetapi mengapa kita harus memaksakan diri menjadi Amerikan , jika orang Amerika sendiri terkagum kagum dengan budaya kita yang pluralistis dan multikulturalistis ? Setelah mendengar cerita ini ada seorang anak muda Sunda bertanya, bagaimana ini pak, hal ini sudah berjalan begitu jauh tentu sulit untuk mengembalikkan pada titik awalnya.Atas pertanyaan itu penulis menjawab, kalau sudah titis tulis , apabila kita manusia tak mampu atau tak kuasa mengatasi hal yang berat ini percaya lah, alam sendiri atau gusti Allah sendiri yang akan menolong menertibkannya . Tetapi seperti pepatah Cina diatas langit ada langit . Dalam kenyataan yang kita lihat sehari hari , betapun ekonom ekonom kita yang canggih canggih berasal dari Ameriki , doktor doktor hukum kita yang fenomenal ,sebetulnya dalam kenyataan semua itu belum mampu menandingi ilmunya orang Glodok dan selalu dibuat main mainan oleh orang Cina .

bintoroasri@yahoo.co.id.0302135 ---------------------------------------------------------------------------------------

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar